Anda di halaman 1dari 3

Aku adalah Negaraku

Nasionalisme, sebuah kata yang menunjukkan loyalitas terhadap tempat yang aku duduki
sekarang ini. Terkadang perasaan itu muncul hanya ketika Negaraku mengalami kesusahan. Dan
mungkin rasa itu akan sangat kuat jika aku hidup di masa penjajahan, bertaruh nyawa hanya
demi harga diri dan kehormatan bangsa, bahkan mungkin sampai harus melanggar prinsip
pribadi. Dilema antara keselamatan diri atau harga diri bangsa akan sering terjadi jika aku
menjadi sandera para penjajah.
Tapi nasionalisme tidak hanya muncul saat Negaraku belum merdeka. Bahkan sepertinya
sampai saat ini Negaraku masih dijajah, oleh keterpurukan, kemiskinan, korupsi, kebodohan, dan
pembangunan yang tidak merata. Saat ini aku masih belum bisa berbuat apa-apa untuk
mengubah penjajahan itu. Tapi sebagai Negaraku, aku masih berusaha untuk terus belajar demi
meningkatkan harga diri Negaraku.
Aku menemukan sebuah kalimat yang diutarakan oleh presiden pertamaku yaitu Ir.
Soekarno yang berbunyi, Berikan kepadaku para kaum muda, maka akan kuubah bangsa ini
menjadi lebih baik. Aku, sebagai kaum muda, sebagai milik dari Negaraku, ingin sekali
mengubahnya menjadi lebih baik. Caranya? Dengan diriku yang masih berstatus pelajar, maka
yang bisa kulakukan saat ini ialah belajar, mencapai cita-cita, kemudian membuat Negaraku
bangga telah memliki aku. Iwan Fals berkata, Orang-orang harus dibangunkan, kenyataan harus
dikabarkan. Aku bernyanyi menjadi saksi. Kenyataan bahwa Negaraku masih dijajah tidak
dirasakan oleh sebagian orang, orang-orang yang tidak merasa bahwa mereka adalah bagian dari
bangsa ini. Mungkin bernyanyi saja tidak menyadarkan mereka, kenyataan itu sendiri lah yang
biasanya menyadarkan mereka. Pencurian identitas negara lah yang membuat mereka sadar
bahwa mereka harusnya bersatu untuk menjaga identitas negara tersebut, walau kadang itu juga
hanya terjadi dalam sekejap dan hilang lenyap kembali disapu hal-hal dunia mereka sendiri.
Aku ingin mereka bergabung dan menjadi kita, aku ingin Negaraku dirasakan
sebagai Negara kita. Aku ingin kita merasakan apa yang disebut dengan kecintaan pada negara,
tidak hanya saat susah tapi juga saat bahagia, tidak hanya muncul sekejap tapi muncul seumur
hidup. Saatnya kita bangga berada di Negara kita, kita bangga MENJADI Negara kita. Saat kita
berada diluar Negara kita, saat ditanya siapa diri kita, kita jawab Aku orang Indonesia. Hanya
dengan itu pun kita akan menunjukkan bahwa kita bangga menjadi Indonesia, Negara kita.






Aku dan Negaraku....
akhir2 ini sedih liat perkembangan kehidupan berbangsa di negaraku Indonesia...
perbedaan, ke Bhineka Tunggal Ika-an sudah luntur dari mental manusia Indonesia...
Hilang dari akar negaraku, musnah dari kehidupan berbangsa bertanah air yg katanya mempunyai
dasar negara Pancasila ini...
1. tidak ada lagi negara yg berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa, karena manusia yg hidup di negara
ku tercinta ini seperti tidak beragama, tidak bertuhan, dengan melakukan main hakim sendiri,
membunuh atas nama agama...
2. tidak ada kemanusiaan yg adil dan beradap lagi, karena keadilan itu dapat dilihat dengan perlakuaan
yg sama utk semua manusia. apapun jg agamanya, karena yg saya tau dan yg saya pelajari di agama
saya yaitu islam bahwa kita harus saling menghargai antar agama, tidak boleh memaksakan agama kita
kpd org lain dan akhirnya kita harus berkata... agamaku agamaku dan agamamu agamamu... aku
dengan agamaku dan aku hormati kamu dgn agama pilihanmu...
3. tidak ada lagi persatuan Indonesia... dengan penyerangan oleh beberapa oknum terhadap kelompok
tertentu saya rasa yg namanya persatuan di negaraku yg bernama Indonesia ini telah runtuh... dan
hanya menghancurkan persatuan yg telah dibangun oleh pendiri negara ini... dan saya yakin apabila
mereka melihat bangsanya sekarang ini, para pendiri negara ini pun akan bersedih dan melihat bumi
pertiwi yang mereka perjuangkan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika ternyata tinggal kenangan...
4. tidak ada lagi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan... yang ada hanya main hakim sendiri, permusyawaratan pun sdh tidak dikenal lagi oleh
bangsaku tercinta ini...
5. tidak ada lagi, keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia... hukum hanya berlaku bagi masyarakat kecil,
untuk para pemimpinku dan orang2 yg ada di atas sana hukum adalah buatan mereka, mereka yg
menentukan kemana hukum akan berjalan... hukum bukan untuk menegakkan ke adilan tapi hukum
sebagai kendaraan untuk mencapai kekuasaan... mungkin semua yg terjadi akhir2 ini di negaraku yang
bernama indonesia ini dampak dari kepemimpinan yg tidak amanah... dan rakyat sudah muak melihat
hukum dipermainkan... sehingga membuat hukum sendiri, yaitu hukum rimba... hukum yang anarkis...
sedihnya melihat negara yang aku cintai ini menjadi seperti sekarang...
semoga para pemimpin yang ada di atas sana, para wakil rakyat yang ada di gedung DPR/MPR sana
bisa melihat dan memperjuangkan aspirasi kami,,, aspirasi rakyatmu... semoga oknum yang mengaku
berbuat anarkis atas nama agama sadar, bahwa Indonesia butuh perubahan ke arah yg lebih baik,
Indonesia memerlukan perjuangan panjang untuk menata diri menjadi negara yang kembali kepada
dasar negaranya pancasila, yang kembali menjadi negara yang menjunjung ke-Bhineka Tunggal Ika-an...





"Ich komme aus Indonesien" (saya berasal dari Indonesia) dan mereka berdecak kagum, ketika
saya memperkenalkan diri dihadapan warga negara lain saat itu. Beragam pujian terlontarkan
dalam bahasa asing yang cukup nyaring di telingaku. Ketika itu saya semakin bangga menjadi
bagian bangsa ini.
Saya bercerita tentang kekayaan Indonesia yang melimpah ruah, potensi budaya yang tiada
banding, dan kehidupan timur yang kita junjung tinggi. Namun, pujian itu berujung pada
beragam pertanyaan yang cukup menyentakkan saya, seperti bagaimana kondisi ekonomi dan
politik Indonesia.
Saat itu saya tersentak, tersadar bahwa perjalanan Indonesia masih sangat jauh ke depan. Ketika
mereka menikmatisecangkir kopi dengan harga 2,9 euro (setara 46.400 rupiah saat itu, september
2009) betapa Indonesia masih jauh tertinggal dari negara yang potensi alamnya bahkan tidak
lebih subur dari ibu pertiwi.
Banyak perbedaan yang saya amati dan berusaha mencari tahu mengapa kita yang tak kurang
satu apapun ini bisa ketinggalan dalam beberapa aspek.
Reformasi yang berlangsung selama ini mengarah kemana?
Sistem seperti apa yang kita perlukan untuk kesejahteraan rakyat yang merata?
Bagaimana menghasilkan manusia-manusia yang TIDAK hanya dicetak menjadi roti sarjana
tapi juga mendidik disiplin pemimpin bangsa?
Apa jalan terbaik untuk tetap menjaga hati nurani agar mampu mempertahankan budaya sendiri?
Masih banyak pertanyaan senada yang terlontar dari kita semua. Mengapa kita masih
memelihara budaya sistem birokrasi kompleks warisan kompeni serta memupuk korupsi.
Tidak ada yang bisa disalahkan dari nenek moyang yang telah memberi banyak inspirasi. Jangan
salahkan kenyataan sejarah yang telah berlalu, meskipun satu persatu dari ide-ide cemerlang
mereka mulai luntur dari Pancasila.
Ini adalah hak kita untuk menentukan hidup seperti apa. Memilih MELANJUTKAN sistem
bobrok penuh borok macam ini atau memilih jalan lain dengan mencuci otak generasi penerus
bangsa dengan doktrin Pancasila.
Kita pernah jaya karena Pancasila, dan hingga kini Pancasila adalah alasan negara ini masih
berlayar di dunia.
Ibarat kapal yang nyaris karam, keselamatan semua yang ada di dalamnya adalah tanggung
jawab setiap awak kapal maupun nahkodanya. Kerja sama, keselarasan antara hati dan otak
adalah kunci dari semua ini.
aku bangga dengan bangsa dan negaraku. Tapi tidak dengan pemerintahnya saat ini

Anda mungkin juga menyukai