1. Asas pertama adalah Taba’dul al-Mana’fi yaitu segala bentuk kegiatan muamalah
2. Asas kedua adalah asas pemerataan dan keadilan yaitu asas yang berupa prinsip
keadilan dalam bidang muamalah yang menghendaki agar harta tidak hanya dikuasai oleh
segelintir orang sehingga harta itu harus didistribusikan secara merata diantara
3. Asas ketiga adalah keridaan dan kerelaan, asas ini menyatakan bahwa setiap bentuk
muamalat antar muslim atau antar pihak harus berdasarkan kerelaan masing-masing.
4. Asas keempat yaitu tidak adanya penipuan atau dapat dikatakan asas kejujuran
dalam bertransaksi.
5. Asas kelima yaitu asas kebaikan dan ketaqwaan yang dalam hal ini muslim harus
melakukan segala hal untuk kebaikan dan peningkatan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
“Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya”
”Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain “
sama dagang, perserikatan, kerja sama dalam penggarapan tanah, dan sewa-menyewa”.
Prinsip prinsip Muamalah ada dua yaitu : 1. Prinsip umum, 2. Prinsip khusus.
Dalam fikih muamalah, terdapat beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan, yaitu:
Pertama, kaidah fikih (hukum Islam) yang menyatakan: “pada dasarnya, segala bentuk
muamalah adalah boleh kecuali ada dalil yang mengharamkannya”. Ini mengandung arti,
bahwa hukum Islam memberi kesempatan luas bagi perkembangan bentuk dan macam
menghindarkan mudharat (jalb al-mashalih wa dar’u al-mafasid) atau sering disebut maslahah
(kemaslahatan). Konsekuensi dari prinsip ini adalah bahwa segala bentuk muamalah yang
dapat merusak atau mengganggu kehidupan masyarakat tidak dibenarkan, seperti perjudian,
berbagai segi, antara lain meliputi keseimbangan antara pembangunan material dan spiritual;
pengembangan sektor keuangan dan sektor riil; dan pemanfaatan serta pelestarian sumber
daya.
Keempat, muamalat dilaksanakan dengan memelihara nilai adil dan menghindari unsur-unsur
kezaliman. Segala bentuk muamalah yang mengandung unsur penindasan tidak dibenarkan
kegiatan transaksi yang didasarkan pada riba, gharar atau taghrir, tadlis, tahkir atau ihtikar,
Al-Quran menggariskan bahwa sebuah transaksi hanya sah apabila masing-masing pihak
yang terlibat dalam transaksi memenuhi kewajiban yang berkaitan dengan konsekuensi
sebuah transaksi. Misalnya dalam transaksi yang berbentuk akad jual beli, seorang pembeli
harus membayar sejumlah harga yang disepakati, sementara penjual harus menyerahkan
(5):1)
“Bertolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa, dan janganlah bertolong
Apabila seseorang yakin bahwa dirinya pernah berhutang, kemudian dia ragu apakah
dia telah membayar hutang itu atau belum, maka wajib baginya untuk membayar hutang
tersebut kecuali jika pihak yang menghutangi menyatakan bahwa dia telah membayar
hutangnya.
الم َشقَّةُ تَجْ لِبُ التَّ ْي ِس ْي ُر
contoh akad salam dalam perbankan syariah adalah ketika nasabah memerlukan
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Dalam kasus berikut, bank berperan sebagai
Riba adalah kelebihan nominal pengembalian hutang pokok yang dibebankan pada
Salam sebagai bentuk jual beli dengan pembayaran dimuka dan penyerahan barang
dikemudian hari dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal dan tempat
penyerahan yang jelas serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian. Barang dalam
akad salam biasanya sudah ada tetapi berada dalam tempat lain
Seseorang yang memonopoli suatu jenis barang atau makanan lalu dia
menyimpannya. Ketika harga pasar barang tersebut naik, dia menjualnya dengan
harga yang tidak wajar. Maka pemerintah berhak untuk memaksanya agar