Anda di halaman 1dari 3

Sekedar Masukan dalam Diskusi Kelompok 5 Isu Prioritas Komnas Perempuan

2020-2024 Khususnya Isu yang Ke-5:


“Penguatan Kelembagaan Komnas Perempuan sebagai Lembaga Nasional HAM
dengan Mandat Spesifik untuk Penghapusan KTP”.

1. Pendahuluan
Mengawali tulisan ini terlebih dahulu saya sampaikan ungkapan terima kasih
atas undangan Komnas Perempuan untuk turut serta mengikuti event
penting Konsultasi Publik Tahun 2022.

2. Beberapa Hasil Pengamatan


Mengapa saya mengatakan bahwa Komnas Perempuan belum pada posisi
yang seharusnya, karena pada pengamatan saya ada beberapa kejadian yang
menyebabkan posisi tersebut bertambah terpuruk dalam lingkungan
nasional.
Pertama: saat usulan-usulan kita para pejuang perempuan menginginkan ada
undang-undang yang akan melindungi perempuan sebagai korban pelecehan
seksual. Sejak awal isu itu kita rumuskan dalam bentuk peraturan perundang-
undangan pada awal-awal dulu, saya sudah sering memperjuangkan tentang
posisinya sejajar dengan lembaga-lembaga negara yang lain.
Kala itu sudah sering saya “jual” keberadaannya dalam dunia HAM kepada
rekan seperjuangan dalam memperjuangkan perlindungan kepada
perempuan yang kebetulan sebagai korban tindak pidana kekerasan seksual
yaitu pemerintah yang dalam hal ini adalah Yth. KPPA.

Kongkritnya saya usulkan kepada beliau-beliau di KPPA agar dalam


pembahasan masalah tersebut mengikutsertakan Komnas Perempuan dalam
timnya.
Dengan demikian dapat saling mengisi dari masing-masing pengalaman
maupun dari kasus-kasus yang sudah barang tentu Komnas Perempuan lebih
banyak laporan-laporan yang masuk sebagai data.

Ternyata dalam kenyataannya, KPPA berjalan sendiri begitu pula Komnas


Perempuan. Sebetulnya dan seharusnya karena RUU-nya inisiatif DPR, maka
seharusnya pemerintah/KPPA satu suara dengan lembaga HAM.

Sampai pembahasan terakhir apa yang saya gembar gemborkan dikalangan


pemerimtah gagal total, yakni tidak diajak bersama-sama menghadapi DPR.
Lalu apa bedanya dengan lembaga LPSK misalnya dalam penanganan
perlindungan korban perempuan?

Sedang kenyataannya? Ternyata meleset dari harapan.

Pengamatan kedua yaitu telah terjadi peristiwa yang bagi saya sangat
menyinggung perasaan sebagai penggiat perempuan, yaitu ketika karena
sesuatu hal yang sepele, sampai-sampai Komnas Perempuan diusur dari
ruang sidang DPR.

Peristiwa-peristiwa tersebut menggugah hati saya dan ratio saya untuk


mencari penyebab yang mungkin dapat mendasari kesamaan tegak
berdirinya bersama-sama dengan mereka dikancah perjuangan masing-
masing.

Kedua peristiwa tersebut ,menguatkan pikiran saya untuk mendorong


Komnas Perempuan mengejawantahkan dirinya diatas undang-undang.
Marilah kita bangun posisi Komnas Perempuan melalui sebuah undang-
undang. Kami siap membantu merealisasi hanya menyusun draft-nya, bahkan
memperjuangkan terwujudnya posisi yang kuat, sejajar dengan lembaga-
lembaga negara lainnya. Tidak perlu minder dalam menghadapi saringan
melalui DPR. Sudah saatnya para perempuan tegar menghadapinya untuk
meraih hak yang sejajar dengan mereka.

3. Penutup
Akhirnya dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf yang sebesar-
besarnya atas kelancangan saya mengutarakan isi hati yang memprihatinkan
posisi Komnas Perempuan sebagai Lembaga Nasional HAM.
Sudah saatnya Komnas Perempuan bangun, berdiri tegak bersama lembaga-
lembaga nasional lainnya.

Semoga curahan hati saya tersebut, tidak disalah artikan. Sekali lagi mohon maaf.

Jakarta, 11 April 2022

( Lies Sugondo, SH )

Anda mungkin juga menyukai