Anda di halaman 1dari 2

Tradisi lompat batu dari Pulau Nias,Sumatera Utara

Ada fakta menarik dari pulau Nias sendiri yaitu Hombo Batu Atau yang biasa disebut Lompat Batu.Tentunya sudah
tidak asing lagi dengan Tradisi Lompat Batu ini masyarakat Suku Nias. Tradisi ini bisa ditemukan di Desa
Bawomataluo Kabupaten Nias Selatan.

Desa Bawomataluo, salah satu desa adat di Kabupaten Nias Selatan yang sangat kental dengan Tradisi Lompat
Batu. Bawomataluo, dalam bahasa Nias, berarti bukit matahari. Sesuai dengan letaknya yang berada di atas bukit
dengan ketinggian 324 meter di atas permukaan laut, dibangun berabad-abad lalu.

Tradisi Lompat Batu biasanya dilakukan para pemuda dengan cara melompati tumpukan batu yang mencapai
setinggi 2 meter dan setebal 40 cm untuk menunjukan bahwa mereka sudah pantas untuk dianggap dewasa secara
fisik.Tradisi ini bisa menjadi pertunjukan yang menarik, khususnya bagi para pelancong yang datang ke sana.

1.Sejarah Fahombo

Menurut sejarah, fahombo pertama kali muncul karena seringnya terjadi peperangan antarsuku di Tanah
Nias.Pada waktu itu,setiap kampung memiliki bentengnya masing-masing. Untuk memenangkan peperangan antar
suku,maka setiap pasukan harus memiliki kemampuan untuk melompati benteng tersebut.Dan pada akhirnya
mereka secara khusus untuk memiliki kemampuan ini mereka membuat tumbukan batu yang berguna untuk
melatih fisik terutama dalam melompat.

Dengan seiring berakhirnya perang tersebut,lompat batu ini masih dilakukan oleh masyarakat di sana hingga
menjadi suatu tradisi.Tradisi lompat batu kemudian berkembang menjadi ritual atau media bagi para pemuda
untuk menunjukan bahwa dia sudah benar-benar dewasa.Perlu diketahui, bahwa tradisi ini tidak dapat dilakukan
semua masyarakat Nias,tetapi hanya dilakukan oleh kampung-kampung tertentu saja.Karena keunikannya dari
Tradisi Lompat Batu ini sehingga mulai dikenal masyarakat luas dan menjadi simbol budaya bagi masyarakat Nias.

2. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Tradisi Lompat Batu


Tradisi lombat batu ini dilakukan di tempat khusus yang dimiliki oleh setiap kampung di Nias. Tempat khusus ini
sudah ada sejak dulu, dan tetap digunakan secara turun menurun. Tradisi lompat batu ini biasanya diadakan pada
waktu dan tempat yang sudah ditentukan oleh masyarakat kampung sekitar dan akan diikuti oleh para pemuda
dewasa yang akan melakukan lompat batu tersebut.Tempat tersebut ditandai dengan batu setinggi 2 meter dan
ketebalan 40 cm yang nantinya digunakan untuk dilompati para peserta lombat batu.

3. Pelaksanaan Tradisi Lompat Batu

Pelaksanaan Tradisi Lompat Batu, biasanya disaksikan oleh para warga kampung. Kemudian para peserta bersiap
dengan menggunakan baju pejuang Nias menunggu gilirannya. Saat sudah gilirannya, peserta akan mengambil
ancang-ancang yang tidak terlalu jauh dari tumpukan.Kemudian berlari kencang dan menginjakkan kaki pada
sebongkah batu sebagai tumpuannya yang berada tepat dibawah. Lalu dia melompat ke udara dan melewati batu
besar setinggi 2 meter tersebut. Saat melompat, peserta tidak boleh sampai menyentuh batu besar tersebut,
apabila menyentuh batu paling atas maka dia dikatakan belum berhasil.Para pemuda melakukan lompat batu ini
sangat beresiko tinggi,lain halnya jika mereka berhasil maka mereka akan merayakannya dengan syukuran adat.

4.Makna Pelaksanaan Lompat Batu

Lompat batu bukan hanya sekadar cara para pemuda Nias menunjukkan kedewasaannya,tetapi proses latihan yang
akan dilalui untuk bisa melompati batu setinggi dua meter ini bukanlah hal begitu mudah.Diperlukannya latihan
keras dan waktu yang begitu lama agar bisa berjalan lancar tanpa ada cedera.Tradisi ini juga menjadikan para
peserta untuk berjuang bersama dan menampilkan kehebatan mereka.Bahkan tradisi ini juga bisa menjadi cara
untuk membentuk karakter yang tegas,kuat dan tangkas dalam menjalani kehidupan ini.

Tradisi ini dapat menjadi suatu media dimana masyarakat kampung sekitar bisa saling berkumpul dan mendukung
para pemuda yang akan mengikutinya. Selain itu, Selain sebagai bentuk ritual maupun upacara adat, tradisi ini juga
dilakukan sebagai wujud apresiasi mereka terhadap budaya yang telah diwariskan oleh leluhur atau nenek moyang
mereka

5. Warisan Budaya

Pada saat ini masyarakat di Nias masih sangat menjaga dan melestarikan tradisi lompat batu ini. Pada saat dulu
lompat batu digunakan sebagai latihan untuk menghadapi perang, sekarang tradisi lompat batu dilaksanakan
sebagai ritual dan simbol budaya orang Nias. Bahkan, tradisi ini kini juga menjadi salah satu warisan budaya yang
juga mendatangkan daya tarik wisatawan dari dalam maupun luar negeri.

Karena keunikan yang dimiliki dari tradisi ini, maka tidak heran apabila adanya pengajuan dari pemerintah
Indonesia kepada dunia internasional khususnya UNESCO, jika Desa Bawomataluo menjadi salah satu warisan
dunia, maka akan berdampak besar terhadap daerahnya. Termasuk pendapatan daerah dan perekonomian
masyarakat setempat.

Anda mungkin juga menyukai