Disusun Oleh :
2022/2023
DAFTAR ISI
i
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 8
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-Nya
Kami bisa menyusun Makalah ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun
maksud dan tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas laporan praktikum
dalam Mata Kuliah Manajemen Produksi yang dibimbing oleh Ibu Dosen Septine Brillyantina.
S.T.P., M.Tr,P.
Dalam penyusun Makalah ini, penulis tentu saja menjumpai beberapa hambatan, namun
berkat dukungan dari berbagai pihak akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sempurna. Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis sebagai penyusun mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada berbagai pihak terkait yang telah membantu penulis
menyelesaikan makalah tersebut. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat berbagai kesalahan baik itu dalam penulisan atau tata
bahasa, dan kritik beserta saran yang membangun.
Penulis harapkan guna untuk memperbaiki kesalahan-
kesalahan pada tahap selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis
sebagai penyusun umumnya untuk semua pihak pembaca.
Penulis
iii
BAB I PENDAHULUAN
UPT (BLUD) PATPH merupakan UPT yang melaksanakan tugas teknis Dinas
dalam Bidang pelaksanaan kaji terap teknologi serta pengembangan agribisnis tanaman
pangan dan hortikultura, tugas ketatausahaan serta pelayanan masyarakat.UPT (BLUD)
PATPH telah berbadan hukum sebagai Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Sebagai Badan Layanan Umum Daerah
berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor : 188/415/kpts/013/2020. Puspa
Lebo Sidoarjo merupakan UPT yang bergerak dibidang pengembangan agrobisnis
tanaman pangan dan holtikultura yang berlokasi di jl. Raya Lebo no.48, Lebo, Kec.
Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Sasaran pengembangan hortikultura di kebun
Puspa Lebo ini difokuskan pada penerapan prinsip-prinsip budidaya yang baik dan benar
atau GAP (Good Agriculture Practices).
Melon Golden Langkawi merupakan komoditas unggulan di UPT PUSPA LEBO
yang dibudidayakan dalam 2 unit greenhouse dengan luas lahan masing-masing 40*80 m2.
Melon varietas Golden Langkawi memiliki banyak keunikan serta beragam manfaat
sehingga permintaan dari para customer cukup tinggi. Dalam proses produksi melon
Golden Langkawi telah memenuhi standar spesifikasi yang ditetapkan, namun masih
terjadi adanya beberapa faktor yang menyebabkan produksi belum mencapai titik
maksimal, faktor-faktor tersebut baik berasal dari tenaga kerja yang masih kurang terampil
atau prosedur yang belum dilaksanakan dengan benar, pengawasan terhadap sanitasi pada
setiap bedengan, peralatan yang masih sederhana, maupun faktor alam yang tidak terduga.
Melon varietas Golden Langkawi dapat dipanen setelah umur tanaman ± 60-75 hst
sehingga produksi melon dalam satu tahun hanya dapat berproduksi selama 3 kali/tahun.
Dalam memenuhi permintaan konsumen perlu penerapan sistem manajemen
persediaan yang meliputi; peramalan permintaan, perencanaan penjadwalan produksi,
monitoring, controlling dan actuating dapat menjaga jumlah persediaan. Karakteristik
produk hortikultura cenderung mudah rusak sehingga umur simpan produk elative lebih
singkat. Apabila produktivitas melon dilakukan dalam 2 unit green house secara
1
bersamaan akan mengakibatkan panen raya yang berakibat pada nilai jual yang semakin
turun secara signifikan. Strategi yang perlu dilakukan oleh UPT Sidoarjo adalah dengan
melakukan pengendalian persediaan dalam menjaga kualitas produk hortikultura yang
masa simpan elative lebih sigkat.
Berdasarkan apa yang dikemukakan dalam latar belakang maka penulis menarik suatu
perumusan masalah sebagaiamana berikut :
1.3 Tujuan
Berdasarkan apa yang dikemukakan dalam rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai
penulis dalam memecahkan permasalahan sebagaimana berikut :
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen persediaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
kegiatan usaha konstruksi baja ringan. Penerapan manajemen persediaan mempengaruhi
keberlangsungan proses produksi dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap
konsumen. Menurut Mulyadi, 2001 dalam Sistem Akuntansi : Persediaan merupakan
elemen aktiva yang tersimpan untuk dijual dalam kegiatan bisnis yang normal atau barang-
barang yang akan dikonsumsi dalam pengolahan produk yang akan dijual.
Menurut Rangkuti, 2007 dalam Manajemen Persediaan : persediaan
didefensikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan
maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu untuk memenuhi permintaan dari
konsumen atau pelanggan setiap waktu. Menurut Sri Mulyani, 2012 dalam Analisis Intern
atas Persediaan Barang Dagangan pada PT. Grokindo : Perusahaan harus dapat
memperkirakan jumlah persediaan yang dimilikinya. Persediaan yang dimiliki oleh
perusahaan tidak boleh terlalu banyak dan tidak boleh terlalu sedikit, karena akan
mempengaruhi biaya yang akan dikeluarkan untuk persediaan tersebut
3
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Persediaan
1. Bahan Baku, dipengaruhi oleh; perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat
diandalkannya pemasok, dan tingkat efisiensi penjadwalan pembelian dan kegiatan
produksi.
2. Barang dalam Proses, dipengaruhi oleh; lamanya produksi yaitu waktu yang dibutuhkan
sejak saat bahan baku masuk ke proses produksi sampai dengan saat penyelesaian barang
jadi.
3. Barang jadi, persediaan merupakan masalah koordinasi produksi dan penjualan
Model ini digunakan untuk meenentukan jumlah pembelian bahan baku yang optimal yaitu
jumlah yang harus dipesan dengan biaya yang paling rendah (ekonomis). Asumsi yang
digunakan dalam analisis EOQ sebagaimana berikut :
1. Jumlah kebutuhan bahan baku sudah dapat ditentukan lebih dahulu secara pasti
untuk pemggunaan selama 1 tahun/1 periode tertentu.
2. Penggunaan bahan baku selalu pada pada tingkat yang konstan seacara kontinyu.
3. Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol (0) atau di
atas safety stock (persediaan minimal/besi).
4. Harga konstan selama periode tertentu.
4
2) Metode ROP (Reorder Point)
Tingkat persediaan dimana pemesanan harus dilakukan agar barang dapat dating tepat
pada waktunya. Faktor yang mempengaruhi titik pemesanan kembali (ROP), yaitu :
1. Lead Time (LT), Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara barang yang
dipesan hingga sampai diperusahaan.
2. Tingkat pemesanan barang pada rata-rata persatuan waktu tertentu.
3. Persediaan Pengaman (Safety Stock), yaitu jumlah persediaan barang minimum
yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan keterlambatan
datangnya bahan baku.
1. Stok Siklus (cycle stock) yakni jumlah persediaan yang tersedia setiap saat yang dipesan
dalam ukuran lot. Alasannya pemesanan dalam lot adalah skala ekonomis, adanya diskon
kuantitas dalam pembelian produk atau transportasi, dan keterbatasan teknologi seperti
ukuran yang terbatas dari tempat untuk proses produksi pada proses kimia.
2. Stok tersumbat (congestion stock), persediaan dari produk yang diproduksi berkaitan
dengan adanya relativ produksi, dimana banyak produk yang diproduksi pada peralatan
produksi yang sama khususnya jika biaya setup produksinya elative besar.
3. Stok pengaman (safety stock), jumlah persediaan yang tersedia secara rata-rata untuk
memenuhi permintaan dan penyaluran yang tak tentu dalam jangka pendek.
4. Persediaan antisipasi (anticipation stock), jumlah persediaan yang tersedia untuk mengatasi
fluktuasi permintaan yang cukup tinggi. Perbedaannya dengan stok pengaman lebih
ditekankan pada antisipasi musim dan perilaku pasar yang dipicu kondisi tertentu yang
telah diperkirakan perusahaan.
5. Persediaan pipeline, meliputi produk yang berada dalam perjalanan yakni produk yang ada
pada alat angkutan seperti truk antara setiap tingkat pada sistem distribusi eselon majemuk.
6. Stock decoupling, digunakan dalam sistem eselon majemuk untuk mengijinkan setiap
tingkat membuat keputusan masing-masing terhadap jumlah persediaan yang tersedia.
Persediaan ini banyak digunakan oleh para distributor untuk mengurangi resiko kerusakan
barang atau antisipasi fluktuasi permintaan yang berbeda-beda di setiap wilayah
pemasaran.
6
3.1 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode studi kasus dengan metode
ROP yang merupakan penerapan persediaan dari Prinsip manajemen persediaan, yaitu
mengambil suatu masalah kemudian menganalisisnya, penelitian dilakukan pada UPT
PUSPA LEBO.
Objek dan lokasi Penelitian dilakukan di UPT PUSPA LEBO yang bergerak
dibidang pengembangan agrobisnis tanaman pangan dan holtikultura yang berlokasi di jl.
Raya Lebo no.48, Lebo, Kec. Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
1. Data primer bersumber dari hasil observasi dan wawancara dengan tenaga kerja dan
Mahasiswa/ Mahasiswi senior (PKL) yang langsung terlibat dalam pelaksanaan
pengendalian persediaan pada UPT PUSPA LEBO.
2. Data sekunder bersumber dari informasi UPT PUSPA LEBO yaitu :
a. Profil UPT PUSPA LEBO
b. Informasi inovasi olahan pangan UPT PUSPA LEBO
c. Informasi pengembangan produk pangan dan hortikultura pada UPT PUSPA
LEBO
7
4.1 UPT PUSPA LEBO
8
Agribisnis melon varietas Golden Langkawi memberikan peluang besar karena
harga jualnya yang relatif mahal jika dibandingkan dengan komoditas melon varietas
lainnya. Persaingan bukan hanya mengenai seberapa tinggi tingkat produktivitas
perusahaan, namun lebih pada mutu produk, karena hanya produk yang bermutulah yang
dapat ditrima dan dicari masyarakat. Saat ini, kendala yang dihadapai dalam produksi
melon adalah pengendalian persediaan dalam memenuhi permintaan konsumen.
Manajemen Persediaan pada produktivitas melon varietas Golden Langkawi sebagaimana
berikut :
2) Penjadwalan Produksi
Penjadwalan sebelum produksi dilakukan sebelum produksi minimal 5-6
Bulan. Penjadwalan produksi dilakukan dalam upaya menjaga ketersediaan
produk dalam memenuhi permintaan konsumen. Melon varietas Golden Langkawi
dapat dipanen selama 60-75 Hst. Produksi melon varietas Golden Langkawi dapat
diproduksi selama 3-4 kali masa panen/ periode. Dalam proses produksi dilakukan
dalam 2 Green House. Dalam mencegah terjadinya panen rayaproduksi dilakukan
secara continuitas/ bergantian dikarenakan dalam satu green house hanya dapat
dilakukan panen sebanyak tiga kali.
b. Monitoring (Memonitor)
Monitoring dilakukan untuk menjaga kualitas mutu dan kuantitas produk
dalam pelaksanaan produksi melon (pembudidayaan) dengan penekanan yaitu
meliputi :
9
1) Pengolahan Lahan 6) Perwiwilan tanaman melon
2) Penyemaian 7) Perambatan tanaman melon
3) Pembibitan 8) Penyerbukan
4) Pengairan 9) Pemangkasan
5) Pemupukan 10) Panen
c. Controlling (Kontrol)
Controlling dilakukan untuk mengontrol keberhasilan produksi dan
mengatasi kendala dalam pelaksanaan produksi melon (pembudidayaan) dengan
memperhatikan :
10
4.4 Faktor pengaruh manajemen persediaan
11
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Puspa Lebo Sidoarjo merupakan UPT yang bergerak dibidang pengembangan agrobisnis tanaman
pangan dan holtikultura. Berlokasi di jl. Raya Lebo no.48, Lebo, Kec. Sidoarjo, Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur. Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor :
188/415/kpts/013/2020, UPT (BLUD) PATPH merupakan UPT yang melaksanakan tugas teknis
Dinas dalam Bidang pelaksanaan kaji terap teknologi serta pengembangan agribisnis tanaman
pangan dan hortikultura, tugas ketatausahaan serta pelayanan masyarakat. Kegiatan yang
dilakukan dalam pengembangan agribisnis meliputi; Budidaya di laha terbuka dan lahan tertutup
serta pengolahan inovasi panganj. Produk komoditi utama yaitu melon varietas golden Langkaw
yang dibudidayakan dalam 2 Green House.
Manajemen persediaan yang dilakukan oleh UPT PUSPA Lebo yaitu dengan
menggunakan metode ROP dimana perusahaan Pengendalian persediaan yang dilakukan pada
agribisnis UPT PUSPA LEBO adalah dengan menggunakan metode ROP dimana ketika
perusahaan medapatkan permintaan, perusahaan harus menjaga persediaan dengan melakukan
budidaya berkelanjutan untuk memenuhi permintaan konsumen. Permintaan produk yang
meningkat maka perusahaan akan segera menambah jumlah produk barang (penambahan
persediaan/ safety stock) sebaliknya jika permintaan produk menurun maka perusahaan akan
mengurangi produktivitas agar tidak terjadi pembengkakan biaya persediaan akibat risiko
kerusakan produk
Dalam penerapan metode ROP UPT Puspa Lebo harus melakukan penekanan pada teknologi
pembudidayaan untuk mencapai target produksi yang maksimal. Serta dalam saluran distribusi
produk, perlu dilakukan penekanan pada perluasan pemasaran dan peninjauan ulang terkait
penjaminan kualitas dan kuantitas mutu agar tetap dapat bersaing di pasaran. Pengendalian
persediaan harus ditentukan dengan metode peramalan serta penjadwalan yang tepat agar tidak
terjadi kelangkaan produk atau kelebihan produk mengingat produk hotikultura cenderung
memiliki daya simpan yang cukup singkat
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari Agus. (2013). Manajemen Produksi : Perencanaan Sistem Produksi. Yogyakarta: BPFE.
Retrieved Desember 7, 2022
Assauri, Sofyan. (20008). Manajemen Pemasaran (1st ed.). Jakarta: Raja Grafindo. Retrieved
Desember 7, 2022
Freddy Rangkuti. (2007). Manajemen Persediaan : Aplikasi di Bidang Bisnis (2nd ed.). Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. Retrieved Desember 7, 2022
Hadiguna, Rika Ampuh. (2009). Manajemen Pabrik, Pendekatan Sistem untuk Efisiensi dan
Efektivitas (1st ed.). Jakarta: Bumi Aksara. Retrieved Desember 7, 2022
Heizer, Jay dan Render, Barry. (2016). Manajemen Operasi (11 ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Retrieved Desember 7, 2022
Hendra, Kusuma. (2009). Manajemen Produksi : Perencanaan dan Pengendalian Produksi (4 ed.).
Yogyakarta: Andi. Retrieved Desember 7, 2022
Mulyadi. (2001). Sistem Akuntansi (11 ed.). Jakarta: Salemba Empat. Retrieved Desember 7, 2022
Mulyani, Sri. (2010). Analisis Pengendalian Intern Atas Persediaan Barang Dagangan Pada PT.
Grokindo. Jurnal Akuntansi. Retrieved Desember 7, 2022
13