Anda di halaman 1dari 44

KD I

DIMENSI TIGA
A. Dimensi Tiga I: Bangun Ruang Beraturan
1. Kubus
Kubus merupakan bangun ruang yang dibatasi oleh 6 bujur sangkar yang
saling kongruen. Keenam bujur sangkar disebut sisi kubus dan garis yang menjadi
perpotongan dua sisi kubus disebut rusuk kubus. Kubus memiliki 12 rusuk yang
sama panjang.

 Volume kubus: 
 Luas permukaan: 
2. Balok
Balok memiliki 6 sisi dimana masing-masing sisi yang berhadapan saling
kongruen. Balok memiliki 12 rusuk dengan 3 kelompok panjang yang berbeda
yaitu p, l, dan t seperti dibawah:

 Volume: 

 Luas permukaan: 
3. Prisma
Prisma adalah bangun ruang yang memiliki 2 bidang yang sejajar dan
kongruen yang disebut penampang. Bidang yang menghubungkan kedua
penampang disebut selimut prisma.
 Volume: 

 Luas permukaan: 
4. Limas
Limas merupakan bangun ruang yang terdiri dari satu bidang alas dan selimut
bangun yang berbentuk bidang-bidang segitiga. Satu titik dari masing-masing
segitiga saling bertemu di sebuah titik disebut titik puncak limas.

 Volume: 
 Luas permukaan: 
5. Silinder
Silinder merupakan bangun ruang yang memiliki 2 bidang penampang
berbentuk lingkaran yang sejajar dan kongruen. Bidang selimut silinder
merupakan bidang persegi panjang yang dilengkungkan secara mulus mengikuti
keliling bidang lingkarannya.
 Volume: 

 Luas permukaan: 
6. Kerucut
Kerucut merupakan bidang ruang yang terdiri dari satu bidang alas lingkaran
dan sebuah titik puncak dengan selimut bidang berbentuk juring lingkaran dan
busurnya dilengkungkan semulus keliling lingkarannya.

 Volume: 
 Luas permukaan: 

Luas permukaan: 
7. Bola
Bola merupakan bangun ruang yang tidak mempunyai bidang alas dan titik
pojok. Bola merupakan himpunan titik dalam dimensi tiga yang memiliki jarak
sama terhadap satu titik tertentu yang disebut pusat bola. Jarak pusat bola ke titik-
titik permukaan lingkaran disebut jari-jari bola.
 Volume: 
 Luas permukaan: 
B. Dimensi Tiga II: Kedudukan Titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang
1. Kedudukan titik terhadap garis
Sebuah titik dapat terletak di sebuah garis atau di luar garis. Jika titik terdapat
di sebuah garis maka jarak titiknya 0 dan jika titik terletak di luar garis jaraknya
dihitung tegak lurus terhadap garis.

 Contoh,
pada gambar di atas diketahui sebuah titik B terhadap garis g. Titik B memiliki
jarak terhadap garis g sejauh garis putus-putus (B ke B’) dimana B’ merupakan
proyeksi tegak lurus titik B pada garis g.
2. Kedudukan titik terhadap bidang
Sebuah titik dapat terletak di sebuah bidang atau di luar bidang. Jika titik
terdapat di sebuah bidang maka jarak titiknya 0 dan jika titik terletak di luar
bidang jaraknya dihitung tegak lurus terhadap bidang.

 Contoh,
pada gambar di atas diketahui sebuah titik P terhadap bidang v. Titik P diluar
bidang v sehingga memiliki jarak terhadap bidang v sejauh garis tegak (P ke P’)
dimana P’ merupakan proyeksi tegak lurus titik p pada bidang v.
3. Kedudukan garis terhadap garis
Dua buah garis dapat dikatakan sebagai berikut :
 Berpotongan, jika kedua garis bertemu di sebuah titik
 Berhimpit, jika seluruh titik yang dilewati garis g juga dilewati garis h
 Sejajar, jika kedua garis berada pada bidang yang sama dan tidak akan
bertemu pada suatu titik
 Bersilangan, jika masing-masing garis berada pada bidang yang saling
bersilangan tegak lurus

4. Kedudukan garis terhadap bidang


 Terletak pada bidang, jika seluruh garis berada pada bidang sehingga
seluruh titik pada garis saling berhimpit dengan titik-titik pada bidang.
Tidak ada jarak antara garis dan bidang.
 Sejajar bidang, jika seluruh titik pada garis memiliki jarak yang sama
terhadap Misal jarak titik A di garis terhadap titik A’ di bidang adalah
sama dengan jarak titik B di garis terhadap titik B’ di bidang.
 Memotong bidang, jika garis dan bidang saling tegak lurus.

5. Kedudukan bidang terhadap bidang


 Berhimpit, jika seluruh titik yang ada di bidang   berada pada bidang  .
 Sejajar, jika seluruh titik pada kedua bidang berada pada jarak yang sama.
 Berpotongan, jika kedua bidang bertemu di sebuah garis.

 Contoh Soal Dimensi Tiga dan Pembahasan


 Contoh Soal 1: Jarak Titik dengan Garis
Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 4 cm. Tentukan jarak antara
titik F dengan diagonal ruang BH.
Pembahasan

Jarak titik F dengan garis BH sama dengan panjang garis PF. Jika luas
segitiga BHF diketahui

Luas BHF =   atau Luas BHF =  , maka:


 Contoh Soal 2: Volume Bangun Ruang
Kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm. Titik P dan Q berturut-turut
terletak pada pertengahan FG dan HG. Perpanjangan garis BP, DG dan CG
berpotongan di titik T. Tentukan volume limas T.BCD.
Pembahasan

Sudut CDT sama dengan sudut GQT maka :

Maka luas limas :

 Contoh Soal 3: Sudut Pada Bangun Ruang


Kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk 6 cm. Q dan P adalah titik tengah
HG dan FG. Jika   adalah sudut yang dibentuk bidang BDPQ dengan bidang
ABCD maka nilai   adalah ….
Pembahasan

Berdasarkan soal 2 diketahui  , sehingga :

 = 
Dan

Maka :

 =   = 
Diperoleh :

 = 
LAMPIRAN
https://www.studiobelajar.com/dimensi-tiga/
KD II
STATISTIKA
Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan,
mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data.
Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data. Istilah 'statistika'
(bahasa Inggris: statistics) berbeda dengan 'statistik' (statistic). Statistika
merupakan ilmu yang berkenaan dengan data, sedang statistik adalah data,
informasi, atau hasil penerapan algoritme statistika pada suatu data. Dari
kumpulan data, statistika dapat digunakan untuk menyimpulkan atau
mendeskripsikan data; ini dinamakan statistika deskriptif. Sebagian besar konsep
dasar statistika mengasumsikan teori probabilitas. Beberapa istilah statistika
antara lain: populasi, sampel, unit sampel, dan probabilitas.
Statistika banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu
alam (misalnya astronomi dan biologi maupun ilmu-ilmu sosial
(termasuk sosiologi dan psikologi), maupun di bidang bisnis, ekonomi,
dan industri. Statistika juga digunakan dalam pemerintahan untuk berbagai
macam tujuan; sensus penduduk merupakan salah satu prosedur yang paling
dikenal. Aplikasi statistika lainnya yang sekarang popular adalah prosedur jajak
pendapat atau polling (misalnya dilakukan sebelum pemilihan umum),
serta hitung cepat (perhitungan cepat hasil pemilu) atau quick count. Di bidang
komputasi, statistika dapat pula diterapkan dalam pengenalan
pola maupun kecerdasan buatan.
 Penyajian Data Statistik 

Statistika deskriptif adalah metode–metode yang berkaitan dengan


pengumpulan dan penyajian suatu kumpulan data sehingga memberikan informasi
yang berguna. Statistika deskriptif memberikan informasi hanya mengenai data
yang dipunyai dan sama sekali tidak menarik iferensia atau kesimpulan apapun
tentang data tersebut.

1. Penyajian Data Statistik Dalam Bentuk Grafis

 Histogram

Histogram adalah grafik dari distribusi frekuensi suatu variabel. Tampilan


histogram berupa balok. Penyajian data ini terdiri dari dua sumbu utama dengan
sudut 900 dimana sebagai absis sumbu X dan sebagai ordinat Y. Lebar balok
merupakan jarak dari batas kelas interval, sedangkan tinggi balok menunjukkan
besarnya frekuensi.

 Pie Chart

Pie Chart / Diagram kue merupakan sebuah lingkaran yang dibagi menjadi


beberapa sektor. Tiap sektor menyatakan besarnya presentase atau bagian untuk
masing-masing kelompok.

 Poligon

Poligon adalah grafik dari distribusi frekuensi tergolong suatu variabel.


Tampilan poligon berupa garis-garis patah yang diperoleh dengan cara
menghubungkan puncak masing-masing nilai tengah kelas. Poligon sangat baik
digunakan untuk membandingkan bentuk dari dua distribusi.

 Ogive
Ogive adalah bentuk gambar dari distribusi frekuensi kumulatif suatu variabel.
Untuk suatu tabel distribusi frekuensi, dapat dibuat ogive positif dan ogive
negatif.

 Diagram Batang Daun (Stem and Leaf)

Diagram Batang Daun (Stem and Leaf) sama dengan histogram, hanya


saja informasi yang diperoleh lebih baik karena diagram batang daun
memperlihatkan nilai-nilai pengamatan asli. Dalam diagram ini ditampilkan
bilangan-bilangan sebagai batang dan disebelah kananya ditulis bilangan sisanya.

 Penyajian Data Statistik Numerik


Penyajian data secara numerik terdiri dari beberapa bentuk:

 Central Tredency (Ukuran Pemusatan)


Central tredency merupakan pusat sekumpulan data, artinya jika sekumpulan
data salah satu ukran pemusatannya, maka kita dapat mengetahui bahwa nilai ini
merupakan pusat dari beberapa nilai lainya.

 Mean atau nilai tengah populasi secara umum merupakan jumlah seluruh
nilai-nilai data dibagi dengan banyaknya data.
 Modus merupakan nilai yang terjadi paling sering atau yang mempunyai
frekuensi paling tinggi dari suatu populasi.
 Median suatu populasi yang telah diurutkan dari yang terkecil sampai
terbesar atau terbesar sampai terkecil adalah pengamatan yang tepat
ditengah-tengah bila banyaknya pengamtan itu ganjil, atau rata-rata kedua
pengamtan yang ditengah bila banyknya pengamatan genap.
 Dispersion atau pencaran

Dispersion atau pencaran digunakan untuk mengetahui seberapa jauh


pengamatan-pengamtan yang kita peroleh menyebar dari rata-ratanya.

1. Range adalah beda antara pengamatan terbesat dan terkecil dalam


kumpulan data tersebut.
2. Standar Baku (Standar deviasi) suatu ukuran yang menunjukkan deviasi
standar data pengamtan terhadap rata-ratanya.
3. Variansi adalah kuadrat dari standar deviasi.

 Fractile

1. Kuartil adalah nilai-nilai yang membagi sebuah populasi pengamtan


menjadi empat bagian sama besar. Nlai-nilai itu, yang dilambangkan
dengan Q1, Q2, dan Q3, mempunyai sifat bahwa 25% data jatuh dibawah
Q1, 50% jatuh dibawah Q2, dan 75% jatuh dibawah Q
2. Desil adalah nilai-nilai yang membagi populasi pegamtan menjadi 10
bagian yang sama. Nilai-nilai itu, dilambangkan dengan D 1, D2, …, D9,
mempunyai sifat bahwa 10 data jatuh dibawah D1, 20% jatuh dibawah D2,
…, dan 90% jatuh dibawah D9.
3. Persentil addalah nilai-nilai yang membagi segugus pengamtan menjadi
100 bagian yang sama. Nilai-nilai itu, dilambangkan dengan P1, P2, …, P99,
mempunyai sifat bahwa 1% dari seluruh data terletak di bawah P 1, 2%
terletak di bawah P2, …, dan 99% terletak dibawah P

 Skewness

Skewness menunjukkan kemiringan dari sebuah data yang ditampilkan dalam


bentuk histogram. Terdapat tiga bentuk skewness, yatu:

1. Simetris adalah bentuk sebaran yang dapat dilipat sepanjang sumbu


tegak sehingga kedua belahanya saling menutupi. Nilai tengah dan
mediannya terletak pada posisi yang sama pada sumbu datar.
2. Menjulur positif adalah bentuk sebaran yang menjulur ke kanan.
Bagian kanannya lebih panjang. Nilai tengahnya lebih besar
daripada median.
3. Menjulur negatif adalah bentuk sebaran yang menjulur ke kiri.
Bagian kirinya lebih panjang. Nilai tengahnya lebih kecil daripada
median.

 Pengukuran Keruncingan

1. Leptokurtis
2. Platikurtis
3. Mesokurtis

 Pemusatan Data
1) Mean

Mean adalah nilai rata-rata dari hasil penjumlahan seluruh data yang
kemudian dibagi dengan banyaknya data yang ada. Mean lebih singkatnya disebut
sebagai nilai rata-rata dari jumlah data yang ada. Untuk mencari nilai Mean (rata-
rata) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

 Mean untuk Data Tunggal

Data tunggal adalah data yang belum dikelompokkan ke dalam kelas interval.
Untuk mencari nilai mean data tunggal dapat diperoleh dengan menggunakan

rumus:

Keterangan: 

X̄ = Rataan dari suatu data

Xi = Nilai data pertama

X2 = Nilai data kedua

X3 = Nilai data ketiga

Xn = Nilai data selanjutnya

n   = Banyak data yang ada

 Contoh Soal:
Dari hasil ulangan matematika kelas VI SD 03 Karangjati yang terdiri dari 12
siswa diperoleh nilai 10,10,10,9,5,8,8,8,7,10,9,9. Tentukan nilai Mean nya!

Jawab:

Jadi, nilai Mean hasil ulangan matematika siswa kelas VI SD Karangajati adalah
8,58

 Mean untuk Data Kelompok

Data kelompok adalah data yang sudah dikelompokkan ke dalam kelas


interval. Untuk mencari nilai Mean dari data kelompok dapat diperoleh dengan

menggunakan rumus:

Keterangan: 

fi = Frekuensi

Xi = Nilai tengah

Nilai tengah adalah jumlah nilai tepi atas dan tepi bawah dibagi 2

 Contoh Soal:
Diketahui suatu data sebagai berikut. Hitunglah nilai Meannya!

Untuk mencari Mean, terlebih dahulu kita harus mencari nilai tengahnya (Xi)
terlebih dahulu kemudian dikalikan dengan frekuensi (fi).

Berikut nilai tengah yang diperoleh

Jadi Nilai Mean dari data tabel diatas adalah 54,9


 Median

Median adalah nilai tengah dari sebuah data yang sudah di urutkan dari jumlah
terkecil sampai terbesar. Secara matematis median dilambangkan dengan Me yang
dapat dicari menggunakan cara berikut.

1. Median Data Tunggal

Jika, Median data tunggal yang dicari dari jumlah data yang jumlahnya ganjil
dapat dicari menggunakan rumus berikut.

Jika, Median data tunggal yang dicari dari  jumlah data yang jumlahnya genap
dapat dicari menggunakan rumus berikut.

Keterangan:

Me = Median

n    = Jumlah data

x     = Nilai data

 Contoh Soal:

2. Median Data Ganjil

Dari 7 orang anak sedang menghitung pensil warna yang dipunyainya. Setelah
dihitung jumlah pensil warna mereka adalah 3,8,5,7,6,4,4. Median dari jumlah
pensil warna tersebut adalah?

Jawab:
Karena jumlah data ganjil, maka penghitungan median yang digunakan adalah
cara penghitungan median data ganjil.

Dari hasil penghitungan di atas, diperoleh bahwa ,edian adalah X4. Untuk
Mengetahui letak X3, maka data harus diurutkan nilainya terlebih dahulu.

3,4,4,5,6,7,8

Berdasarkan hasil pengurutan maka median dari data di atas adalah 5.

3. Median Data Genap

Dari 10 siswa dalam satu kelas dijadikan dijadikan sampel dan dihitung tingginya.
Hasil pengukuran tinggi badan dari ke-10 siswa tersebut adalah
165,168,165,170,175,178,170,172,173, 178. Hitung median dari data tinggi badan
ke-10 siswa tersebut.

Jawab:

Karena jumlah data genap, maka penghitungan median dari tinggi badan ke-10
siswa tersebut adalah seperti berikut.
Untuk mengetahui letak X5 dan X6 terlebih dahulu data harus diurutkan. Hasil
pengurutan data tinggi badan siswa tersebut sebagai berikut.

165,165,168,170,170,172,173,175,178,178

Berdasarkan pengurutan data tinggi badan siswa tersebut diperoleh letak x5 pada
nilai 170 dan x6 pada nilai 172. Dengan demikian penghitungan dapat
dilanjutkan.

Jadi, median dari data tinggi badan siswa adalah 171

4. Median Data Kelompok

Ingat.!!!!! Data kelompok adalah data yang sudah dikelompokkan ke dalam


kelas interval. Untuk mencari nilai median dari data kelompok dapat diperoleh
dengan menggunakan rumus seperti berikut.

Keterangan:

Me     = Median

xii      = Batas bawah median

n        = Jumlah data

fkii     = Frekuensi kumulatif data di bawah kelas median

fi        = Frekuensi data pada kelas median


p        = Panjang interval kelas

 Contoh Soal

Dari 26 siswa SDN 03 Karangjati dijadikan sampel dalam penelitian oleh Dinas


Kesehatan. Siswa yang sudah dipilih kemudian di timbang berat badannya. Hasil
timbangan berat badan disajikan dalam bentuk data berkelompok seperti berikut.

Hitung median berat badan siswa yang dijadikan sampel!

Jawab

Untuk mencari nilai Median nya, terlebih dahulu yang harus dilakukan yaitu
menghitung frekuensi kumulatif data. Penghitungan frekuensi kumulatif data
dapat dilihat pada tabel berikut.

Selanjutnya menentukan nilai-nilai yang akan digunakan pada rumus.


Jumlah data 26, sehingga mediannya terletak diantara data ke-13 dan 14. Data ke-
13 dan 14 ini terletak pada kelas interval ke-4 (61-65). Kelas Interval ke-4 ini bisa
disebut sebagai kelas median.

Melalui informasi kelas median, bisa diperoleh batas bawah kelas median sama
dengan 60,5. Frekuensi kumulatif sebelum kelas median adalah 9, dan frekuensi
kelas median sama dengan 5. Telah diketahui juga  bahwa panjang kelas yang
dimiliki sepanjang 5.

Secara matematis dapat diringkas sebagai berikut.

xii = 60,5
n = 26
fkii = 9
fi = 5
p = 5
Dari nilai-nilai tersebut dapat dihitung median dengan menggunakan rumus
median data berkelompok.

Sehingga median berat badan siswa adalah 64,5 Kg.

 Modus

Modus merupakan nilai data yang sering muncul. jika dalam suatu kelompok
data memiliki memiliki lebih dari satu nilai data yang sering muncul, maka
sekumpulan data tersebut memiliki banyak modus. Sekelompok data yang
memiliki modus disebut bimodal, sedangkan sekelompok data yang memiliki
lebih dari dua modus disebut multimodal. Modus biasanya dilambangkan
dengan Mo.

 Contoh Soal:

1. Modus Data Tunggal

Diketahui dalam 1 kelas terdapat 10 siswa. dari 10 siswa tersebut kemudian


dijadikan sampel untuk diukur tinggi badannya. Berdasarkan hasil pengukuran
diperoleh data tinggi badan siswa 175,172,175,160,178,165,168,175,175,172.
Tentukan modus dari rata tinggi badan siswa tersebut.

Jawab:

Untuk mencari Modus dari data seperti diatas tidak perlu menggunakan rumus
apapun. Yang perlu dilakukan adalah menghitung nilai data yang sering muncul.
Dan dari dari nilai data 175,172,175,160,178,165,168,175,175,172 yang sering
muncul adalah angka 175.

2. Modus Data Berkelompok

Diketahui data berkelompok seperti tabel dibawah ini.

Tentukan Mo dari data pada tabel diatas!

Jawab:

Modus dari data tabel diatas terletak pada interval kelas 8-10 karena kelas interval
tersebut memiliki frekuensi terbanyak yaitu 11. Dari tabel diatas dapat diketahui

p = 3

b = 7,5

b1 = fm – fm−1 = 11-6 = 5

b2 =  fm – fm+1 = 11-4 = 7

Dengan menggunakan rumus modus data berkelompok, maka modus data tersebut
adalah
Mo = b+

= 7,5+

= 7,5+1,25

= 8,75

 Penyebaran Data
Dalam pengukuran statistika terdpat pula Ukuran Penyebaran data. Ukuran
penyebaran data merupakan ukuran yang menunjukkan seberapa jauh data
menyebar dari rata-rata. Terdapat ukuran penyebaran data yang akan kita pelajari
pada artikel ini, yaitu Jangkauan (range), Simpangan rata-rata, Ragam (variasi),
dan Simpangan Baku. namun, sebelum anda mempelajari postingan ini, sebaiknya
anda baca dulu materi sebelumnya tentang pengertian Statistika, Ukuran
Pemusatan data Dan Ukuran Letak Data.

1. Jangkauan (Range)
Jangkauan merupakan selisih data terbesar dan data terkecil. Jangkauan sering
dilambangkan dengan R.

a. Jangkauan Data

R = xmaks – xmin
Keterangan:
R = jangkauan
Xmaks = data terbesar
Xmin = data terkecil

 Contoh soal

Tentukan jangkauan dari data : 3,6,10,5,8,9,6,4,7,5,6,9,5,2,4,7,8.

Jawab :

R = xmaks – xmin
= 10-2 = 8

Jadi, jangkaun data tersebut adalah 8. 


b. Jangkauan interkuartil

Jangkauan interkuartil adalah selisih antara kuartil ketiga dan kuartil pertama.
H = Q3 – Q1
Keterangan :
H = jangkauan interkuartil
Q3 = kuartil ketiga
Q1 = kuartil pertama

c. Simpangan kuartil ( jangkauan semi interkuartil)

Singan kuartil adalah setengah dari selisih kuartil ketiga dan kuartil pertama.

Sk = ½ Q3 – Q1
Keterangan :
Sk = simpangan kuartil
Q3 = kuartil ketiga
Q1 = kuartil pertama

2. Simpangan Rata- Rata


Simpangan rata-rata merupakan nilai rata-rata dari selisih setiap data dengan
nilai mean atau rataan hitungnya. Simpangan rata-rata sering dilambangkan
dengan SR.

a. Data Tunggal

Keterangan :
SR = simpangan rata-rata
Xi = data ke-i
X = rataan hitung
n = banyak data

 Contoh soal

Tentukan simpangan rata-rata dari data 4,6,8,5,4,9,5,7.

Jawab :
Jadi, simpangan rata-ratanya adalah 1,5

b. Data Bergolong (Berkelompok)

Keterangan :
SR = simpangan rata-rata
Xi = data ke-i
X = rataan hitung
fi = frekuensi data ke-i

 Contoh soal

Tentukan simpangan rata-rata dari data berikut:

Data F

41-45 6

46-50 3

51-55 5

56-60 8

61-65 8

Jawab:

Data F xi fixi |xi-x| Fi|xi-x|

41-45 6 43 258 11,5 69

46-50 3 48 114 6,5 19,5


51-55 5 53 265 1,5 7,5

56-60 8 58 464 3,5 28

61-65 8 63 504 8,5 68

Jumlah 30 1.635 165

Jadi, simpangan rata-ratanya adalah 5,5.

3. Ragam
Ragam atau variasi adlah nilai yang menunjukkan besarnya penyebaran data
pada kelompok data. Ragam atau variasi dilambangkan dengan s2.

a. Variasi untuk data tunggal

Keterangan :
s2= variasi
xi = data ke –i
x = rataan hitung
n = banyak data

b. Variasi untuk data bergolong (berkelompok)

Keterangan :
s2= variasi
xi = data ke –i
x = rataan hitung
fi = frekuensi data ke-i

4. Simpangan baku
Simpangan baku atau disebut juga deviasi standar merupakan akar dari jumlah
kuadrat diviasi dibagi banyaknya data. Simpangan baku sering dilambangkan
dengan s.

a. Simpangan baku untuk data tunggal

Keterangan :
S = simpangan baku
xi = data ke –i
x = rataan hitung
n = banyak data

b. Simpangan baku untuk data bergolong (berkelompok)

Keterangan :
s = simpangan baku
xi = data ke –i
x = rataan hitung
fi = frekuensi data ke-i

Contph soal

Tentukan variari dan simpangan baku dari  data : 4,6,8,7,9,8.

Data F

41-45 6

46-50 3

51-50 5
56-60 8

61-65 8

Jawab :

Data f xi fixi (xi-x)2 fi(xi-x)2

41-45 6 43 258 132.25 93.5

46-50 3 48 144 42.25 126.75

51-50 5 53 265 2.25 11.25

56-60 8 58 464 12.25 98

61-65 8 63 504 72.25 578

Jumlah 30 1.635 676

Jadi, variasinya = 22,53 dan simpangan bakunya = 4,75.


LAMPIRAN

https://id.wikipedia.org/wiki/Statistika

https://statmat.id/penyajian-data-statistik/

https://rumushitung.com/2018/07/18/ukuran-pemusatan-data-mean-median-dan-
modus/

https://www.pelajaran.co.id/2016/14/statistika-ukuran-penyebaran-data-rumus-dan-
contoh-soal-jangkauan-simpangan-ragam.html
KD III
KAIDAH PENCACAHAN
Kaidah pencacahan (Counting Rules) didefinisikan sebagai suatu cara atau
aturan untuk menghitung semua kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu
percobaan tertentu. Terdapat beberapa metode dalam kaidah pencacahan di
antaranya : metode aturan pengisian tempat (Filling Slots), metode permutasi dan
metode kombinasi.
 Aturan Pengisian Tempat

Amati gambar berikut! Apa pendapatmu tentang gambar tersebut? Jelaskan!


Permasalahan :
Anton mempunyai 3 kaos yang berwarna putih, merah dan biru serta
mempunyai 2 celana panjang yang berwarna hitam dan cokelat. Tentukan
kemungkinan – kemungkinan Anton memakai kaos dan celana panjang!
Penyelesaian :
Terdapat 3 cara untuk menentukan kemungkinan – kemungkinan Anton
memakai kaos dan celana panjang.
c. Himpunan pasangan terurut
{(Putih, Hitam), (Putih, Cokelat), (Merah, Hitam), (Merah, Cokelat),
(Biru, Hitam), (Biru, Cokelat)}
Dari ketiga cara di atas, dapat disimpulkan banyak cara Anton memakai
kaos dan celana panjang = 6 cara = 3 × 2 = banyak cara memakai kaos × banyak
cara memakai celana
panjang.
 Aturan Perkalian :
Jika suatu kejadian dapat terjadi dalam n tahap yang saling berurutan di mana
tahap 1 dapat terjadi dalam q1 cara, tahap 2 dapat terjadi dalam q2 cara, tahap 3
dapat terjadi dalam q3 cara demikian seterusnya sampai tahap ke – n dapat terjadi
dalam qn cara maka kejadian tersebut dapat terjadi secara berurutan dalam q1 ×
q2 × q3 × ... × qn cara berbeda.

 Contoh :
Berapa banyak cara untuk memilih 3 pengurus OSIS yang terdiri dari ketua,
sekretaris dan bendahara dari 8 orang siswa?
Penyelesaian :
Tertapat 3 tempat untuk mengisi posisi ketua, sekretaris dan bendahara sebagai
berikut :
Ketua Sekretaris Bendahara
Dari 8 siswa tersebut, semuanya berhak dipilih menjadi ketua sehingga ada 8 cara
untuk mengisi posisi ketua. Karena 1 orang sudah menjadi ketua maka tinggal 7
orang yang berhak dipilih menjadi sekretaris sehingga ada 7 cara untuk mengisi
posisi sekretaris. Karena 1 orang sudah menjadi ketua dan 1 orang sudah menjadi
sekretaris maka tinggal 6 orang yang berhak dipilih menjadi bendahara sehingga
ada 6 cara untuk mengisi bendahara.
8 7 6
Ketua Sekretaris Bendahara
Banyak cara memilih 3 pengurus OSIS tersebut adalah 8 × 7 × 6 = 336
 Aturan Penjumlahan
Misalkan suatu kejadian dapat terjadi dalam n cara yang berlainan (saling
asing) dimana dalam cara pertama terdapat p1 kemungkinan hasil yang berbeda,
dalam cara kedua terdapat p2 kemungkinan hasil yang berbeda, dalam cara ketiga
terdapat p3 kemungkinan hasil yang berbeda demikian seterusnya sampai cara
yang ke – n terdapat pn kemungkinan hasil yang berbeda maka total banyak
kemungkinan kejadian dalam peristiwa tersebut adalah p1 + p2 + p3 + ... + pn
cara berbeda.
 Contoh :
Hendro seorang pelajar SMK. Hendro mempunyai tiga jenis alat
transportasi dari rumah ke sekolah yaitu sepeda (sepeda mini, sepeda gunung),
sepeda motor (yamaha, honda, suzuki) dan mobil (sedan, kijang, pick-up). Berapa
banyak cara Hendro berangkat dari rumah ke sekolah?
Penyelesaian :
Alat transportasi yang digunakan Hendro dari rumah ke sekolah hanyalah
salah satu saja yaitu sepeda atau sepeda motor atau mobil, tidak mungkin dia
menggunakan lebih dari satu kendaraan dalam waktu yang bersamaan. Banyak
cara Hendro berangkat dari rumah ke sekolah adalah banyak cara memakai sepeda
+ banyak cara memakai sepeda motor + banyak cara memakai mobil = 2 + 3 + 3 =
8 cara.
 Notasi Faktorial
Misalkan n  himpunan bilangan asli. Notasi n! (dibaca : n faktorial)
didefinisikan hasil kali bilangan – bilangan asli berurutan dari n sampai 1.
Ditulis n! = n × (n – 1) × (n – 2) × ... × 3 × 2 × 1.
Didefinisikan 1! = 1 dan 0! = 1.

 Contoh :
b. Tentukan nilai dari 5!.
Penyelesaian :
5! = 5 × 4 × 3 × 2 × 1 = 120.
c. Tentukan nilai dari 2! + 3!.
Penyelesaian :
2! + 3! = (2 × 1) + (3 × 2 × 1) = 2 × 6 = 12

 Permutasi
Permutasi adalah susunan yang dapat dibentuk dari suatu kumpulan obyek
yang diambil sebagian atau seluruhnya dengan merperhatikan urutannya.
“Memperhatikan urutannya” maksudnya susunan AB dan BA dianggap kejadian
yang berbeda. Sebagai contoh, di dalam suatu kelas telah terpilih 3 calon untuk
menduduki jabatan ketua, sekretaris dan bendahara. Ketiga calon terpilih tersebut
adalah A, B dan C. Kemungkinan susunan kepengurusan kelas tersebut adalah
sebagai berikut :
Ada 6 susunan kepengurusan yang mungkin.
Macam – macam permutasi :
1) Permutasi n unsur dari n unsur berbeda
Banyak cara untuk menyusun n unsur yang diambil dari n unsur dengan
memperhatikan urutannya dinyatakan dengan P(n,n) atau nPn yang dirumuskan
sebagai berikut :
P(n,n) = n!

 Contoh 1 :
Dari 4 calon pengurus OSIS, berapa kemungkinan susunan yang dapat dibentuk
untuk menentukan sekaligus ketua, wakil ketua, bendahara dan sekretaris.
penyelesaian :
Susunan calon pengurus OSIS yang terbentuk adalah P(4,4) = 4! = 1 x 2 x 3 x 4 =
24.

 Contoh 2 :
Tentukan susunan huruf yang dapat dibentuk dari kata “ LUANG” jika susunan
huruf tersebut terdiri atas lima huruf berbeda.
Penyelesaian :
Susunan huruf yang mungkin adalah P(5,5) = 5! = 1 x 2 x 3 x 4 x 5 = 120.
2) Permutasi k unsur dari n unsur berbeda (k ≤ n)
Banyak cara untuk menyusun k unsur yang diambil dari n unsur dengan
memperhatikan dinyatakan dengan P(n,k) atau nPk yang dirumuskan sebagai
berikut :

 Contoh 1 :
Tentukan banyaknya kemungkinan dalam pemilihan ketua kelas dan wakil ketua
kelas jika ada 6 orang calon.
Penyelesaian :
Banyak kemungkinan = P(6,2) = 30

 Contoh 2 :
Dari huruf – huruf A, B, C, D, E, F, tentukan susunan huruf yang terdiri dari 3
huruf berbeda.
Penyelesaian :
Banyak susunan huruf = P(6,3) = 120
3) Permutasi dengan beberapa unsur sama.
Jika dari n unsur yang tersedia terdapat n1 unsur sama, n2 unsur sama dan
seterusnya maka banyak permutasi adalah

 Contoh :
Tentukan banyak susunan huruf berbeda pada kata AKUNTAN
Penyelesaian :
Banyak huruf (n) = 7, banyak huruf A = 2, banyak huruf N = 2
4) Permutasi siklis
Amati gambar berikut! Apa pendapatmu tentang gambar tersebut? Jelaskan!

Permutasi siklis adalah suatu cara untuk menentukan susunan unsur yang
disusun secara siklis atau melingkar dengan memperhatikan urutannya. Banyak
permutasi siklis dari n unsur berbeda adalah : P = (n – 1)!

 Contoh :
Dalam suatu pertemuan, ada 8 peserta akan menempati 8 kursi yang mengelilingi
meja bundar. Berapa banyak susunan yang mungkin terjadi?
Penyelesaian :
Banyak susunan yang mungkin terjadi = (8 – 1)! = 7! = 5040.
5) Permutasi berulang
Banyak permutasi r unsur yang diambil dari n unsur yang tersedia dengan tiap
unsur yang tersedia boleh ditulis berulang adalah P = nr
 Contoh :
Berapa banyak susunan 3 huruf yang diambil dari huruf – huruf K, A, M, I dan S
jika unsur – unsur yang tersedia boleh ditulis berulang.
Penyeleaian :
Banyak susunannya = 53 = 125.
 Kombinasi
Amati gambar berikut! Apa pendapatmu tentang gambar tersebut? Jelaskan!

Kombinasi adalah suatu susunan yang dapat dibentuk dari suatu kumpulan
objek (setiap objek berbeda) yang diambil sebagian atau seluruhnya tanpa
memperhatikan urutannya / secara acak atau secara random. Sebagai contoh, jika
dalam lemari es berisi tape, nanas dan kolang – kaling maka cara si penjual es
dalam memasukkan isi es ke dalam gelas dapat berupa (tape, nanas, kolang –
kaling), (tape, kolang – kaling, nanas), (nanas, tape, kolang – kaling), (nanas,
kolang – kaling, tape), (nanas, kolang – kaling, tape), (kolang – kaling, nanas,
tape) dan (kolang – kaling, tape, nanas). Bagaimanapun cara memasukkan isi es
tersebut ke dalam gelas, hasilnya akan sama yaitu es kombinasi yang berisi 3
macam tadi. Kombinasi r unsur dari n unsur yang tersedia dirumuskan

 Contoh 1 :
Ada 12 pemain bola basket yang akan bertanding. Dalam menit – menit pertama
akan diturunkan 5 orang. Berapa banyaknya cara yang mungkin terjadi?
Penyelesaian :
Banyak cara yang mungkin terjadi adalah C(n,r) = 792

 Contoh 2 :
Tiga bola diambil dari kotak yang berisi 5 bola merah, 3 bola putih dan 2 bola
biru. Tentukan banyak cara pengambilan tiga bola yang terdiri dari 2 bola merah
dan 1 bola biru.
Jawab :
Tersedia 5 bola merah dan akan diambil 2 bola, banyak cara pengambilannya
= C(5,2) = 10.
Tersedia 2 bola biru dan akan diambil 1 bola, banyak cara pengambilannya
= C(2,1) = 2.
Banyak cara pengambilan tiga bola yang terdiri dari 2 bola merah dan 1 bola biru
adalah 10 × 2 = 20.
LAMPIRAN
http://modulmatematikasmk.blogspot.com/2017/01/kaidah-pencacahan.html
KD IV

PELUANG KEJADIAN MAJEMUK

Peluang kejadian majemuk adalah rangkaian beberapa kejadian yang


dihubungkan dengan “dan” (Dilambangkan dengan ∩ ) serta “atau”
(Dilambangkan dengan U), dan dirumuskan :
P (AUB) = P(A) + P(B) - P(A∩B)
Skema pembagian kejadian majemuk

1. Kejadian Majemuk Saling Lepas


Dua kejadian A dan B dikatakan saling lepas jika dua kejadian tersebut
tidak dapat terjadi secara bersamaan, atau dengan kata lain tidak saling terkait
(tidak mempunyai irisan). Dirumuskan :
P(A ∩ B) = 0
P(A U B) = P(A) + P(B)
Untuk pemahaman lebih lanjut ikutilah contoh Soal berikut ini :
1. Dua buah dadu dilantunkan serentak satu kali. Jika A adalah kejadian
munculnya dua mata dadu yang habis dibagi 5 dan B adalah kejadian munculnya
dua mata dadu yang jumlahnya habis dibagi 4, maka tentukanlah peluang :
(a) P(A ∩ B) 
(b) P(A U B)
Jawab
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} , n(S) = 6
A = {5} , n(A) = 1
B = {4} , n(B) = 1
Karena A dan B saling lepas, maka:
(a) P(A ∩ B) = 0
(b) P(A U B) = P(A) + P(B)
P(A U B) ⅙ + ⅙ = ⅓

2. Sebuah dadu merah dan sebuah dadu putih dilantunkan serentak satu kali.
Tentukanlah peluang munculnya angka 3 pada dadu merah atau angka 5 pada
dadu putih
Jawab
n(S) = 6 x 6 = 36
A = {31, 32, 33, 34, 35, 36} , n(A) = 6
B = {15, 25, 35, 45, 55, 65} , n(B) = 6
A U B = {35} , n(A ∩ B) = 1
Karena A dan B tidak saling lepas, maka:

2. Kejadian Saling Bebas


Dua kejadian A dan B dikatakan saling bebas jika muncul atau tidaknya
kejadian A tidak mempengaruhi muncul atau tidaknya kejadian B. Dengan kata
lain A dan B memiliki keterkaitan tetapi tidak saling mempengaruhi.
Jika dirumuskan secara matematis, maka kejadian A dan B dikatakan saling bebas
jika memenuhi :
P(A ∩ B) = P(A) x P(B)
Untuk pemahaman lebih lanjut ikutilah contoh Soal berikut ini:
1. Dua dadu dilantunkan serentak satu kali. Misalkan A adalah kejadian
munculnya dua mata dadu yang jumlahnya 8 dan B adalah kejadian
munculnya dua mata dadu yang hasil kalinya 12, maka selidikilah apakah
A dan B saling bebas ?
Jawab
A = {26, 62, 35, 53, 44} , n(A) = 5
B = {34, 43, 62, 26} , n(B) = 4
A ∩ B = {62, 26} , n(A ∩ B) = 2
n(S) = 36

2. Dua dadu berwarna merah dan putih dilantunkan serentak satu kali.
Misalkan A adalah kejadian munculnya angka 4 pada dadu merah dan B
adalah kejadian munculnya angka 6 pada dadu putih, maka selidikilah
apakah A dan B saling bebas ?
Jawab
A = {41, 42, 43, 44, 45, 46} , n(A) = 6
B = {16, 26, 36, 46, 56, 66} , n(B) = 6
A ∩ B = {46} , n(A ∩ B) = 1
n(S) = 36
3. Dua orang sahabat Amir dan Budi bermaksud mengikuti ujian masuk perguruan
tinggi. Jika peluang Amir lulus 3/4 dan peluang Budi lulus 1/3, maka tentukanlah
peluang :
(a) Kedua-duanya tidak lulus
(b) Amir lulus tetapi Budi tidak lulus
Jawab

1. Dua Kejadian Sembarang

Untuk dua kejadian sembarang A dan B pada ruang sampel S, berlaku rumus:

P (A ∪ B) = P (A) + P (B) – P (A ∩ B)

Contoh :

Dari 45 siswa pada suatu kelas, diketahui 28 siswa suka Matematika, 22 siswa
suka bahasa Inggris, dan 10 siswa suka kedua-duanya. Jika seorang siswa dipilih
secara acak, tentukan peluang siswa yang terpilih adalah yang menyukai
Matematika atau bahasa Inggris!

n(S) = 45

Suka Matematika, n(M) = 28

Suka Bahasa Inggris, n(B) = 22

Suka keduanya, n(M ∩ B ) = 10

Jawab :
n(S) = 45

Suka Matematika, n(M) = 28

Suka Bahasa Inggris, n(B) = 22

Suka keduanya, n(M ∩ B ) = 10

Peluang terpilih yang suka Matematika atau Bahasa Inggris ialah:

P (M ∪ B) = P (M) + P (B) – P (M ∩ B)

2. Komplemen Suatu Kejadian

Rumus: P (Ac) = 1 – P (A)

Contoh:

Sebuah dadu dilempar sekali, tentukan peluang munculnya mata dadu lebih dari
dua.

Jawab:

Sebuah dadu dilempar sekali, maka n (S) = 6

Jika A = {mata dadu lebih dari sama dengan 2}


Sehingga Ac = { mata dadu kurang dari atau sama dengan 2 } = {1, 2}, n(Ac) = 2

Jadi, peluang munculnya mata dadu lebih dari 2 adalah 2/3

3. Dua Kejadian Saling Lepas

Rumus: P (A ∪ B) = P(A) + P (B)

Contoh:

Pada pelemparan sebuah dadu bermata 6, berapakah peluang mendapatkan dadu


mata 1 atau 3 ?

Jawab:

A = {1}, B = {3}

n(A) = 1, n(B) = 1

Peluang mendapatkan dadu mata 1 atau 3:


1. Dua Kejadian Saling Bebas

Kejadian A dan B dikatakan saling bebas jika kejadian A tidak mempengaruhi


kejadian B dan kejadian B tidak mempengaruhi kejadian A. Dirumuskan:

P (A ∩ B) = P (A) X P (B)

Contoh:

Jika peluang Andi dapat menyelesaikan suatu soal adalah 0,4 dan peluang Budi
dapat menyelesaikan soal yang sama adalah 0,3 maka peluang mereka berdua
dapat menyelesaikan soal tersebut adalah …

Jawab :

P(A) = 0,4

P(B) = 0,3

Peluang Andi dan Budi dapat menyelesaikan soal:

 Dua Kejadian Bersyarat

Jika kejadian A dan B tidak saling bebas, kejadian B dipengaruhi oleh kejadian A
atau kejadian B dengan syarat A, dirumuskan:

Contoh:

Sebuah dadu dilempar sekali. Tentukan peluang munculnya mata dadu ganjil
dengan syarat munculnya kejadian mata dadu prima lebih dahulu.

Jawab:

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6}, n(S) = 6

A = Kejadian munculnya angka prima

A = {2, 3, 5}, n(A) = 3

B = Kejadian muncul mata dadu ganjil


B = {1, 3, 5}

Peluang munculnya mata dadu ganjil dengan syarat munculnya kejadian mata
dadu prima lebih dahulu:

LAMPIRAN

https://www.materimatematika.com/2017/11/peluang-kejadian-majemuk.html

https://blog.ruangguru.com/teori-peluang-kejadian-majemuk-bagian-1

https://blog.ruangguru.com/teori-peluang-kejadian-majemuk-bagian-2

Anda mungkin juga menyukai