Anda di halaman 1dari 59

PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI KLINIK MASSASE TERAPI CEDERA OLAHRAGA PLAZA UNY

LAPORAN

Diajukan kepada Program Studi Ilmu Keolahragaan


untuk Melengkapi Mata Kuliah Praktik Kerja Lapangan

Oleh :
KHAIRY ALFADHILLAH
17603144010

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
DAFTAR ISI

BAB I .................................................................. Error! Bookmark not defined.

A. Analisis Situasi.......................................................................................... 1

B. Tujuan PKL .............................................................................................. 2

C. Manfaat PKL............................................................................................. 3

BAB II ................................................................................................................. 5

A.Pengertian dan Macam-macam Cedera ......................................................... 5

B. Faktor Terjadinya Cedera ........................................................................... 10

C. Penanganan Cedera .................................................................................... 11

BAB III.............................................................................................................. 43

A. Penyusunan Program PKL ......................................................................... 43

B. Pelaksanaan Program PKL ......................................................................... 43

C. Hasil Pelaksanaan Program PKL ................................................................ 44

D. Hasil Magang ............................................................................................ 46

PENUTUP ......................................................................................................... 55

A. Kesimpulan ............................................................................................. 55

B. Kritik dan Saran ......................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………57
BAB I

PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Pada era milenial sekarang ini tuntutan pekerjaan semakin banyak dan

kebutuhan ekonomi semakin meningkat. Hal ini mengakibatkan orang-orang

melakukan aktivitas pekerjanya tanpa melihat efek yang akan didapatkan.

Pekerjaan yang dilakukan sehari-hari akan menyebabkan kelelahan secara fisik

sehingga menyebabkan kondisi fisik menurun dan mengalami gangguan dalam

beraktifitas. Gangguan ini berupa keluhan tulang, otot, dan sendi pada tubuh

atau disebut juga dengan gangguan muskuloskeletal.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan

pemerintah dalam dunia pendidikan yang harus memiliki keahlian maupun

keterampilan, maka di lingkungan kerja akan timbul persaingan di tempat-

tempat pelayanan jasa pengobatan tradisional khususnya tempat pelayanan jasa

masase terapi. Pusat pelayanan masase terapi cedera olahraga metode Ali Satia

Graha merupakan tempat pelayanan jasa pengobatan masase terapi cedera

olahraga yang terletak di Jalan Affandi tepatnya Plaza UNY lantai empat. Pusat

pelayanan masase terapi cedera olahraga ini yang telah terdaftar sebagai hak

kekayaan intelektual (HKi) dan telah teruji manfaatnya. Adapun metode yang

digunkan oleh pihak tempat pelayanan masase terapi atas izin dan perjanjian

yang telah disepakati bersama dengan pihak HKi.

1
Pusat pelayanan masase terapi cedera olahraga metode Ali Satia Graha

memberikan jasa berupa pelayanan cedera sendi ringan dan relaksasi. Dari segi

lokasi, pusat pelayanan masase terapi cedera olahraga sangat mudah untuk

ditemukan karena letaknya di pinggir jalan raya dan berada di lingkungan

kampus UNY. Pelayanan di Pusat Terapi Cedera Olahraga Metode Ali Satia

Graha ini dibuka mulai pukul 09.00-16.00 WIB untuk hari Senin-Jum’at,

09.00-15.00 WIB untuk hari Sabtu, Tutup pada hari Minggu serta hari libur

nasional. Sarana dan prasarana Pusat Pelayanan Terapi Cedera Olahraga

Metode Ali Satia Graha diantaranya ada ruang tunggu pasien, 3 bilik ruang

penanganan putri, 3 bilik ruang penanganan putra, front office, dan sekretariat.

Pelayanan yang diberikan terhadap pasien:

a. Pendaftaran, berupa mengisi biodata dan riwayat sakit pasien.

b. Persiapan ruangan: sebelum pasien mendapatkan penanganan dari seorang

masseur, masseur terlebih dahulu mempersiapkan tempat dan pakaian bagi

pasien.

c. Penatalaksanaan terhadap pasien.

d. Pelayanan setelah penatalaksanaan dan pembayaran (administratif).

B. Tujuan PKL

PKL bertujuan supaya mahasiswa memperoleh bekal pengalaman untuk

mempersiapkan diri memasuki dunia kerja yang professional. Selain itu PKL

bertujuan untuk:

a. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang profesi yang ditekuni.

b. Menjalin kerja sama dengan instansi pengguna jasa.

2
c. Menyiapkan mahasiswa agar mampu bekerja mandiri

C. Manfaat PKL

Manfaat yang diperoleh dari program PKL, baik bagi mahasiswa, instansi

tempat PKL, dan prodi IKOR.

1. Mahasiswa

a. Mendapatkan kesempatan untuk mempraktikkan bekal yang diperoleh

selama kuliah kedalam kegiatan nyata di masyarakat.

b. Mendewasakan cara berfikir dan meningkatkan daya penalaran dalam

melakukan penelaahan, perumusan, dan pemecahan masalah kesehatan

melalui olahraga yang ada di masyarakat.

c. Mengenal dan mengetahui secara langsung kegiatan olahraga untuk

kesehatan di masyarakat.

d. Memperdalam pengertian, pemahaman, dan penghayatan tentang

pelaksanaan olahraga untuk kesehatan di masyarakat.

2. Instansi atau lembaga

a. Mendapatkan inovasi dalam kegiatan olahraga untuk kesehatan

b. Memperoleh bantuan tenaga dan pikiran dalam mengelola kegiatan

olahraga untuk kesehatan.

3. Prodi Ikor

a. Memperoleh masukan tentang perkembangan pelaksanaan PKL

sehingga kurikulum, metode dan pengelolaan proses pembelajaran di

Prodi Ikor dapat lebih disesuaikan dengan tuntutan zaman/ kebutuhan

masyarakat.

3
b. Memperoleh masukan tentang berbagai kasus kesehatan yang dapat

dipakai sebagai bahan pengembangan penelitian.

c. Memeperluas dan emningkatkan jalinan kerja sama dengan instansi

terkait.

4
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian dan Macam-macam Cedera

a. Cedera

Cedera merupakan suatu kelainan yang terjadi pada tubuh manusia

yang di akibatkan oleh aktivitas yang berlebih atau kecelakaan. Menurut Ali

Satia Graha dan Bambang Priyonoadi (2009:45) cedera adalah kelainan yang

terjadi pada tubuh yang mengakibatkan timbulnya rasa nyeri, panas, warna kulit

memerah, bengkak, dan tidak berfungsi dengan baik pada otot, ligamen,

persendian, maupun tulang akibat aktivitas yang berlebih atau kecelakaan.

Cedera bisa terjadi karena berbagai faktor, misalnya kurangnya pemanasan,

kurangnya pendinginan, penyembuhan cedera sebelumnya yang tidak sempurna

menyebabkan cedera tersebut menjadi sering kambuh, dan penggunaan yang

berlebihan. Apabila terjadi cedera, maka kita harus memperhatikan: segera

ditangani sampai sembuh total, lakukan terapi cedera pasca latihan seperti

streching exercise, strengthenig exercise, dan latihan daya tahan.

b. Macam-macam Cedera

1. Sprain

Sprain atau sering disebut keseleo. Sprain adalah cedera yang berupa

penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan

tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi.

Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi bisa menyebabkan

ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/

5
peradangan, dan pada beberapa kasus, berkurangnya fungsi tungkai. Sprain

terjadi ketika sendi dipaksa bergerak melebihi lingkup gerak sendi yang normal,

seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.

Sprain atau keseleo adalah jenis cedera yang sangat sering dialami oleh

para pemain sepak bola. Keseleo yang dialami mulai dari pergelangan kaki, kaki

bagian bawah, hingga lutut merupakan bagian-bagian yang paling sering terjadi

di sepak bola, terutama bagian pergelangan dan medial collateral ligament

(semacam pengikat sendi tulang). Untuk menghindari keseleo, diperlukan

pemanasan yang cukup dan stretching yang tepat bisa mencegah terjadinya

cedera tersebut.

2. Strain

Strain adalah bentuk cedera berupa robekan pada struktur muskulo-

tendinous (otot dan tendon). Jenis cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah

yang salah, kontraksi otot yang berlebihan, atau ketika terjadi kontraksi, otot

belum siap. Strains sering terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci

paha), hamstrings (otot paha bagian bawah), dan otot quadriceps. Cedera tertarik

otot betis juga kerap terjadi pada para pemain bola. Fleksibilitas otot yang baik

bisa menghindarkan diri dari cedera strain. Kuncinya dalah selalu melakukan

stretching setelah melakukan pemanasan, terutama pada bagian otot-otot yang

rentan tersebut.

Strain akut pada struktur muskulo-tendinous terjadi pada persambungan

antara otot dan tendon. Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara

mendadak, seperti pada pelari atau pelompat. Tipe cidera ini sering terlihat pada

6
pelari yang mengalami strain pada hamstringnya. Beberapa kali cidera terjadi

secara mendadak ketika pelari dalam langkah penuh. Gejala pada strain otot

yang akut bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan kekuatan, dan keterbatasan

lingkup gerak sendi. Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh

karena penggunaan berlebihan atau tekakan berulang-ulang, menghasilkan

tendonitis (peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tenis lapangan

bisa mendapatkan tendonitis pada bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-

menerus dari servis yang berulang-ulang. Berat ringannya sprain dan strain

Therapist mengkategorikan sprain dan strain berdasarkan berat ringannya cidera.

Derajat I (ringan) berupa beberapa stretching atau kerobekan ringan pada otot

atau ligament. Derajat II (sedang) berupa kerobekan parsial tetapi masih

menyambung. Derajat III (berat) berupa kerobekan penuh pada otot dan

ligament, yang menghasilkan ketidakstabilan sendi.

Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan

teraba pada bagian otot yang mengaku strain total didiagnosa sebagai otot tidak

bisa berkontraksi dan terbentuk benjolan. Cedera strain membuat daerah sekitar

cedera menjadi memar dan bengkak setelah 24 jam. Pada bagian memar terjadi

perubahan warna, ada tanda-tanda pendarahan pada otot yang sobek, dan otot

mengalami kejadian inflamasi.

7
3. Fraktur

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri,

dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi

itu lengkap atau tidak lengkap (Price and Wilson, 1995 : 1183). Patah tulang

biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma, baik itu karena trauma

langsung misalnya tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung

misalnya seseorang yang jatuh dengan telapak tangan menyangga. Juga bisa

karena trauma akibat tarikan otot misalnya, patah tulang patela dan olekranon,

karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi. Fraktur dibagi menjadi

fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Dikatakan tertutup apabila tidak terdapat

hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, dan dikatakan terbuka

apabila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena

luka terbuka di kulit.

4. Dislokasi

Dislokasi terjadi saat salah satu tulang bergeser dari sendi atau posisi

yang semestinya. Dislokasi dapat terjadi pada sendi manapun, namun yang

tersering adalah sendi bahu, jari, siku, lutut, dan panggul. Sendi yang pernah

mengalami dislokasi memiliki faktor risiko lebih besar untuk mengalami

dislokasi berulang.Menurut Ronald P, dkk (2012:39) dislokasi terjadi apabila

sendi menjadi tidak sejajar dan dapat terjadi pada semua bagian sendi.

8
5. Kram

Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot

atau sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. penyebab kram adalah otot

yang terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan

sirkulasi darah yang menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang (Parkkari et

al. 2001). Beberapa hal yang dapat menimbulkan kram antara lain adalah :

1. Kelelahan otot saat berolahraga sehingga terjadi akumulasi sisa

metabolik yang menumpuk berupa asam laktat kemudian merangsang

otot/ saraf hingga terjadi kram.

2. Kurang memadainya pemanasan serta pendinginan sehingga tubuh

kurang memiliki kesempatan untuk melakukan adaptasi terhadap latihan

(Parkkari et al. 2001).

6. Memar

Memar adalah keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat dibawah

kulit. Memar biasanya diakibatkan oleh benturan atau pukulan pada kulit.

Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah,

sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya. Memar ini

menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Apabila terjadi

pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut

hermatoma (Van Mechelen et al. 1992). Nyeri pada memar biasanya ringan

sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat. Adapun

memar yang mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut

dan kaki.

9
B. Faktor Terjadinya Cedera

Cedera bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Cedera

bisa terjadi pada laki-laki, perempuan, tua, muda, ataupun anak-anak. Cedera

terjadi tanpa bisa kita duga-duga, baik terjadi pada saat olahraga maupun saat

tidak berolahraga. Di bawah ini beberapa faktor terjadinya cedera:

a. Olahraga

Dalam aktivitas olahraga, cedera sangat sering terjadi apabila seseorang

yang ingin olahraga tidak melakukan pemanasan dengan baik, atau pendinginan

dengan baik. Cedera saat aktivitas olahraga juga bisa terjadi karena gerakan yang

berlebihan melebihi batas kemampuan otot atau sendi yang dipakai.

b. Aktivitas Sehari-hari

Aktivitas sehari-hari juga sering mengakibatkan cedera apabila tidak

dilakukan dengan benar. Seperti berjalan tanpa memperhatikan apakah ada

lubang atau benda lain yang bisa membuat dia cedera. Selain itu, tidur juga

sering membuat cedera pada bagian sendi bahu akibat ditimpa oleh tubuh.

c. Pekerjaan

Pekerjaan juga sangat berpeluang menimbulkan cedera. Misalnya

pekerjaan yang memaksa kita untuk duduk seharian akan membuat kita

mengalami cedera pinggang.

C. Penanganan Cedera

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menangani cedera adalah

dengan menggunakan metode massase. Ada berbagai jenis-jenis massase yang

10
bisa dipakai untuk menangani cedera, seperti: Akupuntur, Shiatsu Massase,

Frirage, dan lain-lain.

a. Akupuntur adalah salah satu metode terapi tradisional yang menggunakan

jarum dan ditusuk pada tubuh di titik-titik tertentu untuk menstimulasi tubuh

orang tersebut agar menghasilkan energi yang bisa digunakan untuk

menyembuhkan ccedera.

b. Shiatsu adalah salah satu metode terapi tradisonal yang bertujuan untuk

menyeimbangkan energi kehidupan seseorang.

c. Frirage adalah metode terapi massase yang bertujuan untuk menyembukan

cedera otot, sendi, maupun yang lainnya.

Kita akan membahas lebih lanjut mengenai Frirage. Massase Frirage adalah

metode yang berasal dari Indonesia yang memiliki pengertian : Massase artinya

pijatan, dan frirage artinya gabungan dari gerusan (friction), dan gosokan

(efflurage) dengan menggunakan ibu jari. Massase Frirage dilakukan dengan 4 cara,

yaitu:

1. Friction adalah manipulasi yang dilakukan dengan menggerus otot

untuk menghancurkan sisa pembakaran yang terdapat pada otot yang

menyebabkan pengerasan serabut otot.

2. Efflurage adalah manipulasi yang dilakukan dengan menggosok daerah

tubuh yang mengalami kaku otot untukl melemaskan otot tersebut serta

memperlancar peredaran darah.

3. Traction adalah manipulasi yang dilakukan dengan cara menarik sendi

yang mengalami pergeseran untuk selanjutnya dilakukan reposisi sendi.

11
4. Reposition adalah manipulasi yang dilakukan untuk memposisikan

sendi ke posisi yang seharusnya setelah dilakukan traction.

Dibawah ini beberapa penanganan cedera menggunakan metode Frirage:

1. Lutut

a) Cedera Lutut

Cedera ditandai dengan adanya rasa sakit, pembengkakan, kram,

kekakuan dan adanya pembatasan gerak sendi serta berkurangnya kekuatan

pada daerah yang mengalami cedera tersebut (Andun Sudijandoko, 2000: 31).

Proses rasa nyeri dan peradangan yang terjadi pada sendi lutut, akan diikuti

rasa nyeri dan peradangan pada otot-otot di sekitar lutut, antara lain:

a. Otot Biceps Femoris, semimembranosus dan semitendinosus yaitu otot

paha yang melakukan gerakan fleksi pada sendi lutut. Pada otot ini terjadi

nyeri ketika dilakukan masase frirage

Gambar 1. Otot Biceps Femoris, semimembranosus dan semitendinosus

12
b. Otot Gastrocnemius yaitu otot yang dapat melakukan gerakan fleksi pada

sendi lutut dan melakukan plantar fleksi pada engkel. Pada otot ini terjadi

nyeri ketika dilakukan masase frirage

Gambar 2. Otot Gastrocnemius

c. Otot Sartorius yaitu otot yang melakukan gerakan fleksi pada sendi panggul

dan lutut. Pada otot ini terjadi nyeri ketika dilakukan masase frirage

Gambar 3. Otot Sartorius

13
d. Otot Plantaris yaitu otot yang melakukan gerakan fleksi pada sendi lutut.

Pada otot ini terjadi nyeri ketika dilakukan masase frirage.

Gambar 4. Otot Plantaris

e. Otot Popliteus yaitu otot yang dapat melakukan fleksi dan merotasi secara

medial pada kaki bagian bawah. Pada otot ini terjadi nyeri ketika dilakukan

masase frirage.

Gambar 5. Otot Popliteus

Jika dilihat dari macam-macam otot yang berperan dalam

pergerakan sendi lutut diatas, menurut Ali Satya Graha dan Bambang

14
Priyonoadi (2012: 46) sendi lutut mampu melakukan dua jenis gerakan

yaitu fleksi dan ekstensi. Ketika terjadi cedera pada lutut struktur otot

berubah dan biasanya terdapat rasa nyeri pada saat sendi digerakan

maupun di tekan.

b) Penanganan

1) Posisi Tidur Terlentang

(a) Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan

(effluerage), pada otot quadriseps femoris ke arah atas.

Gambar 6. Massase Otot Paha

(b) Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan

(effluerage), pada otot-otot fleksor/otot gastrocnemius bagian

depan ke arah atas.

Gambar 7. Massase Tungkai Bawah

15
2) Posisi Tidur Tengkurap

i. Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan

(effluerage), pada otot hamstring ke arah atas.

Gambar 8. Massase Hamstring

ii. Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan

(effluerage), pada ligamen sendi lutut bagian belakang ke arah

atas.

Gambar 9. Massase Sendi Lutut

16
iii. Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan

(effluerage), pada otot gastrocnemius ke arah atas.

Gambar 10. Massase Otot Gastrocnemeus

3) Posisi Traksi dan Reposisi pada Lutut dengan Posisi Badan Tidur

Telentang

Lakukan traksi dengan posisi kedua tangan memegang satu

pergelangan kaki. Kemudian traksi/tarik kearah bawah secara

pelan-pelan dan putar tungkai dengan putaran 90 derajat, kearah

dalam dan luar dengan kondisi tungkai dalam keadaan tertarik.

Lakukan hal yang sama dalam posisi terlungkup.

Gambar 11. Traksi Reposisi Sendi Lutut

2. Ankle

a) Cedera Ankle

Cedera ankle adalah salah satu cedera akut yang sering dialami para

atlet. Cedera akut ini disebabkan oleh karena adanya penekanan melakukan

17
gerakan membelok secara tiba-tiba. Cedera ini dapat mempengaruhi tidak

hanya pada sisi pergelangan kaki, tetapi biasanya dapat juga merusak bagian

luar(lateral) ligament. Hal ini terjadi saat kaki melakukan belokan (memutar)

pada tungkai kaki, meregangkan peregangan pada titik dimana akan dapat

merobek atau retak tulang (ligament ankle bagian depan).

a. Tulang Sendi Ankle

Gambar 12. Anatomi Sendi Ankle

b. Otot dan Tendon Sendi Ankle

Gambar 13. Anatomi Otot Sendi Ankle

18
c. Ligamen pada sendi ankle

Gambar 14. Anatomi Ligamen Sendi Ankle

d. Ankle Sprain

Gambar 15. Ankle Sprain

b) Penanganan

(1) Posisi terlentang

(a) Lakukan manipulatif masase dengan cara menggabungkan teknik

gerusan (friction) dan gosokan (efflurage), pada otot-otot fleksor

bagian depan ke arah atas (Ali Satia Graha dan Bambang Priyonoadi,

2012: 104).

19
Seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 16. Massase Sendi Ankle

(b) Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (effluerage),

pada otot punggung kaki pada kaki bagian muka ke arah atas (Ali

Satia Graha dan Bambang Priyonoadi, (2012: 104). Seperti pada

gambar dibawah ini:

Gambar 17. Massase Tendo Achiles

(c) Lakukan teknik Masase (manipulasi Masase) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (effluerage),

pada ligamen sendi pergelangan kaki ke arah atas (Ali Satia Graha

dan Bambang Priyonoadi, 2012: 104).

Seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 18. Sendi Ankle

20
(2) Posisi terlungkup

(a) Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (effluerage),

pada otot gastrocnemius/betis ke arah atas (Ali satia Graha dan

Bamabang Priyonoadi, 2012: 104). Seperti pada gambar di bawah

ini :

Gambar 19. Otot Gastrocnemius

(b) Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (effluerage),

pada otot di belakang mata kaki atau tendo achilles ke arah atas (Ali

Satia Graha dan Bambang Priyonoadi, 2012: 105). Seperti pada

gambar di bawah ini :

(c) Traksi dan Reposisi Pada Posisi Terlentang

Lakukan traksi dengan posisi satu tangan memegang tumit kaki dan

satu tangan yang lain memegang punggung kaki. Kemudian

traksi/tarik ke arah bawah secara pelan-pelan dan putar kaki dengan

21
putaran 360 derajat, kearah dalam dan luar dengan kondisi

pergelangan kaki dalam keadaan tertarik (Ali Satia Graha dan

Bambang Priyonoadi, 2012: 105).

Seperi pada gambar di bawah ini:

3. Panggul

a) Cedera Panggul

Cedera subluksasi panggul (femur) dapat terjadi secara trauma

maupun digunakan berlebihan (overuse) ketika beraktifitas. Mobilitas sendi

panggul tidak dapat digunakan dengan semestinya karena terdapat subluksasi

head of femur pada acetabullum yang dapat menimbulkan rasa nyeri saat

melakukan gerakan fleksi sendi panggul.

Panggul adalah daerah di setiap sisi pinggang; terdiri dari tiga

bagian: ilium, iskium, dan pubis, bagian atas femur (tulang kaki bagian

atas) yang bertemu dengan pinggul melalui bola sendi dan soket. Soket

adalah tulang panggul berbentuk cangkir, yang disebut acetabulum, dan

bola adalah kepala femur.

22
a. Tulang Panggul

b. Ligamen Panggul

c. Otot Panggul

Otot panggul bagian superficial dan Deep dilihat dari sisi depan

belakang.

23
d. Cedera Subluksasi

d) Penanganan

1) Posisi Tidur Terlentang

(a) Lakukan teknik masase (masase frirage) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan

(effluerage) pada otot quadriseps femoris ke arah atas.

(b) Lakukan teknik masase (masase frirage) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan

(effluerage) pada sendi panggul ke arah atas.

(c) Lakukan teknik masase (masase frirage) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan

24
(effluerage) pada otot quadriseps femoris samping luar dan

dalam ke arah atas.

2) Posisi Tengkurap

(a) Lakukan teknik masase (masase frirage) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan

(effluerage) pada otot latisimus dorsi ke arah atas.

(b) Lakukan teknik masase (masase frirage) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan

(effluerage) pada otot latisimus dorsi ke arah samping.

25
(c) Lakukan teknik masase (masase frirage) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan

(effluerage) pada otot gluteus ke arah atas.

(d) Lakukan teknik masase (masase frirage) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan

(effluerage) pada otot hamstring ke arah atas.

3) Posisi Traksi dan Reposisi pada Panggul dengan Posisi Tidur

Telungkup

Lakukan traksi dengan posisi kedua tangan memegang satu

pergelangan kaki. Kemudian traksi atau tarik ke arah bawah secara

pelan-pelan dan putar tungkai 360º ke arah dalam dan luar dengan

kondisi tungkai dalam keadaan tertarik (Ali Satia Graha, 2009: 17).

26
4. Bahu

a) Cedera Bahu

Cedera bahu sangat sering terjadi pada atlet dengan cabang olahraga

bola voli, batminton, dan olahraga yang sering menggunakan kekuatan

tangan. Cedera ini dapat terjadi karena beberapa hal, misalnya: dipakai secara

berlebihan (overuse), bergerak melebihi batas ROM gerak sendi, kelelahan,

maupun salah tidur.

a. Tulang penyusun sendi bahu

b. Persendian pada bahu

Dalam melakukan fungsi mobilitas dan stabilitas, bahu didukung

oleh sendi-sendi penyusunnya dan otot-otot di sekelilingnya, yang bekerja

secara selaras supaya bahu dapat berfungsi normal.

27
c. Ligamen pada sendi bahu

Ligamen bahu kompleks:

1. CCL - coracoclavicular ligaments

2. CAL - coracoacromial ligaments

3. SGHL - Superior GlenoHumeral Ligament

4. MGHL - Muperior GlenoHumeral Ligament

5. IGHL - Inferior GlenoHumeral Ligament

d. Otot-otot yang bekerja untuk gerakan di bahu menempel pada tulang

korset dada : scapula, clavikula dan humerus. Otot bahu terbagi menjadi

tiga kelompok penting yaitu superficial muscle, deep muscle, muscle of the

shoulder and arm.

28
1. Superficial muscle

 Otot pectoralis mayor dilihat dari sisi depan

 Otot Trapezius dilihat dari sisi depan dan belakang

 Otot latisimus dorsi berperan dalam gerakan ekstensi bahu, adduksi

bahu dan rotasi medial lengan dilihat dari sisi depan dan belakang

29
 Otot Deltoid berperan dalam gerak flexi, ekstensi, abduksi, adduksi

bahu.

2. Deep Muscle

 Otot pectoralis minor dan subclavius

 Otot Levator scapulae, rhomboid mayor, rhomboid minor

30
 Otot Supraspinatus, infraspinatus dan teres minor

 Otot Subscapularis

3. Muscle of the shoulder and arm

 Otot Biceps brachii, Coracobrachialis dan triceps brachii

d) Penanganan

1) Posisi Duduk dengan Lengan Pronasi

31
(a) Lakukan teknik massage frirage pada sepanjang otot lengan bawah

(otot extensor carpi ulnaris, extensor carpi radialis, extensor

digitorum).

(b) Lakukan teknik massage frirage pada otot triceps/sepanjang otot

lengan atas (otot brachialis, brachioradialis, triceps brachialis).

(c) Lakukan teknik massage frirage kearah atas pada ligamen sendi

bahu/otot deltoideus.

32
(d) Lakukan teknik massage frirage pada otot intraspinatus/dimulai dari

titik tengah tengah tulang scapula (belikat), ke arah tulang vertebrae

thorakalis.

2) Duduk dengan Lengan Supinasi

(a) Lakukan teknik massage frirage pada sepanjang otot lengan bawah

(otot flexor carpi ulnaris, palmarislongus, flexor carpi radialis,

brachioradialis).

(b) Lakukan teknik massage frirage ke arah atas pada otot biseps/ lengan

atas.

33
(c) Lakukan teknik massage frirage ke arah atas pada ligamen sendi

bahu/otot deltoideus.

(d) Lakukan teknik massage frirage pada otot pectocalis mayor ke arah

dalam menuju tulang sternum (tulang tengah dada).

3) Posisi Duduk pada Badan bagian Belakang

(a) Lakukan teknik massage frirage pada otot trapezius (pundak) kearah

vertebrae cervicalis.

34
(b) Lakukan teknik massage frirage kearah atas pada otot leher di

samping vertebrae cervicalis dengan posisi kepala tegak.

(c) Lakukan teknik massage frirage pada otot intraspinatus (belikat) ke

arah tulang vertebrae thorakalis (tulang belakang bagian atas).

(d) Lakukan teknik massage frirage di latisimus dorsi (bawah ketiak)

kearah bawah dengan posisi tangan di tekuk menepel ke kepala.

35
4) Posisi Traksi dan Reposisi pada Sendi Bahu

Lakukan traksi dengan posisi satu tangan memegang lengan

atas dan tangan satunya lagi memegang lengan bawah. Kemudian

dorong ke atas dan tarik ke arah bawah secara pelan-pelan.

Lakukan reposisi sendi bahu dengan melakukan rotasi

(memutar) pada sendi bahu. Posisi tangan pasien menekuk sejajar

dengan bahu, kemudian posisi tangan masseur memegang siku

pasien dan satunya lagi memegang sendi bahunya. Putarkan

lengan kearah depan dan belakang sambil menekan siku ke arah

tubuh.

5. Pergelangan Tangan

a) Cedera Pergelangan Tangan

Cedera pergelangan tangan adalah cedera yang paling sering terjadi

pada atlet dengan cabang olahraga yang menggunakan kekuatan pergelangan

tangan seperti tolak peluru, softball, baseball, maupun lempar lembing.

Anatomi dari pergelangan:

36
1. Fascia Telapak Tangan

Fascia telapak tangan adalah bersambung dengan fascia punggung

tangan ke arah proksimal bersambung dengan fascia lengan bawah. Pada

tonjolan – tonjolan thenar dan hypothenar fascia palmaris ini bersifat tipis,

tetapi bagian tengahnya bersifat tebal dengan dibentuknya aponeurosis

palmaris yang berwujud sebagai lempeng jaringan ikat berserabut, dan pada

jari – jari tangan dengan membentuk vagina fibrosa digitimanus.

Aponeurosis Palmaris adalah bagian fascia tangan dalam yang kuat dan

berbatas jelas, menutupi jaringan lunak dan tendo otot – otot fleksor

panjang.

Bagian proksimal aponeurosis palmaris bersinambungan dengan

retinaculum flexorum dan tendo musculus palmaris longus. Bagian distal

aponeurosis palmaris membentuk empat pita digital yang memanjang dan

melekat pada basis phalangis proximalis dan membaur dengan vagina fibrosa

digiti manus (Moore, 2002). Sebuah sekat jaringan ikat medial yang

menyusup ke dalam tepi medial aponeurosis palmaris untuk mencapai os

metacarpal V medial terhadap sekat ini terdapat kompartemen hypothenar

yang berisi otot-otot hypothenar. Sesuai dengan ini, sebuah sekat jaringan

ikat lateral meluas ke dalam dari tepi lateral aponeurosis palmaris untuk

melekat pada os metacarpal I. Sebelah lateral sekat tersebut terdapat

kompartemen thenar yang berisi otot-otot thenar. Antara kompartemen

hypothenar dan kompartemen thenar terdapat kompartemen tengah yang

37
berisi otot-otot fleksor serta sarung uratnya, musculi lumbrucales, pembuluh

darah dan saraf digital.

Bidang otot terdalam pada telapak tangan dibentuk oleh

kompartemen aduktor yang berisi musculus adductor pollicis (Moore,

2002). Anatomi Nervus medianus Nervus medianus adalah salah satu saraf

lengan bawah yang merupakan saraf utama kompartemen anterior.

Nervus ini berasal dari dua radiks yaitu radiks lateralis dan radiks

medialis. Radiks lateralis adalah lanjutan dari fusciculus lateralis yang

menerima serabut dari C6 dan C7 sedangkan radiks medialis adalah lanjutan

dari fasciculus medialis yang menerima serabut dari C8 dan T1. Radiks

lateralis dan radiks medialis bergabung membentuk nervus medianus di

sebelah lateral arteri axillaris (Moore, 2013). Nervus medianus saraf yang

terdapat di otot – otot fleksor di lengan bawah, kecuali m. Flexor carpi

ulnaris, bagian ulnar m. Flexor digitorum dan lima otot tangan.

Nervus medianus memasuki fossa cubitalis medial dari arteri

brachialis, melintas antara caput m. Pronator tere, turun antara m. Flexor

digitorum superficialis dan m. Flexor digitorum profundus dan terletak di

dekat retinaculum flexorum sewaktu melalui canalis carpi untuk sampai di

tangan (Moore, 2013). Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari

jempol dan terletak di bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan

berlanjut ke lengan bawah di regio cubiti sekitar 3cm. Sembilan ruas tendon

fleksor dan n.medianus berjalan di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan

dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Di bagian proksimal tulang

38
karpal bersendi dengan bagian distal tulang radius dan tulang ulna,

sedangkan bagian distal bersendi dengan metacarpal (Pecina,et al., 2001).

Pada canalis carpi, N. Medianus mungkin bercabang menjadi

komponen radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan menjadi

cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan

cabang motorik m. abductor pollicis brevis, m. opponens pollicis, dan

bagian atas dari m. flexor pollicis brevis (Pecina, et al., 2001). Komponen

ulnaris dari N. Medianus memberikan cabang sensorik ke permukaan jari

kedua, ketiga dan sisi radial jari keempat. Selain itu, saraf median terdapat di

permukaan dorsal jari kedua, ketiga, dan keempat bagian distal sendi

interphalangeal proksimal (Pecina, et al., 2001). N. Medianus terdiri dari serat

sensorik 94% dan hanya 6% serat motorik pada canalis carpi. Namun, cabang

motorik menyajikan banyak variasi anatomi yang menciptakan variabilitas

patologi yang besar dalam kasus Capal Tunnel Syndrome (AAOS, 2008).

d) Penanganan

1) Posisi Tangan Pronasi

(a) Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (efflurage),

ke arah atas sepanjang otot fleksor pada lengan bawah (fleksor carpi

ulnaris, palmaris longus, flexor carpi radialis, brachioradialis).

39
(b) Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (efflurage),

kearah atas sepanjang otot pada punggung tangan.

(c) Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (efflurage),

ke arah atas pada sendi/ligamen pergelangan tangan.

40
2) Posisi Tangan Supinasi

(a) Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan (efflurage),

ke arah atas sepanjang otot flksor pada lengan bawah (fleksor carpi

ulnaris, palmaris longus, flexor carpi radialis brachioradialis).

(b) Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan

(efflurage), ke arah atas pada otot telapak tangan.

(c) Lakukan teknik masase (manipulasi masase) dengan cara

menggabungkan teknik gerusan (friction) dan gosokan

(efflurage), kearah atas pada sendi pergelangan tangan.

41
3) Posisi Traksi pada sensi pergelangan Tangan

Lakukan traksi pada pergelangan tangan dengan cara satu tangan

seperti bersalaman dan satu tangan lagi memegang lengan bawah.

Ketika menarik/traksi tangan digerakkan ke arah atas dan bawah

dengan tujuan mengembalikkan posisi persendian pergelangan

tangan.

42
BAB III

PEMBAHASAN

A. Penyusunan Program PKL

Penyusunan program PKL dilaksanakan dengan bantuan oleh masseur

dari Klinik Massase Terapi Cedera Olahraga Metode Ali Satia Graha Plaza UNY.

Adapun program yang disusun oleh mahasiswa dalam pelaksanaan PKL ini yaitu

untuk memperoleh gambaran situasi, karakteristik cedera dan kondisi pasien di

Klinik Massase Terapi Cedera Olahraga Metode Ali Satia Graha Plaza UNY

dengan cara menangani pasien secara langsung.

Masseur senior membimbing mahasiswa PKL dalam menangani pasien,

mulai dari pasien datang, mendaftar, mempersiapkan ruang penanganan,

penanganan, sampai pasien keluar dari klinik massase terapi.

B. Pelaksanaan Program PKL

1. Pelaksanaan Observasi Lapangan

Observasi lapangan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan PKL

dengan mengamati proses penanganan pasien dari pasien datang hingga

pasien keluar dari klinik. Tata cara perlakuan terhadap pasien harus sesuai

dengan Standar Operasional Prosedur SOP yang ada.

2. Pelaksanaan Magang

PKL dimulai pada tanggal, 5 Oktober 2020 s.d. 28 Desember 2020.

Selama satu bulan pertama, mahasiswa PKL diwajibkan untuk melakukan

pengamatan terlebih dahulu tanpa melakukan penanganan terhadap pasien

serta mengumpulkan data pasien minimal sebanyak 20 orang. Dalam

43
pelaksanaan selama bulan pertama, penulis berhasil mengumpulkan sebanyak

65 pasien.

Pada bulan selanjutnya, penulis sudah diperbolehkan untuk melakukan

penanganan terhadap pasien dengan dibimbing langsung oleh masseur senior

yang sudah berpengalaman. Penanganan yang dilakukan penulis adalah terapi

massase untuk melemaskan atau merelaksasikan otot yang tegang pada

pasien. Selama dua bulan terakhir, penulis menangani pasien sebanyak 135

orang.

C. Hasil Pelaksanaan Program PKL

1. Hasil Observasi Lapangan

Observasi lapangan yang penulis dapatkan meliputi fasilitas dan barang

inventaris yang ada di klinik terapi seperti yang tertera di tabel berikut ini:

Tabel 2. Fasilitas Klinik Massase Terapi Cedera Olahraga Metode Ali Satia

Graha Plaza UNY.

No. Jenis Jumlah

1 Front Office 1 Ruangan

2 Ruang Tunggu 1 Ruangan

3 Kamar Penanganan 6 Ruangan

4 Sekretariat Masseur 1 Ruangan

44
Tabel 3. Barang Inventaris Klinik Massase Terapi Cedera Olahraga Metode Ali

Satia Graha Plaza UNY.

No. Jenis Jumlah

1 Meja 1 Buah

2 Printer 1 Buah

3 AC 3 Buah

4 Kursi 20 Buah

5 Telfon 1 Buah

6 Sapu 2 Buah

7 Kain Pel 1 Buah

8 Banner 5 Buah

9 Tempat Sampah 3 Buah

10 Lemari 3 Buah

2. Sistem Pelayanan

Sesuai dengan slogannya ”Ramah, Ilmiah, Bertuah”. Maka pelayanan

dilakukan seramah mungkin. Adapun urutan sistem pelayanan di Klinik

Terapi Massase Metode Sli Satia Graha, adalah sebagai berikut:

1. Pendaftaran diri di Front Office (FO)

Petugas di FO mencatat data pasien, identitas pasien, keluhan

yang dialami dan pilihan jasa yang ditawarkan. Setelah itu, petugas

di FO akan membuatkan kartu pasien bagi pasien baru. Untuk pasien

45
yang sudah ada kartu pasiennya, cukup memberikan kartu pasien

kepada petugas di FO agar rekam medis pasien diambil.

2. Pemanggilan Masseur

Setelah pendaftaran pasien, petugas FO akan memanggil

masseur yang bertugas untuk mempersiapkan terlebih dahulu kamar

penanganan yang akan dipakai serta mempersiapkan pakaian ganti

untuk pasien. Setelah itu petugas FO akan memanggil pasien yang

sudah mendaftar untuk memasuki kamar penanganan dengan

dampingan oleh masseur.

3. Penanganan di ruang masase

Penanganan terhadap pasien dilakukan di ruangan

penanganan. Masseur melakukan anamnesis dengan pasien,

menanyakan keluhan, riwayat sakit, diagnosa dan pelaksanaan

treatment atau penanganan.

4. Administrasi

Untuk administrasi atau pembayaran dilakukan di front

office. Pasien akan menerima bukti pembayaran berupa kwitansi dari

petugas FO.

D. Hasil Magang

a. Cedera yang Dianalisis Penulis

Cedera yang diamati penulis pada saat pelaksanaan PKL adalah

sublucation dan sprain tingkat 1.

46
1. Ankle

Penanganan cedera lutut pada klinik Massase Terapi Cedera Olahraga

Metode Ali Satia Graha Plaza UNY berjumlah 20 kasus yang diamati oleh

penulis. Cedera ankle dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti: gerakan

memutar badan saat berdiri dengan tiba-tiba, tumpuan yang salah, kecelakaan

yang mengakibatkan ankle mengalami benturan, dan lain-lain.

Dari analisis diatas, penulis akan mengangkat kasus cedera ankle yang

terjadi akibat salah tumpuan saat bermain voli

a) Anamnesis

1) Identitas Pasien:

- Nama Pasien : Gunawan

- Usia : 34 Tahun

- Jenis Kelamin : Laki-Laki

- Alamat : Kota Gede Yogyakarta

- Aktivitas : Ankle

2) Keluhan

- Habis terjatuh dari motor dan kakinya tertimpa motor

3) Riwayat Cedera:

Pasien sudah pernah mengalami cedera ankle akibat salah

tumpuan, namun tidak melakukan penanganan apapun.

b) Pemeriksaan Fisik

Pasien mengalami penurunan fungsi sendi ankle kanan yang ditandai

dengan rasa nyeri saat melakukan gerak dorso fleksi dan plantar fleksi

47
secara maksimal dan merasakan nyeri saat diberikan manipulasi frirage

menggunakan ibu jari pada sendi ankle kanan bagian depan dan tumit.

Pasien juga mengalami nyeri saat sendi anklenya ditekuk kedalam.

c) Penanganan

Penanganan pasien dilakukan dengan menggunakan massase frirage,

traksi dan reposisi untuk mengembalikan sendi ankle yang bergeser.

Setelah penanganan selesai, masseur akan memberitahu pasien apa saja

yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien.

2. Lutut

Penanganan cedera ankle pada klinik Massase Terapi Cedera Olahraga

Metode Ali Satia Graha Plaza UNY berjumlah 20 kasus yang diamati oleh

penulis. Cedera lutut dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti: posisi

lutut yang salah saat melakukan pendaratan dari posisi melompat, kecelakaan

yang mengakibatkan sendi lutut merasa sakit saat bertumpu, dan lain-lain.

Dari analisis diatas, penulis akan mengangkat kasus cedera lutut yang

terjadi akibat aktifitas yang salah saat berkerja.

a) Anamnesis

1) Identitas Pasien:

- Nama Pasien : Wigar

- Usia : 22 Tahun

- Jenis Kelamin : Laki-Laki

- Alamat : jl.parangtritis km 7

- Aktivitas : mahasiswa

48
2) Keluhan Utama:

- Rasa nyeri di lutut kaki bagian dalam

- Kurang nyaman saat melakukan posisi jongkok

3) Riwayat Cedera:

Pasien mengalami cedera lutut sudah 4 kali dalam satu tahun ini.

Cedera sebelumnya, pasien hanya memberi kompres es dan tidak

memperbaiki sendi lutut yang bergeser.

b) Pemeriksaan Fisik

Pasien mengalami penurunan fungsi sendi lutut kanan yang ditandai

dengan rasa nyeri saat melakukan gerak fleksi, ekstensi dan gerakan

lainnya secara maksimal. Pasien merasakan nyeri saat diberikan

manipulasi frirage menggunakan ibu jari pada sendi lutut.

c) Penanganan

Penanganan pasien dilakukan dengan menggunakan massase frirage,

traksi dan reposisi untuk mengembalikan sendi lutut yang bergeser.

Setelah penanganan selesai, masseur akan memberitahu pasien apa saja

yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien.

3. Panggul

Penanganan cedera panggul pada klinik Massase Terapi Cedera

Olahraga Metode Ali Satia Graha Plaza UNY berjumlah 20 kasus yang

diamati oleh penulis. Cedera panggul dapat disebabkan oleh beberapa faktor

seperti: posisi jatuh yang menyebabkan benturan pada bagian panggul,

mengangkat beban berat saat panggul belum siap, dan lain-lain.

49
Dari analisis diatas, penulis akan mengangkat kasus cedera panggul

yang terjadi akibat aktifitas duduk yang terlalu lama.

a) Anamnesis

1) Identitas Pasien:

- Nama Pasien : Agus

- Usia : 40 Tahun

- Jenis Kelamin :Laki-Laki

- Alamat : Jl. Kusumanegara

- Aktivitas : Wiraswasta

2) Keluhan Utama:

- Rasa nyeri di daerah panggul sebelah kanan saat bangun tidur

- Rasa nyeri di daerah panggul sebelah kanan saat bangkit berdiri dari

posisi duduk

- Rasa nyeri di daerah panggul sebelah kanan saat berjalan kaki dan

berdiri terlalu lama

3) Riwayat Cedera:

Pasien pernah tekena cedera panggul sebelumnya tetapi hanya

diolesi balsem dan didiamkan sembuh dengan sendirinya.

b) Pemeriksaan Fisik

Pasien mengalami penurunan fungsi panggul kanan yang ditandai

dengan rasa nyeri saat melakukan gerak fleksi 45 derajat serta merasakan

nyeri saat diberikan manipulasi frirage menggunakan ibu jari pada

panggul kanan bagian belakang.

50
c) Penanganan

Penanganan pasien dilakukan dengan menggunakan massase frirage,

traksi dan reposisi untuk mengembalikan sendi panggul yang bergeser.

Setelah penanganan selesai, masseur akan memberitahu pasien apa saja

yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien.

4. Bahu

Penanganan cedera Bahu pada klinik Massase Terapi Cedera Olahraga

Metode Ali Satia Graha Plaza UNY berjumlah 20 kasus yang diamati oleh

penulis. Cedera bahu dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti: posisi

jatuh yang salah yang menyebabkan sendi bahu bergeser, tidur miring dengan

tubuh menimpa sendi bahu, dan lain-lain.

Dari analisis diatas, penulis akan mengangkat kasus cedera bahu yang

terjadi akibat belum siapnya sendi bahu saat melakukan aktifitas mengangkat

beban.

a) Anamnesis

1) Identitas Pasien:

- Nama Pasien : Ridwan

- Usia : 17 Tahun

- Jenis Kelamin : Laki-Laki

- Alamat : Yogyakarta

- Aktivitas : Pelajar (siswa)

2) Keluhan Utama:

51
- Rasa nyeri di daerah pundak sampai kesiku dan pundak bagian belakang

3) Riwayat Cedera:

Pasien saat melakukan push up tiba tiba bahu sampai sikunya

terasa sakit

b) Pemeriksaan Fisik

Pasien mengalami penurunan fungsi sendi bahu kiri dengan ditandai

dengan rasa nyeri saat melakukan gerak fleksi 90 derajat secara maksimal

dan merasakan nyeri saat diberikan manipulasi frirage menggunakan ibu

jari pada sendi bahu kiri bagian frontal.

c) Penanganan

Penanganan pasien dilakukan dengan menggunakan massase frirage,

traksi dan reposisi untuk mengembalikan sendi bahu yang bergeser.

Setelah penanganan selesai, masseur akan memberitahu pasien apa saja

yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien.

5. Pergelangan Tangan

Penanganan cedera pergelangan tangan pada klinik Massase Terapi

Cedera Olahraga Metode Ali Satia Graha Plaza UNY berjumlah 20 kasus

yang diamati oleh penulis. Cedera pergelangan tangan dapat disebabkan oleh

beberapa faktor seperti: posisi jatuh yang salah yang menyebabkan sendi

pergelangan tangan bergeser, mengangkan barang dengan posisi pergelangan

tangan yang salah, kelelahan, dan lain-lain.

Dari analisis diatas, penulis akan mengangkat kasus cedera pergelangan

tangan yang terjadi akibat kelelahan.

52
a) Anamnesis

1) Identitas Pasien:

- Nama Pasien : Rusdiyanto

- Usia : 51 Tahun

- Jenis Kelamin : Laki-Laki

- Alamat : jakal km 9

- Aktivitas : wiraswasta

2) Keluhan Utama:

- Rasa nyeri di pergelangan tangan kanan

- Rasa nyeri saat menggenggam dengan kuat

3) Riwayat Cedera:

Tidak pernah mengalami cedera pergelangan tangan.

a) Pemeriksaan Fisik

Pasien mengalami penurunan fungsi sendi pergelangan tangan kanan

yang ditandai dengan rasa nyeri saat melakukan gerakan tangan ke atas, ke

bawah, dan ke samping. Pasien juga merasakan nyeri saat diberikan

manipulasi frirage menggunakan ibu jari pada sendi pergelangan tangan

kanan bagian luar.

b) Penanganan

Penanganan pasien dilakukan dengan menggunakan massase frirage,

traksi dan reposisi untuk mengembalikan sendi pergelangan tangan yang

bergeser. Setelah penanganan selesai, masseur akan memberitahu pasien apa

saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien.

53
Pemaparan beberapa kasus diatas hanyalah sebagian dari banyaknya

kasus yang diamati oleh penulis di klinik Massase Terapi Cedera Olahraga

Metode Ali Satia Graha Plaza UNY. Penulis hanya mengamati kasus yang

sering dialami oleh pasien seperti lutut, ankle, panggul, bahu, dan

pergelangan tangan.

Hasil yang penulis capai selama 3 bulan pelaksanaan magang di

klinik Massase Terapi Cedera Olahraga Metode Ali Satia Graha Plaza UNY

sangat banyak, baik dari segi ilmu terapi frirage, cara berkomunikasi dengan

pasien, serta cara memberikan pelayanan yang baik terhadap pasien.

54
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melaksanakan PKL selama tiga bulan ( Oktober, November,

Desember) di Klinik Massase Terapi Cedera Olahraga Metode Ali Satia

Graha Plaza UNY, penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan PKL ini

sangat membekali mahasiswa dengan teori, praktik, pengalaman, dan tata

cara berkomunikasi dengan pasien, bekerja secara profesional, sehingga

mahasiswa yang melaksanakan kegiatan PKL ini menjadi tenaga ahli yang

profesional dalam bidang olahraga kesehatan. Pelayanan massase yang

dilakukan mahasiswa adalah pelemasan otot dan reposisi sendi (traksi) yang

dilakukan masseur senior kepada pasien cukup memuaskan. Sebagai

seorang masseur, kita harus meningkatkan jiwa saling tolong dan

kemampuan mendiagnosa yang bisa di pertanggungjawabkan dan tidak lupa

juga yang tepenting sebagai seorang masseur harus benar-benar menguasai

sistem anatomi tubuh manusia baik otot, tulang, saraf, pembuluh darah, dan

persendian beserta fisiologinya.

B. Kritik dan Saran

1. Sebagai seorang tenaga ahli khususnya messeur, dituntut untuk

memberikan pelayanan dengan sebaik baiknya.

2. Masseur harus lebih tertib disiplin dalam mengelola Klinik Terapi

Massase Metode Ali Satia Graha, Plaza UNY.

55
3. Menyiapkan rekam medis pada setiap penanganan pasien.

4. Membuat website atau akun Klinik di media sosial yang dikelola dengan

baik, guna menikngkatkan kegiatan promosi dan merambah pengguna

jasa yang lebih luas.

56
DAFTAR PUSTAKA

Arovah, I. (2007). Dasar-dasar Fisioterapi pada Cedera Olahraga.Yogyakarta:


FIK UNY.

Graha A S, Priyonoadi B. (2012). Terapi Masase Frirage Penatalaksanaan Cedera


pada Anggota Gerak Tubuh Bagian Bawah. Yogyakarta: FIK UNY.

Priyonoadi, B. (2006). Pencegahan dan Perawatan Cedera. Makalah dalam Proses


Pembelajaran Kuliah PPC untuk Mahasiswa FIK. Yogyakarta: FIK UNY.

Tim PKL. (2017). Pedoman Praktik Lapangan. Yogyakarta: Program Studi Ilmu
Keolahragaan.

57

Anda mungkin juga menyukai