Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MATA KULIAH PANCASILA

“PERANAN PANCASILA DALAM PENYELESAIAN


KONFLIK PERKELAHIAN ANTAR SUKU”

Dosen Pengampu : Drs. Agus Setiadiningrat, M.P

Disusun oleh :
Dimas Pramudya (41226258)
TI KIP P2 2022

STMIK IKMI CIREBON


PRODI TEKNIK INFORMATIKA 2022
1. Faktor terjadinya konflik perkelahian
Tidak satupun manusia yang dapat hidup sendiri di dunia ini, satu dengan yang
lainnya akan saling membutuhkan, memerlukan, melengkapi, dan memenuhi seputar
kebutuhan hidupnya. Dengan adanya hal itulah mereka berkomunikasi sehingga terciptalah
interaksi dan tanggapan prilaku seseorang, akan adanya interaksi-interaksi tersebut, karena
konflik itu menurut Coser adalah perbedaan fokus dan pemahaman manusia.
a. Perbedaan Pendirian dan Keyakinan
Biasanya, konfliknya juga dapat berbentuk pemusnahan simbolik atau melenyapkan
pikiran-pikiran lawan yang tidak disetujui. Realitanya, memang tidak ada satu pun individu
yang memiliki karakter yang sama. Hal ini pula yang menyebabkan perbedaan pendapat,
tujuan, dan keinginan menjadi tidak terelakkan.
b. Perbedaan Kepentingan
Terakhir, perbedaan kepentingan juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
konflik di masyarakat. Karena adanya tujuan kepentingan yang berbeda-beda, memicu
kelompok-kelompok akan bersaing dan berkonflik untuk memperebutkan kesempatan dan
sarana.
c. Perbedaan Kebudayaan
Pola-pola kebudayaan yang beragam di tiap kelompok dapat menimbulkan pola-pola
kepribadian dan pola-pola perilaku yang berbeda pula di kalangan khalayak kelompok yang
luas. Dampak panjangnya, perbedaan kebudayaan ini bisa melahirkan sikap etnosentrisme.
Atau, sikap yang ditunjukkan kepada kelompok lain bahwa kelompoknya paling baik. Sikap
ini juga menjadi buntut panjang dari terciptanya konflik antar penganut kebudayaan.

2. Solusi Penyelesaian Konflik


a. Merubah Sistem Pemahaman Agama.
Konflik yang bernuansa agama bukanlah karena agama yang dianutnya itu
mengajarkan untuk konflik. Karena cara umat memahami ajaran agamanyalah yang
menyebabkan mereka menjadi termotivasi untuk melakukan konflik. Keluhuran ajaran
agama masing-masing hendaknya tidak di retorikakan secara berlebihan.
Retorika yang berlebihan dalam mengajarkan agama kepada umat masing-masing
menyebabkan umat akan merasa dirinya lebih superior dari pemeluk agama lain.
Arahkanlah pembinaan kehidupan beragma untuk menampilkan nilai-nilai universal dari
ajaran agama yang dianut. Misalnya, semua agama mengajarkan umatnya untuk hidup
sabar menghadapi proses kehidupan ini.
Menjadi lebih tabah menghadapi berbagai AGHT (ancaman, gangguan, hambatan
dan tantangan) dalam menghadapi hidup ini. Rela berkorban demi kepentingan yang lebih
mulia. Tidak mudah putus asa memperjuangkan sesuatu yang benar dan adil.
b. Membuat Kesepakatan
Adapun kesepakatan yang ditentukan mungkin berkaitan dengan apa yang harus dilakukan
atau diberikan untuk mengakhiri masalah yang ada. Hanya dengan menyampaikan masalah
secara jujur dan terbuka, maka masalah bisa ditangani dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai