Anda di halaman 1dari 17

MENAKAR SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Prof. Dr. Unifah Rosyidi – Ketua Umum Pengurus BESAR


DISAMPAIKAN dalam Dies Natalis Ke – 41 UPGRIS , 6 Juli 2022
GAWAT DARURAT PENDIDIKAN INDONESIA
Ketika Covid-19 telah menciptakan siatuasi gawat darurat di
bidang kesehatan, sosial, ekonomi bahkan politik. Namun, kita
hampir terlupa bahwa situasi “gawat darurat” mutu
pendidikan sesungguhnya telah terjadi jauh lebih awal lagi
bahkan jauh sebelum Covid-19 merebak.
Masalah mutu pendidikan di tanah air dapat diketahui dari hasil-test PISA 20
tahun terakhir. Dari skor literasi Matematik, IPA dan Membaca yang dapat dicapai
anak Indonesia selama periode 2012-2018 tersirat sebuah kondisi yang bukan hanya
rendah tetapi juga naik-turun sejak tahun 2001-2009 dan konsisten menurun sejak
2012 hingga sekarang. Yang kini dihawatirkan adalah terjadinya “kontet” intelektual
(intellectual stunting) yang terjadi pada anak-anak kita akibat pendidikan yang
diikutinya.

Siapa yang salah? Melempar kesalahan hanya kepada guru tidak tepat, tidak
bijaksana dan tidak bertanggung jawab. Kualitas Pendidikan sangat
ditentukan oleh kualitas kebijakan…
GAWAT DARURAT PENDIDIKAN INDONESIA
PISA mengukur aspek literasi membaca, literasi matematik dan
literasi sains yang dipercaya sebagai indikator utama lifelong
learning capacity yang kini dipercaya sebagai tema sentral
industi 4.0 (Klaus Shwab, 2017).
Menguatnya lifelong learning capacity anak sebuah katalis yang dapat
mengubah sebuah bangsa dari yang kurang, secara perlahan menjadi
semakin produktif (Unesco, 2000).
Ini setidaknya ditunjukan oleh Vietnam, setelah mengejar Indonesia dalam
HDI pada tahun 2006, Vietnam juga mampu mengejar Singapura dalam
penguasaan literasi PISA (OECD, 2016).

Gawat darurat guru menunjukan bahwa jumlah ASN guru 48 %,, selebihnya adalah
guru honorer. Pendidikan yang bermutu ditentukan oleh kebijakan yang bermutu,
termasuk di dalamnya kecukupan dan kualitas guru
REVISI UU SISDIKNAS : DIPERLUKAN UNTUK MENJAWAB BERBAGAI PERSOALAN PENDIDIKAN KINI DAN MASA YANG
AKAN DATANG, JIKA DILAKUKAN SECARA KOMPREHENSIF, MELIBATKAN PUBLIK YANG LUAS DENGAN DISERTAI PJP YG
TERUKUR DAN KOMPREHENSIF. DENGAN ALASAN SEBAGAI BERIKUT:

A. Adanya satu uu sisdiknas yang komrehensif., sebagai payung hukum dalam pendidikan nasional,
menghondari tumpang tindih yang selama ini terjadi karena banyaknya UU yang mengatur
Pendidikan bersinggungan satu sama. Terdapat 23 UU yang berbeda-beda bersinggungan dalam
pengaturan Pendidikan.

1. MeNgakomodasikan Pendidikan Pancasila dan Karakter Bangsa (PPKB) pada semua jenis pendidikan umum maupun
pendidikan keagamaan yang dikelola baik oleh Kemdikbud-Ristek dan Kemenag.
3. Adanya ketentuan yang bersifat sistemik dan komperhensif serta yang didasarkan pada landasan konseptual dan
landasan yuridis yang kuat, berkaitan dengan hak seluruh warga Negara memperoleh pendidikan yang bermutu dan
berkeadilan. hak mendapatkan pendidikan merupakan hak dasar manusia yang dijamin oleh UUD NRI Tahun 1945.
Contoh terbaru adalah penghapusan bantuan BOS bagi sekolah yang selama 3 tahun berturut-turut siswanya kurang dari
60 menusuk rasa keaddilan warga negara yang berhal memperoleh pendidikan .
4. Perlunya memahami perubahan konseptual tentang Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan. Pendidikan formal, non formal,
dan informal tidak harus dipisah karena sejatiinya itu adalah Pendidikan. Pelajaran berharga dari pandemic, pada
akhirnya Pendidikan merupakan paduan ketiganya.
4. Peran teknologi dalam pembelajaran, perlu diatur tentang Pendidikan digital, standardisasi pendididkan digital, dan
infrasturtur hard dan software minimal dalam pembelajaran digitaL
PERMASALAHAN
▪ Secara substansi revisi yang beredar tidak resmi
belum komprehensif. Banyak hal fundamental
hilang, tidak diatur, dan pasal-pasalnya ambigu.
Sampai pada draf Revisi terbaru pada bulan
Juni, tidak ada pembaruan dan tidak ada
perhatian memadai terhadap LPTK dan Guru
▪ Naskah Akademik dan Draft RUU Sisdiknas
resmi sampai sekarang belum dipublikasi oleh
Kemendikbudristek padahal ini adalah amanat
dalam UU No.12/2011 tentang Pembentukan
Undang-Undang.
▪ Di tengah pemulihan belajar karena Pandemi
Covid-19, dengan konsep di atas. Akan lebih
baik apabila perhatian pada menyiapkan Peta
Jalan Pendidikan yg komprehensif
mengantisipasi Pendidikan 25 tahun ke depan
SEJUMLAH HARAPAH : MENGENAI KURIKULUM
SEKOLAH

• Ketentuan UUSPN mengenai kurikulum • Ketentuan UUSPN diperlukan untuk


sekolah hingga sekarang masih menjadi
memastikan bahwa pengembangan
masalah yang belum selesai.
kurikulum sekolah dilakukan dengan
• Selama ini kurikulum cenderung masih menghargai keberagaman baik antar-
diartikan terlalu sempit, yaitu kumpulan
peserta didik (diferensiasi) maupun
mata pelajaran yang justru semakin
antar-wilayah (diversifikasi).
memperkuat proses mengajar tradisional
(rote learning) sekaligus melemahkan proses • Perlu dijamin bahwa penyusunan
belajar aktif, kretaif dan inovatif yang kurikulum terisolasi dari pengaruh politik
semakin dituntut di era perubahan cepat ini. partisan yang justru telah melemahkan
• Perlu ada deregulasi sebagai konseuensi dari nilai-nilai hakiki dan filosofi pendidikan
perbaikan atau Perubahan kurikulum. itu sendiri.

SEJUMLAH HARAPAN:
PENDIDIKAN VOKASI YANG DIPERLUKAN
• Terdapat sejumlah kritik tajam terkait dengan • UUSPN perlu mengatur keterkaitan antar-
relevansi pendidikan dengan kebutuhan
masyarakat dan lapangan kerja. komponen sistem pendidikan vokasi, mulai
• Dunia usaha dan industri sering mengalami dari penetapan standar kompetensi dalam
kesulitan memperoleh lulusan pendidikan yang kerangka kualifikasi Indonesia (KKNI)
memenuhi standar kompetensi yang benar-benar
dibutuhkan. • Mutu dan relevansi dapat ditawarkan oleh
• Pendidikan vokasi perlu dikonsepkan kembali dan berbagai jenis provider pendidikan vokasi,
diatur secara lebih komprehensif dan sistemik
melalui suatu pengaturan yang memadai dalam • Pengembangan mekanisme sertifikasi profesi
UUSPN. dan kompetensi yang independen di luar
• Pendidikan kejuruan lebih dari hanya sekadar
sekolah tetapi merupakan suatu sistem sistem persekolahan.
pengembangan dan penempatan TK terdidik • Penempatan lulusan di dunia kerja
SEJUMLAH HARAPAN: PERUBAHAN KONSEP JALUR,
JENIS DAN JENJANG PENDIDIKAN
• Perlu perubahan konseptual tentang Jalur, • Di Indonesia, pergeseran telah
Jenjang, dan Jenis Pendidikan. Perlu terjadi, misalnya, secara konseptual
menekankan adanya perubahan fungsi SMP tidak berfungsi lagi sebagai
dari suatu jenjang, jenis, atau jalur pendidikan menengah tetapi sebagai
pendidikan dalam rangka mancapai pendidikan dasar.
tujuannya.
• Sehubungan dengan paska terbitnya
• Pada beberapa Negara konsep UUPT No 12/2012 tentang
pendidikan menengah bahkan tidak Perguruan Tinggi, UUSPN perlu
digunakan lagi, kelas 10-12 merupakan mempertegas jenis dan jenjang
pendidikan kompulsori yaitu pendidikan pendidikan, baik strata akademik
dasar maupun strata professional terapan.
SEJUMLAH HARAPAN : TATA KELOLA GURU
3 YANG TERINTEGRASI DAN KOMPREHENSIF

Sistem Pekrutmen
Pengadaan Guru Baru
Guru (Uncertified)

1. FRAGMENTASI TATAKELOLA
GURU NASIONAL
Kredensial
(UUPT No.
12/2012)
UUASN No.
5/2017

Sistem Tatakelola Penempatan


Remunerasi Guru dan
Guru (UUAPBN Nasional Pemindahan
& UUASN No. Guru (UUPD
5/2017 (OTORITAS) No. 23/2014)

Pembinaan

2.
DISPATCHED FROM Penugasan
Profesi Guru
THE SYSTEM Pengelolaan Guru di
Berkelanjuta Sertifikasi Sekolah
(TIDAK n (CPD) Guru (UUGD (UUSPN no.
DILAKUKAN) No. 14/2005)
20/2003)

9
TATAKELOLA GURU YANG SISTEMIK
3 ALTERNATIF
TATAKELOLA GURU YANG PROFESIONAL
BERKONTRIBUSI PALING BESAR
PERBAIKAN KEBIJAKAN
PEMERINTAH DAN
GURU TERHADAP MUTU PENDIDIKAN,
YAITU 34%; FAKTOR MANAJEMEN
PERATURAN PERUNDANGAN
MENGENAI GURU HARUS
PENDIDIKAN SEBESAR 22%, DITATA AGAR GURU SEBAGAI
WAKTU BELAJAR SEBESAR 18%,
DAN SARANA FISIK SEBESAR 26%
JABATAN PROFESIONAL
(THIMSS, 2006). BENAR-BENAR DAPAT
DIWUJUDKAN

DARI KETIGA FAKTOR DARI BELUM BERHASILNYA


DI 13 NEGARA INDUSTRI KEDUA STUDI TERSEBUT, UPAYA PEMERINTAH
MAJU, KONTRIBUSI GURU FAKTOR SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
ADALAH 36%, MANAJEMEN (TERMASUK GURU) KOMPETENSI DAN
23%, WAKTU BELAJAR 22% MEMBERIKAN KONTRIBUSI KINERJA GURU SALAH
DAN SARANA FISIK 19% HAMPIR TIGA-PEREMPATNYA SATUNYA DISEBABKAN
(THIMSS, 2008). (66%) TERHADAP PRESTASI OLEH KARENA KETENTUAN
BELAJAR SISWA TATAKELOLA GURU
“TERCECER” DAN KURANG
HARMONIS
SEJUMLAH HARAPAN:
PENDANAAN PENDIDIKAN

• Terdapat kontradiksi baik antara ketentuan • UUSPN No 20/2003 juga belum


konstitusi dengan UUSPN, maupun antar- memadai dalam mengatur peran
pasal UUSPN. pemerintah daerah dalam
• Ketentuan Pasal 46 ayat (1) UUSPN No pendidikan memuat ketentuan yang
20/2003 mengenai pendanaan pendidikan eksplisit dan tegas yang meletakkan
menjadi tanggung jawab bersama antara kewajiban antar-tingkat
pemerintah, pemerintah daerah dan pemerintahan dalam pendanaan
masyarakat sementara secara konstitusional pendidikan
menurut Pasal 31 UUD-NRI Tahun 1945, • UUSPN bukan hanya mengatur
negaralah yang berkewajiban untuk pendanaan tetapi juga belanja dan
membiayai pendidikan dasar sepenuhnya. alokasi dana Pendidikan.
Mengeluarkan gaji GTK, dosen dari
EMPAT PILAR KEBIJAKAN PENDIDIKAN MENUJU MASA
DEPAN INDONESIA MAJU

LINGKUP TRANSFORMASI
PENDIDIKAN
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
DASAR
YANG ADIL DAN (1) Pendidikan Anak Usia Dini (Paud)
MERATA
(2) Wajib Belajar PAUD dan Pendidikan
Dasar 12 Tahun
(3) Pendidikan Vokasi dan Profesi yang
Relevan dan Integrated
PENDIDIKAN MANUSIA
INDONESIA (4) Daya Saing Mutu Pendidikan Tinggi
VOKASI DAN YANG Akademik dan Riset
PROFESI YANG PRODUKTIF
PENDIDIKAN (5) Pembinaan Kualitas Profesi Guru dan
RELEVAN
TINGGI YANG Tenaga Kependidikan
UNGGUL (6) Transformasi Pembelajaran dalam
ekosistem digital;
(7) Pengelolaan Pendidikan Yang
professional, Transparans, Akuntabel
Prioritas: PEMANTAPAN PJP
SEBAGAI PROGRAM STRATEGIS PENDIDIKAN
• Peta Jalan Pendidikan Indonesia (PJPI) merupakan sebuah Meta Planning atau
perencanaan di atas perencanaan strategis, yang lebih dikenal sebagai
“Institutional Kerangka Penyusunan Kebijakan Strategis
Brainstorming;” oleh karena itu PJPI tidak boleh ada kesalahan
dalam menentukan arah masa depan Pendidikan dalam kurun waktu 25 tahun
ke depan;
• “Proses pembelajaran” adalah inti (nucleus) dari sistem Pendidikan nasional,
dan oleh karena itu fokus perhatian utama PJPI adalah membangun sistem
N

pembelajaran yang bermutu. Namun, draft PJPI yang ada belum fokus
terhadap pembangunan “sistem pembelajaran” yang bermutu tersebut.
• Proses pembelajaran itu sendiri adalah sebuah sistem yang di dalamnya
terdapat komponen-komponen yag saling terkait dan saling menentukan satu
sama lain, sebagaimana dikemukakan pasa Gambar 1.
BEBERAPA CATATAN TERKAIT PJPI

1. Selama ini Indonesia abai terhadap transformasi sistem pembelajaran; perubahan Kurikulum
sekolah yang dilakukan selama ini belum memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan
perilaku guru dan sekolah;Penyusunan Kebijakan Strategis
Kerangka
2. PJPI belum fokus terhadap transformasi sistem pembelajaran, sebagai berikut:
1) belum focus terhadap arah pengembangan standar Pendidikan nasional yang relevan dan ter-
update secara terus menerus;
2) belum memuat arah yang jelas dalam transformasi kurikulum sekolah yang sesuai dengan
perkembangan masa depan N
3) Telah mulai mentransformasi asesmen Pendidikan tanpa terlebih dahulu melakukan
transformasi standar Pendidikan dan Kurikukum sekolah
4) belum fokus terhadap pengembangan mutu profesi guru sebagai suatu sistem yang
berkerlanjutan
5) belum secara jelas memihak terhadap transformasi mutu LPTK di masa depan
3. Setiap komponen dalam sistem pembelajaran (Gambat 1) tidak boleh “tercecer” dan harus dikelola
secara integral agar benar-benar fokus terhadap kompetensi siswa yang terukur berbasis sandar
pendidikan
Rekomendasi

▪ Perubahan UU Sisdiknas sangat perlu dikaji lebih mendalam dan komorehensif. Sebaiknya
Pemerintah fokus pada prioritas pemulihan pembelajaran yang terkait pada berbagai
masalah sosial-ekonomi seperti kesehatan mental, ketertinggalan literasi, kemampuan guru
merespin perkembangan, dan pengembangan Peta Jalan Pendidikan.
▪ Ketergesaan dalam merancang UU Sisdiknas tidak akan menghasilkan produk UU Sisdiknas
yang visioner dan membawa kemajuan bagi pendidikan nasional.
▪ Kemdikbudristek perlu mengintegrasikan 23 undang-undang yang terkait pendidikan dan
pembahasannya melibatkan banyak pihak serta membuka ke publik Naskah Akademik dan
Draft RUU Sisdiknas.
▪ DPR menolak usulan Kemendikbudristek untuk memasukkan RUU Sisdiknas sebagai
Prolegnas Prioritas 2022.
▪ Kemendikbudristek perlu membentuk Panitia Kerja Nasional RUU Sisdiknas yang melibatkan
berbagai pemangku kepentingan untuk mendesain Peta Jalan Pendidikan Nasional, Naskah
Akademik dan draft RUU Sisdiknas.
Sekian, Terima Kasih
Wassalamualaikum

Prof. Dr. Unifah Rosyidi,


., M.Pd.
Ketua Umum PB-PGRI

Anda mungkin juga menyukai