Anda di halaman 1dari 18

Kemunduran Umat Islam Pada Masa Kerajaan Safawiyah

Makalah Ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok Pada Mata Kuliah
“Materi PAI MTs/MA”
Dosen pengampu:
Misnatun, M.pd.i

Di susun oleh :
Baihaqi
Sulaiman sobri

Program studi pendidikan agama islam

Sekolah tinggi tarbiyah aqidah usymuni

Sumenep

2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kamipanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah, dan inayah-Nya kepada kami. Tak lupa sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar nabi kita, yaitu
Nabi Muhammad SAWyang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus
berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi
seluruh alam semesta. Makalah agama ini telah saya susun dengan sedemikian
mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki makalah agama ini. Demikian yang dapat saya sampaikan,
apabila ada beberapa kesalahan dalam penggunaan kata saya mohon maaf. Akhir
kata saya berharap semoga makalah agama tentang Kemajuan dan Kemunduran
Islam ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap semua pembaca.

Sumenep, 1 Januari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………..i

DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………ii

BAB I : PENDHULUAN………………………………………………………………….1
A. Latar Belakang………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1
C. Tujuan Masalah……………………………………………………………1

BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………………………..2
A. Polemik Kerajaan Safawiyah Sepeninggal Abbas I………………….2
B. Faktor-Faktor Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawiyah…….3
C. Faktor Utama Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan
Safawiyah………………………………………………………………….4

BAB III : PENUTUP……………………………………………………………………7


A. Simpulan………………………………………………………………….?

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………8
BAB I PENDHULUAN

A. Latar Belakang

Kerajaan Syafawiyah dalam perkembangannya menjadi sebuah kerajaan


yang sangat besar bahkan luas daerahnya pun semakin bertambah luas. Hal ini
tidak terlepas dari berbagai kemajuan yang telah dicapai Kerajaan Safawiyah
terutama pada masa Syah Abbas I diantaranya kemajuan di bidang ekonomi,
pembangunan infrastruktur masyarakat, ilmu pengetahuan, dan yang paling
mencolok adalah kemajuan di bidang politik. Hal ini di dukung oleh kekuatan
militer yang dimiliki Kerajaan Safawiyah yaitu Qizilbash. Syah
Abbas 1 berpendapat bahwa tentara Qizilbash yang pernah menjadi tulang
punggung Kerjaan Safawiyah pada awal-awal pendirian pada masa Syah Ismail
perlahan tidak bisa diharapkan lagi hal ini terkait dengan loyalitas mereka yang
sudah beralih pada suku masing-masing. Melihat realitas ini Syah Abbas kembali
membangun pasukan tentara yang bersifat reguler/tetap yang ia bangun dengan
merekrut dari para bekas tawanan perang yang berasal dari orang-orang Kristen di
daerah Georgia dan Sirkasia. Selanjutnya mereka diberi gelar oleh Syah Abbas I
yaitu Ghulam dan dibina dengan pendidikan militer yang militan, dilengkapi
dengan senjata modern pada waktu itu.
Ghulam di jadikan sebagai pasukan elit yang bertugas untuk melindungi Syah
Abbas sendiri. Inilah titik tolak keberhasilan kerajaan Syafawiyah dalam
eksistensinya sebagai kerajaan Islam. Meskipun dalam proses perluasan wilayah
tersebut Syafawiyah mendapat perlawanan dari Uzbek di timur dan Turki Utsmani
di barat. Hal terpenting yang menjadi catatan dalam kemajuan kerajaan
Syafawiyah ini tidak lepas dari beberapa faktor seperti: Pertama, cakapnya Syah
Abbas dan berwibawa dalam mengatur pemerintahan. Kedua, secara geografis
letak kerajaan Syafawiyah berada pada wilayah yang subur.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Polemik Kerajaan Safawiyah Sepeninggal Abbas I?

2. Apa saja Faktor-Faktor Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawiyah?

3. Apa Faktor Utama Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan


Safawiyah?
C. Tujuan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan agama
islam serta dengan adanya rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dengan
membaca makalah ini kita dapat mengetahui:

1. Mengetahui Polemik Kerajaan Safawiyah Sepeninggal Abbas I

2. Mengetahui Faktor-Faktor Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawiyah

3. Mengetahui Faktor Utama Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan


Safawiyah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Polemik Kerajaan Safawiyah Sepeninggal Abbas I

Salah satu penyebab kehancuran Kerajaan Safawiyah adalah retak dan


patahnya pilar-pilar agung penopang kemajuan yang dimiliki Kerajaan
Safawiyah pada masa jayanya. Pilar-pilar agung tersebut retak satu demi satu
dan akhirnya patah sama sekali. Sehingga, kemunduran yang telah merayapi
batang tubuh kerajaan itu bertambah parah hingga mwmbawanya menjadi
hancur berantakan. (Ading Kusdiana, 2013:197)

Hal ini dipertegas oleh Prof. Dr. H. Abd. Rahim Yunus, M.A., dan Drs.
Abu Hnif M.Hum dalam buku Sejarah Islam Pertengahan (2013:258) Bahwa
bentuk-bentuk institusi kenegaraan, kesukuan dan institusi keagamaan tersebut
yang telah di ciptakan oleh Abbas 1 telah mengalami perubahan secara
mencolok pada akhir abad tujuh belas dan awal abad ke delapan belas. Jika
kencnderungan abad enam belas dan abad tujuh belas pada memperkuat
kekuasaan negara dan pembentukan keagamaan kalangan Syiah, maka pada
priode berikutnya mengantarkan pada sebuah kemunduran yang tajam bagi
kerajaan Safawiah, kehancurannya yang parah terjadi pada pasukan kesukuan,
dan penglepasan islam syiah dari kekuasaan terhadap negara.

Sepeninggal Abbas I Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh


enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman
(1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp (1722-1732 M), Dan Abbas
III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut,kondisi kerajaan Safawi tidak
menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan
kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.

Menurut Hodgson (Marshal G.S. Hodsgon, 1974:56-57) antara tahun


1629-1694 M, politik pemerintahan banyak dikendalikan oleh para harem istana
yang kebanyakannya berasal dari daerah Georgia.
Meskipun secara formal dalam periode tersebut telah memerintah tiga
orang Syah, yaitu: Safi Mirza (1629-1642), Syah Abbas II (1642-1667 M), dan
Syah Sulaiman (1667-1694 M), hanya Syah Abbas II yang memiliki
keperibadian seperti Syah Abbas I, sehingga ia dapat menahan laju kemerosotan
kerajaannya. Adapun Syah Husein karena kelemahannya, banyak menyerahkan
urusannya kepada para ulama Syi’ah yang sangat fanatik, sehingga banyak
melakukan kekejaman terhadap rakyat yang beraliran Sunni. Hal inilah yang
menjadi biang keladi timbulnya pemberontakan yang membawa kehancuran
kerajaan Safawi, setelah tegak selama dua abad lebih Selain itu, dekadensi
moral juga melanda sebagian pemimpin Kerajaan Safawiyah, sebagai contoh
Sulaeman, di samping pecandu berat narkotik, juga menyenangi kehidupan
malam beserta harem-haremnya. Ia disebutkan selama tujuh tahun tidak pernah
menangani pemerintahan. Kondisi ini tentu saja menjadi preseden buruk bagi
masa depan kerajaan Safawiyah
. B. Faktor-Faktor Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawiyah

Secara khusus, M. Zurkani Yahya (1984:18-19) meneyebutkan ada tiga


faktor yang mempercepat kemunduran dan kehancuran Kerajaan Safawiyah,
diantaranya:

1. Adanya sistem pergantian syah yang tidak konsisten.

Sebagai sebuah dinasti, pergantian syah diturunkan kepada anak


saudaranya. Namun, realitas dalam sejarah Safawi, hal tersebut tidak berlaku.
Banyak sekali syah yang membinasakan keluarganya, termasuk anaknya sendiri
karena dianggap membahayakan kelestarian tahtanya.

2. Petulangan para tokoh pemerintahan yang oportunis

Petualangan para tokoh pemerintahan yang oportunis dari golongan


qizilbash, gulam, harem, dan ulama, yang ada saat-saat tertentu mereka
mendapat kesempatan untuk menentukan roda pemerintahan di bawah syah-
syah yang lemah. Namun, mereka tidak melaksanakan amanah itu dengan baik,
bahkan memanfaatkannya secara sewenang-wenang. Akibatnya, timbullah
permusuhan antargolongan dalam kerajaan, sehingga kerajaan menjadi lemah.
Sebagai contoh, pada pemerintahan Syah Husein para Ulama Syi’ah yang
memerintah banyak yang berlaku kejam, yang mengakibatkan bangkitnya
golongan Sunni untuk menumbangkannya

3. Menurunnya loyalitas para pendukung kerajaan kepada Kerajaan Safawiyah.

Loyalitas Qizilbash bergeser pada suku masing-masing, setelah Syah Ismail


meninggal. Munculnya Ghulam yang dibina oleh Syah Abbas telah berhasil
menopang kerajaan dengan monoloyalitasnya yang tinggi terhadap Safawi. Akan
tetapi, setelah Syah Abbas I meninggal, loyalitas mereka juga menurun dan mulai
bergeser kepada asal-usul bangsa mereka sebagai bangsa Georgia. Oleh karena itu,
pada masa Syah Hussein, ada beberapa pemimpin Georgian yang sangat
menentukan politik di ibukota Isfahan, seperti George XI dan Kay Khusraw.
Dengan munculnya suatu bangsa dengan tingkat ashabiyah-nya tinggi seperti
bangsa Afghan yang berusaha menghancurkan Safawi, Safawi tidak dapat
diperintahkan lagi, karena ditinggalkan oleh para pendukungnya. (Ading Kusdiana,
2013:198-199)
Dalam literatur lain Badri Yatim (2005:158-159) menjelaskan sebabsebab
kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah konflik berkepanjangan dengan
Kerajaan Usmani. Bagi Kerajaan Usmani, berdirinya Kerajaan Safawi yang
beraliran Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaannya.
Konflik antara dua kerajaan tersebut berlangsung lama, meskipun pernah berhenti
sejenak ketika tercapai perdamaian pada masa Shah Abbas I. Namun, tak lama
kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan
tidak ada lagi perdamaian antara dua kerajaan besar Islam itu

Penyebab lainya adalah dekadensi moral yang melanda sebagian para


pemimpin kerajaan Safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan
tersebut. Sulaiman, di samping pecandu berat narkotik, juga menyenangi
kehidupan malam beserta harem-haremnya selama tujuh tahun tanpa sekali pun
menyempatkan diri menangani pemerintahan. Begitu juga Sultan Husein
Penyebab penting lainnya adalah karena pasukan ghulam (budakbudak) yang
dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti
Qizilbash. Hal ini disebabkan karena pasukan tersebut tidak disipakan secara
terlatih dan tidak melalui proses pendidikan rohai seperti yang dialami oleh
Qizilbash. Sementara itu, anggota Qizilbash yang baru ternyata tidak memiliki
militansi dann semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya.
B. Faktor Utama Penyebab Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawiyah

Ading Kusdiana dalam Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan


(2013:200) menjelaskan Penyebab langsung kehancuran Kerajaan Safawiyah
adalah penyerbuan bangsa Afghan terhadap ibukota Isfahan pada tahun 1722
sehingga dengan terpaksa Syah Husein menyerahkan mahkota kerajaan kepada Mir
Mahmud, pemimpin Afghan. Perlu diketahui bahwa Kandahar sebagai tempat
bangsa Afghan berdiri, terletak disebalah timur Persia, berkali-kali menjadi daerah
jajahan Safawi dan Mughal di India.

Pada waktu Syah Husein menyerahkan politik dan birokrasi


pemerintahan kepada orang-orang lain yang dipercayainya, pada satu pihal, ia
memercayakan kepada orang-orang asing, seperti George XI dan Kay Khusraw
untuk menentukan balance politik, tetapi pada pihak lain ia memercayakan
birokrasi pemerintahan kepada tokoh-tokoh ulama Syi’ah ini melaksanakan
pemerintahan secara otoriter, khususnya dalam memaksakan mazhab Syi’ah
kepada rakyatnya.

Selanjutnya, bangsa Afghan mulai bangkit di bawah pimpinan Mir


Vays. Pada tahun 1709 M mereka melakukan pemberontakan terhadap Kerajaan
Safawiyah di Kandahar. Mereka berhasil menghancurkan pasukan Isfahan,
sehingga Kandahar terlepas dari Kerajaan Safawiyah. Kemudian, pada tahun
1715 M, Mir Mahmud
menggantikan ayahnya menjadi pemimpin Afghan. Untuk menjinakkan
amir Afghan yang baru ini, Syah Husein mengangkatnya sebagai gubernur
Kandahar dengan gelar Husein Qulli Khan yang artinya budak Husein.

Pengangkatan yang bernada penghinaan ini menambah panas hati sang


amir, sehingga ia bertekad menyerang ibukota Isfhan dalam waktu dekat.
Kebetulan di sebelah utara, juga terdapat bangsa Afghan yang memberontak
dan berhasil menduduki Herat dan mengepung Mashdad. Pada tahun 1721 M,
Mir Mahmud melakukan tindakan ofensifnya menuju Isfahan. Pada tahun itu
juga kirman dapat didudukinya. Ia langsung mengepung Isfahan dengan ketat.
Selama terjadinya pengepungan, penduduk Isfahan mengalami penderitaan
hebat. Kelaparan dan penyakit merajalela. Lebih dari 8.000 penduduk
meninggal akibat kelaparan, penyakit, dan peperangan. Mayat-mayat manusia
tertimbun dan membusuk di jalan-jalan. Akhirnya pada tanggal 12 Oktober
1722/1 Muharram 1135, Syah Husein menyerah kepada Mir Mahmud. Setengah
bulan berikutnya, Mir Mahmud memasuki Kota Isfahan dengan penuh
kemenangan dan sekaligus menerima mahkota Kerajaan Safawiyah dari Syah
Husein, sebagai Syah terakhir kerajaan tersebut. Akan tetapi, salah seorang
putra Husein yang bernama tahmasap II, dengan pusat kekusaan di kota
Astarabad. Pada tahun 1726 M, Tahmasap II bekerja sama dengan Nadir Khan
dari suku Afshar memerangi dan mengusir bangsa Afghan yang menduduki
Isfahan. (C.E. Bosworth, 1993:198) Asyraf, pengganti Mir Mahmud, yang
berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan pada
Tahun 1729 M. Ia pun tewas dalam peperangan ini

Kerajaan Safawiyah kembali berkuasa, tetapi pada bulan Agustus 1732


M, Tahmasap II dipecat Nadir Khan dan digantikan oleh Abbas III yang saat itu
masih kecil. Selanjutnya, empat tahun setelah itu, tepatnya pada tanggal 8 Maret
1736 M, Nadir Khan mengangkat dirinya sebagai raja pengganti Abbas III.
Dengan semikian, berakhirlah kekuasaan Kerajaan Safawi di Iran. Dengan
peristiwa ini, Kerajaan Safawiyah lenyap ditelan “hukum sejarah” (Badri
Yatim, 2013:157-158) yang tentunya berdampak terhadap perkembangan
peradaban Islam itu sendiri. Dengan berakhirnya Kerajaan 9 Safawiyah, masa
depan peradaban Islam di wilayah ini untuk untuk sementara bergerak stagnan
sampai kemudian tampil sebuah kekuatan baru yang menggantikannya.
Kehadiran Kerajaan Safawi ke panggung sejarah dalam periode 1501-
1736 M/907-1149 H memiliki arti sangat besar bagi umat Islam dan bangsa
Persia sendiri. Bagi umat Islam, kemajuan yang telah ditampilkan Safawi pada
masa jayanya dapat dimaknai sebagai kebangkitan kembali Islam di bidang
politik, ekonomi, dan budaya, setelah mengalami kemunduran beberapa abad
lamanya. Adapun bagi bangsa Persia sendiri, kehadiran Safawi telah
memberikan semacam ‘negara nasional” kepada bangsa Iran dengan identitas
barunya, yaitu aliran Syi’ah, yang sampai sekarang
masih menjadi elemen nasionalisme mereka yang ampuh. (Ading Kusdiana, 2013:202)
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan

Sepeninggal Abbas I Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh


enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman
(1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp (1722-1732 M), Dan Abbas
III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut,kondisi kerajaan Safawi tidak
menunjukkan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan
kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran. Seperti pada masa
pemerintahan Sulaeman, di samping pecandu berat narkotik, juga menyenangi
kehidupan malam beserta haremharemnya. Ia disebutkan selama tujuh tahun
tidak pernah menangani pemerintahan. Kondisi ini tentu saja menjadi preseden
buruk bagi masa depan kerajaan Safawiyah.

Faktor-faktor kemunduran dan kehancuran dinasti Safawiyah, seperti


yang di kemukakan oleh M. Zurkani Yahya, yaitu: Adanya sistem pergantian
syah yang tidak konsisten; Petulangan para tokoh pemerintahan yang oportunis
dan Menurunnya loyalitas para pendukung kerajaan kepada Kerajaan
Safawiyah.

Sementara faktor utama kemunduran dan kehancuran dinasti Safawiyah


yaitu karena adanya penyerbuan bangsa Afghan terhadap ibukota Isfahan pada
tahun 1722 sehingga dengan terpaksa Syah Husein menyerahkan mahkota
kerajaan kepada Mir Mahmud, pemimpin Afghan. Perlu diketahui bahwa
Kandahar sebagai tempat bangsa Afghan berdiri, terletak disebalah timur Persia,
berkali-kali menjadi daerah jajahan Safawi dan Mughal di India.
DAFTAR PUSTAKA
Bosworth, C.E. 1993. Dinasti-dinasti Islam, Bandung: Mizan Haif, Abu dan Abd.
Rahim Yunus. 2013. Sejarah Islam Pertengahan Yogyakarta: Ombak, Hodsgon,
Marshal G.S. 1974. The Venture of Islam. Chicago: Chicago University Press

Kusdiana, Ading. 2013. Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan.


Bandung: Pustaka Setia

Yahya, M. Zurkan. 1984. Kerajaan Safawi di Persia: Asal Usuk, Kemunduran dan
Kehancuran, Makalah. Jakarta: Fakultas Pascasarjana

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada,


2005), hlm. 156-157

Anda mungkin juga menyukai