Anda di halaman 1dari 101

HAL-HAL YANG ADA HUBUNGAN DENGAN

DERMATITIS KONTAK ALERGI PADA PENDERITA DI


BEBERAPA LOKASI DI WILAYAH INDONESIA
PERIODE TAHUN 2015 SAMPAI DENGAN TAHUN 2020
(SYSTIMATIC REVIEW)

ANDI DIAN AMELIANA


4517111040

TEMA : HIPERSENSITIF

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2022
ii

HAL-HAL YANG ADA HUBUNGAN DENGAN


DERMATITIS KONTAK ALERGI PADA PENDERITA
DI BEBERAPA LOKASI DI WILAYAH INDONESIA
PERIODE TAHUN 2015 SAMPAI DENGAN TAHUN
2020

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

Program Studi

Pendidikan Dokter

Disusun dan diajukan oleh

Andi Dian Ameliana

Kepada

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2022
iii
iv
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan rahmat dan hidayahNYA sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hal-hal yang Ada Hubungan

dengan Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di Beberapa Lokasi di

Wilayah Indonesia PeriodeTahun 2015 sampai dengan Tahun 2020”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas

Bosowa Makassar.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

beberapa pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak DR. Dr. Ilhamjaya Patellongi, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Bosowa Makassar yang Lama.

2. Bapak Dr. Marhaen Hardjo, M. Bomed, PhD., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Bosowa Makassar.

3. Dr. Faizin Manaba, PAK selaku Dosen Pembimbing I yang telah

banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan

petunjuk dan bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

4. Dr. Nurliana, M.Biomed selaku Dosen Pembimbing II yang telah

banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan


vi

petunjuk dan bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

5. Seluruh dosen dan staff Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa

Makassar.

6. Orang tua saya tercinta bapak H. Andi Gapri S.Sos, MM dan Ibu Hj.

Andi St Munawwarah sebagai peran utama disetiap perjalanan cita-

cita yang selalu mendoakan dan memberikan motivasi, semangat,

serta dukungan dan bantuan finansial yang sangat luar biasa kepada

penulis.

7. Kakak ku tersayang Apt. Andi Ditha Juli Zaputri, S.Farm. dan Agus

Purnomo, S.H. yang selalu mendoakan, memberikan motivasi serta

semangat, dan juga bantuan finansialnya sehingga menyelesaikan

skripsi ini.

8. Keluarga besar saya yang tidak henti-hentinya memberikan doa dan

semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat dan rekan-rekan di fakultas kedokteran angkatan 2017,

terima kasih atas kebersamaan dan semangat yang telah diberikan

kepada penulis.

10. Sahabatku tersayang Yaya, Mayang, dan Farika. Terima kasih karena

telah menemani, dan memberikan semangatdalam menyelesaikan

skripsi ini.

11. Sahabatku Wulan, Kak Reski, Intan, dan teman lainnya yang tidak

bisa saya sebutkan satu per satu terimakasih sudah mendengar


vii
viii

Andi Dian Ameliana, Hal-hal yang Ada Hubungan dengan Dermatitis Kontak Alergi pada
Penderita di BeberapaLokasi di wilayah Indonesia Periode Tahun 2015 sampai dengan
Tahun 2020 (Dibimbing Dr. Faizin Manaba danDr. Nurliana).

ABSTRAK

Dermatitis Kontak Alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe


lambat, atau reaksi imunologi tipe IV, dimediasi terutama oleh limfosit
yang sebelumnya tersensitisasi, yang menyebabkan peradangan dan
edema pada kulit. Dermatitis Kontak Alergi (DKA) suatu dermatitis yang
timbul setelah kontak dengan alergen sehingga menyebabkan gejala
sensitisasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang ada
hubungan dengan Dermatitis Kontak Alergi pada penderita di beberapa
lokasi di wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun
2020.
Metode penelitian merupakan penelitian analitik dengan cara
mensintesis hasil yang diperoleh tiga belasartikel penelitian ilmiah dengan
desain penelitian case control.
Hasil penelitian dari 8 penelitian yang dianalisis menunjukkan bahwa
terdapat hal-hal yang mempunyai hubungan dengan Dermatitis Kontak
Alergi pada penderita di beberapa lokasi di wilayah Indonesia yaitu
adanya hubungan bermakna antara personal hygiene, pekerjaan
penderita, riwayat keluarga, riwayat dermatitis kontak alergi,dan
penggunaan APD terhadap Dermatitis Kontak Alergi pada penderita di
beberapa lokasi di wilayah Indonesia dengan p value< 0.05%. Sedangkan
tidak terdapat hubungan bermakna dengan p value >0.05% antara
paparan alergen dengan Dermatitis Kontak Alergi pada penderita di
beberapa lokasi di wilayah Indonesia.
Kesimpulan Dermatitis Kontak Alergi pada penderita di beberapa
lokasi di wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun
2020 memiliki hubungan bermakna terhadap personal hygiene, pekerjaan
penderita, riwayat keluarga, riwayat dermatitis kontak alergi, dan
penggunaan APD.

Kata Kunci : Dermatitis Kontak Alergi


ix

Andi Dian Ameliana, Matters Related to Allergic Contact Dermatitis in Patients in Several
Locations in Indonesia for the Period 2015 to 2020 (Supervised by Dr. Faizin Manaba
and Dr. Nurliana).

ABSTRACT

Allergic contact dermatitis is a delayed type hypersensitivity


reaction, or type IV immunologic reaction, mediated primarily by previously
sensitized lymphocytes, which cause inflammation and edema of the skin.
Allergic Contact Dermatitis (DKA) is a dermatitis that occurs after contact
with an allergen causing sensitization symptoms.
The purpose of this study is to find out things that have a
relationship with Allergic Contact Dermatitis in patients in several locations
in indonesia from 2015 to 2020.
Research method is analytical research by synthesizing the results
obtained by thirteen scientific research articles with case control research
design.
The results of the 8 studies analyzed showed that there were
things that had a relationship with Allergic Contact Dermatitis in patients in
several locations in Indonesia, namely there was a significant relationship
between personal hygiene, patient work, family history, history of allergic
contact dermatitis, and use of Personal Protective Equipmentagainst
Allergic Contact Dermatitis in patients in several locations in Indonesia
with p value < 0.05%. Meanwhile, there is no significant relationship with p
value > 0.05% between allergen exposure and Allergic Contact Dermatitis
in patients in several locations in Indonesia.
Conclusions Allergic Contact Dermatitis in patients in several
locations in Indonesia for the period 2015 to 2020 has a significant
relationship to personal hygiene, patient work, family history, history of
allergic contact dermatitis, and use of Personal Protective Equipment.

Keywords: Keywords: Allergic Contact Dermatitis


x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGAJUAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iv

PRAKATA v

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR SINGKATAN xvii

LAMPIRAN xviii

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Pertanyaan Penelitian 3

D. Tujuan Penelitian 4

1. Tujuan Umum 4

2. Tujuan Khusus 4

E. Manfaat Penelitian 5

F. Ruang Lingkup Penelitian 6

G. Sistematika dan Organisasi Penulisan 6

1. Sistematika Penulisan 6
xi

2. Organisasi Penulisan 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 8

A. Landasan Teori 8

1. Dermatitis Kontak Alergi 8

a. Definisi 8

b. Klasifikasi 9

c. Epidemiologi 10

d. Faktor Risiko 12

e. Etiologi 20

Lanjutan Daftar Isi

Halaman

f. Patogenesis 21

g. Gambaran Klinis 23

h. Diagnosis 26

i. Penatalaksanaan 30

j. Komplikasi 31

k. Prognosis 32

l. Pengendalian 32

2. Hal-hal yang Ada Hubungan dengan Dermatitis Kontak 33


Alergi

a. Personal Hygiene 33

b. Pekerjaan Penderita 33

c. Riwayat Keluarga 34

d. Riwayat Dermatitis Kontak Alergi 34

e. Paparan Alergen 35

f. Penggunan APD 35
xii

B. Kerangka Teori 36

BAB III. KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN 37


HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep 37

B. Hipotesis Penelitian 38

C. Definisi Operasional 39

BAB IV. METODE PENELITIAN 43

A. Metode dan Desain Penelitian 43

1. Metode Penelitian 43

2. Desain Penelitian 43

B. Tempat dan Waktu Penelitian 44

1. Tempat Penelitian 44

2. Waktu Penelitian 44

C. Populasi dan Sampel Penelitian 45

1. Populasi Penelitian 45

2. Sampel Penelitian 45

D. Kriteria Jurnal Penelitian 45

Kriteria Inklusi 45

E. Cara Pengambilan Sampel 48

F. Teknik Pengumpulan Data 48

Lanjutan Daftar Isi

Halaman

G. Alur Penelitian 48

H. Prosedur Penelitian 49

I. Pengolahan dan Analisis Data 52


xiii

J. Aspek Etika Penelitian 53

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 54

A. Hasil 54

B. Pembahasan 64

C. Keterbatasan Penelitian 68

BAB VI. PENUTUP 69

A. Kesimpulan 69

B. Saran 70

DAFTAR PUSTAKA 72
xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 1. Karakteristik Limbah B3 14

Tabel 2. Jurnal Penelitian tentang Dermatitis Kontak Alergi 46


pada Penderita di Beberapa Lokasi di Wilayah
Indonesia Periode Tahun 2015 Sampai dengan
Tahun 2020, yang Digunakan Sebagai Data
Penelitian

Tabel 3. Tabel Rangkuman data Hasil Penelitian tentang 55


Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di
Beberapa Lokasi di Wilayah Indonesia Periode
Tahun 2015 Sampai dengan Tahun 2020

Tabel 4. Hubungan antara Personal Hygiene dengan 58


Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di
beberapa lokasi wilayah Indonesia periode tahun
2015 sampai dengan tahun 2020

Tabel 5. Hubungan antara Pekerjaan Penderita dengan 59


Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di
beberapa lokasi wilayah Indonesia periode tahun
2015 sampai dengan tahun 2020
Tabel 6. Hubungan antara Riwayat Keluarga dengan 60
Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di
beberapa lokasi wilayah Indonesia periode tahun
2015 sampai dengan tahun 2020
Tabel 7. Hubungan antara Riwayat Dermatitis Kontak 61
Alergi dengan Dermatitis Kontak Alergi pada
Penderita di beberapa lokasi wilayah Indonesia
periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020
xv

Tabel 8. Hubungan antara Paparan Alergen dengan 62


Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di
beberapa lokasi wilayah Indonesia periode tahun
2015 sampai dengan tahun 2020

Tabel 9. Hubungan antara Penggunaan APD dengan 63


Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di
beberapa lokasi wilayah Indonesia periode tahun
2015 sampai dengan tahun 2020
xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul gambar Halaman

Gambar 1 Kerangka Teori 36

Gambar 2 Kerangka Konsep 37

Gambar 3 Desain Penelitian 43

Gambar 4 Alur Penelitian 48


xvii

DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Kepanjangan

DKA : Dermatitis Kontak Alergi

IKKK : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUPMH : Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin

WHO : World Health Organization

B3 : Bahan Berbahaya dan Beracun

UV : Ultra Violet

UVA : Ultra Violet A

UVB : Ultra Violet B

APC : Antigen Presenting Cells

ICAM-1 : Inter Cellular Adhesion Molecule-1

ICDRG : International Contact Dermatitis Research Group

APD : Alat Pelindung Diri


xviii

LAMPIRAN

Lampiran Judul Lampiran Halaman

A. Lampiran 1. Jadwal Penelitian 75

B. Lampiran 2. Tim Peneliti dan Biodata Peneliti 77

C. Lampiran 3. Biaya Penelitian dan Sumber Dana 80

D. Lampiran 4. Rekomendasi Etik 81

E. Lampiran 5. Sertifikat Bebas Plagiarisme 82


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dermatitis Kontak Alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit)

yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi 1.

Dermatitis Kontak Alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe

lambat, atau reaksi imunologi tipe IV, dimediasi terutama oleh limfosit

yang sebelumnya tersensitisasi, yang menyebabkan peradangan dan

edema pada kulit2.

Dermatitis Kontak Alergi (DKA) suatu dermatitis yang timbul setelah

kontak dengan alergen sehingga menyebabkan gejala sensitisasi.

Terdapat dua tahap dalam terjadinya dermatitis kontak alergi, yaitu tahap

sensitisasi dan tahap elisitasi. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan

oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, dan

vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain 3.

DKA dapat diderita oleh orang yang sebelumnya pernah

tersensitisasi oleh alergen dari berbagai golongan umur, ras dan jenis

kelamin. DKA lebih sering ditemukan pada usia 41-60 tahun.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Thyssen dan kawan-kawan

dengan mengumpulkan data dari semua kelompok umur di seluruh

negara dari Amerika Utara dan Eropa Barat dari tahun 1966 sampai
2007, didapatkan prevalensi DKA yang setidaknya positif pada satu jenis

alergen bervariasi dari 12,5% sampai 40,6%4.

Penyebab Dermatitis Kontak Alergi ialah bahan kimia sederhana

dengan berat molekul rendah (< 1000 dalton), disebut sebagai hapten,

bersifat lipofilik, sangat reaktif, dan dapat menembus stratum komeum

sehingga mencapai sel epidermis bagian dalam yang hidup. Berbagai

faktor berpengaruh terhadap kejadian DKA, misalnya potensi sensitisasi

alergen, dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan,

oklusi, suhu dan kelembaban lingkungan, vehikulum dan pH. Juga faktor

individu, misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum

komeum, ketebalan epidermis), status imun (misalnya sedang mengalami

sakit, atau terpajan sinar matahari secara intens) 5.

B. Rumusan Masalah

Dermatitis Kontak Alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit)

yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka rumusan masalah penelitian

ini adalah, „‟Hal-hal apa saja yang ada hubungan dengan Dermatitis

Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah Indonesia

periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020?‟‟


C. Pertanyaan Penelitian

1. Apakah ada hubungan antara personal hygiene dengan Dermatitis

Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah Indonesia

periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020?

2. Apakah ada hubungan antara pekerjaan penderita dengan Dermatitis

Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah Indonesia

periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020?

3. Apakah ada hubungan antara riwayat keluarga dengan Dermatitis

Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah Indonesia

periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020?

4. Apakah ada hubungan antara riwayat dermatitis kontak alergi dengan

Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah

Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020?

5. Apakah ada hubungan antara paparan alergen dengan Dermatitis

Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah Indonesia

periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020?

6. Apakah ada hubungan antara penggunaan APD dengan Dermatitis

Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah Indonesia

periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020?


D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hal-hal yang ada hubungan dengan Dermatitis

Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah Indonesia

periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui adanya hubungan antara personal hygiene

dengan Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi

wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

b. Untuk mengetahui adanya hubungan antara pekerjaan penderita

dengan Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi

wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

c. Untuk mengetahui adanya hubungan antara riwayat keluarga

dengan Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi

wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

d. Untuk mengetahui adanya hubungan antara riwayat dermatitis

kontak alergi dengan Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di

beberapa lokasi wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai

dengan tahun 2020.

e. Untuk mengetahui adanya hubungan antara paparan alergen

dengan Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi

wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.


f. Untuk mengetahui adanya hubungan antara penggunaan APD

dengan Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi

wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi untuk Tenaga Kesehatan

Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan promosi

kesehatan tentang Dermatitis Kontak Alergi yang bertujuan untuk

pengendalian Dermatitis Kontak Alergi sehingga akibatnya dapat

dihindari.

2. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan dan Kedokteran

a. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya bagi civitas

akademika di institusi pendidikan kesehatan dan kedokteran.

b. Diharapkan hasil penelitian dapat memperkaya ilmu pengetahuan

dan menambah informasi tentang Dermatits Kontak Alergi.

3. Bagi peneliti

a. Menambah pengetahuan tentang Dermatitis Kontak Alergi.

b. Dapat menjadi sarana pengembangan diri, mengasah daya analisa,

menambah pengalaman meneliti penulis.


F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah penelitian di bidang penyakit

dermatitis kontak alergi.

G. Sistimatika dan Organisasi Penulisan

1. Sistimatika Penulisan

a. Pertama penulis mentukan masalah penelitian

b. Setelah itu penulis mencarai buku-buku rujukan untuk bahan teori

tentang dermatitis kontak alergi.

c. Penulis mencari dan mengumpulkan jurnal/artikel tentang dermatitis

kontak alergi pada penderita di beberapa lokasi di wilayah Indonesia.

d. Kemudian penulis memilah jurnal yang memenuhi kriteria jurnal

penelitian.

e. Penulis kemudian memilih jurnal jurnal tentang dermatitis kontak alergi

pada penderita di beberapa lokasi di wilayah Indonesia periode tahun

2015 sampai dengan tahun 2020, yang memenuhi kriteria jurnal

penelitian.

f. Setelah itu mengumpulkan data dengan memasukkan ke computer

dengan menggunakan program microsoft excel.

g. Penulis kemudian membuat table rangkuman semua data yang

ditemukan pada jurnal terpilih.

h. Setelah itu melakukan analisa sintesis masing masing data.


i. Lalu membuat hasil dan pembahasan.

j. Dan ditutup dengan ringkasan dan saran.

2. Organisasi Penulisan

a. Penulisan proposal.

b. Revisi proposal sesuai masukan yang didapatkan pada seminar

proposal dan ujian proposal.

c. Penulisan hasil.

d. Seminar hasil.

e. Revisi skripsi sesuai masukan saat seminar hasil.

f. Ujian skripsi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Dermatitis Kontak Alergi

a. Definisi

Dermatitis Kontak Alergi adalah suatu dermatitis (peradangan kulit)

yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitisasi.

Dermatitis Kontak Alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat,

atau reaksi imunologi tipe IV, dimediasi terutama oleh limfosit yang

sebelumnya tersensitisasi, yang menyebabkan peradangan dan edema

pada kulit. Dermatitis Kontak Alergi (DKA) suatu dermatitis yang timbul

setelah kontak dengan alergen sehingga menyebabkan gejala sensitisasi.

Terdapat dua tahap dalam terjadinya dermatitis kontak alergi, yaitu tahap

sensitisasi dan tahap elisitasi. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan

oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, dan

vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain 1


9

b. Klasifikasi

Dermatitis alergika dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Dermatitis alergika

alimentosa (karena makanan) dan Dermatitis alergika medikamentosa

(karena obat-obatan)6.

1. Dermatitis alergika alimentosa (karena makanan)

Alergi makanan adalah reaksi imunologis terhadap protein makanan yang

terjadi segera (terjadi beberapa detik hingga beberapa menit setelah

makan atau menyentuh item makanan) atau tertunda (terjadi beberapa

jam atau hari kemudian). Alergi makanan paling umum terjadi pada bayi

kecil (4%), sekitar 2% orang dewasa juga menderita alergi terhadap satu

atau lebih makanan. Kecenderungan alergi makanan diturunkan dari

keluarga6.

Umumnya alergi makanan merupakan manifestasi reaksi tipe I. Alergen

dapat berupa protein atau produknya, karbohidrat , lemak , bahan-bahan

pengawet atau bumbu-bumbu. Beberapa makanan dapat juga merupakan

allergen atau mempunyai reaksi silang seperti kacang tanah, kedelai,

buncis dll. Beberapa allergen yang berasal dari makanan bersifat tidak

tahan panas sehingga dengan dimasak dapat menjadi bahan non alergik.

Seperti halnya reaksi alergi tipe I maka manifestasi alergi makanan dapat

berupa anafilaksi, urtikaria, angioudem, dermatitis atopik 6.

2. Dermatitis alergika medikamentosa (karena obat-obatan):

“Drug eruption” dalam arti luas berarti semua erupsi kulit yang disebabkan

oleh bermacam-macam bahan kimia yang digunakan untuk mendiagnosis,


10

mencegah atau mengobati penyakit. Dalam arti yang sempit adalah erupsi

kulit yang disebabkan oleh masuknya obat secara sistemik baik peroral,

parenteral maupun per inhalasi6.

c. Epidemiologi

Bila dibandingkan dengan Dermatitis Kontak Iritan, jumlah pasien

Dermatitis Kontak Alergi lebih sedikit, karena hanya mengenai orang

dengan keadaan kulit sangat peka (hipersensitif). Diperkirakan jumlah

DKA maupun DKI makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah

produk yang mengandung bahan kimia yang dipakai oleh masyarakat.

Namun, informasi mengenai prevalensi dan insidens DKA di masyarakat

sangat sedikit, sehingga angka yang mendekati kebenaran belum didapat.

Dahulu diperkirakan bahwa kejadian DKI akibat kerja sebanyak 80% dan

DKA 20%, tetapi data baru dari lnggris dan Amerika Serikat menunjukkan

bahwa dermatitis kontak alergik akibat kerja karena temyata cukup tinggi

yaitu berkisar antara 50 dan 60 persen. Sedangkan, dari satu penelitian

ditemukan frekuensi DKA bukan akibat kerja tiga kali lebih sering

dibandingkan dengan DKA akibat kerja5.

Dermatitis Kontak Alergi dapat diderita oleh orang yang sebelumnya

pernah tersensitisasi oleh alergen dari berbagai golongan umur, ras dan

jenis kelamin. DKA lebih sering ditemukan pada usia 41-60 tahun. Alergi

terhadap nikel lebih banyak diderita oleh perempuan karena perempuan

lebih sering terpapar perhiasan. Data insiden dan prevalensi Dermatitis


11

Kontak Alergi yang tercatat pada populasi umum masih minimal, sehingga

kasus sesungguhnya diperkirakan lebih besar dari data yang tersedia7.

Kisaran 7% dari penduduk Amerika Serikat menderita Dermatitis

Kontak Alergi yang berhubungan dengan perkerjaan, namun menurut data

U.S Bereau of Labor Statistic insiden mencapai 10 sampai 50 kali lebih

besar daripada data yang dilaporkan. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Thyssen dan kawan-kawan dengan mengumpulkan data dari

semua kelompok umur di seluruh negara dari Amerika Utara dan Eropa

Barat dari tahun 1966 sampai 2007, didapatkan prevalensi DKA yang

setidaknya positif pada satu jenis alergen bervariasi dari 12,5% sampai

40,6%. Prevalensi alergen yang paling tinggi adalah alergi terhadap nikel,

thimerosal dan campuran aroma. Prevalensi alergi terhadap nikel

bervariasi dari dari 0,7% sampai 27,8%. Prevalensi Dermatitis Kontak

Alergi yang datang berobat di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

(IKKK) divisi Alergo-Imunologi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad

Hoesin (RSUPMH) Palembang pada tahun 2005 sebesar 12,87%, tahun

2006 sebesar 13,28%, tahun 2007 sebesar 12,34% dan 2008 sebesar

13,42%.4 Seiring bertambahnya produk yang mengandung bahan kimia

yang dipakai oleh masyarakat, diperkirakan jumlah penderita dermatitis

kontak alergi akan semakin meningkat4.


12

d. Faktor Resiko

1) Agent

a) Agen Kimia

Agen kimia merupakan penyebab utama dari penyakit kulit dan

gangguan pekerjaan. Seorang pekerja dapat terkena bahan kimia

berbahaya melalui kontak langsung dengan permukaan yang

terkontaminasi atau percikan. Bahaya bahan kimia adalah korosif dan

racun. Bahan kimia dapat menyebabkan jaringan kulit iritasi sampai

cedera atau korosi pada permukaan logam, namun sering terjadi

adalah cedera korosi yang merusak jaringan lunak baik kulit maupun

mata. Iritasi kulit merupakan derajat cedera korosif dengan derajat

ringan8.

Agen ini dibagi menjadi dua jenis yaitu primer dan sensitizer iritasi

1. Iritan primer

Kebanyakan dermatitis kerja disebabkan oleh kontak dengan iritan

primer. Pertama iritan ini mengubah kimia kulit dan menghancurkan

perlindungan kulit sehingga kulit menjadi rusak dan dermatitis kontak

iritan primer dapat terjadi. Iritan primer atau langsung bertindak pada

kulit. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-

garam logam (arsen, air raksa, dan lain-lain)8.

Bahan-bahan penyebab dermatitis kontak iritan diantaranya produk

hewan (berasal dari sekresi seafood, ulat, kumbang, serangga,

ngengat), kosmetik, bahan degreasing, deterjen, gesekan, makanan,


13

kelembaban rendah, cairan pada pekerjaan besi, gas airmata, obat

topical, bahan pelarut dan air/pekerjaan basah9.

2. Sensitizer

Sensitizer tidak dapat menyebabkan reaksi kulit langsung, tetapi

pemaparan berulang bisa menyebabkan reaksi alergi. Bahan kimia

yang menyebabkan sensitisasi kulit lebih jauh sedikit daripada yang

menyebabkan iritasi primer. Sensitizer berupa logam dan garam-

garamnya (kromium, nikel, kobalt,dll), senyawa-senyawa yang

berasaldari anilin (p-fenilendiamin, pewarna azo), derivate nitro

aromatic (trinitrotoluenen), resin (khususnya monomer dan aditif

seperti epoksiresin, formaldehid, vinil, akrilik, akselerator, plasticizer),

bahan-bahan kimia karet (vulnizer seperti dimetil tiuramdisulfida, anti

oksidan), obat-obatan dan antibiotik (prokain, finotizain, klorotiazit,

penisilin, dan 20 tetrasiklin), kosmetik, terpentin, tanaman-tanaman

(primula dan crhisanthenum)8.

b) Agen Biologi

Beberapa mikroorganisme (mikroba, fungi), parasit kulit dan produk

produknya juga menyebabkan penyakit kulit. Banyak agen yang dapat

menyebabkan dermatitis kontak. Beberapa contohnya yaitu, sekret

serangga, lipas, dan sebagainya serta getah tumbuh-tumbuhan yang

dapat menimbulkan dermatitis venenata, yang berbentuk linier 8.

c) Limbah B3
14

Pemulung sering berkontak dengan sampah setiap harinya baik itu

sampah anorganik, sampah organik mapun sampah B3. Sampah

bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan sampah bahan

berbahaya dan beracun yang dihasilkan oleh aktivitas sehari-hari di

lingkungan rumah tangga atau domestik maupun industri yang

mengandung bahan atau kemasan suatu jenis bahan berbahaya dan

atau beracun yang sangat berbahaya bagi lingkungan 10.

Jenis sampah yang dihasilkan berdasarkan karakteristiknya,

dimana karakteristiknya yang paling banyak atau dominan jenis

sampahnya diantaranya karaksteristik yang lain adalah karakteristik

beracun10.

Tabel 1.Karakteristik Limbah B3

Karakteristik Jenis Sampah

Mudah Terbakar/Meledak Oli bekas, kaleng bekas pengharum ruangan,


lem, spidol dan tip-x.

Pemutih/pelembut pakaian, pembersih toilet/


Korosif
kamar mandi, dan baterai bekas.

Minyak rambut, shampo, lampu neon, obat


Beracun kadaluarsa, sabun pencuci piring/ detergen
pakaian, kaleng bekas pestisida (baygon),
kosmetik/produkkecantikan, perfum dan
deodorant.

Pembersih kaca.

Kasa perban.
Menimbulkan Iritasi
15

Infeksius

Sumber : (Prasetyaningrum dkk, 2017)

2) Frekuensi Kontak

Frekuensi kontak adalah jumlah berapakalinya kontak dengan

bahan kimia. Frekuensi kontak yang berulang untuk bahan yang

mempunyai sifat sensitisasi akan menyebabkan terjadinya dermatitis

kontak jenis alergi, yang mana bahan kimia dengan jumlah sedikit akan

menyebabkan dermatitis yang berlebih baik luasnya maupun beratnya

tidak proporsional. Oleh karena itu, upaya menurunkan terjadinya

dermatitis kontak akibat kerja adalah dengan menurunkan frekuensi

kontak dengan bahan kimia11.

3) Lama Kontak

Lama kontak merupakan jangka waktu pekerja berkontak dengan

bahan kimia dalam hitungan jam/hari. Lama kontak antar pekerja berbeda-

beda, sesuai dengan proses pekerjaannya. Lama kontak mempengaruhi

dermatitis kontak akibat kerja. Lama kontak dengan bahan kimia akan

mengakibatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Semakin lama

kontak dengan bahan kimia, maka peradangan atau iritasi kulit dapat

terjadi sehingga menimbulkan kelainan kulit12.

Lama kontak dapat mempengaruhi kejadian dermatitis kontak

akibat kerja. Lama kontak dengan bahan kimia yang terjadi akan

meningkatkan terjadinya dermatitis kontak akibat kerja. Pekerja yang

berkontak dengan bahan kimia menyebabkan kerusakan sel kulit lapisan


16

luar, semakin lama berkontak dengan bahan kimia maka akan semakin

merusak sel kulit lapisan yang 22 lebih dalam dan memudahkan untuk

terjadinya dermatitis kontak dengan bahan kimia yang bersifat iritan atau

alergen secara terus menerus akan menyebabkan kulit pekerja mengalami

kerentanan mulai dari tahap yang ringan sampai tahap yang berat 13.

4) Faktor Lingkungan

a. Suhu dan Kelembaban

Kelembaban udara dan suhu udara yang tidak stabil dapat

mempengaruhi terjadinya dermatitis kontak. Kelembaban rendah

menyebabkan pengeringan pada epidermis. Semua penyebab dermatitis

kontak seperti basa kuat dan asam kuat, sabun, detergen dan bahan kimis

organik lainnya jika diperberat dengan turunnya kelembaban dan naiknya

suhu lingkungan kerja dapat mempermudah terjadinya dermatitis kontak

iritan berkontak dengan kulit. Bila kelembaban udara turun dan suhu

lingkungan naik dapat menyebabkan kekeringan pada kulit sehingga

memudahkan bahan kimia untuk mengiritasi kulit dan kulit menjadi lebih

mudah terkena dermatitis14.

b. Sinar Matahari

Sinar matahari berbahaya bagi kulit jika dibiarkan terkena paparan

sinarnya dalam waktu lama. Hal ini disebabkan oleh sinar ultra violet (UV),

yang mendominasi sebagian besar dari sinar matahari. Sinar matahari

dibagi menjadi dua macam, yaitu sinar ultra violet A (UVA) dan ultra violet

(UVB). Pada saat sinar UVA membakar kulit, maka akan muncul zat kimia
17

berbahaya yang disebut radikal bebas. Radikal bebas merupakan materi-

materi yang merusak lapisan kolagen dan lapisan elastin, juga sel-sel

pembentuk melanin atau pigmen kulit.Sedangkan UVB mempunyai

gelombang pendek. Sinar ini membuat warna coklat pada kulit dan

memiliki daya bakar. Sebagaimana hal itu juga dapat memicu serangan

kanker kulit. Sinar tersebut mencapai derajat tertinggi kira-kira pada pukul

10.00 sampai pukul 15.00 pada musim panas, musim semi dan permulaan

musim gugur14.

c. Kualitas air yang digunakan

Berdasarkan PP Republik Indonesia No 82 Tahun 2001, kualitas air

adalah kondisi kualitas air yang diukur atau diuji berdasarkan parameter-

parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Hasil uji kemudian dibandingkan

dengan batas baku mutu air yang berlaku. Kualitas air ini dinyatakan

dalam parameter fisika, kimia dan biologi14.

Parameter fisik menyatakan kondisi air atau keberadaan bahan

yang dapat diambil secara visual atau kasat mata. Parameter fisik adalah

kekeruhan, kandungan partikel atau padatan, warna, rasa, bau, dsb.

Parameter kimia meliputi kandungan oksigen, bahan organik (BOD,COD),

mineral atau logam, derajat keasaman, nutrient, kesadahan, dsb.

Parameter mikrobiologis meliputi bakteri, virus, dan mikroba pathogen

lainnya. Hasil pengukuran dapat dinyatakan kondisi baik atau tercemar.


18

Sebagai acuan adalah baku mutu air yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 82 tahun 2001.

5) Faktor Individu.

a) Kondisi Kulit

Kondisi kulit yang berhubungan dengan dermatitis adalah trauma

mekanis yang meliputi gesekan, tekanan, lecet, luka dan memar. Trauma

di tempat kerja 24 bisa ringan, sedang atau berat dan terjadi sebagai

peristiwa tunggal atau berulang. Luka kulit lainnya dapat terjadi dari

kontak dengan benda tajam atau dari diserang oleh benda berat. Sebuah

contoh bahan yang dapat menyebabkan luka adalah kaca berserat yang

dapat menimbulkan iritasi, gatal dan goresan15.

b) Riwayat Alergi

Seseorang yang pernah menunjukkan reaksi alergi terhadap salah

satu bahan dan pernah menderita dermatitis kronis atau dermatitis yang

sering kambuh, lebih mudah menjadi peka terhadap bahan-bahan yang

baru misalnya kosmetik, sarung tangan karet, dan obat-obat topikal. Hal

ini mungkin disebabkan oleh meningkatnya absorpsi pada kulit yan rusak.

Demikian pula reaksi iritan dapat mempercepat sensitisasi16.

c) Riwayat Pekerjaan Sebelumnya

Umumnya pekerja di Indonesia pernah bekerja pada lebih dari satu

tempat kerja. Hal ini memungkinkan terdapat pekerja yang sebelumnya

terkena penyakit akibat kerja dan terbawa hingga ke tempat kerja yang

baru. Pada pekerjaan sebelumnya memiliki riwayat penyakit dermatitis,


19

merupakan kandidat utama untuk terkena penyakit dermatitis. Hal ini

karena kulit pekerja tersebut sensitif terhadap berbagai macam zat kimia.

Jika terjadi inflamasi maka zat kimia akan lebih mudah dalam mengiritasi

kulit, sehingga kulit lebih mudah terkena dermatitis 17.

Pekerjaan yang berkaitan dengan dermatitis kontak diantaranya

pekerja pertanian, pekerja konstruksi, dokter gigi, teknisi elektronik,

penjual bunga, pekerja yang berhubungan dengan makanan, piñata

rambut, pembantu rumah tangga, teknisi mesin, pekerja bengkel, pekerja

kantor, fotografer, pegawai percetakan, dan pekerja garmen18.

d) Jenis Kelamin

Dermatitis kontak alergi dapat diderita oleh semua orang dari

berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Dermatitis kontak alergi

lebih banyak diderita oleh orang yang berjenis kelamin perempuan.

Dikarenakan kulit antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan

ketebalannya11. Berdasarkan Aesthetic Surgery Journal dalam Djuanda

(2017), terdapat perbedaan antara kulit pria dan wanita, perbedaan

tersebut dilihat dari jumlah dari folikel rambut, kelenjar sebaceous atau

kelenjar keringat dan hormon. Kulit pria mempunyai hormon yang dominan

yaitu androgen yang dapat menyebabkan kulit pria lebih banyak

berkeringat dan ditumbuhi banyak bulu, sedangkan kulit wanita lebih tipis

daripada kulit pria sehingga lebih rentan terkena penyakit kulit19.


20

e) Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang dapat nenperparah

terjadinya dermatitis kontak. Umur mempunyai pengaruh yang penting

terhadap kejadian kesehatan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai

kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami kesehatan akibat kerja

dibandingkan dengan golongan umur muda karena umur muda

mempunyai reaksi dan kegesitan yang lebih tinggi. Namun, umur muda

pun sering pula mengalami kasus kecelakaan dan kesehatan kerja, hal ini

mungkin karena kecerobohan dan sikap suka tergesa-gesa. Selain itu,

pekerja dengan usia yang lebih tua, ketebalan kulit pun semakin

berkurang, sehingga lapisan kulit menipis dan menyebabkan mudahnya

bahan kimia masuk ke dalam lapisan kulit yang lebih dalam lagi19.

f) Masa Kerja

Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang

telah terpajan dengan berbagai sumber penyakit yang dapat

mengakibatkan keluhan gangguan kulit. Masa kerja merupakan jangka

waktu pekerja mulai terpajan dengan kemungkinan sumber yang dapat

mengakibatkan keluhan gangguan kulit sampai waktu penelitian20.

e. Etiologi

Dermatitis kontak alergi terjadi setelah kontakan eksternal dengan

bahan toksik. Penyebab timbulnya dermatitis kontak alergi antara lain

berupa asam dan basa yang memiliki sifat kuat, serta pelarut organik.
21

Rasa panas, nyeri atau /gatal yang dikeluhkan oleh penderita setelah

beberapa saat melakukan kontak dengan bahan yang merupakan

gejalanya. Banyak zat kimia yang dapat bereaksi dengan alergen, akan

tetapi sangat jarang yang menimbulkan masalah. Beberapa zat kimia

merupakan alergen yang cukup kuat, dengan sekali paparan dapat

menyebabkan sensitisasi, sedangkan sebagian bahan kima lain

memerlukan paparan berulang – ulang sebelum menimbulkan

sensitisasi22.

Penyebab Dermatitis Kontak Alergi adalah bahan kimia sederhana

dengan berat molekul umumnya rendah (< 1000 dalton), merupakan

allergen yang belum diproses, disebut hapten, bersifat lipofilik, sangat

reaktif, dapat menembus stratum korneum sehingga mencapai sel

epidermis dibawahnya (sel hidup). Berbagai fator berpengaruh dalam

timbulnya Dermatitis Kontak Alergi, misalnya, potensi sensitisasi allergen,

dosis per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu

dan kelembaban lingkungan, vehikulum, dan Ph. Juga faktor individu,

misalnya keadaan kulit pada lokasi kontak (keadaan stratum korneum,

ketebalan epidermis), status imun (misalnya sedang menderita sakit, atau

terpajan sinar matahari secara intens) 5.

f. Patogenesis

Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada Dermatitis Kontak Alergi

adalah mengikuti respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated


22

immune respons) atau reaksi imunologik tipe IV, suatu hipersensivitas tipe

lambat. Reaksi ini terjadi melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase

elisitasi. Hanya individu yang telah mengalami sensitisasi dapat menderita

Dermatitis Kontak Alergi19.

Fase sensitisasi dimulai saat adanya kontak dengan bahan kimia

sederhana yang disebut hapten (alergen yang memiliki berat molekul kecil

yang dapat menimbulkan reaksi antibodi tubuh jika terikat dengan protein

untuk membentuk antigen lengkap). Antigen ini kemudian berpenetrasi ke

epidermis dan ditangkap dan diproses oleh antigen presenting cells (APC)

yaitu makrofag, dendrisit, dan sel langerhans. Selanjutnya antigen ini

dipresentasikan oleh antigen presenting cells ke sel T. Setelah kontak

dengan antigen yang telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar getah

bening regional untuk berdeferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T

efektor yang tersensitisasi secara spesifik dansel memori. Sel-sel ini

kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid,

sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit

tubuh. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3minggu19 .

Fase elisitasi terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang

sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam

kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi interleukin-1 yang

akan merangsang sel T untuk mensekresi interleukin-2. Selanjutnya

interleukin-2 akan merangsang interferon gamma. Interleukin-1 dan

interferongamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1


23

(intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit

T dan leukosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan

sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi

vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai

macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan

tampak sebagai dermatitis. Proses peredaan atau penyusutan

peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu proses skuamasi,

degradasi antigen oleh enzim dan sel,kerusakan sel langerhans dan sel

keratinosit serta pelepasan prostaglandin E-1,2 oleh sel makrofag akibat

stimulasi interferongamma. prostaglandin E-1,2 berfungsi menekan

produksi interleukin-2dan sel T serta mencegah kontak sel T dengan

keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan

memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen,

diduga histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat

sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain,seperti sel B dan sel T

terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan

peradangan19.

g. Gambaran Klinis

Penderita pada umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung

pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak

eritema berbatas jelas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel

atau bula. Vesikelatau bula dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi
24

(basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul,

likenifikasi dan mungkin juga fisur,batasnya tidak jelas. Kelainan ini sulit

dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis21.

Sifat alergen dapat menentukan gambaran klinisnya. Bahan kimia

karet tertentu (phenyl-isopropyl-p-phenylenediamine) bisa menyebabkan

dermatitis purpura, dan derivatnya dapat mengakibatkan dermatitis

granulomatosa. Dermatitis pigmentosa dapat disebabkan oleh parfum dan

kosmetik23.

Lokasi lesiDermatitis Kontak Alergi

1. Tangan : Kejadian dermatitis kontak alergi baik iritan maupun alegik

paling sering di tangan, mungkin karena tangan merupakan organ

tubuh yang paling sering digunakan untuk melakukan pekerjaan

sehari-hari. Pada pekerjaan yang basah, misalnya pada saat memasak

makanan, mencuci pakaian, pengatur rambut di salon, angka kejadian

dermatitis tangan lebih tinggi. Contoh bahan yang dapat menimbulkan

dermatitis tangan, misalnya deterjen, antiseptic, getah sayuran, semen,

dan pestisida23.

2. Lengan : Allergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh

jam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman. Di

ketiak dapat disebabkan oleh deodorant, anti-perspiran, formaldehid

yang ada di pakaian23.


25

3. Wajah : Dermatitis kontak pada wajah dapat disebaban oleh bahan

kosmetik, spons(karet), obat topical, allergen di udara, nikel (tangkai

kaca mata), semua allergen yang kontak dengan tangan dapat

mengenai sekitaran muka pada waktu menyeka keringat. Bila di bibir

atau sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah

buah-buahan. Dermatitis di kelopak mata dapat disebabkan oleh cat

rambut, maskara, eye shadow, obat tetes mata, salep mata23.

4. Telinga : Anting atau jepit telinga terbuat dari nikel, penyebab

dermatitis kontak pada telinga. Penyebab lain, misalnya obat topical,

tangkai kacamata, cat rambut, gagang telepon23.

5. Leher : Penyebab kalung dari nikel, parfum, allergen di udara, zat

warna pakaian23.

6. Badan : Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh tekstil, zat

warna, kancing logam, karet (elastis, buah), plastic, deterjen, bahan

pelembut atau pewangi pakaian23.

7. Genitalia : Penyebab dapat antiseptic, obat topical, nilon, kondom,

pembalut wanita, allergen yang berada di tangan, parfum, kontrasepsi,

deterjen. Bila mengenai daerah anal, mungkin disebabkan oleh obat

antihemoroid23.

8. Paha dan tungkai bawah : Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan

oleh tekstil, dompet, kunci (nikel), kaos kaki nilon, obat topical, semen,

sepatu/sandal. Pada kaki dapat disebabkan oleh deterjen, bahan

pembersih lantai23.
26

h. Diagnosis

1. Anamnesis

Untuk menetapkan bahan alergen penyebab dermatitis kontak

alergik diperlukan anamnesis yang teliti.Pertanyaan mengenai

kontaktan yang dicurigai berdasarkan kelainan kulit yang ditemukan.

Misalnya,pada kelainan kulit berukuran numular di sekitarumbilikus

berupa hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi,

makaperlu ditanyakan apakah penderita memakai kancing celana atau

kepala ikat pinggang yang terbuat dari logam (nikel). Data yang

berasal dari anamnesis juga meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat

topikal yang pernah digunakan, obatsistemik, kosmetika, berbagai

bahan-bahan yang diketahui menimbulkan alergi, penyakitkulit yang

pernah dialami, serta penyakit kulit pada keluarganya (misalnya

dermatitis atopik)5.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik sangat penting, karena dengan melihat lokasi

danpola kelainan kulit seringkali dapat diketahui kemungkinan

penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh deodorant, di pergelangan

tangan oleh jam tangan, dan dikedua kaki oleh sepatu/sandal.

Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada seluruh permukaan kulit,

untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-sebab

endogen5.
27

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan

papula disusul dengan pembentukan vesikel yang jika pecah akan

membentuk dermatitiss yang membasah. Lesi pada umumnya timbul

pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah

sekitarnya. Karena beberapa bagian tubuh sangat mudah

tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yang lain maka predileksi

regional akan sangat membantu penegakan diagnosis24.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang salah satu yang paling sering digunakan

adalah :

a. Patch test.

Dasar pelaksanaan patch testadalah sebagai berikut:

- Bahan yang diujikan (dengan konsentrasi dan bahan pelarut

yang sudah ditentukan) ditempelkan pada kulit normal,

kemudian ditutup. Konsentrasi yang digunakan pada umumnya

sudah ditentukan berdasarkan penelitian-penelitian.

- Biarkan selama 2 hari (minimal 24 jam) untuk member

kesempatan absorbsi dan reaksi alergi dari kulit yang

memerlukan waktu lama. Meskipun penyerapan untuk masing-

masing bahan bervariasi, ada yang kurang dan ada yang lebih

dari 24 jam, tetapi menurut para peniliti waktu 24 jam sudah

memadai untuk kesemuanya, sehingga ditetapkan sebagai

standar.
28

- Kemudian bahan tes dilepas dan kulittempat penempelan

tersebut diamati perubahan atau kelainan yang terjadi pada

kulit. Pada tempat tersebut bisa kemungkinan terjadi dermatitis

berupaeritema, papul, edema,fesikel, dan bahkan kadang-

kadang bisa terjadi bula atau nekrosis24.

b. uji tempel

Dilakukan setelah dermatitisnya sembuh (tenang), bila mungkin

setelah 3 minggu. Tempat melakukan uji tempel biasanya di

punggung, dapat pula di bagian luar lengan atas. Bahan uji diletakkan

pada sepotong kain atau kertas, ditempelkan pada kulit yang utuh,

ditutup dengan bahan impermeabel, kemudian direkat dengan plester.

Setelah 48 jam dibuka26.

Pembacaan dilakukan 15-25 menit kemudian, agar efek tekanan

menghilang atau minimal. Cara penilaiannya ada bermacam-macam

pendapat, yang dianjurkan olehInternational Contact Dermatitis

Research Group(ICDRG) adalah sebagai berikut:

NT: Tidak diteskan

+1 = reaksi lemah (non-vesikular) : eritema, infiltrat, papul (+)

+2 = reaksi kuat : edema atau vesikel (++)

+3 = reaksi sangat kuat (ekstrim): bula atau ulkus (+++)

± = meragukan: hanya makula eritematosa (?)

IR = iritasi: seperti terbakar, pustul, atau purpura (IR)

- = reaksi negatif (-)5.


29

Reaksi excited skin atau 'angry back', merupakan reaksi positif

palsu, suatu fenomena regional disebabkan oleh satu atau beberapa

memberi reaksi positif kuat. Fenomena ini pertama dikemukakan oleh

Bruno Bloch pada abad ke-20, kemudian diteliti oleh Mitchell pada tahun

1975. Pembacaan kedua dilakukan pada 72 jam setelah aplikasi.

Pembacaan kedua ini penting untuk membantu membedakan antara

respons alergik atau iritan. Hasil positif lambat dapat terjadi setelah 96 jam

bahkan sarnpai satu minggu setelah aplikasi. Untuk menginterpretasi hasil

uji tempel tidak mudah. Respons alergik biasanya menjadi lebih jelas

antara pembacaan kesatu dan kedua, (reaksi tipe crescendo), sedangkan

respons iritan cenderung menurun (reaksi tipe cfecrescendo). Bila

ditemukan respons positif terhadap suatu alergen, perlu ditentukan

relevansinya dengan keadaan klinik, riwayat penyakit, dan sumber antigen

di lingkungan pasien. Mungkin respons positif tersebut berhubungan

denga penyakit yang sekarang atau penyakit masa lalu yang pernah

dialami5.

Reaksi positif palsu dapat terjadi antara lain bila konsentrasi terlalu

tinggi, atau bahan tersebut bersifat iritan bila dalam keadaan tertutup

(oklusi). Efek pinggir uji tempel (edge effect), umumnya karena iritasi,

secara klinis tampak bagian tepi menunjukkan reaksi lebih kuat, sedang

dibagian tengah reaksi ringan atau sama sekali tidak ada kelainan. lni

disebabkan karena meningkatnya konsentrasi iritasi cairan di bagian


30

pinggir. Sebab lain oleh karena efek tekanan, dapat terjadi bila uji tempel

dilakukan dengan menggunakan bahan padat5.

Reaksi negatif palsu dapat terjadi misalnya apabila konsentrasi

yang digunakan terlalu rendah, vehikulum tidak tepat, bahan uji tempel

tidak melekat dengan baik, atau menjadi longgar akibat pergerakan,

kurang cukup waktu penghentian pemakaian kortikosteroid sistemik atau

pemakaian kortikosteroid topikal berpotensi kuat dalam jangka waktu lama

pada daerah yang akan dilakukan uji temple5.

Diagnosis Banding

Kelainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan

gambaran morfologik yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik,

dermatitis numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis. Diagnosis

banding yang terutama ialah dengan dermatitus kontak iritan. Dalam

keadaan ini pemeriksaan uji tempel perlu dipertimbangkan untuk

menentukan, apakah dermatitis tersebut karena kontak alergi5.

i. Penatalaksaan

Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak alergik

adalah upaya pencegahan kontak berulang dengan alergen penyebab,

dan menekan kelainan kulit yang timbul. Pada dermatitis kontak alergik,

pemberian obat yang penting untuk menghilangkan gejala keterbatasan

fisik akibat timbulnya erupsi. Pada lesi akut vesikuler, diberikan

kompres,misalnya dengan solusio NaCl 0,9% atau lainnya. Pada yang


31

kronik dengan lesi likenifikasi paling baik diberi emolien. Keluhan gatal

dapat diberi anti pruritus topikal atau anti histamin oral. Kortikosteroid

topikal dan sistemi merupakan gold standard unruk menghilangkan gejala

dan perbaikan cepat. Sebaiknya obat ini digunakan dalam jangka

pendek25.

Hal yang perlu diperhatian pada pengobatan dermatitis kontak adalah

upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan allergen

penyebabnya dan menekan kelainan kulit yang timbul25.

Kortikosteroid dapat diberikan dalam jangka pendek untuk mengatasi

peradangan Dermatitis Kontak Alergi akut yang ditandai dengan eritema,

edema, visikel atau bula, serta eksudatif (madidans), misalnya prednisone

30 mg/hari. Umumnya kelainan kulit akan mereda setelah beberapa hari.

Sedangan kelainan kulitnya cukup dikompres dengan laruan garam faal

atau larutan air salisil 1:100025.

Untuk Dermatitis Kontak Alergi ringan atau Dermatitis Kontak Alergi

akut yang telah mereda (setelah mendapat pengobatan kortikosteroid atau

makrolaktam (pimecrolimus atau tacrolimus) secara topical25.

j. Komplikasi

Dermatitis kontak alergi dimulai sebagai reaksi lokal terhadap alergen

yang bersentuhan dengan kulit, tetapi reaksi yang parah dapat

menggeneralisasi akibat autoeczematization dan dapat menyebabkan


32

eritroderma. Menelan alergen kontak jarang dapat menyebabkan sindrom

babon atau dermatitis kontak sistemik umum26.

k. Prognosis

Prognosis Dermatitis Kontak Alergi umumnya baik, sejauh bahan

kontaknya dapat disingkirkan. Prognosis kurang baik dan menjadi krosis

bila terjadi bersamaan dengan dermatitis oleh faktor endogen (dermatitis

atopic, dermatitis numuralis, atau psoriasis), atau terpajan oleh allergen

yang tidak mungkin dihindari, misalnya berhubungan dengan pekerjaan

tertentu atau yang terdapat di lingkungan penderita26.

l. Pengendalian

a. Menghindari Alergen

Setelah kemungkinan penyebab masalah dermatologi penderita telah

ditentukan oleh uji tempel, sangat penting untuk menyampaikan informasi

ini kepada pasien dengan carayang mudah dimengerti. Ini melibatkan

penjelasan cermat terhadap bahan yang mengandung alergen. Namun,

untuk beberapa bahan kimia (seperti nikel dan kromium logam),

penghindaran langsung setelah sekali sensitisasi tidak selalu

menghasilkan perbaikan gejala. Secara keseluruhan, prognosis untuk

alergi akibat kerja ini buruk. Dengan demikian, menghindari alergen yang

sudah pernah terpapar sekali adalah pencegahan yang tidakmemadai.

Selain itu, menasihati pekerja dengan Dermatitis Kontak Alergi untu


33

meninggalkan posisimereka saat ini mungkin bukan saran terbaik,

terutama jika perubahan pekerjaan akan menghasilkan dampak ekonomi

yang signifikan buruk27.

b. Induksi Ambang Batas

Pencegahan Dermatitis Kontak Alergi yang benar terletak pada

penentuan ambang batas untuk induksi penyakit. Berdasarkan informasi

ini, produk dapat dipasarkan dan tempat kerja dirancang agar

mengandung alergen pada tingkat bawah ambang batas27.

2. Hal-Hal yang Ada Hubungan dengan Terjadinya Dermatitis

Kontak Alergi

a. Personal Hygiene

Kebersihan diri (personal hygiene) merupakan kebersihan diri sendiri

yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik

maupun psikologis. Usaha kesehatan pribadi adalah daya upaya dari

seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya

sendiri. Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di

lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta

menjalankan pola atau perilaku hidup bersih dan sehat16.

b. Pekerjaan Penderita

Riwayat pekerjaaan merupakan salah satu faktor yang dapat dijadikan

pertimbangan dalam menentukan penyebab penyakit dermatitis.


34

Pekerjaan yang berkaitan dengan dermatitis kontak diantaranya

pekerja pertanian, pekerja konstruksi, dokter gigi, teknisi elektronik,

penjual bunga, pekerja yang berhubungan dengan makanan, piñata

rambut, pembantu rumah tangga, teknisi mesin, pekerja bengkel,

pekerja kantor, fotografer, pegawai percetakan, dan pekerja garmen18.

c. Riwayat Keluarga

Genetik menjelaskan tentang material pembawa informasi untuk

diwariskan. Menjelaskan bahwa aliran informasi yang dibawa oleh

DNA dalam rangkaian The Central Dogma, yang berbunyi aliran

informasi DNA dapat diteruskan ke sel-sel maupun individu lainnya

dengan replikasi, dapat diekspresikan menjadi suatu sinyal perantara

dalam bentuk RNA, yang kemuadian dapat ditranslasikan menjadi

polipeptida unit pembangun suatu fenotipe dari organisme yang ada.

Dermatitis kontak alergi sering dijumpai pada sebuah keluarga, namun

penurunannya tidak mengikuti hukum mendel30.

d. Riwayat Dermatitis Kontak Alergi

Alergi timbul oleh karena pada seseorang terjadi perubahan reaksi

terhadap bahan tertentu. Alergi adalah reaksi yang abnormal terhadap

satu bahan atau lebih yang terdapat dalam lingkungan hidup sehari-

hari. Penyakit alergi diantaranya alergi debu rumah, alergi pollen, alergi

spora jamur, alergi obat, alergi makanan, dan alergi serangga. Riwayat

alergi merupakan salah satu faktor yang dapat menjadikan kulit lebih

rentan terhadap penyakit dermatitis. Dalam melakukan diagnosis


35

penyakit dermatitis dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Diantaranya adalah dengan melihat sejarah dermatologi termasuk

riwayat penyakit pada keluarga, aspek pekerjaan atau tempat kerja,

sejarah alergi (misalnya alergi terhadap obat-obatan tertentu), dan

riwayat lain yang berhubungan dengan dermatitis20.

e. Paparan Alergen

Papapraan alergen merupakan faktor dominan terjadinya dermatitis

f. Penggunaan APD

Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan


tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari
adanya potensi bahaya/ kecelakaan kerja. APD tidaklah secara
sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi
tingkat keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini sebaiknya
tetap dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis maupun
pengendalian administratif26. Menurut (Tarwaka,2014) bagian tubuh
yang beresiko terkena dermatitis atau radang pada kulit adalah kepala,
bagian tubuh, lengan, tangan dan jari serta bagian kaki dan tungkai.
Oleh sebab itu jenis alat pelindung diri yang diperlukan untuk
mengurangi resiko dermatitis adalah topi plastik/karet, peci, pakaian
dari karet/ plastik, sarung tangan karet/plastik dan sepatu karet, zool
bahan kayu31.
m. Kerangka Teori

Personal Hygiene Pekerjaan Riwayat


Riwayat Kontak Alergi Paparan Alergen Penggunaan APD
Penderita
Keluarga Sebelumnya

Personal Hygiene
buruk Pekerjaan yang Apd tidak memadai
Genetik
berisiko Bahan Alergen

Terdapat bahan Kontak dengan Alergen


alergen
Antigen alergen

Dipresentasikan oleh Antigen Presenting Cells (APC) ke Sel T

Sel T ke KGB Regional

Sel T beraksi dengan leukosit – mensekresi Eikosanoid

Eikosanoid aktif sel mast & makrofag

Histamin diepaskan

Vasodilatasi & Permeabilitas ↑

Dermatitis Kontak Alergi

Gambar 1. Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI


OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Personal Hygiene

Pekerjaan Penderita

Riwayat Keluarga Dermatitis Kontak Alergi

Riwayat Dermatitis
Kontak Alergi

Paparan Alergi

Penggunaan APD

Gambar 2. Kerangka Konsep


38

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara personal hygiene dengan Dermatitis Kontak

Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah Indonesia periode

tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

2. Ada hubungan antara pekerjaan penderita dengan Dermatitis Kontak

Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah Indonesia periode

tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

3. Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan Dermatitis Kontak

Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah Indonesia periode

tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

4. Ada hubungan antara riwayat dermatitis kontak alergi dengan

Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah

Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

5. Ada hubungan antara paparan alergen dengan Dermatitis Kontak

Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah Indonesia periode

tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

6. Ada hubungan antara penggunaan APD dengan Dermatitis Kontak

Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah Indonesia periode

tahun 2015 sampai dengan tahun 2020


39

C. Definisi Operasional

1. Penderita

Penderita pada penelitian adalah penderita di beberapa lokasi di wilayah

Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020, yang tercatat

pada jurnal sumber data penelitian.

Kriteria Objektif penderita:

a. Kasus: bila pada jurnal sumber data penelitian tercatat penderita

menderita Dermatitis Kontak Alergi.

b. Kontrol: bila pada jurnal sumber data penelitian tercatat penderita tidak

menderita Dermatitis Kontak Alergi.

2. Personal Hygiene

Kebersihan diri (personal hygiene) pada penelitian adalah personal

hygiene penderita di beberapa lokasi di wilayah Indonesia periode tahun

2015 sampai dengan tahun 2020, yang tercatat pada jurnal sumber data

penelitian.

Kriteria objektif personal hygiene penderita:

a. Berisiko: bila pada jurnal sumber data tercatat penderita kurang atau

jelek
40

b. Tidak Berisiko: bila pada jurnal sumber data tercatat personal hygiene

penderita baik.

3. Pekerjaan Penderita

Pekerjaan penderita pada penelitian adalah pekerjaan penderita di

beberapa lokasi di wilayah Indonesia periodetahun 2015 sampai dengan

tahun 2020, yang tercatat pada jurnal sumber data penelitian.

Kriteria objektif pekerjaan penderita

a. Berisiko: bila pada jurnal sumber data tercatat pekerjaan penderita

adalah pekerjaan yang berisiko terpapar allergen.

b. Tidak Berisiko: bila pada jurnal sumber data tercatat pekerjaan

penderita adalah pekerjaan yang tidak berisiko terpapar allergen.

4. Riwayat Keluarga

Riwayat Keluarga pada penelitian ini adalah riwayat keluarga penderita

menderita dermatitis kontak alergi atau alergi yang lain di beberapa lokasi

di wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020, yang

tercatat pada jurnal sumber data penelitian.

Kriteria objektif riwayat keluarga penderita:

a. Berisiko: bila pada jurnal sumber data tercatat ada riwayat keluarga

penderita menderita dermatitis kontak alergi atau alergi yang lain.


41

b. Tidak Berisiko: bila pada jurnal sumber data tercatat tidak ada riwayat

keluarga penderita menderita dermatitis kontak alergi atau alergi yang

lain

5. Riwayat Dermatitis Kontak Alergi

Riwayat dermatitis kontak alergi pada penelitian ini adalah riwayat

dermatitis kontak alergi pada penderita di beberapa lokasi di wilayah

Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020, yang tercatat

pada jurnal sumber data penelitian.

Kriteria objektif riwayat dermatitis kontak alergi pada penderita

a. Berisiko: bila pada jurnal sumber data tercatat penderita pernah atau

selalu menderita dermatitis kontak alergi atau alergi yang lain

b. Tidak Berisiko: bila pada jurnal sumber data tercatat penderita tidak

pernah menderita dermatitis kontak alergi atau alergi yang lain

6. Paparan Alergen

Paparan alergen pada penelitian adalah paparan allergen pada penderita

di beberapa lokasi di wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai

dengan tahun 2020, yang tercatat pada jurnal sumber data penelitian.

Kriteria objektif paparan allergen pada penderita:


42

a. Berisiko: bila pada jurnal sumber data tercatat penderita sering

mendapat paparan alergen

b. Tidak Berisiko: bila pada jurnal sumber data tercatat penderita tidak

pernah mendapat paparan alergen

7. Penggunaan APD

Penggunaan alat pelindung diri pada penelitian ini adalah penggunaan

alat pelindung diri oleh penderita saat bekerja di beberapa lokasi di

wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020, yang

tercatat pada jurnal sumber data penelitian

Kriteria objektif penggunaan alat pelindung diri oleh penderita:

a. Berisiko: bila pada jurnal sumber data tercatat penderita kadang-

kadang atau tidak pernah menggunakan APD saat bekerja.

b. Tidak Berisiko: bila pada jurnal sumber data tercatat penderita selalu

menggunakan APD saat bekerja.


BAB IV

METODE PENELITIAN

a. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

systematic review dengan pendekatan case control, menggunakan jurnal

penelitian tentang penderita Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di

beberapa lokasi wilayah indonesia periode tahun 2015 sampai dengan

tahun 2020, yang bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang ada hubungan

dengan Dermatitis Kontak Alergi.

2. Desain Penelitian

Faktor Resiko Postif


Kasus

Faktor Resiko Negatif

Faktor Resiko Positif


Kontrol

Faktor Resiko Negatif

Gambar 3. Desain Penelitian


44

b. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Tempat Penelitian

Disesuaikan dengan tempat penelitian jurnal sumber data penelitian

artikel penelitian. Dari delapanjurnal sumber data penelitian ini maka

tempat penelitian adalah di beberapa lokasi di wilayah Indonesia, seperti

tercantum di bawah ini:

a. Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor

b. PT. PSUT Jambi, Kabupaten Muara Jambi

c. Cengkareng, Batu Ceper, Kunciran

d. Puskesmas Pauh, Padang

e. Dusun Puntondo, Takalar

f. Puskesmas Rappokalling, Kota Makassar

g. Kabupaten Semarang

h. Puskesmas Juntinyuat, Jawa Barat

2. Waktu penelitian

Disesuaikan dengan waktu penelitian jurnal sumber data penelitian. Dari

delapan jurnal sumber data penelitian ini maka waktu penelitian antara

tahun 2015 sampai dengan tahun 2020, seperti tercantum di bawah ini:

a. Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor 2020

b. PT. PSUT Jambi, Kabupaten Muara Jambi 2016

c. Cengkareng, Batu Ceper, Kunciran 2020


45

d. Puskesmas Pauh, Padang 2017

e. Dusun Puntondo, Takalar 2015

f. Puskesmas Rappokalling, Kota Makassar 2018

g. Kabupaten Semarang, 2020

h. Puskesmas Juntinyuat, Jawa Barat 2020

c. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jurnal penelitian tentang

Dermatitis Kontak Alergi pada penderita di beberapa lokasi di wilayah

Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah seluruh jurnal penelitian tentang

Dermatitis Kontak Alergi pada penderita di beberapa lokasi di wilayah

Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020, yang

memenuhi kriteria penelitian.

d. Kriteria sampel Penelitian

Kriteria Inklusi Jurnal Penelitian

a) Jurnal penelitian tentang Dermatitis Kontak Alergi pada penderita di

beberapa lokasi di wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai

dengan tahun 2020.

b) Jurnal penelitian yang memuat minimal dua variabel.


46

c) Jurnal penelitian menggunakan metode analitik dengan pendekatan

Case Control.

Berdasarkan kriteria inklusi jurnal penelitian ditemukan 8 jurnal

sumber data penelitian, seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Jurnal Penelitian tentang Dermatitis Kontak Alergi pada

Penderita di Beberapa Lokasi di Wilayah Indonesia Periode Tahun

2015 Sampai dengan Tahun 2020, yang akan Digunakan Sebagai

Sumber Data Penelitian

No. Nama dan Judul penelitian Tempat penelitian Sampe Metode


tahun l penelitian
penelitian

1. Nina Eka FAKTOR - KECAMATAN 68 Case


Yuliana, dkk, FAKTOR YANG CITEUREUP control
2020 BERHUBUNGAN KABUPATEN
DENGAN BOGOR
KELUHAN
SUBJEKTIF
DERMATITIS
KONTAK PADA
PEKERJA
PABRIK TAHU DI
KECAMATAN
CITEUREUP
KABUPATEN
BOGOR TAHUN
2020
2. Margareta HUBUNGAN PT. PSUT JAMBI 54 Case
Pratiwi, dkk, PEMAKAIAN KABUPATEN control
2016 APD, HYGIENE MUARA JAMBI
PERORANGAN
3. Elva Fitriah, FAKTOR- Cengkareng, Batu 62 Case
2020 FAKTOR YANG Ceper, Kunciran control
BERHUBUNGAN
DENGAN RISIKO
DERMATITIS
KONTAK PADA
47

PEKERJA DI PT.
WIJAYA KARYA
4. Dian ANALYSIS OF PUSKESMAS 150 Case
Sari,Nova RISK FACTORS PAUH PADANG control
Rita , 2017 ATTENISTIC
DERMATITIS
ATTENDANCE
ON THE
CENTER IN
PUSKESMAS
PAUH PADANG
5. Atjo FAKTOR DI DUSUN 128 Case
DOMINAN YANG PUNTONDO control
Wahyu, 2015 MEMPENGARUH TAKALAR
I KEJADIAN
DERMATITIS
KONTAK DAN
DAMPAKNYA
TERHADAP
KUALITAS
HIDUP PADA
PETANI
RUMPUT LAUT
DI DUSUN
PUNTONDO
TAKALAR
6. Abd.Gafur , Determinan Puskesmas 128 Case
Nasruddin Kejadian Rappokalling Kota control
Syam, 2018 Dermatitis Di Makassar
Puskesmas
Rappokalling
Kota Makassar
7. Rudatin Kejadian Kabupaten 46 Case
Windraswara Dermatitis Kontak Semarang control
,Dewi pada Pemulung
Latifatul
Janah, 2020
8. Hairil Akbar, Hubungan Puskesmas 98 Case
2020. Personal Hygiene Juntinyuat control
dan Pekerjaan
dengan Kejadian
Dermatitis di
Wilayah Kerja
Puskesmas
Juntinyuat
48

e. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sampel yang diterapkan padapenelitian ini

disesuaikan dengan cara pengambilan data pada jurnal sumber data

penelitian di berbagai tempat yaitu total sampling.

f. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini akan dilakukan dengan

memasukkan semua data dari penelitian-penelitian yang digunakan

sebagai sampel kedalam komputer dengan menggunakan program

microsoft excel.

g. Alur Penelitian

Penelusuran jurnal tentang Dermatitis Kontak Alergi pada


penderita di beberapa lokasi di wilayah Indonesia .

Terkumpul delapan jurnal penelitian tentang Dermatitis Kontak Alergi pada


penderita di beberapa lokasi di wilayah Indonesia.

Memenuhi kriteria penelitian

Terpilih delapan jurnal sumber data penelitian tentang


Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi
wilayah indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun
2020

Membuat tabel rangkuman data kasus dan kontrol dari jurnal


sumber data penelitian

Melakukan Pengambilan data dari jurnal sumber data


penelitian, yang terdiri dari: 1. Judul dan penulis penelitian;
2. Tempat dan waktu penelitian; 3. Personal hygiene; 4.
Pekerjaan penderita; 5.Riwayat keluarga; 6. Riwayat
dermatitis kontak alergi; 7. Paparan Alergen; 8. Penggunaan
APD
49

Pengumpulan data penelitian

Pengolahan dan analisa data penelitian

Penulisan hasil penelitian

Penyajian hasil penelitian

Gambar 4. Alur Penelitian

h. Prosedur Penelitian

1. Penelit itelah melakukan penelusuran jurnal tentang dermatitis kontak

alergi pada penderita di berbagai tempat seperti: Google Schoolar,

situs web Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) dan situs

repository setiap universitas di Indonesia, Pubmed, Scopus atau

Ebsco.

2. Dilakukan pengumpulan semua jurnal penelitian tentang Dermatitis

Kontak Alergi pada penderita di beberapa wilayah di Indonesia;

3. Jurnal penelitian kemudian dipilah menyesuaikan kriteria penelitian.

4. Akan dikumpulkan beberapa hasil penelitian analitik dengan

pendekatan case control yang meneliti Dermatitis Kontak Alergi pada

penderita di beberapa wilayah di Indonesia periode tahun 2015 sampai

dengan tahun 2020, yang memenuhi kriteria penelitian.

5. Semua datadikumpulkan dengan memasukkan kedalam komputer

dengan menggunakan program microsoft excel.


50

6. Data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil penelitian

masing masing jurnal menyangkut personal hygine, pekerjaan

penderita, riwayat keluarga, riwayat kontak sebelumnya, paparan

alergen, dan penggunaan APD.

7. Data penelitian tersebut dituangkan dalam tabel rangkuman data hasil

penelitian tentang penderita Dermatitis Kontak Alergi

8. Kemudian Akan dilakukan pengambilan data dari jurnal penelitian

sumber data yang terdiri dari:

a. Nama Peneliti dan Tahun Terbit

b. Judul penelitian

c. Tempat dan waktu penelitian

d. Personal Hygiene : diambil data personal hygiene dari jurnal terkait

kemudian dikelompokkan menjadi berisko bila pada jurnal sumber

data penelitian tercatat penderita menderita Dermatitis Kontak Alergi,

atau kelompok tidak bersiko bila pada jurnal sumber data penelitian

tercatat penderita tidak menderita Dermatitis Kontak Alergi.

e. Pekerjaan Penderita : diambil data pekerjaan penderita dari jurnal

terkait kemudian dikelompokkan menjadi kelompok berisiko bila pada

jurnal sumber data tercatat pekerjaan penderita adalah pekerjaan

yang berisiko terpapar allergen, atau kelompok tidak berisiko bila pada

jurnalsumber data tercatatpekerjaanpenderitaadalahpekerjaan yang

tidakberisikoterpapar allergen.
51

c. Riwayat Keluarga : diambil data riwayat keluarga dari jurnal terkait

kemudian dikelompokkan menjadi kelompok berisiko bila pada jurnal

sumber data tercatat ada riwayat keluarga penderita menderita

dermatitis kontak alergi atau alergi yang lain, atau kelompok tidak

berisiko bila pada jurnal sumber data tercatat tidak ada riwayat

keluarga penderita menderita dermatitis kontak alergi atau alergi yang

lain

f. Riwayat Dermatitis Kontak Alergi : diambil dari riwayat dermatitis

kontak alergi dari jurnal terkait dikelompokkan menjadi berisiko bila

pada jurnal sumber data tercatat penderita pernah atau selalu

menderita dermatitis kontak alergi atau alergi yang lain, atau kelompok

tidak berisiko bila pada jurnal sumber data tercatat penderita tidak

pernah menderita dermatitis kontak alergi atau alergi yang lain

g. Paparan Alergen : diambil data paparan alergen dari jurnal terkait

kemudian dikelompokkan menjadi kelompok berisiko bila pada jurnal

sumber data tercatat penderita seringmendapat paparan alergen, atau

kelompok tidak berisiko bila pada jurnal sumber data tercatat

penderita tidak pernahmendapat paparan alergen

h. Penggunaan APD : diambil data penggunaan APD dari jurnal terkait

kemudian dikelompokkan menjadi kelompok berisiko bila pada jurnal

sumber data tercatat penderita kadang-kadang atau tidak pernah

menggunakan APD saat bekerja, atau kelompok tidak berisikobila


52

pada jurnal sumber data tercatat penderita selalu menggunakan APD

saat bekerja.

9. Semua data akan dikumpulkan dengan meng-input ke dalam komputer

dengan menggunakan program Microsoft Excel.

10. Akan dilakukan pengolahan data menggunakan program Microsoft

Excel dan analisis data lebih lanjut menggunakan program SPSS.

11. Setelah analisis data selesai, peneliti telah melakukan penulisan hasil

penelitian sebagai penyusunan laporan tertulis dalam bentuk skripsi

12. Selanjutnya peneliti menyajikan hasil penelitian dalam bentuk lisan dan

tulisan.

i. Rencana Pengolahan Data dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh dari jurnal sumber data penelitian dikumpulkan

masing-masing dalam satu tabel kemudian dilakukan pengolahan data

menggunakan program Microsoft Excel

b. Analisis Data

Data dianalisa dengan menggunakan program SPSS dengan analisa

statistik chi square masing-masing variabel kemudian dilakukan

pembahasan sesui dengan pustaka yang ada.


53

j. Aspek Etika Penelitian

Tidak ada masalah etika yang akan terjadi pada penelitian ini, karena:

1. Peneliti akan mencantumkan nama peneliti/editor dan tahun terbit

jurnal/buku pada semua data yang diambil dari jurnal yang dirujuk dari

jurnal/buku yang bersangkutan.

2. Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak

yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telah disebutkan

sebelumnya.
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil analisis bivariat menunjukkan penelitian hal-hal yang ada hubungan

dengan dermatitis kontak alergi pada penderita di beberapa lokasi di

wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020. Dari

delapan penelitian tersebut dapat mewakili hal-hal yang ada hubungan

dengan dermatitis kontak alergi pada penderita seperti personal hygine,

pekerjaan penderita, riwayat keluarga, riwayat kontak sebelumnya,

paparan alergen, dan penggunaan APD. Jumlah penderita yang diteliti

bervariasi antara 64 – 150 penderita dan desain penelitian yang

diterapkan menggunakan case control.


55

Tabel 3. Rangkuman Data Hasil Penelitian tentang Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di Beberapa Lokasi di Wilayah
Indonesiaperiode Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2020

Riwayat Dermatitis Kontak


JURNAL SUMBER Personal Hygiene Pekerjaan Penderita Riwayat Keluarga
Alergi
Paparan Alergen Penggunaan APD
NO. DATA DAN TAHUN KASUS KONTROL KASUS KONTROL KASUS KONTROL KASUS KONTROL KASUS KONTROL KASUS KONTROL
TERBIT
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
FAKTOR

DOMINAN YANG

MEMPENGARUHI

KEJADIAN
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27 23,1 28 76,9
DERMATITIS

KONTAK DAN

DAMPAKNYA

1 TERHADAP

KUALITAS

HIDUP PADA

PETANI RUMPUT
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 63,6 6 36,4
LAUT DI DUSUN

PUNTONDO

TAKALAR (2015)

21 77,8 7 25,6 0 0 0 0 0 0 0 0 20 74,1 9 33,3 0 0 0 0 19 70,4 9 33,3


HUBUNGAN
PEMAKAIAN
2 APD, HYGIENE
PERORANGAN
(2016) 6 22,2 20 74,1 0 0 0 0 0 0 0 0 7 25,9 18 66,7 0 0 0 0 8 29,6 18 66,7

ANALYSIS OF
RISK FACTORS 70 46,7 44 29,3 0 0 0 0 37 24,7 40 4,7 0 0 0 0 73 48,7 2 1,3 0 0 0 0
ATTENISTIC
DERMATITIS
3
ATTENDANCE
ON THE CENTER
5 3,3 31 20,7 0 0 0 0 38 25,3 35 45,3 0 0 0 0 2 1,3 73 48,7 0 0 0 0
IN PUSKESMAS
PAUH PADANG
56
(2017)

Determinan
Kejadian
Dermatitis Di 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 36 56,3 18 28,1 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Puskesmas
Rappokalling
Kota Makassar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28 43,8 46 71,9 0 0 0 0 0 0 0 0
(2018)
FAKTOR –
FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN 12 40 15 27,9 0 0 0 0 0 0 0 0 8 3,5 15 4,5 0 0 0 0 2 17,6 20 22,4
KELUHAN
SUBJEKTIF
DERMATITIS
5
KONTAK PADA
PEKERJA
PABRIK TAHU DI
KECAMATAN 18 60 15 10,1 0 0 0 0 0 0 0 0 22 26,5 15 33,5 0 0 0 0 28 12,4 10 15,4
CITEUREUP
KABUPATEN
BOGOR(2020)

FAKTOR-
FAKTOR YANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 100 22 0
BERHUBUNGAN
DENGAN RISIKO
6 DERMATITIS
KONTAK PADA
PEKERJA DI PT. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 30 19 70
WIJAYA KARYA
(2020)

15 65,2 6 26,1 14 6,9 6 26,1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0


Kejadian
Dermatitis
7
Kontak pada
Pemulung (2020)
8 34,8 17 73,9 9 39,1 17 73,9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Hubungan
Personal 30 61,2 19 38,8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Hygiene dan
8 Pekerjaan
dengan Kejadian
19 38,8 30 61,2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Dermatitis di
Wilayah Kerja
57
Puskesmas
Juntinyuat
(2020)

JUMLAH 204 204 23 23 75 75 121 121 75 75 132 132


58

1. Hubungan antara Personal Hygiene dengan Dermatitis Kontak


Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah indonesia
periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

Tabel 4. Hubungan antara Personal Hygiene dengan Dermatitis


Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah
indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

Personal Kasus Kontrol


No. Total P
Hygiene N % N %
1 Berisiko 88 96,7 60 53,1 148
2 Tidak Berisiko 3 3,3 53 46,9 56 0.000
Total 91 100 113 100 204

Keterangan : N: Jumlah

%: Persentase

Tabel 4 memperlihatkan tabel hubungan personal hygine dengan

Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi di wilayah

Indonesia, kelompok personal hygine berisiko sebanyak 148 penderita,

diantaranya 88 penderita (96,7%) pada kelompok kasus dan 60 penderita

(53,1%) pada kelompok kontrol. Sedangkan kelompok personal hygine

tidak berisiko sebanyak 56 penderita, diantaranya 3 penderita (3,3%) pada

kelompok kasus dan 53 penderita (46,9%) pada kelompok kontrol. Dari

hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai (p-value = 0.00 atau p-value<

0.05) yang berarti ada hubungan secara statistik antara personal hygine

dengan dermatitis kontak alergi. Dengan demikian hipotesis nol (H0)

ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima.


59

2. Hubungan antara Pekerjaan Penderita dengan Dermatitis Kontak


Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah indonesia
periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

Tabel 5. Hubungan antara Pekerjaan Penderita dengan Dermatitis


Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah
indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

Pekerjaan Kasus Kontrol


No. Total P
Penderita N % N %
1 Berisiko 6 100 8 47,1 14
2 Tidak Berisiko 0 0,0 9 52,9 9 0.030
Total 6 100 17 100 23

Keterangan : N: Jumlah

%: Persentase

Tabel 5 memperlihatkan tabel hubungan pekerjaan penderita dengan

dermatitis kontak alergi di beberapa lokasi di wilayah Indonesia, kelompok

pekerjaan penderita berisiko sebanyak 14 penderita, diantaranya 6 remaja

(100%) pada kelompok kasus dan 9 penderita (20.3%) pada kelompok

kontrol. Sedangkan kelompok pekerjaan penderita tidak berisiko sebanyak

9 penderita, diantaranya tidak ada penderita pada kelompok kasus dan 9

penderita (52,9%) pada kelompok kontrol. Dari hasil uji statistik Chi-square

diperoleh nilai (p-value = 0.030 atau p-value< 0.05) yang berarti ada

hubungan secara statistik antara pekerjaan penderita dengan dermatitis


60

kontak alergi. Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis

alternatif (H1) diterima.

3. Hubungan antara Riwayat keluarga dengan Dermatitis Kontak


Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah indonesia
periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

Tabel 6. Hubungan antara Riwayat Keluarga dengan Dermatitis


Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah
indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

Riwayat Kasus Kontrol


No. Total P
Keluarga N % N %
1 Berisiko 37 92,5 0 0,0 37
2 Tidak Berisiko 3 7,5 35 100 38 0.000
Total 40 100 35 100 75

Keterangan : N: Jumlah

%: Persentase

Tabel 6 memperlihatkan tabel hubungan riwayat keluarga dengan

dermatitis kontak alergi pada penderita di beberapa lokasi di wilayah

Indonesia, kelompok riwayat keluarga berisiko sebanyak 37 penderita,

diantaranya 37 penderita (92,5%) pada kelompok kasus dan tidak ada

penderita pada kelompok kontrol. Sedangkan kelompok riwayat keluarga

tidak berisiko sebanyak 38 penderita, diantaranya 3 penderita (7,5%) pada

kelompok kasus dan 35 penderita (100%) pada kelompok kontrol. Dari

hasil uji statistik Chi-square diperoleh nilai (p-value = 0.000 atau p-


61

value<0.05) yang berarti ada hubungan secara statistik antara riwayat

keluarga dengan dermatitis kontak alergi. Dengan demikian hipotesis nol

(H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima.

4. Hubungan antara Riwayat Dermatitis Kontak Alergi dengan


Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi
wilayah indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

Tabel 7. Hubungan antara Riwayat Dermatitis KontakAlergi dengan


Dermatitis Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi
wilayah indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun
2020

Riwayat Kasus Kontrol


No Dermatitis Total P
Kontak Alergi N % N %
1 Berisiko 35 83,3 29 36,7 64
2 Tidak Berisiko 7 16,7 50 63,3 57 0.000
Total 42 100 79 100 121

Keterangan : N: Jumlah

%: Persentase

Tabel 7 memperlihatkan tabel hubungan riwayat dermatitis kontak alergi

pada penderita di beberapalokasi di wilayah Indonesia, kelompok

dermatitis kontak alergi berisiko sebanyak 64 remaja, diantaranya 35

penderita (83.3%) pada kelompok kasus dan 29 penderita (36.7%) pada

kelompok kontrol. Sedangkan kelompok dermatitis kontak alergi tidak

berisiko sebanyak 57 penderita, diantaranya 7 penderita (16.7%) pada


62

kelompok kasus dan 50 penderita (63.3%) pada kelompok kontrol. Dari

hasil uji statistik Chi-squarediperoleh nilai (p-value = 0.000 atau p-value <

0.05) yang berarti ada hubungan secara statistik antara riwayat dermatitis

kontak alergi pada dermatitis kontak alergi. Dengan demikian hipotesis nol

(H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima.

5. Hubungan antara Paparan Alergen dengan Dermatitis Kontak


Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah indonesia
periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

Tabel 8.Hubungan antara Paparan Alergen dengan Dermatitis Kontak


Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah indonesia
periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

Paparan Kasus Kontrol


No. Total P
Alergen N % N %
1 Berisiko 2 100 71 97,3 73

2 Tidak Berisiko 0 0,0 2 2,7 2 0.947


Total 2 100 73 100 75

Keterangan : N: Jumlah

%: Persentase

Tabel 8 memperlihatkan tabel hubungan paparan alergen dengan

dermatitis kontak alergi pada penderita di beberapa lokasi di wilayah

Indonesia. Kelompok paparan alergen berisiko sebanyak 73 penderita,

diantaranya 2 penderita (100%) pada kelompok kasus dan 71 penderita

(97.3%) pada kelompok kontrol. Sedangkan kelompokpaparan alergen


63

tidak berisiko sebanyak 2 penderita, diantaranya tidak ada penderita pada

kelompok kasus dan 2 penderita (2,7%) pada kelompok kontrol. Dari hasil

uji statistic Chi-square diperoleh nilai (p-value = 0.947) atau p-value>0.05

yang berarti tidak ada hubungan secara statistik antara paparan alergen

dengan dermatitis kontak alergi. Dengan demikian hipotesis nol (H0)

ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima.

6. Hubungan Antara Penggunaan APD dengan Dermatitis Kontak


Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah indonesia
periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

Tabel 9. Hubungan antara Penggunaan APD dengan Dermatitis


Kontak Alergi pada Penderita di beberapa lokasi wilayah
indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020

Penggunaan Kasus Kontrol


No. Total P
APD N % N %
1 Berisiko 60 75,9 20 37,7 80
2 Tidak Berisiko 19 24,1 33 62,3 52 0.000
Total 79 100 53 100 132

Keterangan : N: Jumlah

%: Persentase

Tabel 9memperlihatkan tabel hubungan penggunaan APD dengan

dermatitis kontak alergi pada penderita di beberapa lokasi di wilayah

Indonesia, kelompok penggunaan APD berisiko sebanyak 80 penderita,


64

diantaranya 60 penderita (75,9%) pada kelompok kasus dan 20 penderita

(37.7%) pada kelompok kontrol. Sedangkan kelompok penggunaan APD

tidak berisiko sebanyak 52 penderita, diantaranya 19 penderita (24.1%)

pada kelompok kasus dan 33 penderita (62.3%) pada kelompok kontrol.

Dari hasil uji statistik Chi-squarediperoleh nilai (p-value= 0.000 atau p-

value< 0.05 )yang berarti ada hubungansecara statistik penggunaan APD

dengan dermatitis kontak alergi. Dengan demikian hipotesis nol (H 0)

ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima.

B. Pembahasan

1. Hubungan antara personal hygiene dengan dermatitis konta alergi


pada penderita di bebarapa lokasi di wilayah Indonesia periode
tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

Hasil ini menunjukkan ada hubungan antara personal hygiene dengan

dermatitis kontak alergi pada penderita di bebarapa lokasi di wilayah

Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

Kebersihan diri (personal hygiene) merupakan kebersihan diri sendiri


yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik
maupun psikologis29. Usaha kesehatan pribadi adalah daya upaya dari
seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya
sendiri. Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di
lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta
menjalankan pola atau perilaku hidup bersih dan sehat12.
65

2. Hubungan antara pekerjaan penderita dengan dermatitis kontak


pada penderita di bebarapa lokasi di wilayah Indonesia periode
tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

Hasil ini menunjukkan ada hubungan antara pekerjaan penderita

dengan dermatitis pada penderita beberapa lokasi di wilayah Indonesia

periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

Riwayat pekerjaaan merupakan salah satu faktor yang dapat dijadikan

pertimbangan dalam menentukan penyebab penyakit dermatitis.

Pekerjaan yang berkaitan dengan dermatitis kontak diantaranya pekerja

pertanian, pekerja konstruksi, dokter gigi, teknisi elektronik, penjual bunga,

pekerja yang berhubungan dengan makanan, piñata rambut, pembantu

rumah tangga, teknisi mesin, pekerja bengkel, pekerja kantor, fotografer,

pegawai percetakan, dan pekerja garmen16.

3. Hubungan antara riwayat keluarga dengan dermatitis kontak


alergi pada penderita di bebarapa lokasi di wilayah Indonesia
periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.
Hasil ini menunjukkan ada hubungan antara riwayat keluarga
dengan dermatitis pada penderita beberapa lokasi di wilayah Indonesia
periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020
Genetik menjelaskan tentang material pembawa informasi untuk
diwariskan. Menjelaskan bahwa aliran informasi yang dibawa oleh DNA
dalam rangkaian The Central Dogma, yang berbunyi aliran informasi DNA
dapat diteruskan ke sel-sel maupun individu lainnya dengan replikasi,
dapat diekspresikan menjadi suatu sinyal perantara dalam bentuk RNA,
yang kemuadian dapat ditranslasikan menjadi polipeptida unit pembangun
66

suatu fenotipe dari organisme yang ada. Dermatitis kontak alergi sering
dijumpai pada sebuah keluarga, namun penurunannya tidak mengikuti
hukum mendel28.

4. Hubungan antara riwayat dermatitis kontak alergi dengan


dermatitis kontak alergi pada penderita di beberapa lokasi di
wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

Hasil ini menunjukkan ada hubungan antara riwayat dermatitis kontak

alergi dengan dermatitis kontak alergi pada penderita di beberapa lokasi

di wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

Alergi timbul oleh karena pada seseorang terjadi perubahan reaksi

terhadap bahan tertentu. Alergi adalah reaksi yang abnormal terhadap

satu bahan atau lebih yang terdapat dalam lingkungan hidup sehari-hari.

Penyakit alergi diantaranya alergi debu rumah, alergi pollen, alergi spora

jamur, alergi obat, alergi makanan, dan alergi serangga. Riwayat alergi

merupakan salah satu faktor yang dapat menjadikan kulit lebih rentan

terhadap penyakit dermatitis. Dalam melakukan diagnosis penyakit

dermatitis dapat dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya adalah

dengan melihat sejarah dermatologi termasuk riwayat penyakit pada

keluarga, aspek pekerjaan atau tempat kerja, sejarah alergi (misalnya

alergi terhadap obat-obatan tertentu), dan riwayat lain yang berhubungan

dengan dermatitis17.
67

5. Hubungan antara paparan alergen dengan dermatitis kontak alergi


pada penderita di beberapa lokasi di wilayan Indonesia periode
tahun 2015 sampai dengan 2020.

Hasil ini menunjukkan tidak ada hubungan antara paparan alergen

dengan dermatitis kontak alergi pada penderita di beberapa lokasi di

wilayan Indonesia tahun 2015 sampai dengan 2020.

Paparan alergen merupakan faktor dominan terjadinya dermatitis

6. Hubungan antara penggunaan APD dengan dermatitis kontak


alergi pada penderita di beberapa lokasi di wilayah Indonesia
periode tahun 2015 sampai dengan 2020.

Hasil ini menunjukkan ada hubungan antara penggunaan APD dengan

dermatitis kontak alergi di beberapa lokasi di wilayah Indonesia periode

tahun 2015 sampai dengan tahun 2020.

Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan

tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari

adanya potensi bahaya/ kecelakaan kerja. APD tidaklah secara sempurna

dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat

keparahan yang mungkin terjadi. Pengendalian ini sebaiknya tetap

dipadukan dan sebagai pelengkap pengendalian teknis maupun

pengendalian administratif26. Bagian tubuh yang beresiko terkena

dermatitis atau radang pada kulit adalah kepala, bagian tubuh, lengan,

tangan dan jari serta bagian kaki dan tungkai. Oleh sebab itu jenis alat

pelindung diri yang diperlukan untuk mengurangi resiko dermatitis adalah


68

topi plastik/karet, peci, pakaian dari karet/ plastik, sarung tangan

karet/plastik dan sepatu karet, zool bahan kayu27.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini tentunya peneliti menyadari bahwa adanya

kekurangan-kekurangan. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan

dan hambatan dalam penelitian salah satunya:

1. Keterbatasan penelitian karena adanya pandemi Covid-19 sehingga

penelitian ini tidak menggunakan pengambilan data primer untuk

mencari tau faktor risiko lain.

2. Terbatasnya variabel yang didapatkan dari jurnal sumber data

penelitian yang memuat lebih dari dua variabel faktor risiko.

3. Terbatasnya jurnal penelitian analitik yang didapatkan dari berbagai

situs website tentang dermatitis kontak alergi

4. Terbatasnya jurnal sumber data juga dipengaruhi oleh jumlah sampel

dikarenakan peneliti kesulitan mendapatkan jurnal penelitian analitik

sehingga jumlah populasi yang didapatkan lebih sedikit.

5. Keterbatasan penelitian dikarenakan peneliti belum berpengalaman

dalam meneliti.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari delapan artikel yang khusus mengkaji

hal-hal yang ada hubungan dengan dermatitis kontak alergi pada

penderitadi beberapa lokasi di wilayah Indonesia periode tahun 2015

sampai dengan tahun 2020 maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Personal hygiene pada penderita berpengaruh positif dan signifikan

terhadap dermatitis kontak alergi pada penderita dibeberapa lokasi di

wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020 (p

value = 0,000).

2. Pekerjaan penderita berpengaruh positif dan signifikan terhadap

dermatitis kontak alergi pada penderita dibeberapa lokasi di wilayah

Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020 (p value =

0,030).

3. Riwayat keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap

dermatitis kontak alergi pada penderita dibeberapa lokasi di wilayah

Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020 (p value =

0,000).
70

4. Riwayat dermatitis kontak alergi pada penderita berpengaruh positif

dan signifikan terhadap dermatitis kontak alergi pada penderita

dibeberapa lokasi di wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai

dengan tahun 2020 (p value = 0,000).

5. Paparan alergen pada penderita berpengaruh positif dan signifikan

terhadap dermatitis kontak alergi pada penderita dibeberapa lokasi di

wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020 (p

value = 0.947).

6. Penggunaan APD pada penderita berpengaruh positif dan signifikan

terhadap dermatitis kontak alergi pada penderita dibeberapa lokasi di

wilayah Indonesia periode tahun 2015 sampai dengan tahun 2020 (p

value = 0,000).

B. Saran

Adapun saran yang dapat direkomendasikan penulis dari hasil penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Dibutuhkan program edukasi yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang

terprogram berkaitan dengan kejadian dermatitis kontak alergi pada

penderita.
71

2. Bagi Institusi Pendidikan dan Kedokteran

a) Sebaiknya program edukasi yang dilakukan di setiap fasilitas

kesehatan yang melakukan promosi kesehatan tentang dermatitis

kontak alergi yang bertujuan untuk pengendalian sehingga komplikasi

dapat dihindari.

b) Diharapkan institusi Fakultas Kedokteran Universitas Bosowadapat

menerbitkan hasil penelitian dalam bentuk buletin ataupun jurnal.

3. Bagi Penelitidan Peneliti Selanjutnya

a) Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti

tentang dermatitis kontak alergi serta menjadi sarana pengembangan

diri, mengasah daya analisa dan penerapan pengetahuan yang telah

diperoleh penulis tentang metodologi penelitian.

b) Saran bagi peneliti selanjutnya diharapakan dapat menkaji lebih

banyak sumber data maupun referensi yang terkait dengan dermatitis

kontak alergi pada penderita. Selain itu sebagai acuan bagi peneliti

selanjutnya untuk menambahkan faktor-faktor risiko lainnya yang

belum diteliti pada penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar, R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2.


Jakarta: EGC
2. Holgate S, Church MK, Lichtenstein LM. Allergy. 3rd ed. Philadelphia:
Mosby Elsevier; 2006. h.118-127. Diakses tanggal 20 November
2020. Diunduh dari :
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwif3p_k3Lj1AhXYILcAHX8sB6YQFno
ECAYQAQ&url
3. Fransisca SK, Kurniawan DS, Suryawati N, Sumedha P, Wardhana M.
EfekSamping Kosmetika Pada Pekerja Salon Di Denpasar. Denpasar:
2012. Diakses tanggal 5 Desember 2020. Diunduh dari:
http://madewardhana.com/artikel/efek-samping-kosmetika-pada-
pekerja-salon-kecantikan-di-denpasar.html
4. Mowad M.C, Marks J.Jr. 2008. Allergic Contact Dermatitis. In:Bolognia
J L, Jorizzo JL, editors. Dermatology. 2nd ed. Edinburg: Mosby; p.209-
30. Diakses tanggal 15 Desember 2020. Diunduh dari :
https://media.neliti.com/media/publications/181809-ID-angka-kejadian-
dermatitis-kontak-alergi.pdf
5. Menaldi SW, Sri Linuwih. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
Ke 7. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
6. Harlim Ago, (2016). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Alergi Kulit. Jakarta : FK UKI. Diakses tanggal 20 Juni 2021. Diunduh
dari : http://repository.uki.ac.id/2856/
7. Fitriyanti. 2010. Uji Tempel Finn dan Iq Chambers pada Penderita
Dermatitis Kontak Alergi di RSUPMH Palembang. Tesis pada Jurusan
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Unsri; hal 2. Diakses tanggal 25
73

Juni 2021. Diunduh dari :


https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mks/article/view/2692
8. WHO. (1995). Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: EGC.
Diakses tanggal 10 Juli 2021. Diunduh dari :
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=79284
9. Murlistyarini, S., Prawitasari, S., & Setyowati, L. (2018). Intisari Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin. Malang: Tim UB Press. Diakses tanggal
10 Juni 2021. Diunduh dari :
https://scholar.google.co.id/citations?user=zrCQdWoAAAAJ&hl=en
10. Prasetyaningrum, N. D., Joko, T., & Astorina, N. (2017). Kajian
Timbulan Sampah Berbahaya dan Beracun (B3) Rumah Tangga di
Kelurahan Sendangmulyo Kecamatan tembalang Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat , 5. Diakses tanggal 20 Juli 2021.
Diunduh dari :
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/19200
11. Nuraga, W., Lestari, F., & Kurniawidjaja, L. M. (2008). Dermatitis
Kontak pada Pekerja yang Terpajan dengan Bahan Kimia di
Perusahaan Industri Otomotif Kawasan Industri Cibitung Jawa Barat.
Makara , 12, 63-69. Diakses tanggal 20 Juli 2021. Dinduh dari :
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
&ved=2ahUKEwiE95ajy7r1AhXl8HMBHReGBycQFnoECAcQAQ&url
12. Tranggono, Retno Iswari dan Latifah, Fatma. 2007. Buku Pegangan
Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia
13. Sularsito SA, Retno WS. 2015. Dermatitis Kontak. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin (7th ed). Jakarta: FKUI.
14. Irianto, K. (2014). Ilmu Kesehatan Masyarakat. bandung: Alfabeta.
Diakses tanggal 25 Juli 2021. Diunduh dari :
https://scholar.google.co.id/scholar?q=12.%09Irianto,+K.+(2014).+Ilmu
+Kesehatan+Masyarakat.+bandung:+Alfabeta&hl=en&as_sdt=0&as_v
is=1&oi=scholart
74

15. NIOSH. (2010). Exposure To Stress Occupational Hazards In


Hospital. Diakses tanggal 25 Juli 2021. Diunduh dari :
https://www.cdc.gov/niosh/docs/2008-136/default.html
16. Mausulli, A. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Pengolahan Sampah di TPA
Cipayung Kota Depok Tahun 2010. Diakses 25 Juli 2021. Diunduh
dari : file:///C:/Users/YOGA/AppData/Local/Temp/1459-2047-1-PB.pdf
17. Cohen, D. (1999). Occupational Dermatoses In: Di Berardinis LJ,
editors. Handbook of Occupational Safety Second Edition . Canada:
John Wiley & Sons Inc. Diakses tanggal 10 Agustus 2021. Diunduh
dari
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/70c691f6a92367a7cb6411e
3432cdb7c9135602f.pdf
18. Wijaya, E., Rusyati, L. M., & Darmada, I. (2010). Pekerjaan dan
Kaitannya dengan Dermatitis Kontak. Jurnal. Diakses tanggal 10
Agustus 2021. Diunduh dari :
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwikuLL_3rr1AhWrS2wGHc5FBqQQFn
oECAIQAQ&url
19. Djuanda Adhi. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi
7 Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia.
20. Djuanda Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 5 Bagian
Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2021. Diunduh dari :
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1821/1/FEB
RIA%20SURYANI-FKIK.PDF
21. Djuanda, Adhi. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
75

22. Harlim Ago. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Dasar
Diagnosis Dermatologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Indonesia.
23. Fregret, S,. 1998. Kontak Dermatitis. Jakarta: Yayasan Essentia
Medica. Diakses pada tanggal : 10 Agustus 2021. Diunduh dari :
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=
&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwj0qOiV57r1AhWijuYKHZf8BLoQFno
ECAIQAQ&url
24. Trihapsoro, I., 2003, Dermatitis Kontak Alergik pada Pasien Rawat
Jalan di RSUP Haji Adam Malik Medan : Diakses pada tanggal 10
September 2021. Diunduh dari
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/45253
25. Sulaksmono M. 2006. Keuntungan dan Kerugian Patch Test (Uji
Tempel)dalam Upaya Menegakan Diagnosa Penyakit Kulit Akibat
Kerja (Occupational Dermatosis). Bagian Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Airlangga.
Surabaya. Diakses pada tanggal 10 September 2021. Diunduh dari:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-PH-1-1-01pdf.pdf
26. Harlim Ago. 2016. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Alergi
Kulit. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.
27. Kartowigno S. 2012. Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit.
Palembang: Unsri Press. Hlm 9-24. Diakes pada tanggal 20
September 2021. Diunduh dari :
https://repository.unsri.ac.id/3107/2/RAMA_13201_10011181419065_
8886630017_01_front%20ref.pdf
28. Budiono Sugeng, R.M.S Jusuf, Andriana Pusparini. 2003. Bunga
Rampai Hiperkesdan Keselamatan Kerja. Semarang : Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Diakses pada tanggal 20 September 2021.
Diunduh dari : http://library.poltekkesjambi.ac.id/opac/detail-
opac?id=3677
76

29. Tarwaka. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Manajemen


danImplementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan
Press. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2021. Diunduh dari :
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/44301
30. Boediardja, Siti, Aisah, 2015. “Ilmu penyakit kulit dan kelamin”.
Jakarta:fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Diakses pada
tanggan 10 November 2021. Diunduh dari
:https://www.researchgate.net/publication/320575431_ANALYSIS_OF
_RISK_FACTORS_ATTENISTIC_DERMATITIS_ATTENDANCE_ON_
THE_CENTER_IN_PUSKESMAS_PAUH_PADANG
31. Rejeki, S. (2015). Sanitasi, Hygiene, dan Kesehatan & Keselamatan
kerja (K3). Bandung: Rekayasa Sains.Budiono, A. S., Jusuf, R., &
Pusparini, A. (2003). Bunga Rampai Hiperkes & KK. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoror Semarang. Diakses pada
tanggal : 20 November 2021. Diunduh dari :
https://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=85889
LAMPIRAN

A. Lampiran 1. Jadwal Penelitian

KegiatanPenelitian

No. Tahun 2019 2020 2021

Bulan 3-7 8 9-12 1-2 3-6 7 8-12 1 2-9 10 11 12


I Persiapan
1. Pembuatan proposal
2. Seminar Draft Proposal
3. Ujian Proposal
4. Perbaikan Proposal
5. Pengurusan rekomendasi etik
II Pelaksanaan
1. Pengambilan data
2. Membuat Rangkuman Data
3. Pemasukan data
4. Analisa data
78

5. Penulisan laporan
III Pelaporan
1. Seminar hasil
2. Perbaikan laporan
3. Ujian skripsi
B. Lampiran 2. Tim Peneliti dan Biodata Peneliti Utama

1. Daftar Tim Peneliti

KEDUDUKAN
NAMA DALAM KEAHLIAN
No
PENELITIAN

Andi Dian Ameliana Peneliti Utama Belum ada


1.

Dr. Faizin Manaba,PAK Pembimbing 1 Dokter


2.

Dr. Nurliana, M.Biomed Pembimbing 2 Dokter


3.

2. Biodata Peneliti Utama

a. Data Pribadi
Nama : Andi Dian Ameliana

Tempat, Tanggal Lahir : Watampone, 3 Mei 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl Tamangapa Raya 5, Raihan Residence, kec. Manggala,

Kota Makassar

Provinsi Sulawesi Selatan.

Nomor Telepon/Hp 081245670014

E-mail : andidian636@gmail.com

Status : Mahasiswi
b. Riwayat Keluarga

Nama Ayah : H. Andi Gapri, S.sos, MM

Nama Ibu : Hj. Andi St. Munawarah

Saudara : Apt. Andi Ditha Juli Zaputri, S.Farm

Andi Muh. Dzaki Al - ahmadi

c. Riwayat Pendidikan

Tahun 2005-2011 : SD N 1 Mamuju

Tahun 2011-2014 : SMP N 2 Mamuju

Tahun 2014-2017 : SMA N 1 Mamuju

Tahun 2017 : Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Bosowa

d. Pengalaman Organisasi

1) Anggota Pramuka & Bendahara Kelas periode 2010-2011

2) Bendahara OSIS Periode 2011-2012

3) Anggota Majelis Perwakilan Kelas Periode 2013-2014

4) Anggota OSIS Periode 2014-2017

5) Anggota Kementerian Kesejahteraan dan Keuangan BEM FK Unibos 2019-2020


e. Pengalaman Meneliti:

Belum ada
C. Lampiran 3. Rincian Biaya Penelitian Dan Sumber Dana

NO. BIAYA PENELITIAN JUMLAH SUMBER


DANA

1. Pengurusan Administrasi Rp.250.000,-


Rekomendasi Etik

2. Biaya Administrasi Tes Rp. 200.000,-


Turnitin
Mandiri
3. Biaya Ujian Seminar Hasil Rp. 1.500.000,-

4. Biaya Ujian Skripsi Rp. 2.500.000,-

5. Biaya Penggandaan dan Rp.1.000.000,-


Penjilidan Proposal dan Skripsi

6. Biaya Konsumsi Ujian Seminar Rp. 500.000,-


Hasil dan Ujian Skripsi

6. Biaya Pulsa Rp. 500.000,-

7. Biaya ATK Rp.150.000,-

8. Lain-lain Rp.100.000,-

TOTAL BIAYA Rp. 6.750.000,-

Anda mungkin juga menyukai