Anda di halaman 1dari 2

Tersesat di Jalan yang Lurus

Sri Astia Haris


Goresan tintaku yang kemudian akan ku senandungkan kali ini, mengajakku untuk bernostalgia ke
tumpukan abu masa lalu, masa sebelum aku mengenal yang namanya biru kuning, masa dimana aku
hanya seorang anak desa yang datang ke kota untuk mencari jati diri, terbentur, tak tau arah,
hingga.... ada genggaman tangan yang mengajak untuk bersahabat.

Heii... kamu anak desa. Se yakin itukah dirimu kepada tangan yang menggenggammu saat itu?. Saya
rasa kau hanya akan menjadi bagian orang2 rugi karena sebuah organisasi, merusak citra diri,
menjadi orang2 tak berguna, kemudian apa yang terjadi selanjutnya? Kau hanya akan menjadi
sampah yang tak bernilai di mata masyarakat.

Aku dan kamu adalah perkara yang rumit. Menyatukan dua pandangan yang berbeda adalah angan
yang sulit. Tapi...... Aku meyakini karena proses telah memberiku bukti bukan hanya sebuah janji.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Yahh itulah namanya. PMII ku putuskan sebagai basis
kemahasiswaan. 17 April 1960 merupakan historis sebuah pembentukan wadah kemahasiswaan,
membentuk generasi yang kritis tanpa menjadikan ia idealis.

Apa? PMII Katamu? Organisasi Islam? Hahahahahahahahah..... Apakah kalian bagian dari mereka
yang selalu terobsesi membangun negara khilafah?. Wacana kebangsaan yang masih saja menjadi
permasalahan. Dari pagi hari hingga sang fajar menyapa kembali, tekad keegoisan itu selalu ada. Apa
organisasimu bagian dari mereka? Jawab?

Moderisasi dan integrasi itulah PMII. Pemikiran moderat dalam beragama, menjadikan Falsafah
pancasila sebagai warisan kiyai dan ulama. Wawasan kebangsaan yang memiliki nilai serta makna.
Menghasilkan pemikiran hebat dan akan terus berfungsi. Menjadi rujukan bagi mereka yang ingin
menjadi ahli apalagi politisi. Maka untuk pertanyaanmu kali ini akan ku jawab tidak. Kami bukan
bagian dari mereka yang ingin membangun negara Khilafah. Tapi Kami akan menyatukan kepingan
komponen bangsa yang terpecah. Ini yang membuatku sadar bahwa aku telah tersesat di jalan yang
lurus.

Apa yang kau dapatkan hingga saat ini? Apa sebuah ilusi atau hanya sebuah halusinasi yang kau
ciptakan sendiri? Menikmati proses yang hanya menyiksa diri, Membuang waktu istirahat di malam
hari hanya untuk diskusi, Merasakan terik matahari dan kerikil jalanan hanya untuk aksi demonstrasi,
apa itu yang kau sebut kenikmatan yang hakiki?

Bukan soal kepentingan pribadi yang ingin ku capai, PMII mengajarkanku banyak hal dalam kebaikan.
Organisasi yang berlandaskan Ahlu Sunnah Wal jamaah yang mengajarkan begitu banyak hal, Aksi
demonstrasi memberikan makna untuk bergerak dan bertindak demi kepentingan bersama,
menghentikan penindasan dari tuan yang ada di gedung persinggahan, Diskusi memberikan kebaikan
dalam tali persaudaraan islam, Membahas sebuah rancangan untuk masa depan dengan kopi sebagai
wejangan, bukankah itu adalah bentuk kenikmatan? Itulah kenyataan yang kurasakan.

Ah.... kamu bermulut besar saja. Jika itu sebuah kenikmatan, mengapa diantara kalian masih banyak
yang hanya numpang nama? Identitas hanyalah sebuah kebohongan belaka. Yang datang hanya
untuk mencari ketenaran setelah itu apa? Terlepas? Dan Hilang? Banyak bicara tapi tak memiliki
bukti. Bukankah visi tanpa aksi adalah impian kosong?

Yah.. kali ini saya sependapat denganmu. Masih banyak Sahabatku yang lebih enjoy dengan
ketidakjelasan arah melintang pikiran.

Benar kan kataku?hmmmm. Jikalau mereka mendengarkanmu kali ini. Apa yang ingin kau
sampaikan?

Ini yang ingin ku sampaikan...................................... Sahabat........... Dzikir, Fikir dan Amal Saleh
katanya. Tapi Mengapa? Kita tak mau tahu kesadaran akan kesombongan komitmen sebagai kader?
Haruskah kita menjadi kader yang menunggu perintah kemudian bergerak? Sahabat jangan biarkan
mutiara mutiara warisan kekayaan intelektual hanya menjadi hiasan pada kamus tak berkaki.
Sahabat..... Mari berdiri dalam lautan kuning biru, menjaga kesatuan dan kebaikan merah putih yang
suci.

Anda mungkin juga menyukai