Anda di halaman 1dari 68

UNDANG-UNDANG

KESELAMATAN KERJA
Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970
(Tambahan Lembaran Negara No. 1918)

Oleh :
Achmad Khoirur Rozi

Pelatihan Keselamatan Kesehatan Kerja


TUJUAN BELAJAR BAB I

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


 Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan dapat mengerti
dan memahami Undang-undang No.1 Tahun 1970 secara utuh dan
menyeluruh.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


 Setelah mempelajari modul ini , peserta diharapkan mampu :

1. Menjelaskan latar belakang dan mengetahui dasar hukum


dikeluarkannya Undang-undang No. 1 Tahun 1970;
2. Menjelaskan dan menguraikan kewajiban dan hak yang
dipunyai oleh pengusaha, pengurus dan tenaga kerja;
3. Menjelaskan dan menguraikan pengertian-pengertian yang
terkait, ruang lingkup dan persyaratan keselamatan kerja
serta pembinaan maupun pengawasannya.

2
BACKGROUND
A. PENDAHULUAN

1. Nama dan waktu berlakunya

Undang – undang No. 1 tahun 1970 ini disebutkan “Undang-


undang keselamatan kerja “. Hal ini dapat dilihat dari judulnya.
Disamping itu secara tegas pasal 18 UNdang-undang ini
menetapkan nama dan penyebutnya. Walaupun namanya Undang-
undang keselamatan kerja akan tetapi materi yang diatur di
dalamnya termasuk kesehatan kerja. Undang-undang No. 1 tahun
1970 ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, yaitu tanggal 12
Januari 1970. tanggal dan bulan tersebut di atas juga merupakan
dasar penetapan dimulainya Kampanye Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional.

3
BACKGROUND
2. Bagian-bagian UU No.1 tahun 1970

Seperti halnya peraturan perundang-undangan lainnya maka UU No. 1


tahun 1970 mempunyai bagian-bagian pokok sebagai berikut :

a. Pembukaan, berisikan pertimbangan – pertimbangan


dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970 dan dasar hukumnya.
Didalam pertimbangan sebenarnya telah tersirat tujuan dari
upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Batang Tubuh, berisikan ketentuan materinya yang
dikelompokkan dalam 10 Bab dan 14 pasal.
c. Penutup, berisikan ketentuan tentang sanksi dan pasal
peralihan. Bagian ini terdiri dari 1 Bab dan 4 pasal

4
BACKGROUND
3. Latar Belakang Dikeluarkannya UU No. 1 Tahun 1970

Sebelum dikeluarkan Undang –undang No. 1 tahun 1970 di Indonesia sebenarnya


sudah terdapat peraturan yang mengatur tentang keselamatan kerja yaitu
Veiligheids Reglement (VR) Stbl. 406 tahun 1910. sehubungan dengan
perkembangan yang terjadi di masyarakat maka dirasakan peraturan tersebut dinilai
tidak sesuai lagi dan perlu diadakan pembaharuan.
Hal –hal yang mendasar tentang ketidak sesuaian dimaksud antara lain
meliputi :
a. Veiligheids Reglement Stbl 406 tahun 1910 (VR) dinilai tidak sesuai dengan
perkembangan peraturan perlindungan tenaga kerja yaitu dengan berlakunya
UU No. 14/1969 dimana dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa setiap
tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dan
kesehatannya. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya
terbatas pada tenaga kerja yang bekerja dipabrik dan bengkel saja
sebagaimana diatur dalam VR, akan tetapi setiap orang yang berada ditempat
kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerjanya.

5
BACKGROUND

b. Teknik, teknologi dan penerapannya, industrialisasi administrasi


pemerintah dan kondisi serta situasi tenaga kerja telah
berkembang pesat. Di dalam beberapa hal VR tidak mampu
menampung perkembangan tersebut.

c. Sifat represif dan polisional pada VR dinilai kurang sesuai dan


kurang mendukung perkembangan ekonomi pada umunya
dan penggunaan sumber-sumber produksi serta
penanggulangan kecelakaan pada khususnya, serta alam
Negara Indonesia yang merdeka berdassarkan Pancasila dan
UUD 1945.

6
BACKGROUND
4. Perbedaan UU No. 1 tahun 1970 dan VR stbl 406 tahun
1910 bila dibandingkan antara UU No.1 tahun 1970
dengan VR stbl. 406 tahun 1910 maka terdapat beberapa
perbedaan yang bersifat prinsip antara lain :

a. Perluasan ruang lingkup;


b. Perubahan pengawasan represif menjadi preventif;
c. Perumusan teknis yang lebih tegas;
d. Penyesuaian tata usaha;
e. Tambahan pengaturan tentang pembinaan;
f. Tambahan pengaturan tentang retribusi.

7
UU NO. 01 1970
B. DASAR HUKUM
1. Undang - undang Dasar 1945 (pasal 5; 20 dan 27 ayat 2 )
2. Undang – undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok
mengenai tenaga kerja (pasal 9 dan pasal 10)

C. BATANG TUBUH UNDANG – UNDANG NO. 1 TAHUN


1970
1. Penjelasan Bab I tentang Istilah
Pasal 1 ayat (1) berbunyi :
“Tempat kerja “ ialah tiap ruang atau lapangan baik tertutup maupun
terbuka, bergerak, tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau yang
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dimana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya, sebagaimana dirinci
dalam pasal 2. termasuk tempat kerja ialah semua ruangan,
lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian
atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

8
UU NO. 01 1970
Penjelasan Praktis

 Pengertian tempat kerja harus benar-benar dipahami, oleh karena


merupakan ruang lingkup UU No. 1 Tahun 1970 dan pada tempat
ini harus diberlakukan ketentuan-ketentuan tentang keselamatan
dan kesehatan kerja. Tempat kerja pada dasarnya adalah tempat
bekerja, dimana terdapat 3 unsur pokok yaitu adanya tenaga kerja,
bahaya kerja dan tempat dimana dilakukan suatu usaha. Tenaga
kerja disini tidak harus sehari-hari berada atau bekerja dalam
tempat kerja yang bersangkutan (sewaktu-waktu memasuki
ruangan untuk mengontrol, menyetel, menjalankan dan lain-lain).
Pengertian usaha disini tidak selalu mempunyai motif ekonomi atau
keuntungan, tetapi dapat juga merupakan usaha sosial.

9
UU NO. 01 1970
Pasal 1 ayat (2) berbunyi :
 “Pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas memimpin
langsung suatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri
sendiri.

Penjelasan Praktis
 Pengertian pengurus, harus benar-benar dimengerti dan
dipahami oleh karena inilah yang berkewajiban dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan semua ketentuan
keselamatan dan kesehatan kerja ditempat kerjanya.
Pengurus dalam pengertian umum adalah pucuk pimpinan
suatu tempat kerja.

10
UU NO. 01 1970

Pasal 1 ayat (3) berbunyi :

 “Pengusaha” ialah :

a. Orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik


sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b. Orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu
mempergunakan tempat kerja;
c. Orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau
badan hukum termasuk pada (a) dan (b), jikalau yang diwakili
berkedudukan di luar Indonesia.

11
UU NO. 01 1970
Penjelasan Praktis

 Pengertian pengusaha, adalah lain dengan pengertian


pengurus. Sebagaimana telah dijelaskan di atas yaitu kalau
pengurus adalah pimpinan tempat kerja sedangkan
pengusaha adalah orang atau badan hukum yang memiliki
atau mewakili pemilik suatu tempat kerja. Bisa saja pengusaha
dan pengurus suatu tempat kerja adalah satu orang, yaitu
terutama pada perusahaan-perusahaan berskala kecil.

12
UU NO. 01 1970
Pasal 1 ayat (4) berbunyi :

 “Direktur” adalah pejabat yang ditunjuk oleh menteri Tenaga kerja


untuk melaksanakan UU ini.

Penjelasan praktis

 Pengertian direktur, cukup jelas seperti tertulis pada bunyi ayat ini, hanya
perlu dijelaskan lebih lanjut bahwa dalam prakteknya yang disebut
Direktur adalah Direktur Jendral Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan
Pengawas Norma Kerja sesuai dengan Kepmen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Kep-79/Men/1977.

13
UU NO. 01 1970
Pasal 1 ayat (5) berbunyi :
 “Pegawai Pengawas” ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Depnaker
yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

Penjelasan Praktis
 Dalam pengertian pegawai pengawas, perlu dijelaskan pengertian “berkeahlian
khusus”. Berkeahlian khusus, artinya menguasai pengetahuan dasar dan
praktis pada bidang keilmuan materi, keselamatan dan kesehatan kerja yang
hanya dapat diperoleh melalui proses pendidikan. Oleh karena itu untuk dapat
menjadi pegawai pengawas harus terlebih dahulu mengikuti pendidikan tertentu.
Ketentuan tentang persyaratan dan penunjukan pegawai pengawas diatur
dalam peraturan Menaker, Transmigrasi dan koprasi No. 03 tahun 1978. dalam
perkembangannya, pengawas keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
bagian atau spesialisasi tersendiri dari system pengawasan ketenagakerjaan
sebagaiman dimaksud dalam peraturan Menaker No. 03 tahun 1984.

14
UU NO. 01 1970
Pasal 1 ayat (6) berbunyi :

 Ahli keselamatan kerja ialah tenaga kerja teknis berkeahlian khusus


dari luar Depnaker yang ditujuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya undang- undang ini.

Penjelasan Praktis

 Rumusan pengertian Ahli keselamatan kerja, pada ayat tersebut


cukup jelas. Dari rumusan tersebut perlu dimerngerti bahwa untuk
pengawasan terhadap pelaksanaan UU No. 1 tahun 1970,
Depnaker melibatkan tenaga teknis dari luar Depnaker, baik
instansi/lembaga pemerinttah maupun swasta yang memenuhi
persyaratan, sebagaimana ditetapkan di dalam Permen Tenaga
Kerja No. 03/men/1978 dan No. Per-04/MEN/1987.

15
UU NO. 01 1970

Latar bekalang pemikiran/konsep tersebut adalah karena Depnaker tidak


mungkin mampu membentuk pegawai pengawas dalam jumlah maupun
kemampuan dalam berbagai bidang keahlian sesuai dengan
perkembangan teknologi. Walaupun pengawasan terhadap pelaksanaan
UU No. 1 tahun 1970 dapat dilakukan oleh pegawai dari luar Depnaker,
namun kebijakan Nasional keselamatan dan kesehatan kerja tetap berada
pada Menteri Tenaga Kerja.

Catatan :
Di dalam ayat (5) dan (6) disebutkan bahwa yang mengangkat baik
pegawai pengawas maupun ahli keselamatan kerja adalah Menaker, akan
tetapi dalam pelaksanaannya di angkat oleh Dirjen Binawas sesuai
keputusan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi da Koperasi No. Kep.
599/men/SJ/D/1979.

16
UU NO. 01 1970
2. Penjelasan Bab II tentang Ruang Lingkup

 Pasal 2 ayat (1) berbunyi :


 Yang diatur oleh undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam
segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air,
di dalam air maupun di udara yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.

 Penjelasan Praktis
 Di dalam ayat ini ditetapkan ruang lingkup UU No. 1 tahun 1970,
yaitu tempat kerja dimanapun berada, selama dalam wilayah
kekuasaan Negara Republik Indonesia, baik milik swasta,
perorangan atau badan hukum maupun milik pemerintah.

17
UU NO. 01 1970
 Pasal 2 ayat (2) berbunyi :

 Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam


tempat kerja di mana :
a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat-alat,
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. Di buat, di olah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut
atau disimpan bahan atau barang yang dapat meledak, mudah
terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan pengairaran, saluran, atau terowongan dibawah tanah dan
sebagainya, atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
d. Dan seterusnya sampai dengan huruf r.

18
UU NO. 01 1970

Penjelasan praktis

Ayat ini merinci tempat-tampat bekerja yang termasuk pengertian


tempat kerja sebagaimana dimaksud ayat (1), yaitu huruf a s/d r di
mana didalamnya terdapat bahaya kerja yang berhubungan dengan :

a.Keadaan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan lain


sebagainya,
b.Lingkungan kerja,
c.Sifat pekerjaan,
d.Cara kerja, dan
e.Proses.

19
UU NO. 01 1970
Pasal 2 ayat (3) berbunyi :

 Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja


ruang-ruang atau lapangan lainnya yang dapat membahayakan
keselamatan atau kesehatan yang bekerja dan yang berada di ruangan
atau lapangan itu dan dapat diubah rincian tersebut dalam ayat (2).

Penjelasan Praktis

 Ayat ini merupakan escape clausul dalam penetapan ruang lingkup UU No.
1 tahun 1970. sebab dimungkinkan untuk waktu yang akan datang
ditemukan tempat kerja baru selain yang terinci pada ayat (2) yaitu
sehubungan dengan perkembangan teknik dan teknologi.

20
UU NO. 01 1970
Catatan :

Dalam penjelasan pasal 2 diisyaratkan bahwa peraturan organic


sebagai peraturan pelaksanaan UU No. 1 tahun 1970 digolongkan
dalam pembidangan teknis dan sektoral/ industri, baik dalam bentuk
peraturan pemerintah maupun peraturan Menteri.
Sebagai contoh :

a. Peraturan keselamatan kerja berdasarkan pembidangan teknis


misalnya peraturan tentang pesawat angkut, instalasi listrik dan
lain-lain sebagainya yang sejenis dengan itu,

a. Peraturan keselamatan kerja berdasarkan pembimbingan


sektoral misalnya peraturan keselamatan kerja pada konstruksi
bangunan, pada pekerjaan penebangan kayu dan sebagainya
yang sejenis dengan itu.

21
UU NO. 01 1970
3. Penjelasan Bab III tentang syarat-syarat keselamatan kerja
Pasal 3 (ayat (1) berbunyi :
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan,
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran,
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan,
d. Memberikan kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya,
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan,
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja,
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran,
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan,

22
UU NO. 01 1970
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai,
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik,
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup,
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban,
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan cara dan proses kerjanya,
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang,
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan,
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang,
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya,
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi,

23
UU NO. 01 1970
Penjelasan Praktis

 Ayat ini berisikan arah dan sasaran yang akan dicapai melalui
persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan
pelaksanaan UU No. 1 tahun 1970, yaitu huruf a s/d r yang bila mana
diambil intisarinya adalah untuk mewujudkan tujuan keselamatan dan
kesehatan kerja yaitu :

a. agar tenaga kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat,


sehingga dapat ditingkatkan produktivitasnya dan
kesejahteraannya;

b. agar setiap orang lain yang berada ditempat kerja terjamin


keselamatan dan kesehatannya;

c. agar setiap sumber produksi yang ada dapat dipakai dan


digunakan secara aman dan efisien.

24
UU NO. 01 1970
Pasal 3 ayat (2) berbunyi :

 Dengan peraturan perundangan dapat dirubah rincian seperti


tersebut dalam ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknik dan teknologi serta penemuan – penemuan
baru di kemudian hari.

Penjelasan Praktis

 Ayat ini merupakan kekecualian dari apa yang telah ditetapkan


pada ayat (1) sesuai perkembangan teknik dan teknologi serta
penemuan-penemuan baru dikemudian hari.

25
UU NO. 01 1970
Pasal 4 ayat (1) berbunyi :

 Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat


keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan,
pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan,
barang, produksi teknis dan aparat produksi yang mengandung
dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Penjelasan Praktis

 Ayat ini menegaskan bahwa syarat / ketentuan keselamatan dan


kesehatan kerja direrapkan sejak tahap perencanaan, pembuatan,
pemakaian dan seterusnya. Dari ayat ini pula terlihat sifat preventif
undang-undang ini dan merupakan salah satu perbedaan yang
bersifat prinsipiil bila dibandingkan dengan undang-undang yang
digantikannya.

26
UU NO. 01 1970
Pasal 4 ayat (2) berbunyi :

 Syarat –syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah


menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur,
jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi bahan,
pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan,
pengujian, dan pengesahan, pengepakan atau pembungkusan,
pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan barang, produk teknis
dan aparat produk guna menjamin keselamatan barang-barang itu
sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan
keselamatan umum.

Penjelasan Praktis :

 Ayat ini menjelaskan isi dari setiap ketentuan /syarat keselamatan


dan kesehatan kerja, yaitu akan berisi prinsip – prinsip teknis
illmiah yang mengatur tentang konstruksi, bahan dan lain
sebagainya dari bahan, barang produksi teknis dan aparat
produksi.

27
UU NO. 01 1970
Pasal 4 ayat (3) berbunyi :

 Dengan peraturan perundangan dapat dirubah rincian seperti


tersebut dalam ayat (1) dan (2), dengan peraturan perundangan
ditetapkan siapa saja yang berkewajiban memenuhi dan
mentaati syarat-syaarat keselamatan tersebut.

Penjelasan Praktis

 Ayat ini merupakan kekecualian ayat (1) dan (2) apabila terjadi
perkembangan-perkembangan di kemudian hari.

28
UU NO. 01 1970
4. Penjelasan Bab IV tentang pengawasan

Pasal 5 ayat (1) berbunyi :

 Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap UU ini,


sedangkan para pegawai Pengawas dan Ahli Keselamatan kerja
ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap
ditaatinya UU ini dan membantu pelaksanaannya.

Penjelasan Praktis

 Ayat ini menjelaskan tugas pokok direktur, yaitu sebagai


pelaksana umum UU No. 1 tahun 1970 dan tugas pokok pegawai
Pengawas serta Ahli Keselamatan kerja, yaitu mengawasi
langsung terhadap ditaatinya UU No. 1 tahun 1970 dan peraturan
pelaksanaannya.

29
UU NO. 01 1970
Pasal 5 ayat (2) berbunyi :

 Wewenang dan kewajiban Direktur, pegawai Pengawas dan Ahli


Keselamatan kerja dalam melaksanakan undang –undang ini diatur
dalam peraturan perundangan.

Penjelasan Praktis
Sesuai dengan ayat ini dapat dijelaskan bahwa :

 Wewenang dan kewajiban Direktur diatur dalam keputusan Menaker


dan Transmigrasi No. Kep 79/Men/1977. wewenang dan kewajiban
pegawai pengawas dan Ahli keselamatan kerja diatur dalam
peraturan Menaker No. 03/Men/1978.dengan pengembangan system
pengawasan terpadu, kewenangan pegawai pengawas juga diatur
dalam peraturan Menaker No. 03/Men/1984. Dalam hal ini perlu
diutarakan bahwa terdapat perbedaan kewenangan antara pegawai
pengawas dan ahli keselamatan kerja, seperti diatur dalam permen
03/Men/1978 pasal 4.

30
UU NO. 01 1970
Pasal 6 berbunyi :
a. Barang siapa tidak dapat menerima keputusan direktur, dapat
mengajukan permohonan banding kepada panitia Banding.
b. Tata cara permohonan banding, susunan panitia Banding dan lain-
lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga kerja.
c. Keputusan panitia banding tidak dapat dibanding lagi.

Penjelasan Praktis

 Pasal ini mengatur tentang panitia Banding, yaitu sebagai upaya hukum
dan mekanisme penyelesaian persoalan apabila pengurus tempat kerja
tidak dapat menerima putusan Direktur. Keputusan panitia Banding
tidak dapat diajukan banding lagi, artinya mengikat.

 Susunan panitia Banding akan ditetapkan oleh menteri tenaga kerja di


mana keanggotaannya akan terdiri dari para ahli di bidang keselamatan
dan kesehatan kerja.

31
UU NO. 01 1970
Pasal 7 berbunyi :

 Untuk pengawasan berdasarkan UU ini, pengusaha harus membayar


retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan
peraturan perundangan.

Penjelasan Praktis

 Pasal ini mengatur kewajiban pengusaha untuk membayar retribusi,


yaitu sejumlah uang sebagai imbalan jasa pengawasan yang
dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini pegawai pengawas, ini perlu
dikemukakan bahwa peraturan pelaksanaan pasal ini adalah
peraturan Menaker No. 06/Men/1988 yang mengatur tata cara
penerapan dan penerimaan biaya retribusi.< sudah dicabut >.

32
UU NO. 01 1970

Pasal 8 ayat (1) berbunyi :

 Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi


mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan
diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan padanya.

Pasal 8 ayat (2) berbunyi :

 Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada


dibawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk
oleh pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.

33
UU NO. 01 1970
Pasal 8 ayat (3) berbunyi :
 Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan
dengan peraturan perundangan.

Penjelasan Praktis
 Pasal ini menetapkan kewajiban pengurus untuk memeriksakan
kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik baik
secara awal bagi tenaga kerja yang baru diterima ataupun
dipindahkan ke lain bagian atau lain pekerjaan. Di samping itu
pada ayat (2) pengurus diwajibkan untuk memeriksakan
kesehatan seperti tersebut diatas secara berkala pada semua
tenaga kerjanya yang telah ada. Di samping itu untuk
mengetahui kemampuan fisik dan mental tenaga kerja maka
pemeriksaan kesehatan secara berkala ini dimaksudkan untuk
mendeteksi secara dini timbulnya penyakit akibat kerja.
Ketentuan ini juga menunjukkan sifat preventif dari Undang-
undang No. 1 tahun 1970.

34
UU NO. 01 1970

 Pemeriksaan kesehatan tersebut di atas ditetapkan /


dilakukan oleh dokter penguji kesehatan badan
tenaga kerja dan Transmigrasi No.02/Men/80.

 Untuk meningkatkan kondisi kesehatan tenaga kerja


secara umum, pengurus wajib memberikan
pelayanan kesehatan kerja sesuai dengan
ketentuan didalam peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No. 03/MEN/1982.

35
UUPenjelasan
5. NO. 01 1970
Bab V tentang Pembinaan
Pasal 9 ayat (1) berbunyi :
 Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tenaga
kerja baru tentang :
a. Kondisi –kondisi dan bahaya –bahaya serta yang dapat timbul
dalam tempat kerjanya.
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang
diharuskan dikenakan dalam tempat kerjanya,
c. Alat –alat perlindungan diri bagi tanaga kerja yang
bersangkutan,
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.

Penjelasan Praktis
 Kewajiban pengurus untuk melakukan pembinaan terhadap tenaga
kerja baru, yaitu menunjukkan dan menjelaskan 4 pokok/hal
tersebut di atas yang harus diketahui/dipahami oleh tenaga kerja
yang baru di terima sebelum dipekerjakan.

36
UU NO. 01 1970
Pasal 9 ayat (2) berbunyi :

 Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang


bersangkutan setelah ia yakin tenaga kerja tersebut telah
memahami syarat-syarat tersebut di atas.

Penjelasan Praktis

 Inti dari ayat ini adalah pengurus tidak dapat mempekerjakan


tenaga kerja yang baru diterima sebelum tenaga kerja yang
bersangkutan memahami 4 hal di maksud ayat 1.

37
UU NO. 01 1970
Pasal 9 ayat (3) berbunyi :
 Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga
kerja yang berada dibawah pimpinannya, dalam pencegahan, kecelakaan,
dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan.
Penjelasan Praktis

 Pengurus juga wajib melakukan pembinaan bagi tenaga kerjanya


secara berkala tentang :
a. Pencegahan kecelakaan,
b. Pemberantasan kebakaran,
c. Pertolongan pertama pada kecelakaan,
d. Hal-hal lain dalam rangka peningkatan keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerjanya.
Pelaksanaan pembinaan atau kursus dan pelatihan dimaksud dapat
disesuaikan dengan peraturan Menaker No. 65 tahun 1969.

38
UU NO. 01 1970
Pasal 9 ayat (4) berbunyi :

 Pengurus diwajibkan memenuhi dan menaati semua syarat-syarat dan


ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang
dijalankannya. Pengaturan tentang pembinaan sebagaimana diatur dalam
pasal 9 ini merupakan materi baru atau tambahan apabila ditinjau dari
udang-undang yang digantikannya (VR stbl 406 tahun 1910).

39
UU NO. 01 1970
6. Penjelasan Bab VI Tentang Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja

Pasal 10 ayat (1) berbunyi :

 Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk panitia keselamatan dan


kesehatan kerja guna memperkembangkan kerjasama, saling
pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan
tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas
dan kewajiban bersama dibidang keselamatan dan kesehatan kerja,
dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.

40
UU NO. 01 1970
Penjelasan Praktis

 Dimaklumi bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan


kepentingan dan kewajiban semua pihak, khususnya pengurus dan
tenaga kerja. Oleh karena itu mereka harus bekerja sama. Menteri
berwenang membentuk P2K3 pada tempat-tampat kerja tertentu.
Sebagai wadah guna memperkembangkan kerja sama, saling
pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan
tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja dalam melaksanakan tugas
dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja,
serta dalam rangka melancarkan usaha produksi.

41
UU NO. 01 1970
Kebijakan Menteri mengenai tampat kerja di mana perlu
dibentuk P2K3 adalah sebagaimana tertuang pada
peraturan Menaker No. 02 tahun 1970 dan No. 04/men/1987.
dalam permen ini di atur mengenai tata cara pembentukan
P2K3 antara lain :

a. Unsur anggota P2K3,


b. Tugas dan fungsi P2K3,
c. Syarat –syarat ahli K3,
d. Hubungan P2K3 – OK3W dan lain-lain.

42
UU NO. 01 1970

Pasal 10 ayat (2) berbunyi :

 Susunan P2K3, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri


Tenaga Kerja.

Penjelasan Praktis

 Dalam ayat ini disebutkan bahwa susunan, tugas dan lain-lainnya


yang berkaitan dengan P2K3 akan di tetapkan oleh Menaker. Untuk
itu telah diatur dengan peraturan menteri sebagaimana tersebut di
atas, No.04/men/1987.

43
UU NO. 01 1970
7. Penjelasan Bab VII tentang kecelakaan
Pasal 11 ayat (1) berbunyi :

 Pengurus wajib melaporkan setiap kecelakaan yang terjadi


dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

Pasal 11 ayat (2) berbunyi :

 Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh


pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan
perundangan.

44
UU NO. 01 1970
Penjelasan praktis

 Pasal ini menetapkan kewajiban pengurus untuk mencatat


dan melaporkan kecelakaan yang membawa korban dan
terjadi di tempat kerja yang dipimpinnya. Tata cara dan
bentuk pelaporannya sesuai dengan ketetapan sebagaimana
di atur dalam Permenaker No. Per.03/Men/1998. namun
demikian untuk upaya pencegahan kecelakaan yang serupa
maka pengurus juga diwajibkan mencatat dan menganalisa
kecelakaan-kecelakaan yang tidak membawa korban
manusia disamping kecelakaan yang membawa korban.
Kegiatan tersebut dapat merupakan tugas P2K3 sesuai
permen 04/MEN/1987. pasal ini merupakan dasar hukum
penyelenggaraan kegiatan statistik kecelakaan.

45
UU NO. 01 1970
8. Penjelasan Bab VIII Tentang Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja
Pasal 12 berbunyi :

Dengan peraturan perundangan di atur kewajiban dan atau hak tenaga


kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai
pengawas dan atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja,
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan,
c. Memenuhi dan menaati semua syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan,
d. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan,
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri
yang diwajibkan di ragukan olehnya, kecuali dalam hal-hal khusus
ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas –batas yang
masih dapat dipertanggungjawabkan..

46
UU NO. 01 1970

Penjelasan praktis

 Di dalam pasal ini secara jelas dan tegas diatur kewajiban dan hak
tenaga kerja. Oleh sebab itu, apabila tenaga kerja tidak
melaksanakan kewajibannya atau menaati syarat-syarat keselamatan
dan kesehatan kerja dapat dikenakan sanksi hukum sesuai dengan
pasal 15 undang-undang No. 1 tahun 1970.

 Penjelasan lebih lanjut dapat dibaca di pasal 15.

47
UU NO. 01 1970
9. Penjelasan Bab IX Tentang kewajiban bila memasuki tempat kerja
Pasal 13 berbunyi :

 Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan menaati


semua petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja dan memakai alat-
alat perlindungan yang diwajibkan.

Penjelasan praktis

 Menetapkan bahwa siapapun yang dalam hal ini orang lain selain
tenaga kerja akan memasuki suatu tempat kerja harus menaati dan
melaksanakan ketentuan yang berlaku bagi tempat kerja tersebut,
termasuk pemakaian alat pelindung diri yang diwajibkan.

48
UU NO. 01 1970
10. Penjelasan Bab X tentang kewajiban pengurus
Pasal 14 berbunyi :
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulils menempatkan dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang
diwajibkan, sesuai UU ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang
bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau Ahli
keselamatan dan kesehatan kerja;

b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua


gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan
pembiinaan lainnya, pada tempat –tempat yang mudah dilihat
dan terbaca menurut petunjuk pengawas atau ahli
keselamatan dan kesehatan kerja;

49
UU NO. 01 1970
c. Menyediakan secara Cuma-Cuma, semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja
tersebut,disertai dengan petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan dan kesehatan kerja.

Penjelasan praktis

 Pasal ini menetapkan kewajiban pengurus untuk secara tertulis


menempatkan UU No. 1 tahun 1970 dan peraturan –peraturan lain
dan gambar-gambar keselamatan dan kesehatan kerja yang sesuai
dengan jenis dan sifat pekerjaan pada tempat kerja yang
bersangkutan. Bahan –bahan tersebut dimaksudkan sebagai bahan
pembinaandan peringatan bagi siapapun yang berada di tempat
kerja tersebut. Di samping itu pengurus wajib menyediakan alat
perlindungan diri secara Cuma-Cuma bagi siapapun yyang
memasuki tempat kerja.

50
UU NO. 01 1970
11. Penjelasan Bab XI tentang ketentuan penutup

Pasal 15 ayat (1),berbunyi :

 Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal –pasal di atas


diatur lebih lanjut dengan peraturan perundangan.

Penjelasan praktis

 Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa sebagian besar


ketentuan yang ada di dalam UU No. 1/1970 masih bersifat
pokok yang masih perlu di atur lebih lanjut dengan peraturan
perundang-undangan. Sebagai realisasinya telah diterbitkan
beberapa peraturan menteri dibidang K3.

51
UU NO. 01 1970
Sebagai contoh :
a. Permen No. 01/Men/1980 tentang konstruksi Bangunan;
b. PerMen No. 03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan Tenaga
Kerja;
c. PerMen 04/MEN/1980 tentang syarat-syarat pemasangan dan
pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan;
d. Dan lain-lain.

Pasal 15 ayat (2), berbunyi :


 Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan
ancaman pidana.

Penjelasan Praktis
Menetapkan sanksi bagi pelanggaran terhadap UU No. 1/1970 dan
peraturan pelaksanaannya, yaitu :
a. Hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan, atau
b. Denda setinggi-tingginya Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah).

52
UU NO. 01 1970
Pasal 15 ayat (3), berbunyi :
 Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.

Penjelasan Praktis
 Adalah mengklarifikasi pelanggaran dimaksud sebagai tindakan
pidana pelanggaran.

Pasal 16 berbunyi :
 Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah
ada pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku wajib
mengusahakan di dalam satu tahun sesudah Undang-undang ini mulai
berlaku, untuk memenuhi ketentuan –ketentuan menurut atau
berdasarkan undang-undang ini.

Penjelasan Praktis
 Pasal ini mewajibkan kepada pengusaha untuk memenuhi ketentuan
UU No. 1/1970 paling lama 1 (satu ) tahun setelah UU No. 1/1970
diundangkan, yaitu tanggal 12 januari 1970.

53
UU NO. 01 1970
Pasal 17, berbunyi :

 Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan


dalam undang –undang ini belum dikeluarkan.

Penjelasan Praktis

 Merupakan pasal yang mengatur tentang peralihan yaitu bidang


keselamatan kerja memberlakukan kembali semua peraturan
perundangan yang telah ada selama tdak bertentangan dengan
UU No. 1/1970 ini, antara lain :
a. Peraturan khusus AA
b. Peraturan khusus KK
c. Peraturan khusus LL
d. Dan seterusnya.

54
UU NO. 01 1970
Pasal 18, berbunyi :

 Undang-undang ini disebut “Undang-undang Keselamatan


Kerja”.

Penjelasan Praktis

 Menetapkan nama penyebut dari UU No. 1 tahun 1970, yaitu UU


Keselamatan Kerja dan mulai berlaku pada hari diundangkan
dalam lembaran Negara R.I. Nomor 1 tanggal 12 januari 1970.

55
UU NO. 01 1970
EVALUASI
A. SOAL-SOAL
1. Apakah dasar hukum UU No. 1 tahun 1970 ?
2. Uraikan latar belakang apa saja dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970 !
3. Mengapa UU No. 1/1970 disebut dengan UU keselamatan kerja ?
4. Apa saja yang diatur dalam UU No. 1/1970 ?
5. Dimana UU No. 1/1970 dapat dilaksanakan ?
6. Siapa yang melakukan pengawasan terhadap ditaatinya UU No.1/1970 ?
7. Kapan UU No. 1/1970 diberlakukan penerapannya ?
8. Bagaimana UU No. 1/1970 dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya?
9. Coba jelaskan kewajiban –kewajiban pengusaha sesuai yang tercantum
dalam UU No. 1/1970 !
10. Coba jelaskan kewajiban pengurus sesuai yang tercantum dalam UU No.
1/1970 !

56
UU NO. 01 1970
11. Coba jelaskan perbedaan antara pengusaha dengan pengurus !
12. Coba jelaskan kewajiban dan hak tenaga kerja sesuai yang tercantum
dalam UU No. 1/1970 !
13. Uraikan apa yang dimaksud dengan P2K3 : coba jelaskan peraturan
menaker yang mengatur mekanisme dan fungsi P2K3 tersebut !
14. Mengapa pengurus diwajibkan melaporkan setiap terjadi kecelakaan
kerja. Coba jelaskan peraturan yang mengatur tata cara dan bentuk
pelaporannya ?
15. Sanksi apakah yang diterima oleh pengusaha karena pelanggaran
terhadap pelaksanaan UU No. 1 tahun 1970 ?
16. Dengan dicabutnya V.R. tahun 1910, apakah peraturan pelaksanaan
yang berhubungan dengan VR, masih tetap berlaku atau tidak, coba
jelaskan !

57
UU NO. 01 1970
B. KUNCI JAWABAN

1. Dasar hokum UU No. 1 tahun 1970 adalah UUD 1945 pasal 27 (2) dan UU No. 14
tahun 1969

2. Latar belakang dikeluarkannya UU No. 1 tahun 1970 adalah :


a. Undang-undang keselamatan kerja tahun 1910 (VR) dinilai tidak sesuai dengan
perkembangan peraturan perundangan yang berlaku (UU No. 14 tahun
1969),Karena Undang-undang tersebut menyatakan bahwa setiap tenaga kerja
berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatannya.
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya terbatas pada
tenaga kerja yang bekerja di pabrik dan bengkel saja.
b. Teknik, teknologi dan penerapanntya, industrialisasi, administrasi pemerintahan,
dan kondisi serta situasi tenaga kerja telah berkembang pesat. Di dalam
beberapa hal VR tidak mampu menampung perkembangan tersebut.
c. Sifat represif dan polisional pada VR dinilai kurang sesuai dan kurang
mendukung perkembangan ekonomi pada umumnya dan penggunaan sunber-
sumber produksi dan penanggulangan kecelakaan pada khususnya, serta alam
Negara Indonesia yang merdeka dan berdasarkan pancasila.

58
UU NO. 01 1970
3. UU No. 1/1970 disebut Undang-undang keselamatan kerja karena dalam
batang tubuhnya, yaitu pada pasal 18 menyebutkan demikian.

4. yang diatur dalam UU No. 1/1970 adalah persyaratan keselamatan dan


kesehatan kerja maupun mekanisme agar :
a. setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja selamat dan sehat,
b. setiap sumber produksi digunakan secara aman dan efisien,
c. proses usaha dapat berjalan lancer.

5. Undang-undang No. 1 tahun 1970 dapat dilaksanakan/diterapkan adalah di


semua tempat kerja, yang berada diwilayah kekuasaan RI, dengan
memperhatikan 3 unsur pokok yaitu tenaga kerja, bahaya kerja dan adanya
usaha.

6. Yang melakukan pengawasan terhadap ditaatinya UU No. 1/1970 adalah


Direktur Jenderal Binawas melakukan pelaksanaan umum, sedangkan
pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dtugaskan menjalankan
pengawasan langsung terhadap ditaatinya UU ini dan membantu
pelaksanaannya.

59
UU NO. 01 1970
7. Undang-undang No. 1/1970 diberlakukan penerapan sejak tahap perencanaan,
pembuatan, perakitan sampai pemakaian yang menyangkut bahan, konstruksi,
perlengkapan pengaman, penandaan dan lain-lain.

8. UU No. 1 tahun 1970 dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, apabila pelaku-


pelakunya (pengusaha, pengurus dan tenaga kerja) dapat memenuhi dan
mentaati serta melaksanakan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerjanya.

9. kewajiban pengusaha adalah :


a. Membayar retribusi menurut peraturan perundangan (Per. Menaker No.
06/MEN/1988);
b. Memenuhi ketentuan undang-undang No. 1/1970 paling lama satu tahun
setelah Undang-undang No. 1/1970 diundangkan, yaitu tanggal 12 januari
1970.

60
UU NO. 01 1970
10. Kewajiban pengurus adalah :

a. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik


dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan
sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.

b. Memeriksa semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya,


secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan
dibenarkan oleh Direktur.

c. Menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang:


1) Kondisi –kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam
tempat kerjanya;
2) Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan
dalam tempat kerjanya;
3) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
4) Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaan.

61
UU NO. 01 1970
d. Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya

e. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang


berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.

f. Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang


dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

g. Menempatkan semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan pada tempat-


tempat yang dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau
ahli kesehatan kerja.

h. Memasang semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua


bahan pembinaan pada tempat –tempat yang mudah dilihat dan terbaca.

i. Menyediakan secara Cuma-Cuma, semua alat perlindungan diri yang


diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut.

62
UU NO. 01 1970

11. Perbedaan antara pengusaha dengan pengurus :


pengusaha :
a. orang atau badan hokum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri
dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja.
b. Orang atau badan hokum yang secara berdiri sendiri menjalankan suatu
usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat
kerja.
c. Orang atau badan hokum yang di Indonesia mewakili orang atau badan
hokum termasuk pada (a) dan (b), jikalau yang diwakili berkedudukan di
luar Indonesia.

Pengurus :
Orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri.

63
UU NO. 01 1970
12. Kewajiban tenaga kerja adalah :

a. memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas


atau ahli keselamatan kerja.

b. Memakai alat –alat perlindungan diri yang diwajibkan.

c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan


kerja yang diwajibkan.

Hak tenaga kerja adalah :

a. Meminta pada pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan


kesehatan yang diwajibkan.

b. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan


dan kesehatan kerja serta alat –alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya.

64
UU NO. 01 1970
13. Yang dimaksud dengan P2K3 adalah panitia Pembina keselamatan dan
kesehatan kerja yang merupakan wadah kerja sama antara pekerja dengan
pengusaha guna mengembangkan kerja sama, saling pengertian dan
partisipasi aktif dari pengusaha dan tenaga kerja dalam tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan
kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi. Melanisme
dan fungsi P2K3 diatur dalam peraturan menaker No. 04/Men/1987.
14. Pengurus diwajibkan melaporkan setiap terjadi kecelakaan kerja karena :

a. Menaati dan memenuhi ketentuan yang tercantum dalam pasal 11


UU No. 1/1970,
b. Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kecelakaan,
c. Untuk bahan penyelidikan agar kecelakaan yang serupa tidak
terulang lagi.
Tata cara dan bentuk pelaporan kecelakaan kerja telah diatur
dalam Surat Keputusan Menaker No. 511/Men/1985

65
UU NO. 01 1970

15. Sanksi yang harus diterima oleh pengusaha karena pelanggaran terhadap
pelaksanaan UU No. 1 tahun 1970 adalah :
a. hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan atau
b. denda setinggi-tingginya Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah).

16. Dengan dicabutnya VR tahun 1910, peraturan pelaksanaan yang berhubungan


dengan VR, masih tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan UU No. 1
tahun 1970.

66
UU NO. 01 1970
DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Departemen tenaga kerja (1985/1986). Himpunan Peraturan Perundang-undangan


Keselamatan dan Kesehatan kerja sampai dengan tahun 1969. Jakarta, Direktorat
Jenderal Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengawasan Norma Kerja,
Departemen Tenaga Kerja.

2. Himpunan peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja tahun


1970 sampai dengan tahun 1985. Jakarta Direktorat Jenderal Bina Hubungan
ketenagakerjaan dan pengawasan Norma Kerja, Departemen Tenaga Kerja.

3. ________________, (1989/1990). Himpunan Keputusan, Instruksi dan Edaran


Keselamatan dan kesehatan kerja Jakarta, Direktorat Jenderal Bina Hubungan
Ketenagakerjaan dan pengawasan Norma Kerja, Departemen Tenaga Kerja.

67
END

TERIMA KASIH

68

Anda mungkin juga menyukai