Disusun Oleh :
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya..
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
JUDUL..........................................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB I PENDAULUAN................................................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................
C. Tujuan..............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemilihan..........................................................................................................................
B. Pemilihan tegangan...........................................................................................................
BAB PENUTUP...........................................................................................................................
A. Kesimpulan.......................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................
C. Daftar putaka.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power
plant) seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui saluran
transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator step-up
yang ada dipusat listrik. Saluran transmisi tegangan tinggi mempunyai tegangan
70kV, 150kV, atau 500kV. Khusus untuk tegangan 500kV dalam praktek saat ini
disebut sebagai tegangan ekstra tinggi. Setelah tenaga listrik disalurkan, maka
sampailah tegangan listrik ke gardu induk (G1), lalu diturunkan tegangannya
menggunakan transformator step-down menjadi tegangan menengah yang juga
disebut sebagai tegangan distribusi primer. Kecenderungan saat ini menunjukan
bahwa tegangan distribusi primer PLN yang berkembang adalah tegangan 20kV.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer atau jaringan
Tegangan Menengah (JTM), maka tenaga listrik kemudian diturunkan lagi
tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan rendah, yaitu tegangan
380/220 volt, lalu disalurkan melalui jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke rumah-
rumah pelanggan (konsumen) PLN. Pelanggan-pelanggan dengan daya tersambung
besar tidak dapat dihubungkan pada Jaringan Tegangan Rendah, melainkan
dihubungkan langsung pada jaringan tegangan Transmission of Electrical Energy 3
menengah, bahkan ada pula pelanggan yang terhubung pada jaringan
transmisi,tergantung dari besarnya daya tersambung.Setelah melalui jaringan
Tegangan menengah, jaringan tegangan rendah dan sambungan Rumah (SR), maka
tenaga listrik selanjutnya melalui alat pembatas daya dan kWh meter. Rekening listrik
pelanggan tergantung pada besarnya daya tersambung serta pemakaian kWh nya.
Setelah melalui kWh meter, tenaga listrik lalu memasuki instalasi rumah,yaitu
instalasi milik pelanggan. Instalasi PLN umumnya hanya sampai pada kWh meter,
sesudah kWh meter instalasi listrik umumnya adalah instalasi milik pelanggan. Dalam
instalasi pelanggan, tenaga listrik langsung masuk ke alat-alat listrik milik pelanggan
seperti lampu, kulkas, televisi, dam lain-lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan transmisi?
2. Bagaimana pemilihan sistem transmisi?
3. Bagaimana pemilihan tegangan?
4. Bagaimana cara menentukan kabel yang tepat untuk transmisi ?
5. Kabel jenis apa yang digunakan pada saluran transmisi ?
C. Tujuan
1. Agar Mahasiswa mengetahui perencanaan transmisi sistem tenaga listrik
2. Agar mahasiswa mempelajari lagi tentang transmisi
3. Mengetahui pemilihan sistem transmisi
4. Mengetahui pemilihan tegangan.
5. Untuk mengetahui jenis –jenis kabel yang digunakan
6. Untuk mengetahui sistem kerja Transmisi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemilihan Sistem Transmisi
Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari
tempat pembangkit tenaga listrik sampai ke saluran distribusi sehingga dapat
disalurkan sampai pada pengguna consumer listrik. Berikut merupakan gambar sistem
tenaga listrik.
Dalam dunia kelistrikan, dikenal dua kategori arus listrik, yaitu arus bolak-
balik (Alternating Current/AC) dan arus searah (Direct Current/DC). Maka
berdasarkan jenis arus listrik yang mengalir di saluran transmisi, saluran transmisi
terdiri dari:
Saluran transmisi AC
Saluran Transmisi DC
Berikut blok diagram saluran transmisi & distribusi
B. Pemilihan Tegangan
a. Jatuh Tegangan
Jatuh tegangan pada saluran transmisi adalah selisih antara tegangan pada
pangkal pengiriman (sending end) dan tegangan pada ujung penerimaan
(receiving end) tenaga listrik. Pada saluran bolak balik besarnya tergantung dari
impedansi dan admintasi saluran serta pada beban dan factor daya. Jatuh
tegangan relative dinamakan regulasi tegangan (voltage regulation) dan
dinyatakan oleh rumus :
(vs-vr)/vr x 100%,
Dimana : vs = tegangan pada pangkal pengiriman
vr = tegangan pada ujung penerimaan
Untuk jarak dekat regulasi tegangan tidak berarti (hanya beberapa % saja), tetapi
untuk jarak sedang dan jauh dapat mencapai 5- 15 %.
Bila beban pada saluran EHV tidak berat, sistem tenaga dioperasikan pada
regulasi yang konstan, karena pengaruh arus pemuat besar. Untuk
memungkinkan regulasi yang kecil, saluran transimisi dioperasikan pada
tegangan yang konstan pada ujung penerimaan dan pangkal pengiriman tanpa
dipengaruhi oleh beban. Bila tegangan pada titik penerimaan turun karena
naiknya beban, maka dipakai pengatur tegangan dengan beban, guna
menmungkinkan tegangan skeunder yang konstan, meskipun tegangan
primernya berubah.
arus pada jala-jala suatu transmisi arus bolak-balik tiga fase adalah :
I= P/Ö3.Vr.Cos φ ……(2)
dimana: P = Daya beban pada ujung penerima transmisi (watt)
Vr = Tegangan fasa ke fasa pada ujung penerima transmisi (volt)
Cos φ = Faktor daya beban
Jika persamaan (1) disubstitusi ke persamaan (2), maka rugi-rugi daya transmisi
dapat ditulis sebagai berikut :
ΔPt = P2.R/Vr2.cos2 φ
Terlihat bahwa rugi-rugi daya transmisi dapat dikurangi dengan beberapa cara,
antara lain :
1. meninggikan tegangan transmisi
2. memperkecil tahanan konduktor
3. memperbesar faktor daya beban
Pada penerapannya, peninggian tegangan transmisi harus dibatasi karena dapat menimbulkan
beberapa masalah, antara lain :
1. Tegangan tinggi dapat menimbulkan korona pada kawat transmisi. korona ini pun
akan menimbulkan rugi-rugi daya dan dapat menyebabkan gangguan terhadap
komunikasi radio.
2. Jika tegangan semakin tinggi, maka peralatan transmisi dan gardu induk akan
membutuhkan isolasi yang volumenya semakin banyak agar peralatan-peralatan
tersebut mampu memikul tegangan tinggi yang mengalir. Hal ini akan mengakibatkan
kenaikan biaya investasi.
3. Saat terjadi pemutusan dan penutupan rangkaian transmisi (switching operation), akan
timbul tegangan lebih surja hubung sehingga peralatan sistem tenaga listrik harus
dirancang untuk mampu memikul tegangan lebih tersebut. Hal ini juga
mengakibatkan kenaikan biaya investasi.
4. Jika tegangan transmisi ditinggikan, maka menara transmisi harus semakin tinggi
untuk menjamin keselamatan makhluk hidup disekitar trasnmisi. Peninggian menara
transmisi akan mengakibatkan trasnmisi mudah disambar petir. Seperti telah kita
ketahui, bahwa sambaran petir pada transmisi akan menimbulkan tegangan lebih surja
petir pada sistem tenaga listrik, sehingga peralatan-peralatan sistem tenaga listrik
harus dirancang untuk mampu memikul tegangan lebih surja petir tersebut.
5. Peralatan sistem perlu dilengkapi dengan peralatan proteksi untuk menghindarkan
kerusakan akibat adanya tegangan lebih surja hubung dan surja petir. Penambahan
peralatan proteksi ini akan menambah biaya investasi dan perawatan.
Kelima hal diatas memberi kesimpulan, bahwa peninggian tegangan transmisi
akan menambah biaya investasi dan perawatan, namun dapat megurangi kerugian
daya. Namun jika ditotal biaya keseluruhan, maka peninggian tegangan transmisi
lebih ekonomis karena member biaya total minimum, dan tegangan ini disebut
tegangan optimum.
2. Urutan Fasa
Pada sistem arus putar, keluaran dari generator berupa tiga fasa, setiap fasa
mempunyai sudut pergerseran fasa 120º. Pada SUTT dikenal fasa R; S dan T yang
urutan fasanya selalu R diatas, S ditengah dan T dibawah. Namun pada SUTET
urutan fasa tidak selalu berurutan karena selain panjang, karakter SUTET banyak
dipengaruhi oleh faktor kapasitansi dari bumi maupun konfigurasi yang tidak
selalu vertikal. Guna keseimbangan impendansi penyaluran maka setiap 100 km
dilakukan transposisi letak kawat fasa.
3. Penampang dan Jumlah Konduktor
Untuk kabel berinti tunggal yang dipasang dalam tanah adalah 16 mm².
KETERANGAN :
o Luas penampang nominal (LPN) suatu penghantar konsentris di dapat dari pengukuran
listrik.
o Luas penampang geometri (LPG) suatu pelindung listrik didapat dari pengukuran
geometri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari
tempat pembangkit tenaga listrik sampai ke saluran distribusi sehingga dapat
disalurkan sampai pada pengguna consumer listrik.
Dalam dunia kelistrikan, dikenal dua kategori arus listrik, yaitu arus bolak-
balik (Alternating Current/AC) dan arus searah (Direct Current/DC). Maka
berdasarkan jenis arus listrik yang mengalir di saluran transmisi, saluran transmisi
terdiri dari:
1. Saluran transmisi AC
2. Saluran Transmisi DC
dunialistrik.fr.yuku.com/forums/20
http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Bahan%20Ajar%20Motor%20dan%20Tenaga
%20Pertanian/sistem%20transmisi%20tenaga-1.htm
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/transient/article/view/1288