BAB 1 PENDAHULUAN
Sejak diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945,
Indonesia telah dipimpin oleh beberapa presiden, dengan berbagai latar belakang
dan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda. Menjadi seorang pemimpin harus
memiliki retorika yang baik. Menurut Aristoteles (dalam buku E.M. Griffin: 2009)
menyatakan bahwa retorika adalah seni berbicara secara lisan yang dilakukan oleh
seseorang kepada sejumlah orang secara langsung atau bertatap muka. Retorika
bisa juga diartikan dengan pembujukrayuan secara parsuasi untuk menghasilkan
bujukan melalui karakter pembicara seorang orator.
Aristoteles masih percaya bahwa moralitas adalah yang paling utama dalam
retorika. Akan tetapi dia juga menyatakan bahwa retorika adalah seni. Retorika
yang sukses adalah yang mampu memenuhi dua unsur, yaitu kebijaksanaan
(wisdom) dan kemampuan dalam mengolah kata-kata (eloquence). Pemimpin
Indonesia yang pertama, Soekarno, memiliki seni berbicara yang handal. Terbukti
dengan keahliannya dalam berorasi dapat membakar semangat massa atau rakyat
Indonesia untuk mempertahankan negara Indonesia dari penjajahan pada masa itu.
Disanalah Soekarno ingin membuktikan bahwa dengan berbicara dengan baik
dapat menyelesaikan masalah dan menciptakan ide-ide baru. Bahkan saat ini,
retorika menjadi salah satu modal berdirinya sebuah Negara, karena dalam
retorika terkandung keyakinan, keinginan, harapan, idealisme dan cita-cita.
Seorang pemimpin harus memiliki kekhasannya masing-masing. Soekarno
dan Gus Dur yang memiliki perbedaan gaya bahasa dan memiliki cara masingmasing dalam memimpin namun tetap sama dalam tujuannya membangun
Indonesia yang lebih baik. Sejak tahun 2014, mulai muncul beberapa pemimpin
daerah yang terkenal karena prestasi yang diraihnya dan juga karena cara mereka
berbahasa dihadapan publik. Dua diantaranya adalah Basuki Tjahaja Purnama dan
Ridwan Kamil. Mereka dipandang sebagai dua orang yang memeliki elektabilitas
tinggi untuk ikut kontestasi kepemimpinan Indonesia mendatang.
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) adalah Gubernur DKI Jakarta yang dilantik
pada 19 Nopember 2014 lalu, menggantikan Joko Widodo yang naik sebagai
Presiden RI periode 2014-2019. Ahok dikenal sebagai sosok pemimpin yang tegas
dalam memberantas ketidakadilan dan permasalahan yang melanda DKI Jakarta,
ia dikenal jujur dan disiplin, namun dalam berkomunikasi dihadapan publik
cenderung kasar, temperamental dan meledak-ledak. Berbeda dengan Ahok, sosok
Ridwal Kamil (Kang Emil) yang merupakan Walikota Bandung periode 20132018 dikenal memiliki retorika yang baik dihadapan publik. Selain itu ia pun
memiliki cara lain untuk berkomunikasi secara tidak langsung pada masyarakat
Logos yang meyakinkan audiens dengan mengajukan bukti atau yang kelihatan
sebagai bukti. Lalu Pathos adalah ketika orator menyentuh hati para audiens.
Aristoteles juga merasa bahwa khalayak sangat penting bagi efektivitas seorang
pembicara. Ia menyatakan, Dari tiga elemen dalam penyusunan pidato
pembicara, subyek, dan orang yang dituju yang terakhirlah, para pendengar,
yang menentukan akhir dan tujuan dari suatu pidato (dikutip dalam Roberts,
1984, hal.2159, dalam West&Turner hal. 7).
Selain itu, untuk melihat adanya perbedaan dalam gaya berkomunikasi.
Edward T Hall mengemukakan perbedaan tersebut kedalam gaya komunikasi
konteks-tinggi dan gaya komunikasi konteks-rendah (dalam Andriani, 2012:129).
Edward T. Hall (1973) menjelaskan dalam budaya konteks tinggi, kebanyakan
pesan bersifat implisit tidak langsung dan tidak terus terang. Pesan yang
sebenarnya tersembunyi dalam perilaku nonverbal pembicara: intonasi suara,
gerakan tangan, postur badan, ekspresi wajah, tatapan mata atau bahkan konteks
fisik. Pernyataan verbalnya bisa berbeda atau bertentangan dengan pesan
nonverbal. Kebanyakan masyarakat homogen berbudaya konteks-tinggi.
Menurutnya komunikasi konteks tinggi merupakan kekuatan kohesif bersama
yang memiliki sejarah panjang, lamban berubah dan berfungsi untuk menyatukan
kelompok. Sedangkan komunikasi konteks rendah cepat dan mudah berubah,
karena tidak mengikat kelompok. Budaya konteks rendah juga cenderung dengan
spesifikasi, rincian dan jadwal yang persis dengan mengabaikan konteks. Bahasa
yang digunakan langsung dan lugas. Namun, orang-orang yang berbudaya
konteks-rendah dianggap berbicara berlebihan, mengulang-ulang apa yang sudah
jelas.
pertarungan ideologinya. Teks dikatakaan bukanlah sesuatu yang bebas nilai dan
menggambarkan realitas sebagaimana adanya kecenderungan pribadi dari
produsen teks dan struktur sosial yang melingkupi produsen teks ikut mewarnai
teks. Bahasa tidak netral melainkan membawa pesan ideologi tertentu yang
dipegaruhi oleh pembuat teks.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan
data observasi dan wawancara dengan narasumber yang dibutuhkan. Metode
penelitian kualitatif adalah cara yang lebih menekankan pada aspek pemahaman
secara mendalam terhadap suatu permasalahan. Penelitian ini bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis serta lebih menonjolkan proses
dan makna.
Teknik pengumpulan data pada level teks melalui transkrip tayangan saat
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Ridwan Kamil (Kang Emil) tampil di
hadapan publik yang diabadikan dalam video yang dinggah di YouTube. Dimana
peneliti akan berusaha mengaitkan hasil dari data yang sudah didapatkan pasca
observasi dengan hasil wawancara.
BAB IV HASIL YANG DICAPAI
Berdasarkan hasil analisis semiotika dengan menggunakan metode Charles
Sanders Pierce terhadap tayangan Kick AndyKontroversi Ahoktanggal 5
Februari 2016 dan Mata NajwaMenatap yang Menatatanggal 12 Maret 2014
ditemukan tanda-tanda yang dapat mengidentifikasi retorika serta gaya
komunikasi yang dimiliki oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Ridwan
Kamil. Kerap kali seorang pemimpin selalu diidentikan dengan gaya berbicara
yang santun, memiliki kemampuan beretorika yang baik, serta memiliki
kemampuan diplomasi melalui komunikasi politiknya. Oleh karena retorika dan
gaya komunikasi seorang pemimpin menjadi hal yang penting dalam pelaksanaan
tugasnya sebagai pemimpin.
Menurut Aristoteles retorika adalah seni berbicara yang berupa seni persuasi,
suatu yang harus singkat, jelas dan meyakinkan, dengan keindahan bahasa yang
disusun untuk hal-hal yang bersifat memperbaiki (corrective), memerintah
(instructive), mendorong (suggestive) dan mempertahankan (defensive). Retorika
yang sukses menurut Aristoteles adalah yang memenuhi dua unsur, yaitu
kebijaksanaan (wisdom) serta mampu mengolah kata-kata. Pembuktian retorika
tersebut bergantung kepada tiga aspek, yaitu logika (logos), etika (ethos), dan
emosional (pathos).
Dalam hal ini, berdasarkan hasil analisis pada aspek logika (logos), Ahok
dapat beragumentasi,dengan baik sehingga dapat meyakinkan masyarakatnya
melalui bukti konkret dari apa yang selama ini ia kerjakan. Ahok memiliki
pengetahuan untuk memecahkan permasalahan di Ibu Kota, serta dibekali
pengalaman sebelumnya ketika menjadi bupati dan anggota DPR RI. Begitu juga
halnya dengan Ridwan Kamil yang mampu berargumentasi di depan publik
manakala terdapat permasalahan di Kota Bandung. Sebagai orang Sunda tulen,
Ridwan Kamil tentu memiliki pengetahuan dan pengalaman pribadi tentang
bagaimana kondisi lingkungan dan warga Bandung yang ia pimpin.
Dalam aspek etika (ethos), Ahok telah memenuhi aspek tersebut meski tidak
secara keseluruhan. Ahok mampu memersuasi masyarakat dengan gayanya sendiri
bahwa ia memiliki kredibilitas yang baik. Ia juga mampu menunjukan citra
sebagai pemimpin yang jujur, sehingga hampir setiap pesan yang disampaikannya
dapat diterima oleh masyarakat. Namun ia tidak mampu membaca dan
menyesuaikan cara berpikir masyarakat, ia cenderung memaksa masyarakat
untuk menyesuaikan apa yang menjadi cara berpikirnya. Menurut Maximus
Ramses Lalongkoe dalam bukunya Ahok Sang Pemimpin Bajingan mengatakan
bahwa: Jika indikator komunikasi yang baik terletak pada komunikasi yang
mengedepankan etika, maka pola pikir manusia sulit berubah. Hal ini selaras
dengan sikap Ahok yang lebih mengedepankan isi pesan daripada bagaimana
proses ia menyampaikan pesan tersebut.
Berbeda dengan Ahok, Ridwan Kamil tampil sebagai pemimpin yang populis.
Selain karena ia adalah juga orang Sunda, ia juga mampu memahami karakter
masyarakat yang ia pimpin. Direktur Pilkada Watch Wahyu Agung Permana
mengatakan bahwa, Dia melakukan pendekatan kultural sebagai sosok orang
Sunda. Oleh karena itu Ridwan Kamil dikenal sebagai sosok pemimpin yang
santun dalam bertutur kata, meski sering diselingi heureuy atau canda yang
menjadi karakteristik warga Bandung. Dalam video yang dianalisis, ada satu
pernyataan Ridwan Kamil, bahwa Saya sudah ngobrol sama Pak Jokowi, sambil
guyon yah, Pak Jokowi, Jakarta fokus korporasi saja. Saya mah UMKM tapi yang
ekonomi kreatif, bagi-bagi. Hal ini membuktikan Ridwan Kamil adalah
pemimpin yang santai namun tetap dapat bersikap tegas dalam kondisi dan situasi
tertentu, misalnya saat merazia tempat hiburan tanpa izin, melarang kampanye
LGBT, atau dalam pengambilan keputusan lainnya.
Terakhir, dalam aspek emosional (pathos), Ahok cenderung kurang memenuhi
aspek ini, karena ia tidak dapat menyesuaikan dan mengendalikan suasana
emosionalnya ketika sedang berbicara. Terutama saat berhadapan dengan pihakpihak yang menurutnya dapat mengganggu kestabilan pembangunan Jakarta.
Ahok cenderung mudah terpancing ketika ada hal-hal yang tidak berkenan
dihatinya, sedangkan Ridwan Kamil mampu mengatasi hal-hal demikian dengan
cara yang lebih santai. Hal ini juga dikarenakan Ridwan Kamil berusaha untuk
memahami emosi dari lawan bicaranya. Ia bisa menyesuaikan dengan siapa ia
berbicara, dalam kondisi seperti apa, dan dalam forum apa. Sehingga Ridwan
Kamil dapat dikatakan sudah memenuhi aspek emosional (pathos) ini dengan
baik.
Berdasarkan pendekatan budaya, terdapat dua jenis perbedaan gaya dalam
berkomunikasi, yaitu high context culture dan low context culture. Daerah-daerah
di Indonesia pada zaman dahulu menganut sistem pemerintahan monarki, yaitu
sistem pemerintahan kerajaan. Pada sistem monarki, tata krama dalam berbicara
sangat diperhatikan khususnya dalam hierarki kepemimpinan, ditambah lagi
dengan karakter bangsa Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang sopan,
santun, serta beradab. Sehingga jika dilihat dari aspek komunikasi, para pemimpin
di Indonesia dahulu tergolong berbudaya konteks tinggi (high context culture).
Namun, berbeda dengan Ahok yang cenderung berbudaya konteks rendah (low
context culture). Berdasarkan hasil analisis tayangan video, dalam beberapa
kesempatan Ahok terlihat menyampaikan pesan secara eksplisit, langsung, rinci,
lugas namun sering menyinggung perasaan lawan bicaranya. Penggunaan
kosakata kasar seperti bodoh, nempelengin, gua sering dilontarkan Ahok
terkadang menjadi sumber ketidaknyamanan dan sumber konflik, mengingat
budaya dan gaya komunikasi masyarakat di Indonesia yang terbiasa dengan
budaya konteks tinggi. Gaya bicara Ahok yang cenderung spontan, blakblakan
dan cenderung tidak memperhatikan lawan bicara semakin menunjukkan bahwa
Ahok berbudaya konteks rendah.
Lain Ahok lain Ridwan Kamil, sosok Ridwan Kamil yang tampil di Mata
Najwa malam itu tampil sebagai walikota yang memiliki budaya konteks tinggi,
sebab ia dapat mengendalikan emosi dan berbicara secara sopan. Ridwan Kamil
tidak mudah terpancing oleh lawan bicaranya meskipun sedang membicarakan
hal-hal sensitif atau kurang berkenan di hatinya. Selain itu, Ridwan Kamil juga
banyak berbicara menggunakan kata-kata yang bermakna implisit, seperti
menjadi supir yang menentukan arah, meluruskan garis yang bengkok menjadi
lurus, dan satu ditambah satu tidak sama dengan dua sebagai salah satu ciri
budaya konteks tinggi. Karena pada umumnya budaya konteks tinggi akan
muncul dalam masyarakat yang homogen seperti di Bandung yang sebagian besar
warganya adalah orang Sunda.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Lembaga Sinyal Sosial pada tahun
2014 mengungkapkan bahwa karakteristik pemimpin yang diinginkan masyarakat
ada 3 besar, yaitu:
a. Integritas yang dinilai
b. Dekat dengan rakyat
c. Empati
Mengacu dari hasil analisis dan karakteristik tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa sosok Ahok memiliki integritas yang cukup tinggi. Integritas adalah
kesetiaan pada kebenaran; suatu konsep menunjuk konsistensi antara tindakan
dengan nilai dan prinsip. Namun untuk karakteristik dekat dengan rakyat, Ahok
bukanlah pemimpin yang dekat dengan warganya, hal tersebut terlihat dari gaya
komunikasinya yang cenderung tidak beretorika. Ahok juga bukanlah pemimpin
yang memiliki empati yang tinggi. Empati adalah melakukan sesuatu kepada
orang lain dengan menggunakan cara berpikir dari orang lain yang dirasa
menyenangkan dan menurut orang lain itu benar. Ahok tidak memiliki rasa empati
yang tinggi, terlihat dari kebijakannya yang dianggap tidak pro terhadap rakyat
kecil.
Sedangkan Ridwan Kamil telah memenuhi semua karakteristik tersebut.
Ridwan Kamil memiliki kewibawaan dan dapat menunjukkan konsistensi dan
kejujurannya sebagai pemimpin berintegritas tinggi. Dari aspek kedekatannya
dengan masyarakat, Ridwan Kamil bukan hanya dekat dengan warga Bandung
melainkan warga dari daerah lain. Hal ini dibuktikan dengan keaktifan Ridwan
Kamil di media sosial seperti Facebook, Twitter serta Instagram. Ia mencoba
dekat dengan masyarakat dengan cara yang berbeda. Bahkan media social
dijadikan tempat pengaduan seputar permasalahan kota Bandung yang kemudian
akan ditindaklanjuti dengan lebih cepat ketimbang menulis surat. Hal ini pula
menunjukkan bahwa Ridwan Kamil memiliki empati yang tinggi terhadap
masyarakat. Ia tidak akan bersikap diam ketika ada permasalahan atau kekacauan
yang terjadi. Namun, ia juga akan berbalik menjadi tegas ketika hal itu
dibutuhkan.
Jakarta dan Bandung memiliki budaya dan karakter yang berbeda, begitu juga
dengan pemimpinnya. Setiap daerah memiliki karakteristik, permasalahan, dan
kebutuhan yang berbeda-beda. Apalagi dalam arus deras informasi, masyarakat
dapat dengan mudah mencari referensi pemimpin yang cocok untuk daerahnya.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Direktur Pilkada Watch Wahyu Agung Permana
yang mengatakan bahwa:
Jadi karakter kepemimpinan yang dibutuhkan ditengah masyarakat yang
tengah mendapatkan arus informasi tadi itu adalah ya pemimpin yang
memahami apa yang menjadi kebutuhan masyarakatnya, pemimpin yang
bisa melihat bahwa masyarakatnya ini ada pada level mana, karena
masyarakat itu kan macam-macam baik dari segi tingkat pendidikan,
ekonomi, sosial, budaya, agama, nah seorang pemimpin yang dibutuhkan
adalah yang paham masyarakatnya itu pada tingkatan mana
Retorika menjadi bagian penting dalam komunikasi seorang pemimpin. Tanpa
komunikasi yang baik, seorang pemimpin dipastikan akan gagal. Maximus
Ramses Lalongkoe mengatakan, bahwa:
Komunikasi menjadi urgent karena menjadi jembatan, sarana atau
media pemimpin terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Jika pemimpin
gagal membangun dan menciptakan komunikasi yang baik dan sesuai
dengan lingkungan sosial orang-orang yang dipimpinnya, maka
dipastikan ide-ide dan gagasan-gagasannya sulit diterima dan
dijalankan
Namun, bukan hanya karena retorikanya saja seseorang dipilih menjadi
pemimpin, melainkan juga karena visi, misi, latar belakang, pengalaman, serta
bagaimana ia bekerja untuk mewujudkan tujuan, serta memperjuangkan
kebutuhan masyarakat. Peneliti dari Sinyal Sosial Nikki Antonio menyatakan,
bahwa:
Orang memilih pemimpin bukan sekedar retorika yang mereka lakukan
aja. Itukan bentuk opini mereka, image mereka sebenernya akhirnya
orang milih itu ada variable atau faktor.
Baik Ahok maupun Ridwan Kamil memiliki keunggulan masing-masing. Mereka
sama-sama bekerja untuk daerahnya. Retorika menjadi satu bagian menarik yang
masyarakat lihat dari keduanya. Selalu ada pro dan kontra terhadap Ahok maupun
Ridwan Kamil. Tiada pemimpin yang sempurna dan dapat memuaskan seluruh
keinginan rakyatnya. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ridwan
Kamil memiliki retorika yang lebih baik daripada Ahok. Ia masih
mempertahankan budaya konteks tinggi yang melekat pada sebagian besar bangsa
ini. Namun, bukan berarti pemimpin yang tidak beretorika baik bukan pemimpin
yang baik. Baik buruknya pemimpin tidak hanya ditentukan dari retorikanya,
namun dari pencapaiannya dan bagaimana ia menyejahterakan masyarakatnya.
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Bagi seorang pemimpin, retorika adalah hal yang sangat penting untuk dapat
menjangkau masyarakatnya. Berdasarkan hasil analisis semiotika dengan
menggunakan metode Charles Sanders Pierce terhadap tayangan Kick Andy
Kontroversi Ahoktanggal 5 Februari 2016 dan Mata NajwaMenatap yang
Menatatanggal 12 Maret 2014. Retorika kedua pemimpin tersebut dapat
dibuktikan melalui tiga aspek pembuktian, yaitu logika (logos), etika (ethos), dan
emosional (pathos).
Pada aspek logika (logos), Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Ridwan Kamil
(Kang Emil), keduanya memiliki pengetahuan yang mumpuni sehingga dapat
beragumentasi dengan baik di depan publik untuk meyakinkan masyarakatnya
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan daerah yang dipimpinnya.
Pada aspek etika (ethos), Ridwan Kamil lebih unggul karena ia telah
memenuhi aspek ini dengan menampilkan dirinya sebagai pemimpin yang populis
serta mampu memahami karakter masyarakat yang ia pimpin. Berbeda dengan
Ahok yang belum secara keseluruhan memenuhi aspek ini, karena ia tidak mampu
membaca dan menyesuaikan cara berpikir masyarakat, ia cenderung memaksa
masyarakat untuk menyesuaikan apa yang menjadi cara berpikirnya dan terkadang
lebih mengedepankan isi pesan daripada bagaimana proses ia menyampaikan
pesan tersebut.
Pada aspek emosional (pathos), Ahok cenderung kurang memenuhi aspek ini
karena ia tidak dapat menyesuaikan dan mengendalikan suasana emosionalnya
ketika sedang berbicara. Berbeda dengan Ridwan Kamil yang selalu berusaha
untuk memahami emosi dari lawan bicaranya. Maka dalam aspek ini, Ridwan
Kamil lebih unggul.
Terakhir, berdasarkan pendekatan budaya, terdapat dua jenis gaya komunikasi,
yaitu high context culture dan low context culture. Berdasarkan hasil analisis,
Ahok dengan gaya komunikasi yang cenderung eksplisit, langsung, rinci, lugas
namun sering menyinggung perasaan lawan bicaranya tergolong pada low context
culture. Sedangkan Ridwan kamil tergolong dalam high context culture, karena
10
Saran
Berikut merupakan beberapa saran peneliti, sebagai pertimbangan setelah
melakukan analisis dan menemukan hasil penelitian mengenai Kontestasi
Kepemimpinan Indonesia: Analisis Wacana Retorika Basuki Tjahaja Purnama dan
Ridwan Kamil, diantaranya yaitu:
1. Kepada stasiun televisi Metro TV, terimakasih telah menayangkan
program acara talkshow yang mendidik dan berkualitas. Diharapkan
stasiun TV lainnya dapat mengikuti jejak Metro TV untuk menayangkan
program-program acara yang sarat informasi dan pengetahuan.
2. Kepada masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
untuk mencari sosok pemimpin ideal bagi Indonesia di masa yang akan
datang.
3. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan agar lebih mendalam untuk
menganalisis gaya komunikasi dan retorika para pemimpin Indonesia
dalam konteks yang lebih luas.
4. Kepada Fakultas Ilmu Komunikasi, penelitian ini diharapkan mampu
memberikan kontribusi pada kajian ilmu komunikasi yang berfokus pada
retorika.
11
DAFTAR PUSTAKA
Badara, Aris. 2012. Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada
Wacana Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Brown, Gillian. 1996. Analisis Wacana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Eriyanto. 2011. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:
LKis.
Fauzan, Umar. 2016. Analisis Wacana Kritis: Menguak Ideologi dalam Wacana.
Yogyakarta: Idea Press.
Griffin, EM. 2012. A Fisrt Look at Communication Theory Ed.VIII. New York:
McGraw Hill.
Hall, E.1976. Beyond culture. New York: Doubleday.
Hall, Edward T.1973. The silent language. New York:Anchor Book, Anchor Press,
Garden City.
Lubis, Lusiana Andriani. 2002. Komunikasi Antar Budaya. Jurusan Ilmu
Komunikasi,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Universitas Sumatera
Utara.
Moleong, Lexy. J. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nunan, David. 1993 Introducing Discourse Analysis. London: Penguin Book
Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKis
Putra, Diana Eka. 2008. Membaca Pikiran Orang Lewat Bahasa Tubuh. Bandung:
KAIFA.
Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Turner H. Lynn, West Ricard.2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
12
TANGG
AL
8/3/201
6
Makan
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
9/3/201
6
Makan
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
11/3/20
16
Makan
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
21/3/20
16
Makan
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
10/4/20
16
Makan
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
16/5/20
16
Sarapan
Rp
14,000.00
Rp
42,000.00
Minum
Rp
16,100.00
Rp
16,100.00
Snack
Rp
10,000.00
Rp
30,000.00
Makan
Malam
RINCIAN
JUMLAH
BARANG
HARGA
TOTAL
Rp
88,000.00
23/5/20
16
Makan
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
26/5/20
16
Sarapan
Rp
15,000.00
Rp
45,000.00
Rp
76,500.00
Rp
76,400.00
Snack
9
27/5/20
16
Makan
Rp
15,000.00
Rp
45,000.00
10
29/7/20
16
Makan
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
4/6/201 Makan
6
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
11
13
12
7/6/201 Makan
6
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
13
11/6/20 Makan
16
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
14
17/6/20
16
Makan
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
15
18/6/20
16
Makan
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
16
20/6/20
16
Makan
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
17
13/7/20
16
Makan
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
18
23/7/20
16
Makan
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
19
24/7/20
16
Makan
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
20
26/7/20
16
Makan
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
21
27/7/20
16
Makan
Rp
25,000.00
Rp
75,000.00
TOTAL
Rp
1,692,500.00
14
TANGG
AL
10/4/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
15/5/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
16/5/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
23/5/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
25/5/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
26/5/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
29/5/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
4/6/201 Penginapan
6
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
7/6/201 Penginapan
6
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
RINCIAN
BANYAK
NYA
HARGA
TOTAL
1
0
11/6/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
1
1
17/6/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
12
18/6/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
13
19/6/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
Tiket Masuk
Perpustakaan UI
Penginapan
14
15
13/7/20
16
15/7/20
16
Rp
5,000.00
Rp
25,000.00
Rp
Rp
15,000.00
50,000.00
15
16
17
19/7/20
16
22/7/20
16
Penginapan
Tiket Masuk
Perpustakaan UI
Penginapan
Tiket Masuk
Perpustakaan UI
Rp
25,000.00
Rp
5,000.00
Rp
25,000.00
Rp
5,000.00
Rp
Rp
Rp
Rp
50,000.00
15,000.00
50,000.00
15,000.00
18
23/7/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
19
24/7/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
20
26/7/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
21
27/7/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
22
28/7/20
16
Penginapan
Rp
25,000.00
Rp
50,000.00
TOTAL
Rp
1.145,000.00
16
BELANJA BAHAN
JUMLA
H
BARA
NG
N
O
TANGG
AL
2/3/201
6
Rp
45,000.00
Rp
45,000.00
Rp
32,000.00
Rp
32,000.00
Rp
5,000.00
Rp
15,000.00
Rp
2,000.00
Rp
6,000.00
RINCIAN
HARGA
TOTAL
Rp
52,000.00
Rp
156,000.00
Rp
52,000.00
Rp
104,000.00
Rp
13,000.00
Rp
102,000.00
1
Rp95,000.00
Rp
95,000.00
Rp
5,000.00
Rp
15,000.00
Rp
2,000.00
Rp
6,000.00
16
17
Rp
12,250.00
Rp
25,500.00
Rp
22,000.00
Rp
22,000.00
10
28/3/20
16
11
8/4/201 Pulsa
6
Rp
52,000.00
Rp
52,000.00
12
Rp
102,000.00
Rp
102,000.00
13
21/4/20
16
Rp
80,000.00
Rp
80,000.00
Rp
145,000.00
Rp
145,000.00
Rp
200,000.00
Rp
600,000.00
Rp
189,000.00
Rp
189,000.00
Rp
22,000.00
Rp
22,000.00
Rp
102,000.00
Rp
102,000.00
Rp
160,000.00
Rp
160,000.00
Rp
350,000.00
Rp
350,000.00
Rp
40,000.00
Rp
40,000.00
Sticker Gunadarma
Rp
5,000.00
Rp
5,000.00
Papper Bag
Rp
5,000.00
Rp
5,000.00
Rp
48,000.00
Rp
48,000.00
Rp
22,000.00
Rp
22,000.00
14
15
16
17
17
18
18
Rp
60,000.00
Rp
60,000.00
19
Rp
69,000.00
Rp
138,000.00
20
Rp
5,000.00
Rp
10,000.00
Rp
80,000.00
Rp
80,000.00
Buku Semiotika
Komunikasi Alex Sobur
21
Rp
52,000.00
Rp
52,000.00
22
Rp
104,000.00
Rp
104,000.00
23
Rp
52,000.00
Rp
52,000.00
Rp
102,000.00
Rp
102,000.00
Rp
3,500.00
Rp
10,500.00
Pulpen
Rp
3,000.00
Rp
9,000.00
Perbanyak Laporan
Kemajuan
Rp
15,000.00
Rp
75,000.00
Map
Rp
2,000.00
Rp
2,000.00
Pulpen
Rp
6,000.00
Rp
6,000.00
Rp
102,000.00
Rp
102,000.00
Banner X
Rp
140,000.00
Rp
140,000.00
Rp
15,000.00
Rp
75,000.00
Paket Internet
24
25
26
27
11/6/20 Bukutulis
16
20/6/20
16
Rp
3,576,000.00
TOTAL
18
19
BIAYA PERJALANAN
JUMLA
H
BARAN
G
N
O
TANGG
AL
3 x2
Rp
3,000.00
Rp
18,000.00
3x2
Rp
3,000.00
Rp
18,000.00
3 x2
Rp
40,000.00
Rp
24,000.00
1 x2
Rp
7,000.00
Rp
14,000.00
RINCIAN
HARGA
TOTAL
Rp
10,000.00
Rp
20,000.00
Rp
3,000.00
Rp
6,000.00
Rp
5,000.00
Rp
10,000.00
3x2
Rp
3,000.00
Rp
18,000.00
3x2
Rp
4,000.00
Rp
24,000.00
3x2
Rp
3,000.00
Rp
18,000.00
3x2
Rp
3,000.00
Rp
18,000.00
3x2
Rp
5,000.00
Rp
30,000.00
Rp
15,000.00
Rp
30,000.00
Rp
3,000.00
Rp
6,000.00
Rp
Rp
10
11
12
19
20
16
3
Rp
3,000.00
Rp
9,000.00
Rp
2,000.00
Rp
6,000.00
Rp
4,000.00
Rp
12,000.00
Angkot BSD-St.Serpong
Rp
4,000.00
Rp
12,000.00
Rp
5,000.00
Rp
15,000.00
Rp
10,000.00
Rp
30,000.00
3X2
Rp
3,000.00
Rp
18,000.00
Rp
3,000.00
Rp
9,000.00
3x2
Rp
2,000.00
Rp
12,000.00
PP Angkot Tn.Abang-Roxy
3x2
Rp
4,000.00
Rp
24,000.00
Rp
3,000.00
Rp
9,000.00
Rp
12,000.00
Rp
36,000.00
Rp
3,000.00
Rp
9,000.00
3x2
Rp
7,000.00
Rp
42,000.00
3x2
Rp
3,000.00
Rp
18,000.00
Rp
3,000.00
Rp
12,000.00
Rp
Rp
14
Angkot Grogol-Roxy
15
11
6
7,500.00
KRL UI-Palmerah
13
2,500.00
17
2x2
18
20
21
6
PP Ojek Brimob-Kampus F
3x2
3,000.00
9,000.00
Rp
7,000.00
Rp
42,000.00
Rp
32,000.00
Rp
32,000.00
Rp
7,000.00
Rp
21,000.00
19
18/6/20
16
20
13/7/20
16
Rp
15,000.00
Rp
45,000.00
21
15/7/20
16
Rp
10,000.00
Rp
30,000.00
22
18/7/20
16
3x2
Rp
3,000.00
Rp
18,000.00
Rp
3,000.00
Rp
9,000.00
Rp
12,000.00
Rp
36,000.00
Rp
12,000.00
Rp
36,000.00
23
19/7/20
16
24
22/7/20
16
Rp
12,000.00
Rp
36,000.00
25
24/7/20
16
Rp
3,000.00
Rp
9,000.00
Rp
21,000.00
Rp
63,000.00
Rp
102,000.00
Rp
102,000.00
26
27/7/20
16
27
28/7/20
16
Rp
35,000.00
Rp
70,000.00
Rp
1,086,500.0
TOTAL
21
22
N
O
1
2
JENIS PENGELUARAN
JUMLAH
HONOR OUTPUT
KEGIATAN
BARANG NON
OPERASIONAL
Rp
1,692,500.00
Rp
1,145.,000.00
Rp
3,576,000.00
Rp
1,086,500.00
Rp
7,500,000.00
BELANJA BAHAN
PERJALANAN
TOTAL
22
23
23
24
24