KESEHATAN LINGKUNGAN
Dalam rangka percepatan universal akses sanitasi, tantangan yang dihadapi Indonesia
masih sangat besar khususnya bagi masyarakat ekonomi rendah. Peningkatan sanitasi yang
berkualitas merupakan salah satu intervensi kegiatan sensitif yang diyakini memberikan dampak
kesehatan lingkungan. Sebagai upaya implementasi kesehatan lingkungan dalam penanganan
akses sanitasi perlu dilakukan upaya-upaya percepatan melalui program intervensi kesehatan
lingkungan dalam rangka peningkatan kualitas sanitasi di Desa dan dilaksanakan sebagai
perwujudan pengentasan kemiskinan yang menjadi salah satu kendala pencapain akses sanitasi
melalui peningkatan akses terhadap infrastruktur dasar permukiman yang dapat menciptakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Penerbitan Buku Pedoman Sanitarian Melalui Peningkatan
Kualitas Sanitasi Lingkungan ini, mempunyai maksud untuk memberikan acuan/arahan dalam
pelaksanaan teknis kegiatan di lapangan bagi seluruh pelaku baik dari petugas Puskesmas, Desa
dan Masyarakat. Serta bertujuan agar masyarakat dan para pemangku kepentingan mengerti dan
memahami mekanisme pelaksanaan kegiatan. Sebagai tujuan lainnya adalah meningkatkan peran
serta, membina dan memfasilitasi masyarakat atau kelompok masyarakat Program Intervensi
Kesehatan Lingkungan Melalui Peningkatan Kualitas Sanitasi Lingkungan. Dengan di susunnya
Buku Pedoman pelaksanaan ini, diharapkan pelaksana kegiatan dapat memahami tata laksana
dan kaidah-kaidah yang ada serta menerapkannya dengan baik di lapangan.
HALAMAN JUDUL I
KATA PENGANTAR II
DAFTAR TABEL IV
DAFTAR GAMBAR V
BAB I. PENDAHULUAN
A. Denah Ruang 6
B. Standar Fasilias 8
A. Lingkup Kegiatan 9
B. Strategi / Metode 9
C. Langkah Kegiatan 10
BAB V. LOGISTIK 15
LAMPIRAN 21
4. Peraturan Menteri Kesehatan No.75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
5. Peraturan Menteri Kesehatan No 13 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/Per/III/2010 tentang Pengendalian
Vektor;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum;
B. Distribusi Ketenagaan
Semua karyawan puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan Kesehatan Lingkungan
mulai dari Kepala puskesmas, penanggung jawab UKP, penanggung jawab UKM, dan seluruh
karyawan. Sebagai koordinator dalam penyelenggaraan kegiatan Kesehatan Lingkungan di
Puskesmas adalah petugas Sanitarian.
Pengaturan dan penjadwalan tenaga puskesmas dalam upaya kesehatan Lingkungan
dilaksanakan lintas program dan dikoordinir oleh Petugas Promkes sesuai dengan kebutuhan dan
kesepakatan.
A. Denah Ruang
TOILET
KARYAWA
N CTPS RUANG
PROMKES
TAMAN
RUANG GIGI
MTBS RUANG
RUANG RM IMUNISASI
PENDAFTARAN
RUANG
GUDANG OBAT LABORATORIUM
FARMASI RUANG TB
R. TUNGGU PASIEN
TOILET
PERIKSA UMUM PASIEN
RUANG KB/IVA
PINTU MASUK
Almari File
Kesling
Meja
Kursi
Keswa
Meja
Kursi
Kursi
Kesling
Meja
Promkes
Kursi
Meja
PINTU
MASUK
PULANG
Gambar 3.3 Skema Alur Pelayanan Kesehatan Lingkungan
B. Standar Fasilitas
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas
Bandar 2 memiliki sarana penunjang antara lain :
Pelayanan Kesehatan Lingkungan Sarana Prasana
( Dalam Gedung ) Meja
Konseling Kursi
Pengawasan Kebersihan Media informasi cetak atau elektronik
Buku panduan
Buku catatan kegiatan
Checklist kebersihan
( Luar Gedung ) Sanitarian kit
Inspeksi Sanitasi Leaflet
Intervensi / Tindakan Form check
Buku catatan kegiatan.
Tabel 3.1 Tabel Sarana Penunjang
A. Lingkup Kegiatan
Kegiatan Kesehatan Lingkungan yang dilakukan meliputi :
1. Kegiatan di Dalam Gedung
a. Konseling
1) Konseling dilakukan oleh tenaga kesehatan lingkungan
2) Konseling terhadap pasien yang menderita penyakit dan/atau gangguan kesehatan
yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan dilaksanakan secara terintegrasi
dengan pelayanan perawatan pengobatan
3) Dalam hal Pasien yang menderita penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan tidak memungkinkan untuk menerima
Konseling, konseling dapat dilakukan terhadap keluarga yang mendampingi
4) Konseling dapat menggunakan alat peraga, percontohan, media cetak atau
elektronik.
a. Pengawasan kebersihan / sampah / IPAL
1) Kegiatan pengawasan Kebersihan lingkungan Puskesmas
2) Kegiatan pengawasan pembakaran sampah
3) Kegiatan Pengawasan pengolahan air limbah
2. Kegiatan Luar Gedung
a. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
1) Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan Lingkungan
(sanitarian, entomolog dan mikrobiolog) yang membawa surat tugas dari Kepala
Puskesmas dengan rincian tugas yang lengkap.
2) Dalam pelaksanaan Inspeksi Kesehatan Lingkungan Tenaga Kesehatan Lingkungan
sedapat mungkin mengikutsertakan petugas Puskesmas yang menangani program
terkait atau mengajak serta petugas dari Puskesmas Pembantu, Poskesdes, atau
Bidan di desa.
3) Kegiatan meliputi Perumahan ( termasuk hasil konseling ), TTU, TPM, TP3
b. Intervensi/tindakan kesehatan lingkungan
Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik,
kimia, biologi, maupun ocial
B. Strategi / Metode
1. Metode Konseling
b. identifikasi prilaku/kebiasaan;
c. identifikasi kondisi kualitas kesehatan lingkungan;
Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan Risiko atau dampak, baik Risiko
yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun Risiko yang terjadi pada petugas
sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena masyarakat
tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak program
kesehatan lainnya. Tahapan-tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Risiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi risiko
terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi
risiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini
dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan.
Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan.
2. Analisis Risiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap risiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan
langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani risiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Risiko dan Meminimalisasi Risiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis Risiko, tahap selanjutnya adalah menentukan
rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya Risiko atau dampak yang mungkin
terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan Risiko yang mungkin
terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
Risiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini perlu dilakukan
untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi Risiko atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang berjalan.
Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan sudah berjalan sesuai dengan
perencanaan, apakah ada kesenjangan atau ketidaksesuaian pelaksanaan dengan
perencanaan. Sehingga dengan segera dapat direncanakan tindak lanjutnya. Tahap yang
terakhir adalah melakukan Evaluasi kegiatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
tujuan sudah tercapai.
Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan perlu diperhatikan
keselamatan sasaran dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang
dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Berikut ini merupakan tabel
Pedoman Kesling UPTD Puskesmas Bandar 2Page 16
identifikasi dan pencegahan risiko keselamatan pada kelompok sasaran kegiatan yang dilakukan
petugas sanitarian :
Konseling - -
Inspeksi Kesehatan
- -
Lingkungan
Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut
Safety, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil kegiatannya. Dari segi
keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang
aman, bebas dari risiko kecelakaan dan kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari
pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja lebih
terkait pada perlindungan fisik petugas terhadap risiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah
mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar
tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan prasarana
kesehatan, maka Risiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas kesehatan
merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas
kesehatan harus mendapat pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum
bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat.
Menggunakan desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius
dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang benar.
Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan program kesehatan lingkungan perlu
diperhatikan keselamatan kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor dengan melakukan
identifikasi Risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Upaya pencegahan Risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap kegiatan yang
akan dilaksanakan
Upaya Identifikasi Risiko Pencegahan Risiko
Konseling Risiko tertular penyakit Menggunakan APD;
CTPS
Inspeksi Kesehatan Lingkungan Terpapar bahan kimia Menggunakan APD
Intervensi Kesehatan Lingkungan Kecelakaan Kerja Menggunakan APD
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur
dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan aktifitas
pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan
yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai
berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator Kesling
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan dibahas
pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.