Anda di halaman 1dari 26

Makalah Patologi Unggas

ASTROVIRUS INFECTION

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIDHA NURFALAH ABWAH

NIM : O11113005

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2016

1
DAFTAR ISI

Hal
Daftar Isi ................................................................................................ 2
I. Pendahuluan ................................................................................... 2
I.1 Latar Belakang Penulisan ....................................................... 3
I.2 Tujuan Penulisan ..................................................................... 4
II. Pembahasan .................................................................................... 5
II.1 Sejarah Penyakit Astrovirus Infection......................................... 5
II.2 Epidemiologi Penyakit Astrovirus Infection............................... 5
A. Infeksi pada Hewan .......................................................... 5
B. Infeksi pada Manusia ........................................................ 6
II.3 Klasifikasi Astrovirus Infection................................................ 7
A. Morfologi .......................................................................... 7
B. Struktur dan Gambar Astrovirus Infection......................... 8
C. Daur Hidup Astrovirus Infection....................................... 9
D. Habitat Hidup Astrovirus Infection........................... 9
II.4 Patogenitas dan Infeksi .......................................................... 10
A. Karakteristik Agen Patogen ............................................. 10
B. Virulensi Astrovirus Infection.......................................... 13
C. Penularan .................... .................................................. 13
II.5 Gejala Klinis ......................................................................... 15
II.6 Pencegahan dan Pengendalian .............................................. 16
II.7 Diagnosa dan Pemeriksaan Laboratorium ............................. 20

A. Metode Titer Antibodi...................................................... 20

B. Metode Immunofluorescence .......................................... 21

II.8 Pengobatan ............................................................................ 23


Daftar Pustaka ..................................................................................... 24

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Astroviruses merupakan keluarga dari Astroviridae yang mana dibagi
menjadi dua genera: Mamastrovir (mamalia astroviruses) dan Avastrovirus
(Astroviruses burung). Nama astrovirus berasal dari 'astron' (Yunani untuk
bintang) menggambarkan karakteristik bintang bersudut seperti permukaan
proyeksi yang terdeteksi oleh elekron negatif pada mikroskop.
Virus juga telah dideteksi di usus dan swab kloaka sampel dari Inggris dan
ternak broiler Jerman dari latar belakang enteritis dan gangguan pertumbuhan.
Bahkan, investigasi serologis dengan CAstV menunjukkan bahwa infeksi Virus
ini terjadi di ternak ayam broiler. Ayam broiler memperoleh seroprevalences
tinggi infeksi CastV dan pada broiler usia tua juga dapat terinfeksi tetapi jauh
lebih rendah seropositivitiesnya. Peneliti juga melakukan observasi
seroprevalences di peternakan dari delapan negara-negara Eropa dari beberapa
ternak kalkun. Antigen CAstVs berbeda, awalnya dianggap sebagai enterovirus
seperti virus (ELVs) juga telah dijelaskan salah satu CAstVs yang diisolasi di
Inggris dari anak ayam mati sebagai bagian dari penyelidikan awal mortalitas
broiler. Sementara itu CAstV terdapat di Afrika Selatan dari ayam pedaging
dengan masalah pernapasan.
Astrovirus pada manusia adalah penyebab dari muntaber merupakan
penyakit yang sangat menular. Biasanya menjangkit orang dewasa, meskipun
virus lain seperti adenovirus, rotavirus dan astrovirus juga bisa menyebabkan
muntaber. Kemudian virus tersebut menyebar melalui kontak dengan orang yang
terinfeksi, misalnya dengan berbagi makanan, air, atau peralatan makan. Individu
juga dapat terinfeksi oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi.
Dibandingkan dengan virus-virus lainnya seperti adenovirus dan rotavirus,
virus ini belum banyak diketahui oleh masyarakat. Jadi, diharapkan melalui
penulisan makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai Astrovirus
infection sehingga dapat meminimalkan kejadian infeksi baik pada ayam maupun
pada manusia.

3
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengulas lebih luas
mengenai peranan Astrovirus Infection yang meliputi pertumbuhan, distribusi,
patogenesis, metode deteksi, pencegahan dan pengobatannya

4
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1 Sejarah Penyakit Astrovirus Infection
Infeksi ayam astrovirus secara geografis tersebar luas. Sebuah penelitian
deteksi CAstV antibodi dalam serum pertama kali dilakukan di lapangan dari
ternak broiler di Inggris Raya, Belanda, Spanyol, Australia dan Amerika Serikat.
Mereka mengamati bahwa tidak ada korelasi antara keberadaan antibodi dan
pertumbuhan yang tidak merata karena beberapa ternak yang ditampilkan dari
runting dan pengerdilan sindrom CastV antibodi, sementara kawanan lainnya di
mana anak ayam grew biasanya memiliki antibodi CAstV. Baru-baru ini, CAstV
terdeteksi di dalam usus dan tinja sampel dari broiler yang sehat ayam dan dari
ternak dipengaruhi oleh enteritis dan masalah pertumbuhan di Amerika Serikat
(Todd, 2009).

II. 2 Epidemiologi Penyakit Astrovirus Infection


A. Infeksi pada Hewan
Virus juga telah dideteksi di usus dan swab kloaka sampel dari Inggris dan
ternak broiler Jerman dari latar belakang enteritis dan gangguan pertumbuhan.
Bahkan, investigasi serologis dengan CAstV menunjukkan bahwa infeksi Virus
ini terjadi di ternak ayam broiler. Ayam broiler memperoleh seroprevalences
tinggi infeksi CastV dan pada broiler usia tua juga dapat terinfeksi tetapi jauh
lebih rendah seropositivitiesnya. Peneliti juga melakukan observasi
seroprevalences di peternakan dari delapan negara-negara Eropa dari beberapa
ternak kalkun. Antigen CAstVs berbeda, awalnya dianggap sebagai enterovirus
seperti virus (ELVs) juga telah dijelaskan salah satu CAstVs yang diisolasi di
Inggris dari anak ayam mati sebagai bagian dari penyelidikan awal mortalitas
broiler. Sementara itu CAstV terdapat di Afrika Selatan dari ayam pedaging
dengan masalah pernapasan (Emikpe, 2003).
Diagnosa yaitu adanya deteksi antigen spesifik virus dan lesi histologis
pada usus, ginjal dan pankreas setelah infeksi eksperimental anak ayam dengan
adanya patogen tertentu dengan CAstV mengisolasi FP3. Temuan ini

5
menunjukkan bahwa, seperti ANV, CAstVs memiliki kemampuan untuk
menginfeksi organ internal. Pengembangan untuk mendeteksi astrovirus ayam.
Patologi Avian melaporkan bahwa CAstVs terdeteksi dalam jumlah besar di ginjal
dan isi usus diperoleh dengan model membujur survei dari empat kawanan broiler
menampilkan kinerja di bawah rata-rata. Deteksi dan karakterisasi dari astrovirus
baru dalam ayam dan kalkun dengan enterik dan gangguan gerak. Ditandai
kelompok baru dari astroviruses ayam yang berhubungan dengan penyakit dan
masalah gerak enterik pada ayam dan kalkun (Todd, 2009b).

B. Infeksi pada Manusia

Penyakit infeksi virus pada saluran pencernan disebabkan oleh golongan


virus gastroenteritis yang merupakan penyebab penyakit manusia terbesar kedua
setelah penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus. Di beberapa
Negara tertentu gangguan pencernaan merupakan penyakit penyebab kematian
terutama pada anak-anak & bayi yang menderita kekurangan gizi. Gejala utama
gastroenteritis adalah diare, demam, mual, muntah, malaise, nyeri, & kejang
abdominal. Berbagai jenis virus ditemukan pada saluran pencernaan manusia
dapat dilihat beberapa diantaranya dapat menyebabkan gastroenteritis antara lain:
rotavirus, adenovirus serotype 40 & 41, calicivirus, Norwalk-like virus, small
raound virus (SRV), astrovirus, coronavirus, & torovirus (Gray, J.J, 2001).

Di negara-negara yang beriklim 4 musim, diare yang disebabkan virus


sering terjadi pada musim dingin. Di Indonesia, diare yang disebabkan oleh
Astrovirus dapat terjadi sepanjang tahun, dengan puncak kejadian pada
pertengahan musim kemarau (Juli-Agustus). Astrovirus merupakan salah satu
penyebab diare pada bayi dan anak-anak terutama anak kelompok usia 6 bulan – 2
tahun. Di negara maju Rotavirus merupakan 50 % penyebab utama diare. Di
Indonesia Rotavirus pertama kali ditemukan pada tahun 1975 dari penderita diare
yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI -–RSCM Jakarta.
prevalensinya pada waktu itu ialah sebanyak 47 %, di Yogyakarta dan Medan
berkisar 40 % (Todd, 2009a).

6
Astrovirus sangat infektif, dan kebanyakan infeksi terjadi melalui fecal dan
oral. Pada orang dewasa bisa terinfeksi setelah kontak langsung dengan bayi yang
terinfeksi, tapi biasanya hanya berupa diare ringan. Kebanyakan infeksio terjadi
pada musim dingin setiap tahun di Amerika. Masa inkubasinya adalah 3-4 hari
(Guy, J.S, 2008).

Sedikit diketahui tentang epidemiologi Astrovirus, dapat menginfeksi


semua usia tapi biasanya menginfeksi bayi dan anak kecil. Infeksi Calicivirus
terjadi sepanjang tahun, dimana penyebab gastroenteritis oleh Astrovirus biasanya
terjadi di musim dingin. Penularannya melalui fekal dan oral. Inkubasi keduanya
3-4 hari (Imada, 2003).

II.3 Klasifikasi Astrovirus Infection

Kingdom  : Virus
Phyllum    : Firmicutes
Classis      : Not divided
Ordo         : Unassigned
Familia     : Astroviridae
Genus       : Mammoastrovirus
Species     : Avian astrovirus, Human Astrovirus, sertoypes 1-8

A. Morfologi

Astroviruses merupakan keluarga dari Astroviridae yang mana dibagi


menjadi dua genera: Mamastrovir (mamalia astroviruses) dan Avastrovirus
(Astroviruses burung). Nama astrovirus berasal dari 'astron' (Yunani untuk
bintang) menggambarkan karakteristik bintang bersudut seperti permukaan
proyeksi yang terdeteksi oleh elekron negatif pada mikroskop. Meskipun
penyakit ini pertama kali diidentifikasi di pada diare anak dengan gastroenteritis,
outbreaks dari astrovirus adalah penyebab diare juga telah dijelaskan bahwa
terjadi pada manusia . Selain infeksi pada manusia, astroviruses diketahui
menyebabkan gastroenteritis akut pada sapi, babi, domba, kucing, anjing, rusa,

7
tikus, kalkun, ayam mutiara dan bebek. Astrovirus ini pernah dilaporkan
menyebabkan wabah gastroenteritis dengan depresi pertumbuhan dan peningkatan
mortalitas pada kalkun (Bulbule, 2013).

Gambar 1 Gambaran Astrovirus


Sumber: http://pakarebiologi.blogspot.co.id/2015/08/dasar-dasar-virologi-1.html

B. Struktur dan Gambar Astrovirus Infection

Virus ini berukuran sama dengan Picornavirus yaitu sebesar 28-30 nm


tetapi partikelnya menunjukkan gambaran garis luar seperti bentuk bintang
tertentu pada permukaannya. Genom linear, positif-sense, RNA untai tunggal
ukuran 7,2-7,9 kb. Agen ini penyebab gastroenteritis pada manusia dan hewan
(Anonim, 2012).

Di antara empat virus RNA kecil yang biasanya menginfeksi manusia dan
hewan, astrovirus adalah satu-satunya struktur atom yang belum diketahui.
Pertama divisualisasikan melalui mikroskop elektron pada tahun 1975, menjadi
jelas dalam studi selanjutnya bahwa virus tersebut memainkan peran dalam ayam
remaja - dan kadang-kadang dewasa - wabah diare, sebagai penyebab utama
kedua setelah rotavirus. paling sering melalui kotoran, penyakit ini tidak begitu
berbahaya, tapi jika tidak ditangani, ayam bisa mengalami dehidrasi (Imada, 2003).

Masa inkubasi biasanya berlangsung 3-4 hari; syptoms yaitu diare berair,
demam, anoreksia dan shedding pain.Viral perut terjadi sebelum gejala dimulai

8
dan berlanjut selama beberapa hari setelah penghentian diare. Beberapa penelitian
astrovirus telah menyimpulkan bahwa virus ini patogenisitas relatif rendah pada
ayam usia dewasa. Kejadian Astrovirus infection lebih ringan dari gejala diarenya
dibandingkan rotavirus, dan dehidrasi signifikan dan rawat inap tidak sering
terjadi. Namun, mungkin sulit untuk membedakan diare karena baik virus
berdasarkan hasil klinis. Kematian terkait dengan infeksi astrovirus sangat jarang
tetapi telah dilaporkan (Reynolds,2008).

C. Daur Hidup Astrovirus Infection

Virus ini bekerja dalam usus manusia dan juga pada unggas salah satu
diantaranya adalah ayam, tetapi untuk sampai ke sana itu untuk menjalankan
tantangan melalui saluran pencernaan dan menghindari protease, bagian dari
sistem kekebalan tubuh yam ayang tugasnya adalah untuk menghancurkannya.
(Meskipun satu, tripsin, sebenarnya memainkan peran dalam mengaktifkan
astrovirus). Ketika astrovirus menemukan target dan RNA virus adalah
membiarkan longgar di dalam sel manusia, replikasi virus dimulai. Jika sistem
kekebalan inang tidak melakukan pekerjaan yang cukup baik dalam
menghilangkan virus, penyakit akan berjalan saja tidak nyaman dalam beberapa
hari (Smyth, 2010).

D. Habitat Hidup Astrovirus Infection

Astrovirus infection ditularkan melalui udara lewat batuk atau bersin, yang
akan menimbulkan aerosol yang mengandung virus. Influenza juga dapat
ditularkan melalui kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui
kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi. Aerosol yang terbawa oleh
udara (airborne aerosols) diduga menimbulkan sebagian besar infeksi, walaupun
jalur penularan mana yang paling berperan dalam penyakin ini belum jelas betul
(Emikpe, 2003).

Entri intro usus epitel dengan cara endositosis masuk intro epitel usus
dengan cara endositosis Tampaknya mengikat homolog PVR / CD155 (Polio

9
Virus Receptor) pada saat masuk bersama dengan protein virus homolog E1 pH,
lalu untuk mengikat PVR homolog / CD155 (Polio Virus Receptor) pada saat
masuk bersama dengan homolog E1 protein virus dalam pH fusion tergantung
(Mirip dengan Sindbis Virus) fusion tergantung (Mirip dengan Sindbis Virus)
Kode ORF1a untuk nsp1a dan terakumulasi dalam inti dan mengarah ke apoptosis
dan virus menyebar ORF1a kode untuk astrovirus dan terakumulasi dalam inti dan
mengarah ke apoptosis dan virus menyebar dalam tubuh ayam. Kerusakan epitel
usus menyebabkan hilangnya air dari sel (Matsui, 2001).

II. 4 Patogenitas dan Infeksi

A. Karakteristik Agen Patogen

Astrovirus memiliki kemiripan yang kuat dengan virus yang menyebabkan


hepatitis E (HEV). Ada beberapa hubungan antara virus. Berdasarkan asumsi itu,
dibuat konstruksi untuk melihat apakah kita bisa menghasilkan, untuk memulai
dengan, spike permukaan pada kapsid virus. Kapsid adalah cangkang keras 33
nanometer lebar yang berisi dan melindungi RNA-nya. Ini memiliki 30 paku
mungil bahkan memproyeksikan dari permukaan, dan masing-masing paku
mungkin memiliki situs reseptor mengikat (Reynolds, 2008).

Setelah struktur atom dari lonjakan dikenal, menemukan situs reseptor


yang dilibatkan dan membandingkan urutan genom dari delapan varian astrovirus.
Di antaranya delapan serotipe, dalam hal ini harus ada reseptor umum. Dalam
mencari reseptor umum, harus ditemukan saku dangkal di spike yang menjadi
penyebab utama untuk mengikat reseptor (Pantin, 2008).

Pada suatu kejadian dari salah satu peternakan broiler komersial yang
memiliki 100.000 anak ayam mengalami kematian mendadak berat (35%) antara 6
dan 9 hari usia. Temuan post-mortem utama adalah ginjal bengkak, ureter
menonjol dan gout visceral (Gambar 1a, b). Dalam beberapa anak ayam, gout
artikular dan deposisi urat pada hati yang diamati (data tidak ditampilkan). Studi
histopatologi mengungkapkan nekrosis dan degenerasi sel-sel epitel tubulus

10
proksimal berbelit-belit dengan infiltrasi granulosit dan limfosit interstitial pada
ginjal (Gambar 1c). Hialin granular degenerasi dan infiltrasi sel inflamasi di
miokardium jantung juga diamati (Gambar 1d), seperti pembengkakan sel akut
pada hati. Penebalan arteri di limpa dan gangguan di limpa dan paru-paru juga
diamati (data tidak ditampilkan). kekurangan air, faktor gizi dan kesalahan
manajemen lainnya adalah penyebab wabah ini. Sampel ginjal dari kawanan
tertentu positif untuk CAstV dan negatif untuk IBV, ANV, virus ayam anemia
(CAV) dan IBDV, yang dideteksi oleh QRT-PCR dan qPCR dan dikonfirmasi
oleh nukleotida urutan (data tidak ditampilkan) (Bulbule, 2013).

Gambar 2. Gross dan lesi histopatologi dari ayam broiler komersial yang terkena
dampak. 1a: ureter terkemuka dan urat pengendapan di ginjal. 1b: deposisi urat
pada jantung. 1c: nefritis interstitial dan deposit asam urat di ginjal (panah). 1d:
Infiltrasi sel-sel inflamasi di miokardium (panah). 1c dan 1d: bar = 100 m,
hematoksilin dan eosin pewarnaan.

Sumber: Role of chicken astrovirus as a causative agent of gout in commercial


broilers in India

11
Kemudian dikumpulkan 894 sampel ginjal dari anak ayam yang terkena
dampak dari berbagai daerah di India dan diuji untuk mendeteksi apakah CAstV,
ANV, IBV, IBDV ataupun CAV. Diamati bahwa 373 (41,7%) sampel positif
untuk CAstV saja, sementara 326 (36,4%) yang positif untuk kedua CAstV dan
ANV dan 18 (2,0%) positif untuk CAstV, ANV dan IBV (Tabel 3). Keseluruhan
717 (80,2%) sampel positif untuk CAstV. Semua sampel negatif untuk IBDV dan
CAV (Bulbule, 2013).

Gambar 3. embrio terhambat dengan perubahan warna kekuningan pada hari ke 5


p.i. dengan CAstV (kanan), dan kontrol embrio tanpa inokulasi (kiri).

Sumber: Role of chicken astrovirus as a causative agent of gout in commercial


broilers in India

Lima dari 18 sampel diinokulasi ke CEKCs dan menunjukkan ditandai


efek sitopatik termasuk pembulatan, penggumpalan dan detasemen sel dari
permukaan setelah tiga bagian; supernatan positif untuk CAstV (data tidak
ditampilkan). Sebuah titer tinggi diamati pada telur berembrio ayam (log10 5,2
embrio median dosis infeksi / ml) dibandingkan dengan CAstV diadaptasi dalam

12
CEKCs, yang memiliki titer log 10 4.3 median kultur jaringan menular dosis / ml
(Bulbis, 2013).

B. Virulensi Astrovirus Infection

Proses infeksi pada usus atau Enteric Infection Pendekatan klinis yang
sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut berdasarkan proses
patofisiologi enteric infection, yaitu membagi diare akut atas mekanisme
Inflamatory, Non inflammatory, dan Penetrating. Inflamatory diarrhea akibat
proses invasion dan cytotoxin di kolon dengan manifestasi sindroma Disentri
dengan diare yang disertai lendir dan darah (disebut juga Bloody) (Pantin, 2008).

Dalam model kalkun dan immunocompromised, adaptif kekebalan


memainkan peran sementara bawaan makrofag Nitric Dalam model kalkun dan
immunocompromised, adaptif kekebalan memainkan peran sementara Nitric
makrofag yang dibawa melalui oksidasi tampaknya membatasi replikasi. Oksida
tampaknya membatasi replikasi Pada manusia, antibodi tampaknya untuk
mencegah infeksi ulang yang sama strain virus Pada manusia, antibodi tampaknya
untuk mencegah replikasi periode laten dari 1 sampai 4 hari selama viral replikasi
di usus periode laten dari 1 sampai 4 hari selama viral replikasi di usus fase gejala
selama sekitar 2-4 hari dengan tingkat antigen yang tinggi dalam kotoran dan
darah fase gejala selama sekitar 2-4 hari dengan tingkat antigen yang tinggi dalam
kotoran dan darah. Dari ayam ke ayam lain penyebaran terjadi paling lama setelah
7-9 hari tetes viral load dan gejala mereda (Guy, J.S, 2008).

C. Penularan
Dari ayam ke ayam menyebar melalui rute fekal-oral merupakan rute yang paling
umum dari jalur transmisinya. Pada tahun 1979, Kurtz dan koleganya menguji
filtrat dari seekor ayam dengan gastroenteritis ringan oleh EM dan menentukan
kandungannya apakah berisi sejumlah besar partikel astrovirus. Filtrat diberikan
kepada delapan relawan melalui mulut. Dikembangkan penyakit diare dan
menumpahkan jumlah besar astrovirus dalam tinja dan satu gejala konstitusional

13
ringan berpengalaman dan tingkat yang lebih rendah dari shedding. Asli filtra-te
kemudian diberikan kepada sembilan lebih relawan, dua di antaranya terjangkit
virus. Tiga belas dari 16 mata pelajaran inokulum-ted mengalami peningkatan
titer antibodi homolog dalam serum mereka. Pada akhirnya penulis
menyimpulkan bahwa astroviruses menghasilkan infeksi menular patogenisitas
rendah untuk orang dewasa. inokulasi dengan filtrat bakteri bebas dibuat dari
spesimen tinja dari ayam telah sakit selama itu wabah gastroenteritis yang
disebabkan astrovirus avian serotipe 5. Sembilan belas ayam menerima
pemberian oral dari filtrat . Salah satu yang dikembangkan penyakit pencernaan
dan sembilan lainnya mengalami serologi (Todd, 2009a).

Virus masuk ke tractus digestivus bersama makanan dan atau minuman.


Kemudian berkembang biak di dalam usu. Kemudian virus masuk ke dalam epitel
usus halus dan menyebabkan kerusakan bagian apikal vili usus halus. Sel epitel
usus halus bagian apikal akan diganti oleh sel dari bagian kripta yang belum
matang berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel-sel epitel ini tidak dapat
berfungsi untuk menyerap air dan mencerna makanan sehingga terjadi kenaikan
tekanan osmotik di usus. vili usus akan memendek, peningkatan infiltrasi sel
radang pada lamina propria, pembengkakan mitokondria dan bentuk mekrovili
(brush border) yang tidak teratur dan jarang. Sebagai akibatnya kemampuan
absorbsi cairan dan elektrolit usus halus akan terganggu dan juga pencernaan
makanan terutama karbohidrat terganggu dengan hasil akhir timbul diare (Guy,
J.S, 2008).

Karena berulang kali buang air besar merupakan suatu keadaan/kondisi


yang menggganggu produksi ayam. Diare atau mencret didefinisikan sebagai
buang air besar dengan feses yang tidak berbentuk (unformed stools) atau cair
dengan frekwensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang
dari 2 minggu, di sebut sebagai Diare Akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu
atau lebih, maka digolongkan pada Diare Kronik Pada feses dapat dengan atau
tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala ikutan dapat berupa mual, muntah, nyeri
abdominal, mulas, tenesmus, demam dan tanda-tanda dehidrasi. Secara etiologi,

14
diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, intoksikasi (poisoning), alergi, reaksi
obat-obatan, dan juga faktor psikis. Berikut ini akan diuraikan klasifikasi dan
patofisologi diare akut (Todd, 2009b).

II. 5 Gejala Klinis

Salah satu virus yang sudah diidentifikasi menjadi penyebab kekerdilan.


Saat menginfeksi, virus ini menimbulkan enteritis (radang usus) sehingga
penyerapan nutrisi di usus menurun. Pada anak ayam umur 2-4 hari yang
menderita serangan Astrovirus infection akan menunjukkan gejala sakit yang
ringan, yakni anak ayam terlihat lesu, malas bergerak, sayap menggantung dan
juga dehidrasi. Sedangkan pada anak ayam umur 4-7 hari ditemukan pula gejala
diare. Pada feses ayam sakit akan ditemukan ransum yang tidak tercerna. Sering
dijumpai pula feses yang tertutup dengan eksudat berwarna coklat kekuningan.
Tanda-tanda spesifik lainnya yang ditemui yakni pertumbuhan bulu yang
abnormal pada bulu sayap primer (yang berbatasan dengan folikel bulu) (Smyth,
2010).

Ayam memiliki banyak macam tulang yang berongga (tulang pneumatik)


yang berhubungan dengan sistem pernafasan. Berbagai macam tulang seperti
tengkorak, tulang lengan, tulang selangka, tulang pinggang, tulang kemudi
berhubungan dengan sistem pernafasan. Rongga sumsum tulang ayam betina
selama masa bertelur disusupi oleh sistem tulang sekunder baru yang disebut
tulang sumsum yang terdiri atas kalsium tulang. Bagian ini mengisi ruang
sumsum dengan anyaman tulang yang lebih lembut dan kecil yang berfungsi
sebagai sumber kalsium untuk membentuk kulit telur bila kalsium yeng terdapat
dalam pakan rendah. Tulang ini terdapat pada ayam betina yang secara fisiologis
normal, tetapi tidak terdapat pada ayam jantan. Sementara itu, Astrovirus
infection salah satu gejala klinisnya adalah pneumonia/gangguan pada saluran
pernafasan, hal ini tentu saja berbanding lurus dengan juga terjadinya gangguan
gerak pada Astrovirus infection (Matsui, 2001).

15
Secara umum ginjal terlihat membesar, pucat atau kecoklatan, konsistensi
keras dengan pennukaan tidak rata. Pemeriksaan Histopatologis (HP)
menunjukkan bahwa pada umumnya ginjal mengalami edema, pembendungan
pada glomerulus dan tubuli. Pada tubuli ditemukan endapan protein, endapan
kristal asam urat, degenerasi lemak, kelompok bakteri dan proliferasi sel-sel
tumor myelosit Perubahan lain ditemukan di daerah interstisium berupa reaksi
radang yang disertai pembentukan jaringan ikat. Sebagai akibat deposisi Kristal
monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam
ekstraseluler. Manifestasi klinis deposisi urat meliputi artitis gout akut, akumulasi
kristal pada jaringan yang merusak tulang, batu asam urat dan yang jarang adalah
gagal ginjal. Gangguan metabolisme yang mendasarkan gout adalah hiperurisemia
yang didefinisikan sebagai peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl dan 6,0
mg/dl. Selain itu juga terjadi gangguan pada jantung pada bagian miokardium
(Smyth, 2010).

II. 6 Pencegahan dan Pengendalian

Usaha penanganan penyakit adalah pengendalian dan sekaligus


pembasmian. Tujuan penanganan penyakit adalah untuk mengurangi kejadian
penyakit menjadi sekecil mungkin, sehingga kerugian yang bersifat ekonomi
dapat ditekan seminimal mungkin. Dalam penanganan penyakit diperlukan
program pengelolaan kesehatan (health management) kelompok, meliputi usaha
untuk mencegah timbulnya penyakit dan mengurangi kerugian akibat serangan
penyakit. Unsur yang termasuk dalam program pengelolaan kesehatan kelompok
menyangkut pemberian pakan yang layak, penggunaan bibit yang baik dan sehat,
pengelolaan serta pengamanan penyakit. Keempat unsur tersebut saling
mempengaruhi, misalnya penyakit yang dapat mempengaruhi kemampuan bibit,
juga dapat mempengaruhi efisiensi pakan (Day, J.M., Spackman, 2007).

16
Demikian juga pemberian pakan yang tidak layak akan mempermudah
timbulnya penyakit dan membahayakan kesehatan ternak. Penyakit yang
menyerang ayam lokal banyak ragam, seringkali gejala serangannya hampir sama.
Oleh karena itu peternak ayam membutuhkan pengalaman tentang penyebab
penyakit secara umum, dapat membedakan penampilan ayam yang sakit dengan
ayam sehat, serta mampu melakukan pencegahan penyakit. Penyebab penyakit
pada ayam lokal adalah virus, bakteri, jamur, protozoa, cacing dan kutu.
Sementara itu kekurangan mineral dan vitamin juga dapat menjadi penyebab
penyakit pada ayam lokal (Anonim, 2011).

Penyebarannya Astrovirus Infection dapat dicegah atau dihambat dengan


program vaksinasi. Tindakan biosekuriti yang perlu diperhatikan dalam
memelihara ayam lokal dapat dibedakan berdasarkan kegiatannya, yaitu kegiatan
hobi atau usaha budidaya. Peternak hobi (ayam hias dan sejenisnya) perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Tata letak kandang (kurungan) ayam
jauh dari tempat tinggal, misalnya di bagian samping rumah, 2) Diharapkan ternak
ayam yang dipelihara mendapat sertifikasi dari Dinas Peternakan. Ternak yang
sudah disertifikasi memiliki data yang jelas tentang jadwal dan jenis vaksin yang
telah dan akan dilakukan, 3) Kandang (kurungan) memiliki penampung feses
yang mudah dibersihkan, dan sebaiknya minimal dua hari sekali dibersihkan.
Akan lebih baik jika penampung dilengkapi dengan kantong untuk menyimpan
feses yang bisa diikat supaya terjadi fermentasi agar dapat dimanfaatkan sebagai
pupuk organik. Peternak yang memelihara ayam skala rumah tangga di
pekarangan (backyard farming) harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1)Ayam hanya dipelihara oleh peternak yang memiliki lahan pekarangan yang
cukup luas dan terdapat tanaman atau rerumputan yang cukup terpelihara, 2)
Kandang ditempatkan agak jauh dari rumah bersifat semi permanen agar mudah
dipindah atau dibersihkan. Sinar matahari (pagi) dapat masuk kedalam kandang
dengan mudah dan kotoran mudah dibersihkan, 3) Vaksinasi: dilakukan dengan
program yang sesuai dengan anjuran penggunaan vaksin (divaksin sekurang-

17
kurangnya dua kali dengan cakupan vaksinasi minimal 80% dari populasi) dan
kedua pihak (peternak dan petugas) proaktif (Guy, J.S, 2008).

Tindakan biosekuriti pada peternakan ayam lokal komersial skala kecil


antara lain: 1) Peternakan ini masih dalam skala rumah tangga, dan ayam
dipelihara di lahan sekitar rumah, 2) Program vaksinasi di peternakan ini sudah
dilakukan secara teratur dan komprehensif sesuai jadual, 3) Diharapkan peternak
terhimpun dalam kelompok dan ayam ditempatkan di kandang kelompok. Pola ini
dapat mengakomodasi 100 ekor ayamper 2 -4 ha. Pada peternak ayam lokal
komersial skala besar, vaksinasi dan sistem perkandangan tidak menjadi masalah.
Namun karena didesak oleh pemukiman penduduk atau kepentingan lain,
peternakan seperti ini berpotensi digusur. Oleh karena itu lokasi perkandangan
harus terletak jauh dari pemukiman penduduk (Matsui, 2001).

Dalam kaitannya dengan pemberantasan penyakit Astrovirus infection


maka untuk penanganan virus di lokasi terjadinya kasus, perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut: 1) Penerapan biosekuriti dilakukan secara ketat dan
konsisten, 2) Biosekuriti yang ketat juga dilakukan untuk keranjang dan
kendaraan yang masuk atau keluar peternakan, 3) Vaksinasi yang menyeluruh,
baik, benar, cukup dan lengkap, 4) Pemusnahan terbatas bilamana ada kasus
penyakit berbahaya, 5) Penanganan kotoran ayam dilakukan dengan cermat dan
ketat untuk membunuh agen penyakit dari Astrovirus infection dan mencegah
penutaran/penyebaran penyakit, terutama bila akan digunakan untuk kompos
(Guy, J.S, 2008).

Program Pengendalian Tujuan pengendalian penyakit menular adalah


untuk mengurangi kejadian penyakit menjadi sekecil mungkin, sehingga kerugian
yang bersifat ekonomi dapat ditekan. Unsur utama pengendalian penyakit
metiputi: 1 Menjauhkan ternak ayam dari kemungkinan tertular penyakit yang
berbahaya, antara lain dengan memperhatikan beberapa hal: (a) Tidak
menggunakan tempat atau lokasi peternakan yang pernah mengalami serangan
penyakit, (b) Lokasi peternakan dipilih berdasarkan pertimbangan teknik

18
peternakan, dan tidak menempatkan pada lokasi yang sudah cukup padat
peternakan, (c) Kawasan peternakan dipasang pagar agar tidak ada ternak atau
hewan lain yang keluar-masuk, (d) Kunjungan tamu ke lokasi peternakan harus
ditakukan desinfeksi lebih dahulu, (e) Pemasukan bibit dimulai dari DOC agar
lebih terjamin dari ancaman penyakit, (f) Ayam yang mati karena penyakit,
dikubur dan dibakar, (g) Ayam yang sudah keluar kandang tidak boleh kembali
masuk. Bila hal tersebut harus dilakukan maka ayam harus dikarantina sedikitnya
setama 5 hari, (h) Secara berkala harus dilakukan sanitasi kandang dan peralatan
yang sering keluar masuk kandang. 2 Meningkatkan daya tahan tubuh ayam
dengan vaksinasi, serta pengelolaan dan pengawasan yang baik, dengan
memperhatikan hal-hal: (a) Vaksinasi dilakukan secara teratur dan berkala untuk
pencegahan penyakit ND (tetelo), Avian influenza, Mareks, Khotera Ayam, dan
Gumboro (Infectious Bursal Disease), (b) Memberi obat cacing setiap 2 bulan
sekali, dan coccidiostat sampai usia 3 butan, (c) Menambahkan vitamin kedalam
makanan dan air minum terutama pada masa pertumbuhan (periode starter), (d)
Tidak memberi pakan yang sudah berjamur atau tengik. 3 Mengurangi kerugian
akibat penyakit dengan memperhatikan: (a) Pemeriksaan untuk diagnosis sedini
mungkin secara tepat dan cepat. Untuk penguatan diagnosis dapat dikirim contoh
ayam sakit ke. Laboratorium Kesehatan Hewan, (b) Setiap timbut kejadian
penyakit, pertama kali yang harus dicurigai adalah penyakit menutar, sebelum
bisa dibuktikan secara laboratoris, (c) Ayam yang tidak memberikan harapan
hidup, sebaiknya dibunuh dengan cara tidak mengeluarkan darah, (d) Isolasi ayam
yang sakit pada kandang terpisah. Bila di peternakan terjadi penyakit, petugas
yang menangani ayam sakit tidak diperkenankan merawat ayam sehat, (e) Bila
terjadi wabah penyakit menular, kandang dan semua peralatan harus
disucihamakan, (f) Bila terjadi wabah, petugas yang menangani tidak
diperkenankan mengunjungi peternakan lain dalam waktu 24 jam setelah mandi
(Todd, 2009a)

Program Pembasmian Penyakit Tujuan utama pembasmian penyakit


adalah untuk menghilangkan secara tuntas penyebab penyakit. Ayam yang sehat

19
tidak memerlukan obat, tetapi sebagai pencegahan perlu ditakukan vaksinasi,
pemberian obat cacing secara berkala dan pemberian vitamin. Bila terjadi
penyakit tindakan pertama yang dilakukan adalah diagnosis dan untuk
menguatkan harus dikirim ke laboratorium kesehatan hewan (Smyth, 2009).

II. 7 Diagnosa dan Pemeriksaan Laboratorium

A. Metode Titer Antibodi

Ditegakkan atas dasar gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium.


Diagnosa laboratorium berdasarkan ditemukan virus dalam tinja yang
dikumpulkan pada penyakit dini dan pada peningkatan titer antibodi. Virus dalam
tinja diperlihatkan dengan mikroskopi elektron imunofluoresensi. Banyak tes
serologik dapat digunakan untuk menentukan peningkatan titer antibodi, seperti
ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay) dan ikatan komplemen (Day,
J.M., Spackman, 2007).

High titer virus dimurnikan lalu disiapkan untuk studi molekuler,


persiapan antibodi dan mikroskop elektron. Simpan LMH di termos T75 yang
terinfeksi dengan astrovirus sekitar 106 virus PFU setelah media dihapus. Kultur
ulang pakan dengan bebas serum MEM buffered dan diinkubasi pada 38,5 ° C.
Ketika 80% dari sel-sel menunjukkan CPE, 90% dari media telah dihapus
danpada labu dibekukan pada -70 ° C. Berikut pencairan, sel-sel yang ultra-
sonicated (tiga semburan 10 detik) dan volume yang sama dari fluoro karbon
Arklone ditambahkan. Sampel dikocok dengan kuat selama 2 menit, disentrifugasi
pada 500 g selama 5 menit pada centrifuge bangku (Matsui, 2001).

Pada sediaan Arklone lapisan yang telah dihapus dan lapisan berair
ditempatkan pada bantalan sukrosa 60%. Berikut sentrifugasi pada 100.000 × g
selama 1 jam supernatan atas antarmuka bantal dibuang dan antarmuka pulih dan
dicampur dengan rasio 1: 3 dengan Tris-NaCl penyangga untuk memberikan
konsentrasi sukrosa 20%. Ini berlapis untuk gradien sukrosa 20 sampai 60% dan
disentrifugasi selama 2 jam pada 130.000 × g. Sepuluh fraksi yang sama diambil

20
dari masing-masing tabung dengan pipet dan masing-masing sampel diuji untuk
virus. Virus titer tertinggi ditemukan di bagian bawah gradien, biasanya pecahan 7
dan 8. Suspensi mengandung partikel virus dimurnikan dari sel LMH terinfeksi
ditempatkan pada grid tembaga dilapisi karbon dan mengalami pewarnaan negatif
dan pemeriksaan mikroskopis elektronik (Koci, 2002).

B. Metode Immunofluorescence

Immunofluorescence assay microtitration plates terkandung pada embrio


ayam pada ginjal, embrio ayam pada hati atau sel LMH (garis sel hepatoma
ayam). Pendirian dan karakterisasi garis sel karsinoma hepatoseluler ayam,
diinokulasi dengan isolat 19, ANV1 atau CAstV. Setelah inkubasi pada 37 ° C di
5% CO2 selama 2 hari, lempeng tetap dan diinkubasi dengan pengenceran dari
antisera ayam diajukan terhadap strain astrovirus yang berbeda, sampel serum
ayam dari lapangan, atau phosphate-buffered saline (PBS) sebagai kontrol
negatif. Setelah inkubasi selama 1 jam pada 37 ° C dalam suasana lembab, dicuci
dengan PBS. Satu jam setelah inkubasi dengan kambing anti-ayam IgG-FITC
konjugat dan lakukan pemasangan penyangga (PBS / gliserol). Sebuah sinyal
positif adalah deteksi fluoresensi, berhubungan dengan antibodi spesifik terhadap
sel yang terinfeksi virus (Baxendale, 2004).

Virus ini berukuran sama dengan Picornavirus yaitu sebesar 28-30 nm


tetapi partikelnya menunjukkan gambaran garis luar seperti bentuk bintang
tertentu pada permukaannya. Genom linear, positif-sense, RNA untai tunggal
ukuran 7,2-7,9 kb. Agen ini penyebab gastroenteritis pada manusia dan hewan.
Astrovirus memiliki kemiripan yang kuat dengan virus yang menyebabkan
hepatitis E (HEV). Ada beberapa hubungan antara virus. Berdasarkan asumsi itu,
dibuat konstruksi untuk melihat apakah kita bisa menghasilkan, untuk memulai
dengan, spike permukaan pada kapsid virus. Kapsid adalah cangkang keras 33
nanometer lebar yang berisi dan melindungi RNA-nya. Ini memiliki 30 paku

21
mungil bahkan memproyeksikan dari permukaan, dan masing-masing paku
mungkin memiliki situs reseptor mengikat (Smyth, 2009).

II. Pengobatan

Dasar pengobatan pada diare karena virus pada umumnya sama dengan
diare yang lain. Pengobatan dengan suportif yaitu memperbaiki kehilangan cairan
dan elektrolit yang dapat menimbulkan dehidrasi, asidosis, syok dan kematian.
Penatalaksanaan terdiri dari penggantian cairan dan memperbaiki keseimbangan
elektrolit secara oral atau intravena, menurut keadaan masing-masing penderita.
Selain pemberian cairan, pemberian makanan juga harus diperhatikan. Terapi
dietetik disesuaikan dengan status gizi penderita yang didasarkan pada umur dan
berat badan. Antibiotik tidak diperlukan pada diare karena virus. Karena diare ini
bersifat self limited (dapat sembuh sendiri) (Matsui, 2001).

Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti anti


spasmodik/spasmolitik tidak dianjurkan untuk dipakai, karena akan memperburuk
keadaan. Obat ini dapat menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi
usus, gangguan digesti dan absorpsi lainnya. Obat ini hanya berkhasiat untuk
menghentikan peristaltik usus saja tetapi justru akibatnya sangat berbahaya.
Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah kembung dan
dehidrasi bertambah berat (Pantin, 2008).

Obat-obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pectin, narit, dan


sebagainya, telah terbukti tidak bermanfaat. Obat-obat stimulans seperti adrenalin,
nikotinamide dan sebagainya, tidak akan dapat memperbaiki syok atau dehidrasi
beratnya karena penyebabnya adalah kehilangan cairan (hipovolemic shock),
sehingga pengobatan yang paling tepat yaitu pemberian cairan secepatnya.
Adapun penanganan dalam kasus dehidrasi yaitu dengan memperbanyak
ketersediaan air minum ayam. Memberikan cairan elektrolit pada air minum
karena elektrolit mampu menjaga PH tubuh (tingkat keasaman dan basa), fungsi
otot dan syaraf serta menjaga lalu lintas cairan dalam tubuh sehingga dapat

22
mengontrol tekanan darah dan jantung. Hal inilah yang dapat mencegah Head
Stroke (mati mendadak). head Stroke terjadi kerena meningkatnya tekanan darah
dan jantung pada saat suhu tubuh ayam meningkat. Memperlancar sirkulasi udara
dan menambahkan multi vitamin. Untuk menghindari terbukanya luka-luka usus
atau perdarahan, hendaknya ayam selalu dikontro. Perlu juga melakukan
perbaikan pakan yang merangsang serta pakan yang mudah dicerna (Matsui,
2001).

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Bulbule, Mandakalikar. 2013. Role of chicken astrovirus as a causative


agent of gout in commercial broilers in India.
[terhubungberkala]
.http://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/03079457.2013.828194?
src=recsys [16 Oktober 2014].
2. Baxendale, W., Mebatsion, T. (2004). The isolation and characterization
of astroviruses from chickens. Avian Pathol. 33, 364-370.
3. [Anonim]. 2012. Biosekuriti Dan Manajemen Penanganan Penyakit Ayam Lokal.
[terhubungberkala].http://disnak.jatimprov.go.id/web/layananpublik/
readteologi/639/biosekuriti-dan manajemen-penanganan-
penyakitayamlokal#.WALw4vTFC00 [16 Oktober 2014].
4. Day, J.M., Spackman, E., Pantin-Jackwood, M. (2007). A multiplex RT-
PCR test for the differential identification of turkey astrovirus type 1,
turkey astrovirus ty pe 2, chicken astrovirus, avian nephritis virus and
avian rotavirus. Avian Dis. 51, 681-684.
5. Emikpe, B.O., Ohore, O.G., Oluwayelu, D.O., Oladele, O.A., Ockiya,
M.A., Eniola, S.O. (2003). Seroprevalence of antibodies to infectious
bronchitis virus in Nigerian indigenous chickens in Ibadan. Nig. Vet. J. 24,
9- 12.
6. Gray, J.J., Wreghitt, T.G., Cubitt, W.D., Elliot, P.R. (2001). An outbreak
of gastroenteritis in a home for the elderly associated with astrovirus type
1 and human calicivirus. J. Med. Virol. 23, 377-381.
7. Guy, J.S., McNulty, M.S., Hayhow, C.S. (2008): Avian enterovirus-like
viruses. In: Diseases of Poultry. 12thEd, pp. 326-331, Blackwell
Publishing Ltd, Oxford, UK.
8. Imada, T., Yamaguchi, S., Mase, M., Tsukomoto, K., Kubo, M., Morooka,
A. (2003). Avian nephritis virus (ANV) as a new member of the family
astroviridae and construction of infectious ANV cDNA. J. Virol. 74, 8487-
8493.

24
9. Koci, M.D., Schultz-Cherry, S. (2002). Avian astroviruses (review).
Avian Pathol. 31, 213-227.
10. Matsui, S.M., Greenberg, H.B. (2001): Astroviruses. In: Fields Virology.
4th Ed. pp. 875-893.
11. Lippincott, Williams and Wilkins, Baltimore, MD. McNeilly, F., Connor,
T.J., Calvert, V.M., Smyth, J.A., Curran, W.L., Morley, A.J., Thompson,
D., Singh, S., McFerran, J.B., Adair, B.M., McNulty, M.S. (1994). Studies
on a new enterovirus-like virus isolated from chickens. Avian Pathol. 23,
313-327.
12. Pantin-Jackwood, M.J., Day, J.M., Jackwood, M.W., Spackman, E.
(2008). Enteric viruses detected by molecular methods in commercial
chicken and turkey flocks in the United States between 2005 and 2006.
Avian Dis. 52, 235–244.
13. Reynolds, D.L., Schultz-Cherry, S.L. (2008): Astrovirus infections. In:
Diseases of Poultry. 12th Ed. pp. 351- 355, Blackwell Publishing, Ames,
Iowa.
14. Smyth, V.J., Jewhurst, H.L., Adair, B.M., Todd, D. (2009). Detection of
chicken astrovirus by reverse transcription polymerase chain reaction.
Avian Pathol. 38, 293-299.
15. Smyth, V.J., Jewhurst, H.L., Wilkinson, D.S., Adair, B.M., Gordon,
A.W., Todd, D. (2010). Development and evaluation of real-time
TaqMan® RT- PCR assays for the detection of avian nephritis virus and
chicken astrovirus in chickens. Avian Pathol. 39, 467-474.
16. Todd, D., Smyth, V.J., Ball, N.W., Donnelly, B.M., Wylie, M., Knowles,
N.J., Adair, B. (2009a). Identification of chicken enterovirus-like viruses,
duck hepatitis virus type 2 and duck hepatitis virus type 3 as astroviruses.
Avian Pathol. 38, 21-29.
17. Todd, D., Wilkinson, D.S., Jewhurst, H.L., Wylie, M., Gordon, A.W.,
Adair, B.M. (2009b). A seroprevalence investigation of chicken astrovirus
infections. Avian Pathol. 38, 301-309.

25
26

Anda mungkin juga menyukai