Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIK LAPANGAN BLOK 4.

4
COMMUNITY HEALTH ANALYSIS PUSKESMAS 1 SUMBANG

Disusun oleh:
KELOMPOK

Pembimbing
dr. Tri Okmawati Handini

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
PURWOKERTO
2018

i
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
melimpahkan rahmat-Nya dan memberikan kami kesempatan dalam
menyelesaikan laporan praktek lapangan di wilayah Puskesmas 1 Sumbang tahun
2018 yang kami buat ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas blok 4.4
Health System Management bagi para mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Jendral Soedirman. Laporan yang berisi hasil pengolahan data
kesehatan ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk melakukan tindak
lanjut rencana kerja tahunan di Puskesmas 1 Sumbang.
Data yang digunakan dalam proses penyusunan laporan praktek lapangan
di wilayah Puskesmas 1 Sumbang tahun 2018 bersumber dari laporan bulanan tiap
bidang Puskesmas dan instansi terkait seperti Kecamatan untuk kependudukan,
serta hasil survei dari 35 responden.
Dalam penyusunan laporan ini ditemukan banyak hambatan-hambatan
yaitu dalam pengelompokan data yang didapat dari pihak Puskesmas mengingat
kurangnya data informasi untuk tahun sebelumnya, banyaknya jumlah penduduk
dengan berbagai macam penyakit, menganalisis dan memprioritaskan
permasalahan, membuat kuisioner untuk diajukan kepada responden, menganalisis
penyebab permasalahan, serta mencari responden.
Laporan ini diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa dan pihak
puskesmas untuk lebih meningkatkan mutu kesehatan di wilayah Puskesmas 1
Sumbang. Terimakasih kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran
dan tenaganya dalam pembuatan laporan pratek lapangan di wilayah Puskesmas
tahun 2018.

Purwokerto, 25 Juni 2018

ii
DAFTAR ISI

A. BAGIAN AWAL
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR GRAFIK vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
B. BAGIAN INTI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
II. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS 1 SUMBANG
A. Keadaan Geografi 3
B. Keadaan Demografi 5
C. Keadaan Sosial Ekonomi 5
III. PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN MENUJU PUSKESMAS
SEHAT
A. Derajat Kesehatan Masyarakat 6
B. Perilaku Masyarakat 10
C. Kesehatan Lingkungan 11
D. Pelayanan Kesehatan 12
IV. ANALISIS MASALAH
A. Analisis Potensi dan Kebutuhan 14
B. Perumusan Masalah 15
C. Prioritas Masalah 15
D. Analisis Penyebab Masalah 18
E. Pemecahan Masalah 22
V. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (PLAN OF ACTION)
A. Nama Kegiatan 26

iii
B. Latar Belakang Kegiatan 26
C. Tujuan 26
D. Sasaran 27
E. Pelaksanaan 27
F. Alat dan Sarana 28
G. Rencana Anggaran 29
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 30
C. BAGIAN AKHIR
I. DAFTAR PUSTAKA 32
II. LAMPIRAN-LAMPIRAN 33

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang
terdapat di wilayah kerja Puskesmas I sumbang
Tabel 2. Penggolongan permasalahan yang ada pada Puskesmas 1 Sumbang

Tabel 3. Hasil Analisis Metode Hanlon

Tabel 4. Hasil Resume Survey Kesehatan terkait Root Cause Analysis tentang
faktor resiko utama: kurangnya pengatahuan masyarakat tentang
penyakit TB di Desa Karanggintung.

Tabel 5. Komponen RINKE

Tabel 6. Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel. 7. Susunan Kegiatan POA

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Wilayah Puskesmas 1 Sumbang

vi
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Penggunaan Lahan di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Sumbang


Grafik 2 Status pekerjaan dengan penderita TB
Grafik 3. Status pendidikan pada penderita TB
Grafik 4. Pengetahuan tentang TB
Grafik 5. Waktu Perjalanan ke Puskesmas
Grafik 6. Ketersediaan sarana transportasi

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 DOKUMENTASI
Lampiran 2 KUISIONER

viii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Penularan
penyakit TB melalui droplet atau percikan dahak yang terhirup dalam tractus
respiratori. Sedangkan untuk laju penularan dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan, yaitu ada tidaknya ventilasi yang cukup dan sinar matahari
(Kemenkes RI, 2011).
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien
TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95%
kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara
berkembang (WHO, 2009).
Menurut WHO, risiko penularan setiap tahun (ARTI) di Indonesia
bervariasi antara 1-3%. Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan
Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang
berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10
(sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. (Kemenkes
RI, 2011).
Maka dari itu, risiko penularan masih cukup tinggi dan mengancam
kesehatan masyarakat Indonesia. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan
penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, dan
salah satu penyebab kematian sehingga perlu dilaksanakan program
penanggulangan TB secara berkesinambungan.

B. TUJUAN
1. Mengetahui cara penyusnan prioritas masalah pada Puskesmas 1
Sumbang

1
2. Mengetahui cara menganalisis penyebab masalah dan alternatif
pemecahan masalah pada Puskesmas 1 Sumbang dengan metode Hanlon
3. Menyusun solusi sebagai upaya pencegahan adanya peningkatan
prevalensi prioritas masalah

2
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Keadaan Geografi
Puskesmas I sumbang terletak di bagian utara Kabupaten Banyumas di
Kaki Gunung Slamet, berlokasi di kecamatan Sumbang yang memiliki 19
Desa. Wilayah Kerja Puskesmas I sumbang meliputi 11 (sebelas) desa binaan
yaitu desa Silado, Karangturi, Karangcegak, Sumbeng Kebanggan, Banteran
Datar, Kawungcarang, Karanggitung, Kedungmalang dan Tambak Sogra
dengan jarak tempuh rata-rata desa ke Puskesmas adalah sekitar 10 menit
dengan menggunakan kendaraan roda dua dan sekitar 15 menit dengan
menggunakan roda 4.

Gambar 1. Peta Wilayah Puskesmas 1 Sumbang

Secara geografis, Puskesmas I Sumbang terletak di antara 105 dan 109


30 garis bujur timur dan sekitar 7 30 garis lintang selatan dengan luas wilayah
1.8881.683 ha yang meliputi 11 (sebelas) desa. Wilayah I sumbang sebagian
besar merupakan dataran rendah (85%) dan hanya sebagian kecil dataran
pembukitan (15%). Sedangkan Luas penggunaan lahan terbanyak adalah

3
dalam bentuk pesawahan atau kebun sebesar 60% dan pemukiman, tanah
perkarangan, kolam, kuburan kurang lebih 40%.

Penggunaan Lahan

40%
Persawahan/Kebun
Pemukiman, tanah
pekarangan, kolam,
kuburan
60%

Grafik 1. Penggunaan Lahan di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Sumbang


Adapun batas wilayah kerja Puskesmas I Sumbang adalah sebagai
berikut
a. Sebelah utara : Wilayah Kerja Pusk. II Sumbang
b. Sebelah selatan : Puskesmas I kembaran
c. Sebelah timur : Kabupaten Purbalingga
d. Sebelah Barat : Kecamatan Baturraden
Wilayah Kerja Puskesmas I sumbang meliputi :
1. Desa Silado
2. Desa Karangturi
3. Desa Karangcegak
4. Desa Sumbang
5. Desa Kebanggan
6. Desa Banteran
7. Desa Datar
8. Desa Kawungcarang
9. Desa Karanggintung
10. Desa Kedungmalan

4
11. Desa Tambaksogra

B. Keadaan Demografi
1. Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah puskesmas I sumbang yang meliputi
11 (sebelas) desa adalah 48.500 jiwa, dengan pertembuhan penduduk
sebesar 2% dari jumlah tahun sebelumnya.
2. Kepatan penduduk
Penyebaran penduduk di wilayah kerja Puskesmas I sumbang
belum merata, pada umumnya penduduk masih menumpuk did aerah
yang ramai. Rata-rata kepadatan penduduk di Wilayah puskesmas I
sumbang adalah sebesar 25 jiwa setiap kilometer persegi
Desa yang paling padat penyebaran penduduknya adalah desa datar
dengan tingkat kepadatan sebesar 29,52 jiwa setiap kilometer persegi,
sedangkan desa dengan tingkat kpeadatan terendah adalah desa Silado
dengan tingkat kepadatan terbesar 13,64 kilometer perseginya.

C. Keadaan Sosial Ekonomi


Sebagian besar penduduk di wilayah Puskesmas I sumbang adalah
sebagai buruh tani , sebagai sarana penunjang laju perekonomian antara lain
adanya pasar tradisional, warung / toko, badan kredit, lumbung desa dan
Koperasi unit Desa, sedangkan sarana transportasi umum yang mendkung
aktifitas penduduk adalah angutan pedesaan.
Dengan letak wilayah berada di lereng Gunung slamet wilayah
Sumbang I memiliki potensi agro untuk peternakan, pertanian dan
perkebunan sehingga dapat dikembangkan secara maksimal untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi (daya beli masyarakat).
Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan ukuran kinerja
pembangunan wilayah terhadap pembangunan manusia itu sendiri, dengan
upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya baik aspek fisik
(kesehatan), aspek int elektual (pendidikan) dan aspek kesejahteraan ekonomi
(daya beli).

5
BAB III
PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN

A. Derajat Kesehatan Masyarakat


1. Angka Kesakitan
a. Tuberkulosis
1) Kasus baru TB BTA+
Jumlah kasus baru TB BTA+ di Wilayah Kerja Puskesmas I
Sumbang tahun 2017 sebanyak 14 kasus terdiri dari 10 (71,43%)
kasus laki-laki dan 4 (28,57%) kasus perempuan, angka
notifikasi kasus (CNR) untuk jumlah kasus baru TB BTA+ di
Wilayah Kerja Puskesmas I Sumbang sebesar 28,87 per 100.000
penduduk terdiri dari 40,72 laki-laki dan 16,71 perempuan per
100.000 penduduk.
2) Jumlah seluruh kasus TB
Jumlah seluruh kasus TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas I
Sumbang tahun 2017 sebanyak 35 kasus terdiri dari 20 (57,14%)
kasus laki-laki dan 15 (42,86%) kasus perempuan. Angka
notifikasi kasus (CNR) untuk jumlah seluruh kasus TB di
Wilayah Kerja Puskesmas I Sumbang sebesar 72,16 per 100.000
penduduk terdiri dari 81,45 (laki-laki) dan 62,65 (perempuan)
per 100.000 penduduk. Persentase kasus TB anak 0-14 tahun
sebesar 17,14% untuk laki-laki dan perempuan.
3) Persentase BTA + terhadap suspek
Jumlah penemuan kasus suspek TB di Wilayah Kerja
Puskesmas I Sumbang tahun 2017 sebanyak 284 kasus terdiri
dari 117 kasus laki-laki dan 167 kasus perempuan, dari 284
kasus tersebut yang BTA+ sebanyak 14 kasus terdiri dari 10
kasus laki-laki dan 4 kasus perempuan. Dari data tersebut
diperoleh persentase BTA+ terhadap suspek sebesar 4,93%
terdiri dari 8,55% laki-laki dan 2,40% perempuan.

6
4) Pengobatan BTA+
Dari 14 kasus BTA+ di Wilayah Kerja Puskesmas I Sumbang
semuanya mendapatkan pengobatan 100% yang sudah
dinyatakan sembuh dan pengobatan lengkap 0 atau 0%. Angka
keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+ 0 atau 0%.
Jumlah kematian selama pengobatan 0 per 100.000 penduduk.
a. Pneumonia balita ditemukan dan ditangani
Pada tahun 2017 perkiraan kasus pneumonia balita di Wilayah Kerja
Puskesmas I Sumbang sebanyak 476 kasus terdiri dari 190 (39,92%)
laki-laki dan 286 (60,08%) perempuan, setelah dilakukan penelusuran
ditemukan sebanyak 121 (25,43%) kasus terdiri dari 58 (47,93%) laki-
laki dan 63 (52,07%) perempuan.
b. HIV/AIDS
Pada tahun 2017 jumlah kasus HIV di Wilayah Kerja Puskesmas I
Sumbang sebanyak 3 kasus terdiri dari 1 (33,33%) laki-laki dan 2
(66,67%) perempuan. Jumlah kasus AIDS sebanyak 2 kasus terdiri
dari 1 (50%) laki-laki dan 1 (50%) perempuan. Jumlah kematian
karena AIDS sebesar 2 jiwa (100%) terdiri dari 1 (50%) laki-laki dan
1 (50%) perempuan. Tidak ditemukan donor darah di skrining positif
HIV.
c. Syphilis
Pada tahun 2017 tidak ditemukan kasus penyakit syphilis di Wilayah
Kerja Puskesmas I Sumbang.
d. Diare ditemukan dan ditangani
Pada tahun 2017 penemuan penyakit diare di Wilayah Kerja
Puskesmas I Sumbang sebesar 1.310 terdiri dari 663 (50,61%) laki-
laki dan 646 (49,39%) perempuan, dari 1.310 kasus tersebut yang
mendapatkan penanganan sebesar 840 (64,1%) terdiri dari 360
(42,86%) laki-laki dan 480 (57,14%) perempuan.
e. Kusta
Pada tahun 2017 tidak ditemukan kasus penyakit kusta di Wilayah
Kerja Puskesmas I Sumbang.

7
8
f. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
1) AFP (non polio) < 15 tahun
Pada tahun 2017 tidak ditemukan kasus penyakit AFP (non polio)
< 15 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas I Sumbang.
2) Difteri, Pertusis, dan Tetanus
Pada tahun 2017 tidak ditemukan kasus penyakit difteri, pertusis,
dan tetanus di Wilayah Kerja Puskesmas I Sumbang.
3) Campak
Pada tahun 2017 tidak ditemukan kasus penyakit campak di
Wilayah Kerja Puskesmas I Sumbang.
4) Polio
Pada tahun 2017 tidak ditemukan kasus penyakit polio di Wilayah
Kerja Puskesmas I Sumbang.
5) Hepatitis B
Pada tahun 2017 tidak ditemukan kasus penyakit Hepatitis B di
Wilayah Kerja Puskesmas I Sumbang.
g. Demam Berdarah Dengue
Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja
Puskesmas I Sumbang tahun 2017 sebanyak 6 kasus terdiri dari 3
(50%) kasus laki-laki dan 3 (50%) kasus perempuan. Dari 6 kasus
yang ada tersebut tidak sampai menimbulkan kematian. Incidence rate
DBD di Wilayah Kerja Puskesmas I Sumbang sebesar 12,4 per
100.000 penduduk terdiri dari 12,2 laki-laki dan 12,5 perempuan per
100.000 penduduk sedangkan Case Fatality Rate DBD sebesar 0%.
h. Malaria
Pada tahun 2017 tidak ditemukan kasus penyakit malaria di Wilayah
Kerja Puskesmas I Sumbang.
i. Filariasis
Pada tahun 2017 tidak ditemukan kasus penyakit filariasis di Wilayah
Kerja Puskesmas I Sumbang.

9
j. Hipertensi
Pada tahun 2017 tidak ditemukan kasus penyakit hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas I Sumbang.
k. Obesitas
Pada tahun 2017 tidak ditemukan kasus penyakit obesitas di Wilayah
Kerja Puskesmas I Sumbang.
l. Pemeriksaan IVA Positif dan Tumor/Benjolan Payudara pada
Perempuan Usia 30-50 tahun
Pada tahun 2017 di Wilayah Kerja Puskesmas I Sumbang tidak
dilakukan pemeriksaan IVA dan tumor/benjolan payudara pada
perempuan usia 30-50 tahun. Persentase IVA positif pada perempuan
usia 30-50 tahun sebesar 0% dan persentase tumor/benjolan payudara
pada perempuan usia 30-50 tahun sebesar 0%.
m. Kejadian Luar Biasa (KLB)
Pada tahun 2017 jumlah desa/kelurahan yang terkena KLB dan
ditangani < 24 jam di Wilayah Kerja Puskesmas I Sumbang sebanyak
0 desa/kelurahan.
2. Angka Kematian
a. Jumlah Kelahiran Bayi
Pada tahun 2017 di Wilayah Kerja Puskesmas I Sumbang terdapat 776
kelahiran hidup terdiri dari 398 (51,3%) laki-laki dan 378 (48,7%)
perempuan. Jumlah kelahiran mati yang dilaporkan sebesar 27
kelahiran mati terdiri dari 17 laki-laki dan 10 perempuan per 1.000
kelahiran hidup.
b. Jumlah Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita
Pada tahun 2017 di Wilayah Kerja Puskesmas I Sumbang ditemukan
jumlah kematian neonatal sebesar 2 terdiri dari 1 laki-laki dan 1
perempuan per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian neonatal yang
dilaporkan sebesar 6 orang terdiri dari 3 laki-laki dan 3 perempuan per
1.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian bayi sebesar 8 orang terdiri
dari 5 laki-laki dan 3 perempuan per 1.000 kelahiran hidup. Angka
kematian bayi yang dilaporkan 21 orang terdiri dari 13 laki-laki dan 8

10
perempuan per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah kematian balita sebesar
9 orang terdiri dari 6 laki-laki dan 3 perempuan per 1.000 kelahiran
hidup. Angka kematian balita yang dilaporkan sebesar 23 orang terdiri
dari 15 laki-laki dan 8 perempuan per 1.000 kelahiran hidup.
c. Jumlah Kematian Ibu
Pada tahun 2017 di Wilayah Kerja Puskesmas I Sumbang jumlah
kematian ibu sebesar 1 orang dan angka kematian ibu yang dilaporkan
sebesar 129 per 100.000 kelahiran hidup.

B. Perilaku Masyarakat
Penilaian perilaku masyarakat ditinjau melalui penerapan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) . Presentase rumah tangga berperilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas I
sumbang menurut Kecamatan dan puskesmas adalah sebgai berikut:
JUMLAH RUMAH
JUMLAH RUMAH
NO DESA TANGGA ber-
TANGGA
PHBS
1. SILADO 563 330
2. KARANGTURI 592 399
3. KARANGCEGAK 610 510
4. SUMBANG 1.320 1.189
5. TAMBAKSOGRA 1.868 1.422
6. KEBANGGAN 952 853
7. KAWUNGCARANG 291 240
8. KARANGGINTUN 1.273 1.055
9. G 654 575
10. DATAR 2.056 1.176
11. BANTERAN 588 362
KEDUNGMALAM
JUMLAH 10.767 8.111
Tabel 1. Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas I sumbang

11
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa rumah tangga
yang berperilaku hidup bersih dan sehat sebanyak 8.111 (76,2 %) dari total
10.644 (98.9 %) yang rumah terpantau dan yang tidak terpantau sebanyak
123 (1,1%) rumah tangga.

C. Kesehatan Lingkungan
1. Rumah sehat
Data tahun 2017 dari 10.426 rumah yang ada dalam 11 desa
wilayah kerja Puskesmas I Sumbang ditemukan sebanyak 5.947 rumah
(57,04%) yang dapat dikategorikan sebagai rumah sehat sedangkan
sisanya sebanyak 4.479 rumah (42,96 %) tidak memenuhi kriteria
rumah sehat. Setelah dilakukan pembinaan lebih lanjut terhadap 220
rumah terdapat 118 rumah yang memenuhi syarat rumah sehat jadi total
rumah sehat setelah dilakukan pembinaan sebanyak 6.065 Rumah
( 58,17%).
2. Tempat-tempat umum (TTU)
Tempat-tempat umum yang diperiksa meliputi sarana pendidikan
dan sarana kesehatan. Untuk sarana pendidikan SLTP sebanyak 6
sekolah dan SLTA sebanyak 3 sekolah semuanya memenuhi syarat
kesehatan namun untuk SD terdapat 19 ( 95%) d yang memenuhi
syarat kesehatan. Sedangkan untuk sarana kesehatan yang terdiri dari 1
puskesmas juga dinyatakan memenuhi syarat kesehatan.
3. Akses dan kualitas air minum
Sumber air minum yang layak dan memenuhi syarat kesehatan
terdiri dari sumur gali terlindung 7.940 sarana, sumur bor dengan
pompa 387 sarana, mata air terlindung 72 sarana, dan Perpipaan
(PDAM,BPSPAM) 2316 sarana. Sehingga sebanyak 86,5 % warga di
wilayah tersebut dapat mengakses air minum yang layak secara
berkelanjutan.
4. Sanitasi dan jamban sehat

12
Tidak ditemukan jamban komunal, plengsengan dan cemplung di
11 desa wilayah kerja Puskesmas I Sumbang. Jumlah jamban leher
angsa 5.965 dan semuanya memenuhi syarat kesehatan. Namun hanya
46,3 % warga yang dapat mengakses jamban sehat.
5. Tempat pengelolaan makanan
Di wilayah kerja Puskesmas I sumbang ada 17 (94.44%) TPM
yang memenuhi syarat kesehatan terdiri dari rumah makan 1 , DAM
14,dan jasa boga 1. Namun masih terdapat 1 rumah makan dan 1 DAM
yang dinyatakan tidak memenuhi syarat.

D. Pelayanan Kesehatan
1. Pelayanan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil pada Puskesmas 1
Sumbang pada tahun 2017 sebanyak 727 perempuan pada masa
kehamilan. Hasil ini menurut pendataan pada 11 desa yang menjadi
tanggung jawab wilayah kerja puskesmas. Pada pelayanan kesehatan
ibu hamil terhadap pemerikaan kehamilan pertama 100% ibu hamil
melakukan pemeriksaan di puskesmas. Namun, pada pemeriksaan
kehamilan keempat hanya sebanyak 95%. Hal ini mengindikasikan
adanya penurunan pada pemeriksaan rutin kehamilan.
Sedangkan pada pelayanan pertama persalinan ibu hamil,
sebanyak 100% ibu hamil melahirkan dibantu oleh tenaga kesehatan
dari puskesmas. Kejadian komplikasi bayi lahir dengan kelainan terjadi
sebanyak 65% bayi lahir. Selain itu, peserta KB aktif pada tahun 2017
meningkat sebanyak 14% dari tahun sebelumnya.
2. Pelayanan Neonatus dan bayi
Pelayanan kesehatan pada bayi dan neonatus puskesmas Sumbang
11 pada tahun 2017 melayani sebanyak 776 bayi yang lahir. Kelahiran
normal sebesar 35% dari total kelahiran dengan angka kejadian berat
bayi lahir rendah sebanyak 7% dan lahir dengan komplikasi lainnya
sebanyak 58%.

13
Pada tingkat pelayanan kesehatan bayi sebanyak 9.278 anak,
diperoleh data pelayanan kesehatan hanya pada 86% anak saja.
Pemberian asi eksklusif hanya sebesar 61% dan imunisasi pada anak
hingga mencapai 86% dari total.
3. Pelayanan Lansia
Pelayanan kesehatan terhadap lansia pada 11.641 jiwa yang
menjadi tanggung jawab di wilayah kerja puskesmas Sumbang 1.
Namun dari sebanyak itu, hanya sebesar 39% dari lansia yang
mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Hal sangat jauh dari
indikator yang telah ditetapkan dari puskesmas

14
BAB IV
ANALISIS MASALAH

A. Analisis Potensi dan Kebutuhan


Analisis potensi dan kebutuhan dilakukan untuk menganalisis
kemungkinan masalah yang ada di masyarakat atau menganalisis
kemungkinan-kemungkinan kebutuhan yang ada di masyarakat. Untuk
menganalisis potensi masalah yang ada, maka memerlukan data atau
informasi kesehatan seperti indikator kesehatan, demografi, sosial ekonomi,
budaya, kebijakan , dan peraturan yang ada hubunan dengan sebuah program.
Indikator kesehatan dikelompokkan berdasarkan (Supriyanto, 2007) :
1. Indikator dampak atau impact an bisa dilihat berupa indikator derajat
kesehatan
2. Indikator output atau keluaran dan hasil organisasi atau outcome
3. Indikator input merupakan data atau informasi yang dapat sebagai faktor
risiko dari indikator output
Untuk mengganalisis masalah, digunakan data output sebagai acuan
untuk menemukan masalah yang nantinya akan dilakukan perencanaan
pemecahan masalah.

Indikator Nilai Standar Kategori


No.
1 Angka Balita BB naik 62,8 % 80% Output
2 Cakupan pelayanan program lansia 39% 70% Proses
3 CNR seluruh kasus TB 72,16/1 135/100. Output
00.000 000
4 Angka Pneumonia Balita ditemui 25,43 % 80% Output
dan ditangani
5 Angka kasus HIV 3 0 Output
6 Angka Kasus AIDS 2 0 Output
7 Angka Kematian AIDS 2 0 Output
8 Angka Kasus Diare yang ditemukan 64,15% 100% Output
dan ditangani

15
Tabel 2. Penggolongan permasalahan yang ada pada Puskesmas 1
Sumbang

B. Perumusan Masalah
Untuk merumuskan potensi masalah, diambil 5 jumlah kasus atau
penyakit yang terbanyak di Puskesmas 1 Sumbang dan memungkinkan untuk
diambil data primer di masyarakat. Setelah dianalisis didapatkan masalah
sebagai berikut :
1. Angka Balita BB naik
2. Cakupan pelayanan program lansia
3. CNR seluruh kasus TB
4. Angka Pneumonia Balita ditemui dan ditangani

C. Prioritas Masalah
Prioritas masalah adalah proses untuk mengurutkan dari masalah yang
paling menyebabkan dampak ke masalah yang memiliki dampak lebih kecil.
Metode yang digunakan untuk memprioritaskan masalah yaitu metode
Hanlon kuantitatif. Metode Hanlon kuantitatif adalah salah satu metode
untuk membantu memprioritaskan masalah dengan mengunakan beberapa
komponen, yaitu (Gaspersz, 2011).
1. Komponen A
Besarnya nilai A dipengaruhi oleh besarnya populasi yang terkena
masalah. Biasanya diubah dalam bentuk persentase untuk
mempermudahkan pemberian nilai antara 1 sampai 10.
2. Komponen B
Besarnya nilai B merupakan rata- rata dari subkomponen B yang
terdiri dari urgensi, severity, dan cost. Urgensi adalah seberapa masalah
tersebut harus segera ditangani, severity adalah seberapa parah dampak
yang ditimbulkan dari masalah, dan cost adalah biaya yang dikeluarkan
atau kerugian dikarenakan masalah. Rentang nilai komponen B adalah 1-
10.

16
3. Komponen C
Besarnya nilai C dilihat dari efektivitas solusi untuk menangani masalah
yang ada. Semakin efektivitas dari suatu solusi maka nilai dari komponen
C semakin besar, rentang nilai C antara 1-10.
4. Komponen D
Komponen nilai D yaitu 1 untuk iya dan 0 untuk tidak. Penentuan ini
didapatkan dari analisis PEARL.
5. Nilai Prioritas Dasar (NPD)
NPD = (A+B) x C
6. Nilai Prioritas Total (NPT)
NPT = (A+B) x C x D

Masalah dengan nilai NPT tertingi merupakan masalah yang paling


membutuhkan penanganan atau solusi untuk dipecahkan

17
B

No Indikator A C D NPD NPT


Urgency Severity Cost Average

Rendahnya kenaikan
1 8 4 4 4 4 8 1 96 96
BB balita
Program Pelayanan
2 10 4 6 10 6,6 6 1 99,6 99,6
Kesehatan Lansia
3 CNR kasus TB 10 10 8 8 8,6 6 1 111,6 111,6
Pneumonia pada
4 10 8 10 8 8,6 2 1 37,2 37,2
Balita
Jumlah kasus diare
5 yang ditemukan dan 10 10 6 4 7,3 6 1 99,6 99,6
ditangani

Tabel 3. Hasil Analisis Metode Hanlon

18
Jadi dari metode Hanlon yang telah dikerjakan, dapat diambil kesimpulan bahwa
masalah yang merupakan prioritas kami adalah CNR kasus TB.

D. Analisis Penyebab Masalah

Faktor Direct Contributing Indirect


Resiko Factors Contributing
Factors
Kurangnya Masyarakat 1. Kurangnya Tingkat
pengetahua minat pendidikan
n masyarakat rendah
utuk
mengetahui
informasi
kesehatan
2. Kurangnya
kemampuan
finansial
masyarakat
Pelayan 1. Kurangnya
Kesehatan pemberian
informasi
2. Kurangnya
koordinasi
antar pelayanan
kesehatan
Budaya/ Persepsi
Keyakinan yang salah
terhadap

19
penyebab
penyakit
akibat
kepercayaan
yang turun
temurun
Tabel 4. Hasil Resume Survey Kesehatan terkait Root Cause Analysis tentang
faktor resiko utama: kurangnya pengatahuan masyarakat tentang penyakit TB di
Desa Karanggintung.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kuisioner yang didapatkan pada


survey lapangan tentang pengetahuan terhadap penyakit TB, maka didapatkan
hasil sebagai berikut:

a. Pekerjaan

Pekerjaan
5.70%
11.43%

42.86%

31.43%

2.85%

PNS/polri/tni Karyawan swasta/buruh


Wiraswasta Pelajar
Pensiunan/pengangguran/IRT

Grafik 2 Status pekerjaan dengan penderita TB

20
Pada penelitian ditemukan bahwa penderita ataupun bukan
penderita TB di desa tersebut 42,86% bekerja sebagai pengangguran, ibu
rumah tangga, dan sebagainya. Hal ini mungkin menyebabkan masyarakat
tersebut kurang dapat mengakses media informasi dan makanan sehat dan
bergizi untuk kekebalan tubuh penderita.
b. Pendidikan

Pendidikan

6%
14%
20%

20% 40%

Tidak tamat SD Tamat SD TAMAT smp


TAMAT SMA/SMK Akademik/D1/D3 S1

Grafik 3. Status pendidikan pada penderita TB

Pada penelitian ditemukan bahwa persebaran tingkat pendidikan di


wilayah desa tersebut paling besar adalah tamat SD (40%), hal ini
memungkinkan masyarakat akan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit TB.

21
c. Pengetahuan

Pengetahuan

Ya; 54%

Ya Tidak

Grafik 4. Pengetahuan tentang TB

Hasil survey menunjukkan bahwa sebesar 46% penderita memiliki


pengetahuan minim mengenai penyakit TB, dan hanya 54% yang
sudah memiliki pengetahuan yang cukup baik. Hal ini mungkin
disebabkan oleh tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan tingkat
penyuluhan masyarakat tentang penyakit TB.
d. Waktu perjalanan ke puskesmas

Waktu Perjalanan ke Puskesmas

25

Kurang dari 10 menit 10-30 menit

Grafik 5. Waktu Perjalanan ke Puskesmas

22
Dari diagram lingkaran diatas, didapatkan 25 orang dengan penderita
penyakit TB yaitu memiliki jarak yang tidak cukup jauh dari
puskesmas yaitu dalam waktu 10-30 menit, dan 10 orang lainnya
menyatakan bahwa jarak antara rumah dan puskesmas memerlukan
waktu kurang dari 10 menit. Hal ini mungkin terkait dengan
subjektivitas pribadi dan fasilitas transportasi yang dimiliki oleh
masing-masing responden.
e. Ketersediaan Sarana alat Transportasi untuk Pergi ke Puskesmas

Alat transportasi ke puskesmas


2

33

Ya Tidak

Grafik 6. Ketersediaan sarana transportasi

Grafik di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden 33 orang


telah memiliki atau dapat mengakses kendaraan bermotor untuk menuju
puskesmas sedangkan 2 orang sisanya ke puskesmas dengan jalan kaki
dan tidak mempunyai alat transportasi pribadi. Hal ini mungkin terkait
dengan jarak puskesmas yang jauh atau dekat.

E. Pemecahan Masalah

23
Dalam pengambilan keputusan untuk mengetahui alternatif pemecahan
masalah yang paling tepat dilakukan dengan menggunakan pertimbangan (syarat
mutlak) berupa input dan output dan pertimbangan keinginan berupa proses
kegiatan. Pengambilan keputusan ini dilakukan dengan metode Rinke, meliputi :
besarnya masalah yang dapat diatasi, pentingnya jalan keluar, sedangkan
efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan biaya yang diperlukan untuk melakukan
jalan keluar.
1. Kriteria efektifitas jalan keluar
a. M (besarnya masalah yang dapat diatasi) :
1) Masalah yang dapat diatasi sangat kecil
2) Masalah yang dapat diatasi kecil
3) Masalah yang dapat diatasi cukup besar
4) Masalah yang diatasi besar
5) Masalah yang diatasi dapat sangat besar
b. I (pentingnya jalan keluar yang dikaitkan dengan kelanggengan selesainya
masalah):
1) Sangat tidak langgeng
2) Tidak langgeng
3) Cukup langgeng
4) Langgeng
5) Sangat langgeng
c. V (sensitivitas atau efektivitas jalan keluar yang dikaitkan dengan
kecepatan penyelesaian masalah):
1) Penyelesaian masalah sangat lambat
2) Penyelesaian masalah lambat
3) Penyelesaian cukup cepat
4) Penyelesaian masalah cepat
5) Penyelesaian masalah sangat cepat

24
d. Kriteria efisiensi jalan keluar (yang dikaitkan dengan biaya yang
dikeluarkan dalam menyelesaikan masalah)
1) Biaya sangat murah
2) Biaya murah
3) Biaya cukup murah
4) Biaya mahal
5) Biaya sangat mahal
Berdasarkan hasil kuisioner menunjukkan bahwa penyebab rendahnya
case notification rate (CNR) TB pada masyarakat di Desa Karanggintung,
Kecamatan Sumbang adalah rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat
mengenai penyakit TB (penyebab, cara penularan, gejala, dan penanganan).
Oleh karena itu, kami membuat alternatif pemecahan masalah sebagai
berikut:
a. Sosialisasi TB kepada masyarakat desa Karanggintung (kader, pelayan
kesehatan, perangkat desa)
b. Penyuluhan perorangan melalui kunjungan ke rumah masyarakat
(kader, pelayanan kesehatan)
c. Pengadaan poster dan infografis kesehatan
d. Pelatihan dan pendampingan kader terkait penyakit TB
Penentuan prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode
MIV/C (RINKE).Point tertinggi digunakan sebagai prioritas pemecahan masalah.
M skor I Skor V skor C Skor
Very 10 Very 10 Very 10 Very 10
large sustainable Responsive costly
Large 8 Sustainable 8 Responsive 8 Costly 8
Medium 6 Intermediat 6 Intermediate 6 Moderate 6
cost
Small 4 Low 4 Some 4 Minimal 4

25
sustainable responsive cast
Very 2 Not 2 No 2 No cost 2
Small sustainable responsive
Tabel 5. Komponen RINKE

M (Magnitude) : Seberapa luas program tersebut dapat menjangkau suatu


populasi.
I (Intensity) : Seberapa lama program tersebut bertahan.
V (Sensitivitas) : Seberapa besar masyarakat dapat memberikan respon.
C (Cost) : Seberapa banyak biaya yang dikeluarkan.

No Kegiatan M I V C MIV/C
1. Sosialisasi TB kepada masyarkat 8 6 4 6 32
Penyuluhan peroranganan dan
2. 4 4 10 10 40
kunjungan tiap rumah

3. Pengadaan poster dan infografis 8 4 4 10 12.8


kesehatan
4 Pelatihan dan pemberdayaan kader 8 8 10 10 64

Tabel 6. Alternatif Pemecahan Masalah

Point tertinggi adalah pelatihan dan pemberdayaan kader terkait penyakit TB

26
BAB V

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (PLAN OF ACTION)

A. Nama Kegiatan
Pelatihan dan pemberdayaan kader terkait penyakit TB di Desa
Karanggintung

B. Latar Belakang Kegiatan


Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan primer yang
melakukan pendataan pertama berbagai macam penyakit, salah satunya
adalah Tuberkulosis. Setelah ditelusuri dari data tahun 2017 dengan
menggunakan metode Hanlon, ditemukan bahwa rendahnya Case
Notification Rate (CNR) penyakit Tuberkulosis di Puskesmas I Sumbang
merupakan prioritas utama dari berbagai masalah yang ditemukan dengan
Nilai Prioritas Total (NPT) sebesar 111,6.
Berdasarkan pengumpulan data di lapangan (Desa Karanggintung)
terhadap 35 responden, faktor risiko yang mendominasi adalah akibat
rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap penyakit tuberkulosis.
Urutan faktor risiko yang kedua adalah faktor alternatif pemecahan
masalah lain. Maka dari itu, kami menyusun beberapa program untuk
meningkatkan CNR TB di Desa Karanggintung, yakni pelatihan dan
pendampingan kader terkait penyakit TB.

C. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait penyakit TB untuk
meningkatkan case notification rate (CNR) TB 46.5 % pada
masyarakat di Kecamatan Sumbang tahun 2018

27
2. Meningkatkan partisipasi aktif kader kesehatan dalam pencerdasan
mayarakat tentang TB bagi 80% masyarakat desa Karanggintung
pada akhir tahun 2018

28
D. Sasaran
Kader kesehatan masyarakat Desa Karanggintung

E. Pelaksanaan:
1. Penyusunan indikator kemampuan yang harus dikuasai
2. Pendataan kader kesehatan di Desa Karanggintung
3. Melakukan penyuluhan materi, pelatihan, dan simulasi kasus.
Materi:
1. Pengenalan tentang dasar penyakit TB (Etiologi, cara penularan,
bahaya, gejala, pencegahan,
2. Penjelasan mengenai peran dan tugas kader TB
3. Pengenalan puskesmas sebagai fasilitas kesehatan lini pertama,
Pelatihan:

Para kader diberikan pelatihan tentang cara memberikan penyuluhan dan


menyampaikan informasi kepada masyarakat mengenai TB.

Simulasi Kasus:

Para kader dihadapkan pada sebuah masalah terkait penyakit TB dan


penemuan kasus TB serta diharapkan untuk mengetahui langkah
penanganannya.

Hari, Tanggal Waktu (WIB) Tempat Kegiatan


Minggu, 09.00-09.05 Balai Desa Pembukaan Acara
1 Juli 2018 09.05-09.10 Karanggintung Sambutan Kepala Desa
Karanggintung
09.10-09.15 Sambutan Kepala
Puskesmas 1 Sumbang
09.15-09.25 Pre test

29
09.25-10.15 Materi I
Pembicara dokter
spesialis Paru
10.15-10.30 Diskusi Tanya Jawab
10.30-11.30 Materi II
Pembicara dari
Puskesmas
11.30-12.15 Ishoma
12.15-13.15 Materi III
Pembicara dari
Puskesmas
13.15-13.30 Penutupan Kegiatan
Hari I
Minggu, 09.00-09.10 Pembukaan Acara
08 Juli 2018 09.10-11.10 Pelatihan
11.10-12.15 Ishoma
12.15-12.45 Balai Desa Briefing Simulasi
Karanggintung Penyuluhan
12.45-14.45 Simulasi penyuluhan
penyakit TB
14.45-15.00 Penutupan Kegiatan
Tabel. 7. Susunan Kegiatan POA

F. Alat dan sarana


Alat
- Alat peraga (Poster)
- Alat peraga pelindung diri (Masker, Tissue, Sabun cuci tangan

30
- LCD dan projector
- Speaker dan microphone
- Laptop
Sarana
- Ruang kegiatan
- Kursi
- Meja

G. Rencana anggaran
1. Pemasukan :
a. Dana Kelompok Rp 1.000.000,-
b. Dana Dinas Kesehatan Kab.Banyumas Rp 1.500.000,-
2. Pengeluaran
a. Snack Peserta 20 x Rp 20.000 Rp 400.000,-
b. Makan siang peserta 20 x Rp 30.000 Rp 600.000,-
c. Snack Trainer 1 x Rp 30.000 Rp 30.000,-
d. Makan siang Trainer 1 x Rp 40.000 Rp 40.000,-
e. Sewa Tempat Rp 400.000,-
f. Cetak Materi 20 x Rp 1.500 Rp 30.000,-
g. Kertas Pretest 40 x Rp 500 Rp 20.000,-
dan Postest
h. Plakat Pembicara Rp 80.000,-
i. Biaya Trainer Rp 800.000,-
j. Perlengkapan simulasi Rp 100.000,-
Total Pengeluaran Rp 2.500.000,-

31
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Dari data yang telah diberikan dari Puskesmas I Sumbang didapatkan
hasil bahwa masalah utama pada Puskemas Kalibagor adalah rendahnya
tingkat case notification rate (CNR) TB. Setelah analisis masalah,
dilakukan survey ke rumah warga di Desa Karanggintung dan
memberikan kuisioner sebagai acuan penentuan analisis masalah.
2. Metode Hanlon adalah salah satu metode yang digunakan untuk
membantu menentukan prioritas masalah dengan menggunakan beberapa
komponen yaitu A, B , C, dan D serta adanya NPT dan NPD. Masalah
dengan nilai NPT tertinggi adalah masalah yang paling membutuhkan
penanganan atau solusi yang cepat untuk menghindari adanya komplikasi
yang lebih parah atau untuk mengurangi prevalensi peningkatan. Nilai
NPT sendiri didapatkan dari perhitungan komponen ( A + B) x C x D.
Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa case notification rate (CNR)
pada TB yang menjadi prioritas masalah utama karena memiliki nilai
NPT yang paling tinggi dibandingkan dengan masalah lain yang ada di
Puskesmas I Sumbang. Dari hasil penyebaran Kuisioner bahwa faktor
yang paling menyebabkan rendahnya case notification rate (CNR) TB
adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB di Desa
Karanggintung
3. Solusi yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan terjadinya
semakin rendahnnya case notification rate (CNR) adalah :
a. Sosialisasi TB kepada masyarakat desa Karanggintung (kader,
pelayan kesehatan, perangkat desa)

32
b. Penyuluhan perorangan melalui kunjungan ke rumah masyarakat
(kader, pelayanan kesehatan)
c. Pengadaan poster dan infografis kesehatan
d. Pelatihan dan pendampingan kader terkait penyakit TB

B. SARAN
1. Untuk Pihak Peneliti/Mahasiswa
a. Mendata terlebih dahulu, kira-kira informasi apa yang dibutuhkan
untuk melakukan penelitian prioritas masalah sehingga pihak
puskemas lebih mudah untuk mempersiapkan data tersebut dan tidak
terburu oleh waktu.
b. Pada saat pengisian pembuatan kuesioner diharapkan
peneliti/mahasiswa mengetahui kategori apa saja yang akan
ditanyakan sehingga memudahkan untuk mengetahui identifikasi dan
penyusunan prioritas masalah.
2. Untuk Puskemas I Karanggintung
a. Melakukan penyuluhan terhadap penyakit TB, karena masih banyak
warga yang tidak mengetahui bahaya penyakit TB.
b. Pendataan yang lebih detail terhadap warga, karena setelah kami
survey ada warga yang terkena penyakit TB tetapi tidak ada didalam
data Puskesmas.

33
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta :


Kemenkes

Kemenkes RI. 2011. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta : Kemenkes

WHO. 2009. Global Tuberculosis Control. Switzerland: WHO

34
Lampiran 1

Lampiran 2

KUESIONER APRESIASI PENDERITA TB PARU BTA (+)


I. BIODATA

1. Nama Saudara : Umur :

2. Status Saudara :

Menikah

Tidak Menikah

3. Berapakah Jumlah anggota keluarga Saudara?

a. Putra :1. Umur :

2. Umur :

3. Umur :

b. Putri :1. Umur :

2. Umur :

3. Umur :

35
4. Apakah Pekerjaan Saudara?

a. Pegawai negeri sipil / TNI/POLRI

b. Petani

c. Karyawan Swasta / Buruh

d. Wiraswasta

e. Pelajar

f. Pensiunan / pengangguran / IRT

5. Berapa pendapatan saudara perbulan ?

a. Kurang dari 1.000.000

b. 1.000.000 – 3.000.000

c. Lebih dari 3.000.000

II. Latar Belakang Pendidikan

6. Pendidikan Terakhir Saudara ?

a. Tidak Tamat SD / Buta Huruf

b. Tamat SD

c. Tamat SMP

d. Tamat SMA / SMK

e. Akademi / D1 / D3

f. S1

7. Apakah di antara anggota keluarga saudara ada yang


pernah mengikuti kegiatan yang bersifat kesehatan atau
kemasyarakatan ?

a. Ya

36
b. Tidak

III. Pengetahuan tentang penyakit TB

8. Apakah Saudara mengenal penyakit TB paru ?

a. Ya

b. Tidak

9. Bila ya... Menurut Saudara penyakit TBC adalah..............


( jawaban dapat lebih dari satu )

a. Penyakit Kutukan

b. Penyakit yang tidak dapat disembuhkan

c. Penyakit yang dapat disembuhkan dengan


pengobatan yang teratur

d. Penyakit paru yang ditandai oleh batuk yang terus


menerus & nyeri dada serta dapat disertai batuk
darah

e. Penyakit paru yang disebabkan oleh kuman

10. Apakah saudara mengetahui penyakit TB paru itu ada obatnya


?

a. Ya

b. Tidak

11. Apakah saudara mengetahui bahwa pengobatan TB paru


itu di puskesmas adalah gratis / Cuma-Cuma / dibiayai
pemerintah ?

a. Ya

b. Tidak

12. Apakah saudara mengetahui pengobatan TBC memerlukan


pengawasan serta dilaksanakan secara teratur dan disiplin ?

a. Ya

b. Tidak

13. Apakah saudara mengetahui cara penularan penyakit TB


paru ?

37
a. Ya

b. Tidak

14. Bila ya... Menurut saudara penyakit TB paru dapat menular


melalui......... (jawaban dapat lebih dari satu )

a. Percikan ludah penderita TB

b. Air kencing

c. Kotoran / Faeces

d. Hubungan seksual

e. Dahak penderita TB yang mengering dan terbawa


udara

15. Apakah saudara mengetahui gejala penyakit TB paru?

a. Ya

b. Tidak

16. Bila ya...apa saja yang termasuk Gejala penyakit Tb


Paru?........ (jawaban dapat lebih dari satu)

a. Batuk darah

b. Dahak campur darah

c. Sesak napas dan nyeri dada

d. Lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun,


kurang enak badan

e. Berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan


demam meriagn lebih dari satu bulan.

17. Apakah anda mengetahui bahwa penyakit TB dapat


menyebabkan kematian?

a. Ya

b. Tidak

18. Apakah saudara mengetahui bahaya yang terjadi bila


pengobatan TB paru tidak tuntas ?

a. Ya

38
b. Tidak

19. Bila ya...Bila pengobatan TBC tidak dilakukan atau tidak


dilakukan secara teratur dan tidak disiplin maka akan
mengakibatkan.........(jawaban dapat lebih dari satu)

a. Menambah dan memperparah sesak napas dan nyeri


dada.

b. Batuk darah

c. Badan lemah, Nafsu makan menurun, Berat badan


menurun

d. Demam berkepanjangan

e. Dahak bercampur darah.

IV. Perilaku Sehat

20. Kemana saudara berobat biala ada anggota keluarga yang


sakit?

a. Dukun

b. Mantri / dokter swsta / puskesmas / RS

22. Adakah alat transportasi yang menuju puskesmas atau


unit pelayanan kesehatan terdekat ?

a. Ya

b. Tidak

23. Berapa rata-rata biaya transportasi pulang-pergi ke


puskesmas atau unit pelayanan kesehatan lain?

a. Kurang dari 1000

b. 1000-5000

c. 5001-10.000

d. lebih dari 10.000

24. Berapa rata-rata waktu yang diperlukan dalam perjalanan ke


puskesmas ?

a. Kurang dari 10 menit

b. 10 – 30 menit

39
c. 31 – 60 menit

d. lebih dari 1 jam

25. Bagaimana saudara menanggulangi anggota keluarga


yang sakit dengan batuk-batuk yang tidak kunjung
sembuh ?

a. Obat Warung

b. Obat sesuai iklan TV

c. Periksa ke Mantri

d. Ke dukun

e. Ke dokter

26. Ketika batuk, apakah saudara menggunakan masker?

a. Ya

b. Tidak

27. Dimanakah saudara membuang dahak ?

a. Toilet

b. Tisu

c. Tempat Khusus

d. Dimanapun

28. Ketika pagi, apakah saudara membuka jendela ?

a. Ya

b. Tidak

40

Anda mungkin juga menyukai