Anda di halaman 1dari 6

AKTUALISASI DIRI

Review Jurnal

Disonansi Kognitif Perokok Di Indonesia

Disusun oleh:

Aldila Dwi Kusumawardhani

10521078

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

DEPOK

2022
Judul Jurnal : Disonansi Kognitif Perokok Aktif di Indonesia

Bibiografi : Fadholi, Prisanto. F, Ernungtyas. F. (2020). Disonansi Kognitif


Perokok Aktif di Indonesia. Depok.

I. Latar Belakang Masalah

Prevelensi perokok di Indonesia setiap tahunnya meningkat,


berbagai kampanye anti rokok telah dilakukan oleh pemerintah dan
organisasi untuk mengurangi angka perokok yang dapat berdampak
bagi kesehatan. Para perokok mengetahui adanya bahaya yang
ditimbulkan oleh rokok sehingga memunculkan adanya disonansi,
dimana seseorang terlibat dalam perilaku yang tidak konsisten dengan
keyakinan mereka. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana perokok
memiliki disonansi kognitif terhadap rokok, strategi yang digunakan
untuk mengurangi disonansi, serta persepsi mengenai manfaat cukai
rokok pada negara. Kampanye mengenai anti rokok telah dilakukan
sejak lama di Indonesia baik oleh pemerintah, organisasi kesehtan
maupun komunitas sosial. Di Indonesia sendiri, strategi kampanye
komunikasi banyak digunakan, misalnya dengan ikut serta dalam
“Hari Tanpa Tembakau Sedunia” atau “No Tobacco Day”, membuat
pesan yang persuasif dalam kampanye Public Relations. menggunakan
konten yang informatif dan menarik untuk publik. Konten yang
digunakan dalam kampanye biasanya berbentuk konten rasional dan
konten emosional. Adanya konten rasional yaitu memiliki argumen
yang kuat yang ditekankan kepada fakta, angka-angka berapa kematian
akibat rokok, serta hal-hal yang akan terjadi jika mengonsumsi rokok.
Serta menekankan pada konten emosional dengan menujukkan visual
yang menakutkan dan membuat orang berfikir untuk menghindari
tembakau atau rokok, khususnya pada kemasan atau bungkus rokok.
Ketika seseorang terlibat dalam perilaku yang tidak konsisten dengan
keyakinan mereka, seseorang mengalami ketegangan psikologis yang
tidak menyenangkan, dikenal sebagai disonansi, yang menjadi
motivasi untuk mengurangi perilaku tersebut. Festinger (1957)
menyarankan disonansi itu direduksi dengan mengikuti jalur yang
resistensinya paling rendah. Menurutnya, pengurangan disonansi akan
mengikuti jalur yang paling tidak resisten, beberapa penelitian telah
menguji hipotesis bahwa kepercayaan mereka diubah sebelum mereka
mengubah suatu perilaku. Jika reduksi disonansi memang mengikuti
jalur yang paling tidak resisten, maka seseorang yang mengalami
disonansi akan merubah perilakunya atau mengubah / menambah
elemen kognitif baru yang mendukung perilakunya.

II. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana
perokok memiliki disonansi kognitif terhadap rokok
III. Metode Analisis
Metode dalam penelitian ini merupakan pendekatan kualitatif yang
menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi atau berbagai
variabel yang perilaku perokok terutama pada kampanye anti rokok
yang selama ini dicanangkan oleh pemerintah.
IV. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perokok aktif di Indonesia
mengalami disonansi kognitif. Terdapat penyangkalan suatu elemen
kognitif pada elemen perilaku, dimana penyangkalan ini akan
mendorong terjadinya disonansi. Untuk mengurangi disonansi,
perokok aktif menambah elemen kognitif dengan informasi baru
seperti informasi bahwa merokok tidak memiliki dampak langsung
terhadap kesehatan mereka, masih banyak yang berbahaya bagi tubuh
selain merokok, serta informasi mengenai rokok sebagai penyumbang
pendapatan ekonomi terbesar di Indonesia.
V. Tanggapan

Studi ini sudah sangat lengkap dan sudah memberi gambaran


lengkap dalam menampilkan sifat disonansi kognitif pada perokok
aktif di Indonesia, studi ini juga sudah memberikan beberapa saran
untuk para perokok aktif di Indonesia yang terjebak dalam perilaku
disonansi kognitif.

Judul Jurnal : Disonansi Kognitif Pada Wanita Perokok Berjilbab.

Bibiografi : Salsabila, Dea. H., (2019). Disonansi Kognitif Pada Wanita


Perokok Berjilbab. Samarinda.

I. Latar Belakang
Di Indonesia perempuan yang merokok biasanya digambarkan
sebagai perempuan yang tidak benar, nakal, terkadang juga amoral.
Penggambaran ini dapat kita lihat pada film-film Indonesia dari masa
ke masa. pada film Virgin pada tahun 2004, menggambarkan tiga
sosok anak SMA yang “nakal” dan digambarkan dengan merokok.
Sebaliknya peenggambaran perempuan berjilbab pada media
cenderung positif. Perempuan berjilbab digambarkan sebagai sosok
perempuan yang santun, baik dan taat beribadah (Surya, 2004). Dalam
hal ini wanita berjilbab yang merokok dapat dikatakan memiliki
disonansi kognitif yaitu perasaan ketidak nyamanan wanita merokok
berjilbab karena dia merasa dirinya tidak sesuai dengan apa yang dia
sendiri ketahui. Seorang wanita yang menggunakan jilbab yang
seharusnya seseorang yang dapat mengatur perilakunya sesuai dengan
ajaran agama. Merokok merupakan hal yang tidak baik karena dapat
menggangu kesehatan dan dapat memberikan dampak yang buruk bagi
dirinya sendiri. Ketidaknyamanan ini muncul karena terjadi
ketidakseimbangan antara simbol jilbab dan rokok dengan apa yang
dilakukannya. Perasaan tidak seimbang itu sebagai disonansi kognitif.
Yaitu perasaan yang tidak seimbang yang dimiliki orang ketika mereka
menemukan diri mereka sendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai
dengan apa yang mereka ketahui atau mempunyai pendapat yang tidak
sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang (Festinger dalam
West dan Turner, 2008).
II. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana deskripsi
locus of control kesehatan dan disonansi kognitif pada wanita perokok
berjilbab
III. Metode Analisis
Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Responden penelitian ini diambil secara
purposive sampling dengan metode pengumpulan data menggunakan
observasi dan wawancara mendalam dengan empat subjek
IV. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat subjek dalam
penelitian ini mengalami disonansi kognitif. Subjek LL dan NA
mengalami empat sumber disonansi kognitif, yaitu inkonsistensi logis,
nilai-nilai budaya, pendapat umum dan pengalaman masa lalu
sedangkan subjek IN dan DE mengalami tiga sumber disonansi
kognitif yaitu inkonsistensi logis, nilai budaya dan pendapat umum.
Subjek IN dan LL mengurangi disonansi mereka dengan
menambahkan elemen kognitif, yaitu bahwa wanita berkerudung yang
merokok tidak selalu negatif. Mereka juga percaya bahwa masih
banyak wanita berkerudung yang merokok di samping mereka. Subjek
IN, LL, dan NA mengubah elemen perilaku dengan memilih area
merokok yang tidak terlalu ramai atau tertutup. Keempat subjek
memilih teman yang dapat menerima perilaku merokok mereka dan
menghindari teman yang berkomentar negatif tentang perilaku
merokok mereka. Setelah disonansi kognitif terjadi dan locus of
control kesehatan internal dan eksternal. Subjek IN, DE, dan NA terus
merokok sementara subjek LL ingin berhenti merokok sebelum
menikah
V. Tanggapan
Studi ini sangat lengkap karena membahas tentang masalalu
subjek, juga memberikan saran untuk para wanita yang ingin berhenti
merokok, gambaran dan penjelasan tentang disonansi kognitifnya pun
sudah jelas, tidak ada kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai