Anda di halaman 1dari 4

Cut Salsabila Bahroem

2131000004
Teori Politik Luar Negeri

Hard Power, Soft Power dan Smart Power di Indonesia

Hard Power di Indonesia

Politik Indonesia masih dalam bayang – bayang hard power, sikap represif di dalam negeri,
pembungkaman terhadap lawan politik kritis, rayuan jabatan penting dan yang terbaru ialah
pengedepanan pendekatan militeristik ketimbang dialog dan demokrasi yang seakan
mempertegas bahwa posisi pemerintah Indonesia masih dalam bayang – bayang hard power.

Prioritas utama Pemerintah Indonesia adalah pembangunan ekonomi. Bagii elit penguasa,
kemajuan ini tidak akan terjadi tanpa institusi dan aliansi militer untuk mempertahankan
kekuasaan. Contoh pada Kasus Papua, pencapan KKB sebagai teroris memperkuat
pendekatan militeristik Pemerintah Indonesia dalam menyelesaikan konflik di Papua.
Kurangnya dialog dan baku tembak yang meningkat menunjukkan bahwa pemerintah lebih
memilih pendekatan hard power. Banyak pihak mengecam sikap pemerintah yang mencap
KKB sebagai teroris. Hal ini dapat memperparah konflik antara apparat keamanan dan KKB.
Akibatnya, semakin banyak warga sipil yang menjadi korban.

Pemerintah Indonesia menggunakan hard power tidak hanya dalam kasus konflik Papua,
tetapi juga dalam kasus lain. Misalnya dalam konflik pertanian, baik pemerintah dengan
warga maupun korporasi dengan warga. Contohnya adalah kasus Wadas, Menurut KPA
(Konsorsium Pembaruan Agraria), Polisi, TNI dan Satpol PP yang paling bertanggung jawab
atas kekerasan ini. Situasi ini menyebabkan beberapa krisis yang dialami petani, masyarakat
adat, nelayan dan masyarakat kecil lainnya di zona konflik. Penolakan tidak hanya secara
lisan tetapi juga secara tertulis. Pemerintah melalui Kementrian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat (PUPR) berencana akan menggali batuan andesit untuk kebutuhan
bantaran bendungan. Namun, rencana tersebut terancam gagal karena penduduk setempat
terus menyuarakan pertentangan mereka.
Pendekatan hard power, pada syarat eksklusif juga digunakan pemerintah buat membungkam
pihak – pihak yang tidak sependapat, contohnya digunakan untuk menangkap para aktivis.
Penangkapan tersebut diantaranya dialami oleh Dandhy Dwi Laksono & Ananda Badudu
pada saat mereka tengah mearaknya melalukan penolakan revisi Undang – Undang Komisi
Pemberantasan Korupsi (UU KPK) pada September 2019 silam. Selain para aktivis,
pendekatan hard power juga dilakukan pemerintah terhadap kelompok atau organisasi. Hal
itu dialami oleh Front Pembela Islam (FPI). Pada Desember 2020 silam, organisasi FPI
dibubarkan pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) Mendagri, Menkumham,
Menkominfo, Kapolri, Jaksa Agung & Kepala BNPT.

Pemerintah Indonesia menggunakan pluralism untuk menghamtam pluraslisme. Pemerintah


menganggap kelompok islamis ini sebagai ekstrimis. Dalam hal ini tidak hanya teroris dan
pendukung ISIS, tetapi juga anggota atau simpatisan partai – partai islam. Mereka yang
dianggap mencurigakan, dimasukkan ke dalam daftar pantauan oleh badan keamanan negara.
Penekanan pada kelompok islamis ini justru menekan ruang sipil dan membuat Indonesia
kurang demokratis. Pendekatan hard power dalam kondisi tertentu juga dipakai pemerintah
untuk membungkam pihak – pihak yang tidak sependapat.

Soft Power di Indonesia

Namun, kebijakan Pemerintah Indonesia yang menggunakan pendekatan hard power untuk
kelompok atau individu yang berseberangan tampak bertolak belakang dengan kebijakan luar
negeri. Pasalnya Indonesia kerap menyarankan penggunaan dialog konflik yang terjadi di
sebuah negara. Contoh pada saat KTT G20 di Jerman, Presiden Jokowi mengajak negara
anggota G20 untuk menjadi penggerak penyelesaian berbagai akar masalah dengan langkah
yang bisa ditempuh adalah mengembangkan pendekatan soft power dengan cara mengakhiri
ketimpangan dan ketidakadilan.

Contoh pendekatan soft power lainnya ialah terlihat pada saat menyikapi kasus kudeta yang
dilakukan di Myanmar. Dalam banyak kesempatan, Pemerintah Indonesia menekankan
perlunya dialog antara kubu militer dengan penentang kudeta. Dorongan untuk melakukan
dialog itu disuarakan meskipun di Myanmar sendiri telah jatuh korban. Sikap tersebut sudah
pasti mendapatkan protes dari warga Myanmar sendiri.
Pendekatan soft power juga dilakukan Pemerintah Indonesia dalam konflik di Timur Tengah.
Dalam konflik antara Palestina dengan Israel, meskipun mendukung kemerdekaan Plestina,
Indonesia tetap mendorong penyelesaian konflik antara Palestina dengan Israel agar
diselesaikan dengan jalan damai.

Smart Power di Indonesia

Penerapan strategi smart power perlu disesuaikan dengan minat dan tujuan yang dicapai atau
masalah yang ingin diselesaikan. Contoh, Kasus Ambalat. Kasus ini diawali dengan
perjanjian kerjasama antara eksplorasi minyak bumi Petronas Malaysia dengan Royal Dutch
Shell yang mana mulai produksi pada tahun 2005. Perlu diketahui bahwa sebelumnya ada
beberapa perusahaan minyak di Ambalat juga yang melakukan perjanjian eksplorasi dengan
Indonesia, seperti Eunocal dari Italia meskipun di blok yang berbeda di Ambalat. Masalah
hukum terkait klaim kedua belah pihak merupakan salah satu penyebab utama terjadinya
konflik. Factor ekonomi yang sebagaimana kedua negara menginginkan pulau ini untuk
kepentingan bisnis internasional juga merupakan kunci penting dalam konflik ini.

Solusi damai melalui perundingan dengan instrument diplomasi lebih diutamakan. Fase
pertama, fase pembicaraan atau dialog untuk mengetahui posisi masing – masing negara atas
klaim yang diajukan di Blok Ambalat. Fase kedua, bagaimana kedua negara menyepakati
jalan keluar dalam klaim yang tumpeng tindih atas sengketa Blok Ambalat. Dalam hal ini,
penerapan smart power untuk penyelesaian konflik antara Indonesia dan Malaysia sangat
tepat, dikarenakan smart power disini lebih mengkhawatirkan bagaimana agar tidak
berdampak banyak pada Pemerintah Indonesia atau sebaliknya atas konflik antara kedua
negara tersebut. Tidakan ini dinilai tepat biila pihak yang terlibat mempertimbangkan dampak
konflik perbatasan yang melanda kedua belah pihak.
REFERENSI :

KLIK MAGZINE. (t.thn.). Politik 'Power' Indonesia : Lunak ke Luar, Keras di Dalam. Dalam M.
Nasir, THINKER - STORY TELLER. Banten: PT KLIK Media Nusantara.

Amanda, D. C. (n.d.). Penerapan Smart Power, Studi Kasus : Kondlik Indoneisa Malaysia Atas
Perairan Ambalat. (Kompasiana) Retrieved Desember 2022, from
https://www.kompasiana.com/dcitraamanda/6065823b8ede485989249ac5/penera
pan-smart-power-studi-kasus-konflik-indonesia-mmalaysia-atas-perairan-ambalat?
page=all#section3

Anda mungkin juga menyukai