Anda di halaman 1dari 15

SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Disusun Oleh :

Yoki Mailza Putra


190102048

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH RIAU


FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNI MESIN
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya..

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru 26 April 2022

Yoki Mailz Putra


DAFTAR ISI

JUDUL..........................................................................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................................................

BAB I PENDAULUAN................................................................................................................

A. Latar Belakang..................................................................................................................

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................

C. Tujuan..............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pemilihan..........................................................................................................................

B. Pemilihan tegangan...........................................................................................................

C. Penentuan Kabel Optimum

BAB PENUTUP...........................................................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................................................

B. Saran..................................................................................................................................

C. Daftar putaka.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power
plant) seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui saluran
transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator step-up
yang ada dipusat listrik. Saluran transmisi tegangan tinggi mempunyai tegangan
70kV, 150kV, atau 500kV. Khusus untuk tegangan 500kV dalam praktek saat ini
disebut sebagai tegangan ekstra tinggi. Setelah tenaga listrik disalurkan, maka
sampailah tegangan listrik ke gardu induk (G1), lalu diturunkan tegangannya
menggunakan transformator step-down menjadi tegangan menengah yang juga
disebut sebagai tegangan distribusi primer. Kecenderungan saat ini menunjukan
bahwa tegangan distribusi primer PLN yang berkembang adalah tegangan 20kV.
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer atau jaringan
Tegangan Menengah (JTM), maka tenaga listrik kemudian diturunkan lagi
tegangannya dalam gardu-gardu distribusi menjadi tegangan rendah, yaitu tegangan
380/220 volt, lalu disalurkan melalui jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke rumah-
rumah pelanggan (konsumen) PLN. Pelanggan-pelanggan dengan daya tersambung
besar tidak dapat dihubungkan pada Jaringan Tegangan Rendah, melainkan
dihubungkan langsung pada jaringan tegangan Transmission of Electrical Energy 3
menengah, bahkan ada pula pelanggan yang terhubung pada jaringan
transmisi,tergantung dari besarnya daya tersambung.Setelah melalui jaringan
Tegangan menengah, jaringan tegangan rendah dan sambungan Rumah (SR), maka
tenaga listrik selanjutnya melalui alat pembatas daya dan kWh meter. Rekening listrik
pelanggan tergantung pada besarnya daya tersambung serta pemakaian kWh nya.
Setelah melalui kWh meter, tenaga listrik lalu memasuki instalasi rumah,yaitu
instalasi milik pelanggan. Instalasi PLN umumnya hanya sampai pada kWh meter,
sesudah kWh meter instalasi listrik umumnya adalah instalasi milik pelanggan. Dalam
instalasi pelanggan, tenaga listrik langsung masuk ke alat-alat listrik milik pelanggan
seperti lampu, kulkas, televisi, dam lain-lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan transmisi?
2. Bagaimana pemilihan sistem transmisi?
3. Bagaimana pemilihan tegangan?
4. Bagaimana cara menentukan kabel yang tepat untuk transmisi ?
5. Kabel jenis apa yang digunakan pada saluran transmisi ?

C. Tujuan
1. Agar Mahasiswa mengetahui perencanaan transmisi sistem tenaga listrik
2. Agar mahasiswa mempelajari lagi tentang transmisi
3. Mengetahui pemilihan sistem transmisi
4. Mengetahui pemilihan tegangan.
5. Untuk mengetahui jenis –jenis kabel yang digunakan
6. Untuk mengetahui sistem kerja Transmisi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemilihan Sistem Transmisi
Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari
tempat pembangkit tenaga listrik sampai ke saluran distribusi sehingga dapat
disalurkan sampai pada pengguna consumer listrik. Berikut merupakan gambar sistem
tenaga listrik.

Dalam dunia kelistrikan, dikenal dua kategori arus listrik, yaitu arus bolak-
balik (Alternating Current/AC) dan arus searah (Direct Current/DC). Maka
berdasarkan jenis arus listrik yang mengalir di saluran transmisi, saluran transmisi
terdiri dari:
 Saluran transmisi AC
 Saluran Transmisi DC
Berikut blok diagram saluran transmisi & distribusi

Transmision substation disini, bertujuan untuk merubah dalam menaikkan dan


menurunkan tegangan pada saluran tegangan yang ditransmisikan serta meliputi
regulasi tegangan.

B. Pemilihan Tegangan

1. Klasifikasi Saluran Transmisi Berdasarkan Tegangan 


Transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke
tempat lainnya, yang besaran tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (Ultra
High Voltage / UHV), Tegangan Ekstra Tinggi (Extra High Voltage / EHV),
Tegangan Tinggi (High Voltage / HV), 
Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi, adalah : 
 Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk
lainnya. 
 Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui
isolator-isolator, dengan sistem tegangan tinggi. 
 Standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV dan
150 KV. 
Di Indonesia, kosntruksi transmisi terdiri dari : 
 Menggunakan kabel udara dan kabel tanah, untuk tegangan rendah, tegangan
menengah dan tegangan tinggi. 
 Menggunakan kabel udara untuk tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi. 
Berikut ini disampaikan pembahasan tentang transmisi ditinjau dari klasifikasi
tegangannya: 
1. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200 KV – 500 KV 
 Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas 500
MW. 
 Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi
secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien. 
 Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah: konstruksi tiang (tower)
yang besar dan tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan isolator
yang banyak, sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar. 
 Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah sosial,
yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain: Timbulnya
protes dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET, Permintaan
ganti rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi tinggi, Adanya
permintaan ganti rugi sepanjang jalur SUTET dan lain sebagainya. 
 Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan
500 km. 
2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30 KV – 150 KV 
 Tegangan operasi antara 30 KV sampai dengan 150 KV. 
 Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1
sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan
penghantar netralnya digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali. 
 Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-
masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan
Berkas konduktor disebut Bundle Conductor. 
 Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif
adalah 100 km. 
 Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan jatuh (drop voltaje)
terlalu besar, sehingga tegangan diujung transmisi menjadi rendah. 
 Untuk mengatasi hal tersebut maka sistem transmisi dihubungkan secara ring
system atau interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan
akan dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia. 
3. Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30KV – 150KV 
SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau Jawa),
dengan beberapa pertimbangan 
 Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat sulit
mendapatkan tanah untuk tapak tower. 
 Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat, karena
padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi. 
 Pertimbangan keamanan dan estetika. 
 Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi. 
4. Jenis kabel yang digunakan: 
 Kabel yang berisolasi (berbahan) Poly Etheline atau kabel jenis Cross Link Poly
Etheline (XLPE). 
 Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil paper
impregnated). 
Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan : 
 Single core dengan penampang 240 mm2 – 300 mm2 tiap core. 
 Three core dengan penampang 240 mm2 – 800 mm2 tiap core. 
 Pertimbangan fabrikasi. 
 Pertimbangan pemasangan di lapangan. 
Kelemahan SKTT: 

 Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT. 


 Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan yang
kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak. 
Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk
desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa
sambungan sesuai kebutuhan. Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT
bawah laut (Sub Marine Cable) dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu: 
 Sub marine cable 150 KV Gresik – Tajungan (Jawa – Madura). 
 Sub marine cable 150 KV Ketapang – Gilimanuk (Jawa – Bali). 

a. Jatuh Tegangan 
Jatuh tegangan pada saluran transmisi adalah selisih antara tegangan pada
pangkal pengiriman (sending end) dan tegangan pada ujung penerimaan
(receiving end) tenaga listrik. Pada saluran bolak balik besarnya tergantung dari
impedansi dan admintasi saluran serta pada beban dan factor daya. Jatuh
tegangan relative dinamakan regulasi tegangan (voltage regulation) dan
dinyatakan oleh rumus : 
(vs-vr)/vr x 100%, 
Dimana : vs = tegangan pada pangkal pengiriman 
vr = tegangan pada ujung penerimaan 
Untuk jarak dekat regulasi tegangan tidak berarti (hanya beberapa % saja), tetapi
untuk jarak sedang dan jauh dapat mencapai 5- 15 %. 
Bila beban pada saluran EHV tidak berat, sistem tenaga dioperasikan pada
regulasi yang konstan, karena pengaruh arus pemuat besar. Untuk
memungkinkan regulasi yang kecil, saluran transimisi dioperasikan pada
tegangan yang konstan pada ujung penerimaan dan pangkal pengiriman tanpa
dipengaruhi oleh beban. Bila tegangan pada titik penerimaan turun karena
naiknya beban, maka dipakai pengatur tegangan dengan beban, guna
menmungkinkan tegangan skeunder yang konstan, meskipun tegangan
primernya berubah. 

b. Tegangan Transmisi dan Rugi-rugi Daya


Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari : pusat pembangkit listrik, saluran
transmisi, saluran distribusi dan beban. Pada saat sistem tersebut beroperasi,
maka pada sub-sistem transmisi akanterjadi rugi-rugi daya. Jika tegangan
transmisi adalah arus bolak-balik (alternating current, AC) 3 fase, maka besarnya
rugi-rugi daya tersebut adalah: 
ΔPt = 3I2R (watt)…….(1) 
dimana: I = arus jala-jala transmisi (ampere) 
R = Tahanan kawat transmisi perfasa (ohm) 

arus pada jala-jala suatu transmisi arus bolak-balik tiga fase adalah : 

I= P/Ö3.Vr.Cos φ ……(2) 
dimana: P = Daya beban pada ujung penerima transmisi (watt) 
Vr = Tegangan fasa ke fasa pada ujung penerima transmisi (volt) 
Cos φ = Faktor daya beban 
Jika persamaan (1) disubstitusi ke persamaan (2), maka rugi-rugi daya transmisi
dapat ditulis sebagai berikut : 
ΔPt = P2.R/Vr2.cos2 φ 

Terlihat bahwa rugi-rugi daya transmisi dapat dikurangi dengan beberapa cara,
antara lain : 
1. meninggikan tegangan transmisi 
2. memperkecil tahanan konduktor 
3. memperbesar faktor daya beban 

Sehingga untuk mengurangi rugi-rugi daya dilakukan dengan pertimbangan : 


1. Jika ingin memperkecil tahanan konduktor, maka luas penampang konduktor harus
diperbesar. sedangkan luas penampang konduktor ada batasnya. 
2. Jika ingin memperbaiki faktor daya beban, maka perlu dipasang kapasitor kompensasi
(shunt capacitor), perbaikan faktor daya yang diperoleh dengan pemasangan kapasitor
pun ada batasnya. 
3. Rugi-rugi transmisi berbanding lurus dengan besar tahanan konduktor dan berbanding
terbalik dengan kuadrat tegangan transmisi, sehingga pengurangan rugi-rugi daya
yang diperoleh karena peninggian tegangan transmisi jauh lebih efektif daripada
pengurangan rugi-rugi daya dengan mengurangi nilai tahanan konduktornya.
Pertimbangan yang ketiga, yaitu dengan menaikkan tegangan transmisi adalah yang
cenderung dilakukan untuk mengurangi rugi-rugi daya pada saluran transmisi.
Kecenderungan itupun dapat terlihat dengan semakin meningkatnya tegangan
transmisi di eropa dan amerika. 
4. Masalah Penerapan Tegangan Tinggi Pada Transmisi 

Pada penerapannya, peninggian tegangan transmisi harus dibatasi karena dapat menimbulkan
beberapa masalah, antara lain : 
1. Tegangan tinggi dapat menimbulkan korona pada kawat transmisi. korona ini pun
akan menimbulkan rugi-rugi daya dan dapat menyebabkan gangguan terhadap
komunikasi radio. 
2. Jika tegangan semakin tinggi, maka peralatan transmisi dan gardu induk akan
membutuhkan isolasi yang volumenya semakin banyak agar peralatan-peralatan
tersebut mampu memikul tegangan tinggi yang mengalir. Hal ini akan mengakibatkan
kenaikan biaya investasi. 
3. Saat terjadi pemutusan dan penutupan rangkaian transmisi (switching operation), akan
timbul tegangan lebih surja hubung sehingga peralatan sistem tenaga listrik harus
dirancang untuk mampu memikul tegangan lebih tersebut. Hal ini juga
mengakibatkan kenaikan biaya investasi. 
4. Jika tegangan transmisi ditinggikan, maka menara transmisi harus semakin tinggi
untuk menjamin keselamatan makhluk hidup disekitar trasnmisi. Peninggian menara
transmisi akan mengakibatkan trasnmisi mudah disambar petir. Seperti telah kita
ketahui, bahwa sambaran petir pada transmisi akan menimbulkan tegangan lebih surja
petir pada sistem tenaga listrik, sehingga peralatan-peralatan sistem tenaga listrik
harus dirancang untuk mampu memikul tegangan lebih surja petir tersebut. 
5. Peralatan sistem perlu dilengkapi dengan peralatan proteksi untuk menghindarkan
kerusakan akibat adanya tegangan lebih surja hubung dan surja petir. Penambahan
peralatan proteksi ini akan menambah biaya investasi dan perawatan. 
Kelima hal diatas memberi kesimpulan, bahwa peninggian tegangan transmisi
akan menambah biaya investasi dan perawatan, namun dapat megurangi kerugian
daya. Namun jika ditotal biaya keseluruhan, maka peninggian tegangan transmisi
lebih ekonomis karena member biaya total minimum, dan tegangan ini disebut
tegangan optimum. 

C. Penentuan Kabel Optimum 


a. Konduktor dan Kawat Tanah pada Saluran Transmisi Udara 
Konduktor adalah media untuk tempat mengalirkan arus listrik dari
Pembangkit listrik ke Gardu Induk (GI) atau dari GI ke GI lainnya, yang terentang
lewat tower-tower. Kawat Tanah atau Earth Wire (kawat petir / kawat tanah)
adalah media untuk melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini
dipasang di atas kawat fasa dengan sudut perlindungan yang sekecil mungkin,
karena dianggap petir menyambar dari atas kawat. 
1. Bahan Konduktor 
Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu
memiliki sifat sifat sebagai berikut : 
 konduktivitas tinggi. 
 kekuatan tarik mekanikal tinggi 
 titik berat 
 biaya rendah 
 tidak mudah patah 
Konduktor jenis Tembaga (BC : Bare copper) merupakan penghantar yang
baik karena memiliki konduktivitas tinggi dan kekuatan mekanikalnya cukup baik.
Namun karena harganya mahal maka konduktor jenis tembaga rawan pencurian.
Aluminium harganya lebih rendah dan lebih ringan namun konduktivitas dan
kekuatan mekanikalnya lebih rendah dibanding tembaga. 

Pada umumnya SUTT maupun SUTET menggunakan ACSR (Almunium


Conductorn Steel Reinforced). Bagian dalam kawat berupa steel yang mempunyai
kuat mekanik tinggi, sedangkan bagian luarnya mempunyai konduktifitas tinggi.
Karena sifat electron lebih menyukai bagian luar kawat daripada bagian sebelah
dalam kawat maka ACSR cocok dipakai pada SUTT/SUTET. Untuk daerah yang
udaranya mengandung kadar belerang tinggi dipakai jenis ACSR/AS, yaitu kawat
steelnya dilapisi dengan almunium. 

Pada saluran transmisi yang perlu dinaikkan kapasitas penyalurannya


namun SUTT tersebut berada didaerah yang rawan longsor, maka dipasang
konduktor jenis TACSR (Thermal Almunium Conductor Steel Reinforced) yang
mempunyai kapasitas besar tetapi berat kawat tidak mengalami perubahan yang
banyak. Konduktor pada SUTT/SUTET merupakan kawat berkas (stranded) atau
serabut yang dipilin, agar mempunyai kapasitas yang lebih besar dibanding kawat
pejal. 

2. Urutan Fasa 
Pada sistem arus putar, keluaran dari generator berupa tiga fasa, setiap fasa
mempunyai sudut pergerseran fasa 120º. Pada SUTT dikenal fasa R; S dan T yang
urutan fasanya selalu R diatas, S ditengah dan T dibawah. Namun pada SUTET
urutan fasa tidak selalu berurutan karena selain panjang, karakter SUTET banyak
dipengaruhi oleh faktor kapasitansi dari bumi maupun konfigurasi yang tidak
selalu vertikal. Guna keseimbangan impendansi penyaluran maka setiap 100 km
dilakukan transposisi letak kawat fasa. 
3. Penampang dan Jumlah Konduktor 

Penampang dan jumlah konduktor disesuaikan dengan kapasitas daya yang


akan disalurkan, sedangkan jarak antar kawat fasa maupun kawat berkas
disesuaikan dengan tegangan operasinya. Jika kawat terlalu kecil maka kawat
akan panas dan rugi transmisi akan besar. Pada tegangan yang tinggi (SUTET)
penampang kawat, jumlah kawat maupun jarak antara kawat berkas
mempengaruhi besarnya corona yang ditengarai dengan bunyi desis atau berisik.

4. Jarak Antar Kawat Fasa 


Jarak kawat antar fasa SUTT 70kV idealnya adalah 3 meter, SUTT = 6
meter dan SUTET = 12 meter. Hal ini karena menghindari terjadinya efek ayunan
yang dapat menimbulkan flash over antar fasa. 

a. Luas penampang Penghantar Fasa dan Penghantar Netral 


Berdasarkan Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 luas
penampang penghantar fasa tidak boleh lebih kecil dari nilai yang diberikan

b. Penghantar netral harus mempunyai luas penampang yang sama seperti


penghantar fasa : 
 pada sirkit fasa tunggal dua kawat; 
 pada sirkit fasa banyak dan fase tunggal tiga kawat, jika ukuran
penghantar fasa lebih kecil dari atau sama dengan 16 mm² tembaga atau
25 mm² aluminium. 
c. Untuk sirkit fasa banyak dengan setiap penghantar fasanya mempunyai luas
penampang lebih besar dari 16 mm² tembaga atau 25 mm² aluminium, maka
penghantar netral dapat mempunyai luas penampang yang lebih kecil dari
penghantar fasa jika kondisi berikut ini terpenuhi secara simultan : 
 arus maksimum yang diperkirakan termasuk harmoniknya (jika ada) dalam
penghantar netral selama pelayanan normal tidak lebih besar dari KHA
luas penampang penghantar netral yang diperkecil; Catatan: Beban yang
disalurkan oleh sirkit dalam kondisi pelayanan normal secara praktis
terdistribusi merata di antara fase. 
 penghantar netral diberi proteksi dari arus lebih; ukuran penghantar netral
sekurang-kurangnya sama dengan 16 mm² tembaga atau 25 mm²
aluminium. 
 Kabel dan Ketentuan Tentang Tegangan Pengenal dan Tegangan Kerja 
Tegangan pengenal dan tegangan kerja ditentukan seperti di bawah ini : 

1. Tegangan pengenal kabel dibedakan dalam tingkatan sebagai berikut : 


 Kabel Tegangan Rendah : 230/400 (300) V; 300/500 (400) V; 400/690 (600)
V; 450/750 (690) V; 0,6/1 kV (1,2 kV) 
 Kabel Tegangan Menengah : 3,6/6 kV (7,2 kV); 6/10 kV (12 kV); 8,7/15 kV
(17,5 kV); 12/20 kV (24 kV) dan 18/30 kV (36 kV) 
Catatan: Nilai tegangan pengenal di dalam tanda kurung adalah nilai
tegangan kerja tertinggi untuk perlengkapan yang diperbolehkan untuk kabel.
Untuk kabel tegangan rendah, tegangan kerja tertinggi antar fasa ke netral
sesuai SNI 04-0227-1994, Tegangan Standar (IEC Publikasi 38-1993) 
2. Pada keadaan kerja terus menerus yang tidak terganggu, kabel tanah harus
mampu diberi tegangan kerja maksimum sesuai dengan tegangan tertinggi. 
CATATAN : 
*) Hanya untuk tembaga 
**) Tidak digunakan untuk kabel sangat fleksibel 

a) Berbentuk pejal bulat 


b) Berbentuk dipilin bulat 
c) Berbentuk dipilin bulat dipadatkan 
d) Penghantar bulat terdiri dari sektor-sektor 

Tabel 3.3. Luas Penampang Penghantar Konsentris 

Tabel 3.4. Jumlah Luas Penampang Geometri Pelindung Listrik 

*) Untuk kabel yang dipasang dalam tanah adalah 16 mm²; 

Untuk kabel berinti tunggal yang dipasang dalam tanah adalah 16 mm². 

KETERANGAN : 
o Luas penampang nominal (LPN) suatu penghantar konsentris di dapat dari pengukuran
listrik. 
o Luas penampang geometri (LPG) suatu pelindung listrik didapat dari pengukuran
geometri 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan 
Transmisi tenaga listrik merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari
tempat pembangkit tenaga listrik sampai ke saluran distribusi sehingga dapat
disalurkan sampai pada pengguna consumer listrik. 
Dalam dunia kelistrikan, dikenal dua kategori arus listrik, yaitu arus bolak-
balik (Alternating Current/AC) dan arus searah (Direct Current/DC). Maka
berdasarkan jenis arus listrik yang mengalir di saluran transmisi, saluran transmisi
terdiri dari: 
1. Saluran transmisi AC 
2. Saluran Transmisi DC 

Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi, adalah : 


1. Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk
lainnya. 
2. Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui
isolator-isolator, dengan sistem tegangan tinggi. 
3. Standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV dan
150 KV 
DAFTAR PUSTAKA

dunialistrik.fr.yuku.com/forums/20
http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Bahan%20Ajar%20Motor%20dan%20Tenaga
%20Pertanian/sistem%20transmisi%20tenaga-1.htm
 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/transient/article/view/1288

Anda mungkin juga menyukai