Retorika yang dalam bahasa latin rhetorica yang memiliki arti ilmu bicara..
Retorika merupakan cikal bakal ilmu komunikasi karena bahasa yang merupakan
lambang dari sebuah komunikasi itu tidak berdiri sendiri, yang memiliki pengertian
bahwa bahasa bertautan dengan komponen-komponen komunikasi seperti Komunikan
yang menggunakan bahasa itu, Pesan yang dibawakan oleh bahasa itu, Media yang
digunakan sebagai penerus pesan bahasa itu, Komunikan yang dituju oleh bahasa itu
serta Efek yang diharapkan dari komunikan dengan menggunakan bahasa itu. Cleanth
Brooks dan Robert Penn Warren dalam bukunya yang berjudul Modern Rhetoric
mendefinisikan retorika sebagai seni dalam penggunaan bahasa secara efektif. Dengan
definisi tersebut banyak orang menganggap bahwa retorika adalah pidato, baik itu di
depan umum maupun lewat media dengan memperhatikan aspek yang ada
didalamnya
Dalam perkembangannya retorika dari masa ke masa tidak mengalami perubahan
yang banyak, dari dulu hingga sekarang tetap memiliki maksud dan tujuan yang
itu-itu saja, hanya saja ada perkembangan teknologi didalamnya seperti :
1.
hati masyarakat karena pada waktu itu sudah berkembangnya demokrasi, dimana
setiap orang yang memiliki kemampuan dalam berbicara dan berbahasa bisa menjadi
seorang pemimpin, tidak mengherankan orang-orang pada masa itu mengartikan
retorika sebagai kemahiran berbahasa dan bicara untuk memperoleh kekuasaan dan
kemenangan tanpa melihat kebenaran atau bukti yang nyata, karena kebenaran dapat
dibuktikan dengan tercapainya kemenangan (demokrasi).
Maka munculah Aristoteles dan Marcus Tulius Cicero yang mengatakan
bahwa retorika tidak sekedar kemenangan dalam berbahasa dan berbicara tetapi harus
dapat di pertanggung jawabkan dan masuk akal (Logis, logika). Aristoteles
mengungkapkan bahwa bahasa dapat digunakan untuk empat hal yaitu :
1
1. Membenarkan (corrective)
2. Memerintah (corective)
3. Mendorong (sugestive)
4. Mempertahankan(defensive)
Sedangkan Marcus tulius Cicero dalam bukunya yang berjudul de Oratore
mangatakan bahwa dalam berbahasa memiliki dua tujuan pokok yaitu :
1. suasio (anjuran)
2. dissuasio (penolakan)
dan dalam berbahasa harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Aspek dalam komunikasi
2
Memiliki Pengaruh
2.
Pada zaman inipun tidak jauh berbeda dengan zaman Yunani dan Romawai, disini
hanya membahas tentang penegertian retorika yang termasuk kekuatan mental dan
bukan kekuatan fisik. Tokoh-tokoh yang berpengaruh pada masanya seperti :
a. Cromwell, merupakan tokoh yang berpangaruh ketika masa sedang dalam
keadaan krisis dimana dia mengatakan bahwa dalam melaksanakan retorika
harus:
-
b. Henry Bollingbroke
Mengatakan bahwa retorika merupakan kekuatan mental, bukan kekuatan
fisik.
c. Sir Wiston Churchill
Mampu membangkitkan semangat rakyat inggris berperang melawan Nazi
jerman
d. Adolf Hitler
Dengan bahasa yang mengunggulkan diri sendiri dan merendahkan orang lain
Hitler mampu membuat Nazi Jerman ditakuti olah negara lain.
e. Ir. Soekarno
Dengan semangat perjuangan, Bung Karno mampu membangkitkan semangat
rakyat Indonesia mengusir penjajah dan membawa Indonesia menjadi negara
yang merdeka.
3.
Retorika Ilmiah
Pada masa ini banyak bermunculan negara yang berkembang dan banyak
menganut demokrasi sehingga munculah scientific rhetorics atau retorika ilmiah yang
merupakan paduan ilmu komunikasi dengan ilmu kejiwaan. Herbert W Simons dalam
bukunya yang berjudul Persuasion Understanding, Practice and Analysis
mengatakan
bahwa
retorika
adalah
Komunikasi
yang direncanakan
untuk
opini dan tingkah laku. Namun pada zaman ini sudah banyak dipengaruhi oleh
kemajuan teknologi sehingga tidak seperti zaman Yunani dan Romawi yang sebatas
orang disekitar wilayah tertentu, tetapi dengan kemajuan iptek kemampuan orang
dalam berbahasa dan berkomunikasi bisa meliputi seluruh negeri bahkan luar negeri
melalui media masa baik visual maupun audio visual.
1.
aspek komunikasi seorang orator dan komunikator harus memiliki aspek psikis,
teoritis dengan dilengkapi kegiatan praktek, tetapi juga harus memperhatiakn faktorfaktor ethos, phatos, dan logos dimana faktor tersebut adalah :
Menurut Jean Jaures mengatakan bahwa pidato itu ibarat air terjun yang mampu
membongkar kerasnya bukit-bukit karang. Dan Bung Karno mengatakan bahwa
pidato itu harus mampu mendirikan semangat, keinsafan, harapan, ideologi, artileri
kejiwaan yang menurut sejarah dunia merupakan satu-satunya artileri yang mampu
menghancurkan stelsel.
Bahkan sejarah mengatakan bahwa seorang pemimpin suatu ketika bisa
dikatakan pahlawan tetapi suatu ketika bisa dikatakan sebagai pengkhianat. Ini
menunjukan bahwa dalam berkomunikasi dan berbahasa harus didasari dengan logika
dan kebenaran, bukan hanya kepandaian dalam berbicara saja.
Ing ngarso sung tulodo, yang berarti bahwa seorang pemimpin harus
mampu menjadikan dirinya sebagai panutan bagi orang-orang yang
dipimpinnya melalui sikap dan perilaku perbuatannya.
membangkitakn
semangat
pada
orang-orang
yang
dibimbingnya.
-
1.
Persiapan Pidato
Di kalangan ahli pidato, dan orator terdapat sebuah ungkapan sebagai
Yang memiliki arti bahwa seorang yang naik (pidato) tanpa kerja, maka akan turun
tanpa kehormatan, jadi seseorang yang berpiadto tanpa persiapan akan mengalami
kegagalan, dan jika gagal maka kehormatannya akan jatuh. Oleh karena itu, seseorang
sebelum naik ke mimbar harus melakukan persiapan terlebih dahulu secara seksama.
Dalam berpidato terdapat dua jenis pidato yaitu pidato langsung dan pidato tak
langsung diamana pidato tak langsung merupakan pidato yang menggunakan media
sebagai alat perantara antara komunikator dan komunikan, sedangkan pidato langsung
yaitu pidato yang langsung bertatap muka dengan para hadirin.
Dalam berpidato langsung seseorang harus mampu menelaah secara seksama
apakah hadirin itu bersifat homogen atau heterogen, berjumlah banyak atau sedikit,
karena dalam berpidato langsung ada untung dan ruginya dimana para hadirin bisa
langsung menanggapi dari isi pidato tersebut, atau bahkan bisa langsung meminta
turun seseorang yang berpidato itu karena faktor tidak senang dan kurangnnya
kemampuan seorang pidato. Jadi dalam berpidato haruslah dipersiapkan terlebih
dahulu baik itu materi-materi yang akan disampaikan maupun gaya bahasa yang harus
disesuaikan dengan para komunikan, agar informasi yang disampaikan itu berhasil
dan sesuai dengan apa yang dinginkan oleh para hadirin.
Sebelum berpidato ada dua cara yang digunakan sebelum naik mimbar yaitu
dengan naskah atau tanpa naskah, dimana dalam penggunaannya haruslah
memperhatiakn situasi, sifat pertemuan, pesan yang akan disampaikan, dan hadirin
yang hadir.
a. Pidato tanpa Naskah
Pidato tanpa naskah dianggap paling baik karena antara mimbarwan dan
hadirin terjadi kontak pribadi dengan kedua belah pihak saling menatap, sehingga
timbulah rasa percaya terhadap mimbarwan karena semua yang keluar dari ucapan
mimbarwan merupakan hasil buah pikir dan ide dari mimbarwan itu sendiri. Pidato
tanpa naskah biasanya dilakukan dalam situasi yang tidak menimbulkan resiko seperti
pertemuan antara pmpinan dengan karyawan. Namun demikian dalam pidato ini tetap
harus dipersipkan terlebih dahulu apa yang akan disampaikan, hanya saja dalam
bentuk garis besarnya saja seperti pokok-pokok utama.
b. Pidato dengan Naskah
Pidato dengan cara ini memiliki sisi positif dan negatif, seperti dari sisi positif,
pidato akan lancar, susunan kalimat teratur, bahasa baik dan benar, kata-katanya tepat
dan terjamin. Sedangkan sisi negatifnya, sewaktu pidato berlangsung kepala terus
6
menunduk membaca naskah sehingga kontak pribadi dengan hadirin kurang atau
sama sekali tidak ada kontak, timbulah kurang percaya kepada mimbarwan dengan isi
pidato itu apakah buatan sendiri atau buatan orang lain.
Didalam pidato perlu memperhatikan empat bagian yaitu :
1.
Exordium (pendahuluan)
Argumenta (pembahasan)
Conclusio (Penutup)
Exordium
Adalah bagian pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar ke pokok
masalah sebagai upaya untuk menyiapkan, membangkitkan perhatian, dan mental para
hadirin agar mereka antusias mendengarkan penjelasan berikutnya. Berbagai cara
dapat ditampilkan untuk memikat perhatian hadirin, seperti mengemukakan kutipan
,mengajukan pertanyaan dan lain-lain, tetapi jangan sekali-kali mengawali pidato
dengan permintaan maaf dan lelucon.
2.
Protesis
Merupakan latar belakang dari sebuah masalah yang dikemukakan sedemikian
rupa sehingga tampak jelas kaitannya dengan para hadirin, dengan menggunakan
bahasa yang benar memiliki makna pesan yang disampaikan agar timbul kayakinan
para hadirin.
3.
Argumenta
Adalah pembahasan yang mendukung pada bagian protesis, yang merupakan
Conclusio
Merupakan akhir dari sebuah pidato, yang merupakan kesimpulan yang
singkat dan sederhana dari kesluruahan uaraian yang berisi penegasan, dan
pertimbangan yang mengandung justifikasi atau pembenaran menurut
penalran
dalam saku baju. `Turunlah dari mimbar dengan wajah ceria disertai senyuman
dengan langkah mantap dan tenang, dan hormatilah semua hadirin sebelum anda
kembali duduk.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
2.4 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uraian-uraian yang terdapat dalam pembahasan, maka kami
dapat dan menarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
2.
Komunikasi,
bahasa,
dan
gaya
bicara
mampu
menunjukan
kehormatan seseorang
3.
Seorang
Pemimpin
dituntut
untuk
mampu
berbicara
dan
berkomunikasi.
4.
5.
6.
Jadi kita sebagai generasi penerus, cepat atau lambat kita semua akan menjadi seorang
pemimpin, dan abdi masyarakat dimana seorang pemimpin harus mampu dan selalu
siap untuk berpidato, karena kemampuan berpidato menyangkut wibawa, reputasi dan
kehoramatan seorang pemimpin dipertaruhkan. Maka pahamilah teori dan praktek
pidato sebelum kesempatan menjadi seorang pemimpin itu datang.
9
SARAN
Ada beberapa saran yang ingin kami sampaikan agar perbaiakn dan
penyempurnaan dalam penyusunan karya tulis ini, sehingga dapat mencapai apa yang
kita inginkan dan harapkan, saran-saran tersebut adalah :
1. Pahamilah, dan persiapkan materi-materi pidato sebelum anda berpidato.
2. Berhati-hatilah dalam menggunakan bahasa karena pribahasa mengatakan
bahwa Perkataan lebih tajam dibandingkan sebilah pedang
3. Berusahalah untuk bersikap berani dalam kesempatan untuk berpidato.
Karena semakin banyak tampil semakin bisa anda untuk berpidato.
4. Berpikirlah secara logis dan kritis sebelum anda termakan oleh buaian bahasa
orang lain
5. Pergunakanlah moral dan etika ketika anda sedang berkomunikasi dan
berbahasa.
6. Pengalaman adalah guru yang terbaik
7.
10
11