KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kebenaran Allah yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat dan kuasanya,
sehingga dapat dilaksanakannya praktikum ilmu ukur tanah sebagaimana yang telah direncanakan.
Praktikum ini merupakan salah satu program Politeknik Negeri Samarinda khususnya jurusan
Teknik Sipil, yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa Politeknik Negeri Samarinda dalam
menerapkan ilmu pengetahuan di lapangan kerja serta untuk menambah ilmu pengetahuan dan
Diharapkan laporan ini dapat menambah kreativitas dan pengetahuan yang baik dan buruk bagi
pelaksana maupun bagi pembaca. Akhirnya, pelaksana mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu dalam melaksanakan praktikum sampai tersusunnya laporan ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan dikarenakan
kebatasan pengetahuan, oleh karena itu pelaksana mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna menambah kesempurnaan laporan ini pada masa yang akan
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di
permukaan bumi dan dibawah tanah untuk menentukan posisi relatif absolut titik-titik pada
permukaan tanah, di atas atau dibawahnya dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan
Pada dasarnya pengukuran adalah untuk menentukan letak atau kedudukan suatu objek di
atas permukaan bumi dalam suatu sistem koordinat dan dalam pelaksanaan pengukuran itu
sendiri yang dicari dan dicatat adalah angka-angka, jarak dan sudut. Jadi koordinat yang akan
Salah satu mata kuliah yang disajikan di Fakultas Teknik adalah Ilmu Ukur Tanah, dimana
pengukuran merupakan merupakan dasar dan pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan
Sipil maupun Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) seperti perencanaan dan pembuatan
jalan raya, pengukuran areal lingkungan wilayah dan gedung-gedung (baik Gedung yang
permanen maupun semi permanen). Saluran irigasi untuk pengairan, rel kereta api dan
pekerjaan-pekerjaan Sipil dan PWK lainnya. Semua pekerjaan tersebut sangat memerlukan
ahli ukur yang memberikan data ukur yang akurat. Dalam pengukuran diperlukan alat seperti
Theodolite adalah alat ukur untuk mendapatkan data akurat menghitung luas suatu daerah
dengan data polygon dan perhitungan jarak titik, Waterpass dapat memberikan data untuk
Untuk dapat melaksanakan pengukuran secara tepat dan benar mahasiswa/i diwajibkan
untuk mengikuti Praktikum Ilmu Ukur Tanah sesuai dengan Kurikulum Nasional.
Praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dimaksudkan sebagai aplikasi lapangan dari teori-teori
Praktikum dapat memahami cara menentukan jarak optis patok utama dan detail.
1.4 Sistematika
a) Untuk pengambilan data profil memanjang dan data cross section atau profil melintang
Manfaat dari kegiatan Praktikum ini adalah agar mahasiswa/i bisa memahami tentang apa
itu ilmu pengukuran, prosedur pelaksanaan atau langkah- langkah apa saja yang dilakukan.
BAB II
DASAR TEORI
Menentukan beda tinggi antara dua titik atau lebih. Hasil data dari pengukuran waterpass
ini sangat penting gunanya sebagai keperluan pemetaan, perencanaan atau pun untuk
pekerjaan konstruksi.
jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan atas
elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran-
Dalam pengukuran waterpass ada beberapa istilah yang biasa digunakan, yaitu:
Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap sama
Angka awal digunakan sebagai angka referensi untuk ketinggian, misalnya permukaan
laut rata-rata.
Bench Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya terhadap angka
Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik. Bidang
Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap angka awal.
Prinsip cara kerja dari alat ukur waterpass adalah membuat garis sumbu teropong
horizontal. Bagian yang membuat kedudukan menjadi horizontal adalah nivo, yang
Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Memperoleh pandangan mendatar atau mendapat garis bidikan yang sama tinggi,
sehingga titik-titik yang tepat garis bidikian/bidik memiliki ketinggian yang sama.
b. Dengan pandangan mendatar ini dan diketahui jarak dari garis bidik yang dapat
dinyatakan sebagai ketinggian garis bidik terhadap titik-titik tertentu, maka akan
diketahui atau ditentukan beda tinggi atau ketinggian dari titik-titik tersebut.
1. Yalon
2. Pen/Patok
Berfungsi sebagai tanda tempat titik yang telah ditinjau dan untuk memberi tanda
batas Yalon, dimana titik setelah diukur dan akan diperlukan lagi pada waktu lain,
3. Nivo Yalon
Berfungsi sebagai alat bantu untuk meluruskan dan ketegakan, berdirinya jalon
yang ditancapkan.
4. Roll Meter
Berfungsi untuk mengukur jarak antara dua titik yang ditinjau dari suatu
pengukuran.
5. Waterpass tukang
6. Unting-unting
Berfungsi sebagai alat yang digunakan untuk menentukan titik siku-siku dan
7. Statif
8. Alat tulis
9. Bak ukur
Berfungsi untuk membantu melihat hasil pembacaan benang atas, tengah, bawah.
10. Payung
Berfungsi untuk melindungi alat Waterpass dan Theodolite dari sinar matahari.
11. Tripod
Sebagai alat bantu pada Yalon agar Yalon tidak berpindah tempat.
Berfungsi sebagai alat optis untuk mengukur jarak dan sudut horizontal dan
BAB III
URAIAN PRAKTIK
JOB 1
A. Satuan Panjang
Sebagai dasar ukuran panjang diambil meter internasional atau meter standar atau sistem
metrik dimana :
1 dekameter = 10 meter
1 meter = 1 meter
B. Satuan Luas
1 Ha = 104 m2 = 10.000 m2
1 Are = 100 m2
1 m2 = 1 m2
C. Satuan Sudut
Dasar untuk menyatakan besarnya sudut ialah lingkaran yang dibagi dalam empat bagian,
Seksagesimal (Derajat)
Membagi lingkaran dalam 360 bagian yang dinamakan derajat jadi satu kuadran ada
90 derajat. Satu derajat dibagi dalam 60 menit dan satu menit dibagi lagi dalam 60
detik/second.
1 lingkaran = 360 °
1° = 60 menit
1 menit = 60 detik
1 ° = 60' = 3600"
Sentisimal
Membagi lingkaran dalam 400 bagian, sehingga satu kuadran mempunyai 100 bagian
yang dinamakan grade. Satu grade dibagi dalam 100 centigrade dan satu centigrade
Radial
Untuk menyatakan sudut ialah dengan menggunakan radial sebagai satuan sudut.
Sudut pusat di dalam lingkaran yang mempunyai busur sama dengan jari-jari lingkaran
adalah sebesar satu radial. Karena keliling lingkaran ada 2 πr , maka satu lingkaran
2 πr
mempunyai sudut sebesar : =2 π radial dengan demikian, maka hubungan antara
r
Dalam survey ukur tanah ada beberapa parameter yang diukur, dimana data-data ini
merupakan dasar utama untuk proses penyelasaian selanjutnya. Ada empat parameter
1. Jarak
2. Ketinggian
3. Sudut
4. Keterangan
2. Skala
Perkecilan ini adalah perbandingan antara suatu jarak diatas peta dan jarak yang sama di
atas permukaan bumi, dan perbandingan ini dinamakan skala dari peta. Misalkan suatu jarak
antara dua titik di atas peta adalah 1 cm, maka skala peta adalah 1 cm : 1 km atau
1 cm : 100.000 cm = 1 : 100.000.
Bila sebaliknya diketahui skala peta dan jarak yang diukur di atas peta diketahui dengan
pengukuran, maka jarak yang sebenarnya di atas permukaan bumi dapat diketahui. Misalkan
di atas peta jarak yang diukur ada 8,3 cm dan skala peta 1 : 25.000, maka jarak di atas
3. Peta
Peta adalah suatu hasil pengukuran yang digambarkan secara grafis dan dengan
/dituangkan pada suatu bidang datar. Peta digambarkan dengan simbol, skala dan garis yang
menunjukkan arah utara, menurut skala sampai dengan 1:10.000, peta dibagi dalam:
Peta Hidrografi
Peta Geologi
Peta Kadaster
Peta Irigasi
Peta Jalan
Peta Kota
Peta Teknis
Peta Topografi
Peta Geografi
Peta-peta diatas merupakan tipe peta yang memberikan gambaran umum keadaan suatu area
tertentu pada permukaan bumi. Disamping tipe peta tersebut terdapat macam-macam peta
khusus seperti peta cuaca, peta kependudukan, peta distribusi barang, dll.
4. Elevasi (ketinggian)
Elevasi adalah posisi ketinggian suatu objek dari satu titik tertentu (datum). Datum yang
dipakai ini biasanya mengacu kepada permukaan laut maupun permukaan geoid WGS-84
yang digunakan pada GPS. Maka dari itu, tidak heran banyak yang menyatakan elevasi
Kilometer
Theodolite
Waterpass
5. Keselamatan Kerja
Alat
1. Beberapa Yalon
2. Rol Meter
3. Payung
5. Statif besi
A. Tujuan
B. Dasar Teori
Mengukur jarak lurus antar titik ialah menentukan titik A dan B dengan beberapa
titik bantu di antaranya. Sesuai dengan metode berhimpit, titik titik tersebut harus
C. Langkah Kerja
di lapangan.
3. Memasang yalon A sebagai patok awal dengan jarak ± 3 meter dari pembidik
4. Memasang yalon B sebagai patok perkiraan akhir pada ujung lokasi yang telah
dipilih.
5. Menarik rol meter sepanjang 2 meter dengan patokan yalon A yang mengarah
ke yalon B. Orang Pertama Menahan pita, orang kedua menarik roll meter, orang
ketiga meluruskan pita dengan membidik, dan orang keempat memasang yalon.
1 A-C 2m
2 C-D 2m
3 D-E 2m
4 E-F 2m
5 F-B 2m
∑ 10 m
A. Tujuan
B. Dasar Teori
Membuat garis lurus dengan kondisi pandangan terhalang adalah dengan pembuatan
garis bantu yang sejajar dengan garis lurus yang akan di buat. Dengan menggunakan
segitiga siku siku dapat ditemukan garis yang sejajar dengan garis lurus yang akan di
buat.
C. Langkah Kerja
Menentukan letak titik A dan B yang akan dibuat garis lurus dan terhalang bangunan
Menentukan B’ dengan jarak dan sudut jurusan B-B’ sama dengan AA’
Membidik di belakang B-B’ sampai sudut yang dibidik sama dengan A-A’
Jalon B’ diarahkan ke kanan dan ke kiri sampai sudut jurusan B-B’ yang terbaca di
Membuat garis lurus A’- B’ serta menancapkan jalon antara garis tersebut dengan titik
Mengukur jarak antara A’-G, G-F, F-E, E-D, D-C, dan C-B’
Menentukan titik jalon G’ dengan membidik dari belakang titik G dengan sudut
jurusan A-A’ selisih 180o (back azimuth) dan jarak yang sama dengan A-A’
Mengukur jarak dan membaca besar sudut antara titik D-R dan F-W
Gambar 5.1 Menentukan titik A dan A’ dengan jarak dan sudut sembarang (langkah 3)
Gambar 5.2 Menentukan letak titik B dan B’ dengan jarak dan sudut yang sama.
(langkah 4)
Gambar 5.5 Menentukan titik C, D, E, F, dan G dengan cara mimbidik dengan kompas
sehingga didapat sudut jurusan yang sama dengan garis B-B’ (langkah 6)
Gambar 5.5 Menentukan titik C, D, E, F, dan G dengan cara mimbidik dengan kompas
sehingga didapat sudut jurusan yang sama dengan garis B-B’ (langkah 6)
Tabel 5.1 Data hasil praktek membuat garis lurus yang terhalang bangunan
No Titik Jarak Sudut
Azimuth
(m) Keterangan gambar
16 D-D’ 0,82 0˚
17 E-E’ 0,82 0˚
18 F-F’ 0,82 0˚
E. PERHITUNGAN
= 18,57 m
Tabel 5.2
Tabulasi hasil perhitungan pengukuran membuat garis lurus yang terhalang bangunan
B
G
Analisis
-Panjang QR = 14 meter
- Panjang RP= XR + XA + AP
RP = 11 m + 15,36 m + 11.27 m
RP = 37,63 m
PQ2 = RP2+QR2
PQ2=1416,01M 2+196 M 2
PQ = 40,15 M
NO TITIK JARAK
1. A–E 22,7
2. E–F 30,68
3. F–C 15,78
4. C–G 7,16
5. G–H 13
6. H–D 20,67
7. D–I 22,6
8. I–B 25
∑A – B 157,59
1. Tujuan
2. Dasar Teori
3. Langkah Kerja
Dari titik B kearah A, ukurlah jarak 6 m, dimana titik C terletak pada garis AB.
Kemudian ujung pita ukur yang tertulis nilai nol ditempatkan di titik B dan panjangkan
pita ukur sampai dengan angka menunjukkan 18 m dan ikatkan pada titik C.
Pada pita ukur yang menunjukkan angka I m, kita pegang dan kita tarik, sehingga angka
0-8 dengan 8-18 sama-sama kencang, misalkan titik yang menunjukkan angka I m
tersebut adalah D.
B c
A. Jenis Waterpass
1. Type semua tetap (dumpy level), dimana teropong dengan nivo menjadi satu, penyetelan
2. Type nivo refreksi (wye level), dimana teropong dapat di putar pada sumbu memanjangnya.
3. Type semua tetap dengan sekrup pengungkit (dumpy tilting level), pada jenis ini sumbu
4. Type otomatis (automatic level), pada jenis ini kedudukan sumbu teropong akan horizontal
5. Hand level, dimana alat ini hanya terdiri dari teropong yang di lengkapi dengan nivo,
Waterpas atau sipat datar bertujuan untuk menentukan beda tinggi antara titiktitik di geodesi,
permukaan atas permukaan bumi secara teliti. Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi
ditentukan dari suatu bidang referensi, yaitu bidang yang ketinggiannya dianggap nol. Dalam
bidang ini dianggap sebagai bidang geoid, yaitu bidang equipotensial yang berimpit dengan
permukaan air laut rata-rata (mean sea level). Bidang equipotensial disebut juga bidang
nivo. Bidang ini selalu tegak lurus dengan arah gaya berat di mana saja di permukaan bumi.
Agar dapat digunakan di lapangan, alat ukur waterpas harus memenuhi beberapa syarat
tertentu, baik syarat utama yang tidak dapat ditawar-tawar lagi maupun syarat tambahan yang
Urutan persyaratan statis memang demikian. Namun agar pengaturannya lebih sistematis dan
Pada umumnya garis mendatar diafragma (benang silang mendatar) telah dibuat tegak lurus
Pada alat ukur waterpass tipe semua tetap tanpa skrup ungkit, syarat ini penting sekali.
Namun pada alat dengan skrup ungkir, syarat ini agak sedikit longgar karena apabila ada
sedikit pergeseran nivo dalam pengukuran, dapat diseimbangkan dengan skrup ungkir ini.
Adapun maksud dari persyaratan ini adalah apabila sumbu I telah dibuat vertikal, kemana
pun teropong diputar, gelembung nivo akan tetap seimbang. Ini berarti garis bidik selalu
mendatar karena garis bidik telah dibuat sejajar dengan garis arah nivo.
Pada alat ukur waterpass, yang diperlukan adalah garis bidik mendatar. Untuk mengetahui
apakah garis bidik sudah betul-betul mendatar atau belum, digunakan nivo tabung. Jika
gelembung nivo seimbang, garis arah nivo pasti mendatar. Dengan demikian, jika kita bisa
membuat garis bidik sejajar dengan garis arah nivo, garis arah nivo pasti mendatar.
Jarak bidik optimum waterpass berkisar antara 40-60 m. Berikut contoh pengukuran dengan
Apabila alat didirikan di antara dua buah rambu, maka antara dua buah rambu dinamakan
slag yang terdiri dari bidikan ke rambu muka dan rambu belakang. Selain garis bidik atau
benang tengah (BT), teropong juga dilengkapi dengan benang stadia yaitu benang atas (BA)
dan benang bawah (BB). Selain untuk pengukuran jarak optis, pembacaan BA dan BB juga
Apabila jarak antara dua buah titik yang akan diukur beda tingginya relatif jauh, maka berdiri
dilakukan pengukuran berantai. Pada metode ini, pengukuran tak dapat dilakukan dengan
satu kali alat. Oleh karena itu antara dua buah titik kontrol yang berurutan dibuat beberapa
slag dengan titik- titik bantu dan pengukurannya dibuat secara berantai (differential
levelling).
Seperti halnya pengukuran jarak dan sudut, pengukuran beda tinggi juga tidak cukup
dilakukan dengan sekali jalan, tetapi dibuat pengukuran pergi pulang, yang pelaksanaannya
dapat dilakukan dalam satu hari (dinamakan seksi), serta dimulai dan diakhiri pada titik tetap.
b. Waterpas tertutup : ∑ ∆h = 0
Keterangan gambar :
A dan B : titik di atas permukaan bumi yang akan diukur beda tingginya a dan b :
Ada berbagai macam peralatan sipat datar yang dugunakan dalam pengukuran, antara lain
sebagai berikut :
1. Waterpas. Waterpass ini dipasangkan di atas kaki tiga dan pandangan dilakukan melalui
a. Lup. Lensa yang bisa disetel menjadi alat pengamat melakukan pembidikan. Lup tersebut
b. Teropong. Tabung yang menjaga agar semua lensa dan gigi fokus berada pada posisinya
yang benar.
c. Penahan sinar. Sebuah tudung metal atau plastik yang dipasang di atas lensa obyektif untuk
melindungi lensa tersebut dari kerusakan dan untuk mengurangi silau pada waktu level
digunakan.
d. Tombol focus. Sebuah tombol pengatur yang memfokuskan level sacara internal terhadap
e. Piringan horizontal
h. Unting-unting, kait dan rantai. Kait dan rantai ditempatkan tepat di tengah-tengah di bawah
i. Sumbu yang dapat digeser-geser. Sebuah alat yang dimaksudkan untuk memungkinkan
k. Sekrup tengensial horizontal. Sebuah sekrup pengatur untuk memperkirakan kelurusan antara
l. Tabung nivo. Sebuah tabung gelas bergraduasi yang berisi cairan yang sejajar dengan garis
bidik teropong.
2. Kaki tiga
Kaki tiga digunakan untuk menyangga alas waterpass dan menjaganya tetap stabil selama
pengamatan. Kaki tiga ini mempunyai dua baut yaitu baut pertama digunakan untuk
menentukan sambungan kaki dengan kepala sedangkan baut kedua digunakan untuk
Mistar ukur adalah sebuah pita ukur yang ditopang vertikal dan digunakan untuk mengukur
jarak vertikal antara garis bidik dan sebuah titik tertentu yang berada di atas atau di bawah
Rambu ini terbuat dari bahan kayu atau aluminium. Panjangnya 3 meter (ada yang 4 dan 5
meter). Yang penting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-betul teliti
untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Di samping itu cara memegangnya harus
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ilmu ukur tanah adalah ilmu yang sangat penting dalam dunia Teknik Sipil ini.
Dimana kita bisa mempraktekkan secara langsung berbagai jenis pengukuran yang telah
dilakukan. Seperti hal nya kehidupan, dalam ilmu ukur tanah pun terrdapat banyak rintangan
untuk mengukur satu titik kr titik lainnya. Oleh karena itu, kita dituntut untuk mengerjakan
B. SARAN
Dengan adanya pembelajaran praktik langsung di lapangan kami harap untuk dosen
pembimbing agar tetap membimbing mahasiswa yang sedang melakukan praktik di lapangan.
Dan ilmu ukur tanah yang dipelajari selama praktek diharapkan dapat dimanfaatkan, dipahami
serta dapat diingat dengan sebaik-baiknya karena akan berguna saat nanti di dunia kerja.