Anda di halaman 1dari 1

FAHOMBO

Budaya yang berasal


dari Indonesia

Hal-Hal Terkait Fahombo

Fahombo ?? Latar Belakang


Budaya Fahombo (lompat batu) Nias merupakan salah tradisi
Awalnya, tradisi lompat batu berasal dari kebiasaan berperang
satu yang masih aktif di pulau Nias dan banyak dikunjungi oleh
antar desa suku-suku di pulau Nias. Masyarakat Nias memiliki
masyarakat lokal maupun luar. Pulau Nias merupakan bagian dari
karakter keras dan kuat diwarisi dari budaya pejuang perang. Dahulu,
wilayah Provinsi Sumatera Utara. Tradisi Hombo bisa ditemukan
suku-suku di Pulau Nias sering berperang karena terprovokasi oleh
di daerah Desa Bawomataluo, Kabupaten Nias Selatan. Desa
rasa dendam, pembatasan tanah, atau masalah perbudakan.
Bawomataluo dikenal sebagai desa yang masih kental dengan
Tradisi Budaya Lompat Batu. Dalam bahasa setempat, Masing-masing desa lalu membentengi wilayah dengan batu atau bambu
Bawomataluo memiliki arti “Bukit Matahari”. Tradisi Fahombo setinggi 2 meter. Sehingga salah satu syarat untuk menjadi prajurit perang adalah
meyakini bahwa keberhasilan pemuda melompati batu mampu melompati batu setinggi 2 meter. Para bangsawan dari strata balugu yang
dikarenakan pertolongan roh-roh leluhur. Oleh karena itu memimpin pulau Nias saat itu akan menentukan pantas atau tidaknya seseorang
sebelum memulai tradisi, masyarakat setempat terlebih dahulu pria Nias menjadi prajurit perang. Lompat Batu juga menjadi sarana untuk melatih
menyembelih hewan ternak seperti babi atau ayam (Giawa, 2022). ketangkasan, keberanian kematangan fisik dan mental para pemuda Nias agar
menjadi kuat dan kokoh dalam berperang (Museumnusantara, 2022).

Nilai -Nilai

Nilai kebersamaan
Nilai Kehidupan Tradisi ini di laksanakan dihadapan banyak Nilai kebudayaan
Adanya pembentukan karakter, keberanian masyarakat yang ikut serta menyaksikan dan Terlaksananya trasisi hingga saat ini
dan ketangkasan yang nantinya akan memeriahkan tradisi. Pertemuan antar masyarakat merupakan bentuk penghormatan
menentukan tingkat kedewasaan laki-laki ini yang nantinya akan membangun relasi dan terhadap leluhir dan nenek moyang
dalam menjalani kehidupan (Giawa, 2022). kebersamaan antar masyarakat (Giawa, 2022). masyarakat (Giawa, 2022).

Dampak Terhadap Cara Berpikir dan Bertindak


Tradisi Fahombo yang percaya bahwa keberhasilan mereka melompati baru setinggi 2 meter, berpotensi untuk membuat orang lain menjadi
terpengaruh dan ikut percaya akan hal tersebut. Bahkan mereka berpikir bahwa mereka pasti mampu melompati batu tersebut karena pertolongan
dari roh-roh leluhur. Bahkan karena kepercayaan terhadap roh para leluhur, mereka menjadi ikut serta dalam mengorbankan hewan ternak untuk
memperoleh restu dari roh-roh leluhur.

Grand Narrative
Pada mulanya, Allah telah menciptakan segala sesuatu yang ada di Pandangan Niebuhr
dunia ini dengan sempurna. Ia menciptakan manusia segambar dan
serupa dengan-Nya dan Ia juga menghadirkan relasi yang shalom Manusia telah ditebus oleh Allah melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas
diantara manusia, sama seperti relasi yang ada dalam Allah kayu salib. Oleh karena itu, sebagai ciptaan yang telah di tebus kita harus
Tritunggal. Manusia diciptakan sebagai makhluk paling mulia yang bisa menjadi agen of change yang menjadikan budaya sebagai alat untung
memiliki akal Budi dan bisa membedakan apa yang baik dan buruk. memuliakan Tuhan dan mengubahkan pandangan tentang kebudayaan
Tuhan juga memberikan kita begitu banyak keberagaman budaya yang salah menjadi hal yang sesuai dengan kebenaran Allah. Dilihat dari
yang tujuannya untuk kita gunakan memuliakan nama-Nya. Namun, budaya Fahombo, masyarakat tersebut cenderung lebih fokus pada
kejatuhan manusia ke dalam dosa membuat relasi shalom yang ada pertolongan roh-roh leluhur yang dapat membantu mereka untuk
dalam diri manusia rusak, kebudayaan yang awalnya diperuntukkan mencapai keberhasilan. Tentu ini adalah pandangan yang salah, oleh karena
bagi kemuliaan Tuhan menjadi melenceng dan tidak sesuai dengan itu kita sebagai agen of change harus berusaha untuk mengubah pola pikir
kebenaran firman-Nya, bahkan menjadi salah satu bentuk yang salah, sama seperti seorang misionaris yang datang ke suku Nias dan
perlawanan terhadap kebenaran Tuhan. Tradisi Fahombo memberitakan Injil, sehingga masyarakat yang ada di suku Nias perlahan-
menunjukkan pelencengannya terhadap kebenaran Tuhan melalui lahan meninggalkan pandangan yang salah dan membangun
pandangan bahwa keberhasilannya melompati baru didasari oleh kepercayaannya pada Tuhan. Walau kita tidak bisa secara langsung seperti
pertolongan roh-roh leluhur sebagai penentu keberhasilannya. misionaris tersebut, namun kita dapat belajar untuk toleeransi bukan
Tentu hal ini sangat melenceng dari kebenaran firman Tuhan. kompromi. Kita harus bisa menghargai namun kita tidak boleh untuk
Namun, kasih Allah yang begitu besar kepada manusia, Ia membenarkan serta membiarkan hal tersebut terjadi di sekitar.
mengorbankan Yesus Kristus untuk mati di kayu salib dan menebus
dosa pelanggaran manusia. Setelah ditebus, perlahan-lahan relasi
manusia akan dipulihkan dan dengan pertolongan Roh Kudus
manusia dapat di tuntun ke jalan yang benar. Aprilia Bunga Pulung
IX.2

Anda mungkin juga menyukai