PENDAHULUAN
1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Letak payudara di dinding anterior thorax (Sumber: Drake dkk., 2012).
2
Gambar 2. Mamma pada wanita dewasa tampak dari anterior dengan
sebagian kulit dibuang untuk memperlihatkan struktur internal (Sumber:
Snell, 2012).
Mammae terdapat pada pria dan wanita dengan bentuk yang serupa ketika
belum dewasa. Payudara pada pria rudimenter dan terdiri dari sedikit ductus berisi
sel-sel jaringan ikat yang normalnya tidak meluas sampai areola mammae.
Karsinoma payudara dapat terjadi juga pada pria. Sedangkan pada wanita, selama
masa pubertas, mammae membesar dan akan berbentuk setengah lingkaran di
bawah pengaruh hormon ovarium (Snell, 2012). Pada wanita yang tidak
menyusui, komponen predominan payudara adalah jaringan lemak, sedangkan
pada wanita yang menyusui jaringan glandula lebih dominan dibandingkan
jaringan lemaknya. Payudara terletak di atas fascia profundus musculus besar
regiones pectorals dan sekitarnya. Selapis jaringan ikat kendor (spatium
retromammaria) memisahkan payudara dari fascia profundus, serta
memungkinkan sedikit pergerakan terhadap struktur dibawahnya (Gambar 3).
3
Gambar 3. .Mammae pada wanita dewasa (penampang sagital)
Dasar mammae terbentang dari costa II sampai VI dan dari pinggir lateral
sternum sampai linea axillaris media. Payudara berhubungan dengan dinding
thorax dan struktur-struktur yang berkaitan dengan extremitas superior. Karena
itu, suplai vaskuler dan drainase yang dapat berasal dari berbagai rute (Gambar 1):
di lateral. pembuluh-pembuluh darah dari arteria axillaris-arteria
thoracica superior. thoracoacromialis, arteria thoracica lateralis, dan
arteria subscapularis;
di medial. cabang-cabang dari arteria thoracica interna ; dan
dari arteriae intercostales 2-4 melalui cabang-cabang yang menembus
dinding thorax dan musculi yang terletak di atasnya.
Pembuluh-pembuluh vena payudara berjalan paralel dengan arterianya dan
akhirnya bermuara ke vena axillaris, vena thoracica interna, dan vena
intercostalis. Sedangkan persarafan payudara lewat ramus cutaneous lateral
nervus intercostalis kedua sampai keenam. Puting payudara dipersarafi oleh
nervus intercostalis 4.
Drainase cairan lymphaticus payudara adalah sebagai berikut:
4
Sekitar 75% melalui vasa lymphatica yang mengalir di sisi lateral dan
superior menuju nodi axillares (Gambar 1).
Sebagian besar lainnya mengalir ke nodi parasternales yang terletak di
profundus sebelah dalam dinding anterior thorax dan berhubungan dengan
arteria thoracica interna.
Sebagian lagi dapat mengalir melalui vasa lymphatica yang mengikuti
jalannya cabang-cabang lateral arteriae intercostales posteriores dan
berhubungan dengan nodi intercostales yang terletak dekat caput dan
collum costae (Drake dkk., 2012).
2.2 Fisiologi Payudara
Secara fisiologis, payudara adalah organ khusus untuk pembentukan ASI
(laktasi), termasuk sintesis, sekresi dan pengeluaran susu. Unit sekretori payudara
adalah alveolus, kantung-kantung kecil yang bersambung dengan duktus
laktiferus. Jaringan kompleks hormon dan faktor pertumbuhan mengontrol
produksi susu oleh unit sekretori ini. Fluktuasi hormon-hormon ini menghasilkan
perubahan histologis penting pada payudara selama kehamilan dan selama siklus
menstruasi. Estrogen adalah hormon wanita utama yang bertanggung jawab untuk
perkembangan dan pemeliharaan payudara. Ini mengarah pada pertumbuhan
sistem duktus dan juga pematangan dan penonjolan nipple, menghasilkan
proliferasi epitel duktus, sel mioepitel dan stroma di sekitarnya. Estrogen larut
dalam lemak dan dalam tubuh wanita dibuat oleh ovarium dan pada tingkat lebih
rendah oleh kelenjar adrenal. Hormon ini dirangsang untuk bertindak dalam
kehadiran hormon lain seperti hidrokortison, insulin like growth factor dan
growth hormone (J dkk., 2022). Progesteron dilepaskan oleh ovarium dan
menginduksi perkembangan duktus terminalis dan struktur lobulo-alveolar.
Seperti estrogen, hormon ini membutuhkan kehadiran hormon lain, seperti growth
hormon dan insulin, untuk merespons.Baik estrogen maupun progesteron dapat
meningkatkan jaringan ikat dan lemak di payudara, sehingga mengarah ke bentuk
payudara yang bulat (K. dan Grider., 2022). Prolaktin diproduksi oleh sel
asidofilik kelenjar hipofisis anterior. Hormon ini bekerja sama dengan estrogen
dalam perkembangan duktus dan dengan progesteron dalam perkembangan
lobulus-alveolar. Bersama dengan kortisol dan insulin, prolaktin membantu
5
membedakan sel-sel alveolus menjadi sel-sel yang mensekresi susu. Secara
umum, merangsang pertumbuhan dan diferensiasi payudara dan akhirnya
produksi susu. Prolaktin terutama dirangsang oleh thyrotropin releasing hormone
(TRH) dan dihambat oleh dopamin, tetapi juga dapat diproduksi oleh sel-sel di
payudara, bertindak sebagai faktor parakrin atau autokrin (Al-Chalabi dkk., 2022).
Oksitosin adalah hormon peptida yang disintesis di hipotalamus dan dilepaskan
oleh kelenjar hipofisis posterior (neurohipofisis). Tindakan menyusui (refleks
mengisap) merangsang pelepasannya. Oksitosin menyebabkan sel-sel mioepitel
berkontraksi, yang memeras susu keluar dari lobulus ke dalam duktus laktiferus
(Sharma, 2021). Human placental lactogen (hPL) diproduksi oleh plasenta ibu
dan kadar serum terus meningkat selama kehamilan. Hal ini terkait dengan
pertumbuhan dan diferensiasi payudara selama kehamilan dan mencapai
puncaknya selama minggu-minggu terakhir kehamilan, mempersiapkan payudara
untuk produksi ASI. Kadar serumnya menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
6
lemak. Pada trimester kedua, progesteron mengaktifkan epitel sekretori. Selama
trimester terakhir, rongga alveolus dan duktus terisi dengan kolostrum dan
menjelang akhir kehamilan terjadi peningkatan sirkulasi prolaktin dan produksi
susu, lemak, dan protein dimulai. Setelah lahir, penurunan estrogen dan
progesteron melepaskan inhibisi prolaktin dan laktogenesis dimulai. Ada tiga
hormon laktogenik utama yang bekerja bersama dengan tindakan glukokortikoid,
insulin dan tiroksin untuk produksi susu: prolaktin, hPL dan oksitosin. hPL
mempersiapkan payudara untuk laktogenesis selama minggu-minggu terakhir
kehamilan. Segera setelah melahirkan, HPL menghilang dan prolaktin bertindak
sebagai satu-satunya hormon laktogenik. Ini menyebabkan sintesis dan sekresi
susu ke dalam ruang alveolar. Oksitosin menyebabkan sel-sel mioepitel
berkontraksi, meningkatkan pengiriman susu. Refleks mengisap menyebbakan
peningkatan baik prolaktin, untuk merangsang lebih banyak produksi, dan
oksitosin, yang meningkatkan pelepasannya. Selama hari-hari pertama setelah
kelahiran, payudara ibu tidak menghasilkan ASI yang sebenarnya, tetapi
menghasilkan kolostrum, dengan konsentrasi imunoglobulin tinggi yang
meningkatkan sistem kekebalan bayi yang belum berkembang. Setelah 5-7 hari
susu menjadi penuh dengan semua nutrisi dan antibodi yang diperlukan untuk
pertumbuhan. Saat berhenti menyusui, ASI diproduksi selama beberapa bulan
tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Payudara biasanya kembali ke ukuran
semula. Payudara mengalami beberapa perubahan saat seorang wanita mencapai
usia sekitar 50 tahun dan memasuki masa menopause. Hilangnya estrogen dan
progesteron sebagai akibat dari penurunan fungsi ovarium menghasilkan beberapa
gejala umum dan perubahan dalam kelenjar susu. Gejala sistemik meliputi
keringat malam hari, gangguan mood, vagina kering, hot flashes dan kesulitan
tidur. Pada payudara terjadi penurunan jumlah unit lobular, menyebabkan
hilangnya jaringan kelenjar, yang digantikan dengan jaringan adiposa. Payudara
akhirnya melorot, menjadi lebih rata dan kurang bervolume (Bistoni dan Farhadi,
2015).
7
penyakit pada payudara yang ditandai dengan adanya massa abnormal bukan
kanker pada jaringan payudara, bersifat jinak dan tidak menyebar ke bagian tubuh
lain. Penyakit tumor jinak pada payudara terjadi 10 kali lebih banyak
dibandingkan kanker payudara di barat. Terdapat beberapa jenis tumor jinak
payudara seperti fibroadenoma, phyloides, serta fibrokistik. Beberapa tumor
payudara dapat memengaruhi jaringan kelenjar sistem lobulus dan duktus yang
dapat menghasilkan air susu. Tumor payudara juga dapat menginvasi supportive
tissue seperti jaringan stroma. Penderita dapat merasakan beberapa gejala seperti
adanya massa, nyeri, bengkak, iritasi kulit (kemerahan atau bersisik pada puting
dan kulit payudara), retraksi pada puting, serta keluarnya cairan pada payudara.
Banyak faktor risiko yang berhubungan terhadap kemunculan tumor payudara.
Faktor risiko tersebut adalah usia, menstruasi di usia 30 tahun, tidak menikah atau
belum menikah, riwayat keluarga yang mengalami kanker payudara, konsumsi
minuman alkohol dan seringnya terkena radiasi pengion termasuk sinar-X pada
bagian dada, serta adanya perubahan gen yang berhubungan dengan kanker
payudara gen BRCA-1 atau BRCA-2 (Stachs dkk., 2019).
2.4 Fibroadenoma
2.4.1 Definisi
Fibroadenoma adalah penyakit berupa benjolan pada payudara yang
bersifat tidak nyeri, unilateral, dan jinak. Penyakit ini sering terjadi pada wanita
usia 14 hingga 35 tahun atau wanita pada usia berapapun yang masih mengalami
menstruasi. Fibroadenoma menyusut setelah menopause sehingga jarang
ditemukan pada wanita yang telah menopause. Fibroadenoma disebut juga breast
mouse karena mobilitasnya yang tinggi. Massa fibroadenoma berkonsistensi padat
dengan batas teratur, kenyal, halus, tidak berisi cairan, terdiri dari jaringan epitel,
dan stroma yang terletak di bawah kulit payudara (Ajmal dkk., 2022).
2.4.2 Epidemiologi
Fibroadenoma cenderung terjadi pada usia dini, paling sering ditemukan
pada remaja, dan lebih jarang ditemukan pada wanita pasca menopause. Insiden
fibroadenoma menurun dengan bertambahnya usia dan umumnya ditemukan
8
sebelum usia 30 tahun pada wanita. Diperkirakan 10% populasi wanita dunia
menderita fibroadenoma sekali seumur hidup (Peng dkk., 2021).
2.4.3 Etiologi
Sampai saat ini penyebab terjadinya fibroadenoma masih menjadi perdebatan
namun para pakar percaya bahwa penyakit ini berkaitan dengan peningkatan
sensitivitas jaringan payudara terhadap hormon estrogen. Fibroadenoma biasanya
tumbuh selama kehamilan dan cenderung mengecil saat menopause. Hal ini
didukung oleh teori etiologi hormonal. Wanita yang mengonsumsi kontrasepsi
oral sebelum usia 20 tahun berisiko lebih tinggi mengalami fibroadenoma. Saat ini
lebih dari 70% fibroadenoma muncul dengan massa tunggal dan 10%–25%
fibroadenoma muncul dengan massa multipel. Biasanya fibroadenoma muncul
tanpa rasa sakit, permukaan halus, mobile, massa kenyal dengan batas yang
berbeda biasanya berkisar dari 1 cm hingga 3 cm pada kuadran luar atas dada.
Fibroademoa jenis ini dapat berukuran sangat kecil sehingga hanya terlihat
melalui pemeriksaan mikroskopis atau bisa lebih besar dari 10 cm dan
menyebabkan asimetri payudara serta deformitas estetik yang signifikan. Ukuran
fibroadenoma bisa mengecil atau berkembang secara spontan, atau dapat responsif
secara hormonal dan ukurannya bervariasi berkaitan dengan siklus menstruasi.
Fibroadenoma juga dapat bervariasi dalam presentasi klinis, mulai dari
asimtomatik hingga menyebabkan rasa sakit. Dalam studi populasi besar dari
265.402 wanita, faktor risiko perkembangan fibroadenoma adalah usia muda
(kurang dari 35 tahun), pemeriksaan payudara sendiri, dan riwayat penyakit jinak
payudara. Paparan kontrasepsi oral estrogen-progesteron sebelum menopause dan
peningkatan jumlah kelahiran hidup menurunkan risiko fibroadenoma. Indeks
massa tubuh juga dikaitkan dengan kejadian fibroadenoma. Pada penelitian
terhadap 1.717 pasien, kejadian fibroadenoma memuncak pada kelompok dengan
indeks massa tubuh 25–29,9 kg/m2. Selain itu, fibroadenoma juga dikaitkan
dengan beberapa jenis sindrom seperti sindrom Beckwith-Wiedemann, sindrom
Maffucci, dan sindrom Cowden. Pada populasi remaja, 10%–40% dari
fibroadenoma secara spontan mengalami regresi (Ajmal dkk., 2022).
2.4.4 Patofisiologi
9
Hormonal dan genetika
Fibroadenoma muncul dari sel jaringan ikat stroma dan epitel. Jaringan ini
mengandung reseptor untuk estrogen dan progesteron. Fibroadenoma cenderung
berkembang selama kehamilan karena produksi hormon reproduksi wanita yang
berlebihan. Sensitivitas hormon menyebabkan proliferasi jaringan ikat payudara
yang berlebihan. Gen mediator complex subunit 12 (MED12) juga penting dalam
patofisiologi fibroadenoma (Ajmal dkk., 2022).
2.4.6 Klasifikasi
Subkategori fibroadenoma adalah simple fibroadenoma, giant juvenile
fibroadenoma, dan multicentric fibroadenoma. Tujuh puluh hingga sembilan
puluh persen fibroadenoma adalah simple fibroadenoma. Giant juvenile
fibroadenoma adalah varian fibroadenoma yang langka. Fibroadenoma ini
berkembang dengan cepat, diameter dapat tumbuh lebih dari 5 cm dengan berat
lebih dari 500 gram, dan menggeser setidaknya empat perlima dari payudara.
Giant juvenile fibroadenoma dikaitkan dengan ulserasi kulit dan pembengkakan
vena. Insiden giant juvenile fibroadenoma sekitar 0,5% -2% dari semua
fibroadenoma. Populasi yang rentan terhadap giant juvenile fibroadenoma adalah
wanita berusia 10-18 tahun dengan ras Afrika-Amerika. Giant juvenile
fibroadenoma merupakan penyebab paling banyak dari makromastia unilateral
pada wanita remaja. Fibroadenoma multisentrik adalah fibroadenoma multipel
10
yang terjadi di berbagai kuadran payudara. Insiden fibroadenoma multisentrik
sekitar 10%–25% dari semua fibroadenoma. Meskipun fibroadenoma bersifat
jinak, wanita dengan fibroadenoma 2,17 kali lebih berisiko mengidap kanker
payudara. Insiden keganasan yang timbul dari spesimen fibroadenoma jarang
terjadi, dan berkisar dari 0,002% menjadi 0,125% (Ajmal dkk., 2022).
2.4.7 Diagnosis
a. Mammogram
11
b. USG Payudara
2.4.9 Prognosis
Prognosis fibroadenoma baik karena merupakan massa jinak yang ukurannya
menyusut seiring waktu pada sebagian besar kasus. Risiko kanker payudara
mungkin sedikit meningkat pada pasien dengan fibroadenoma kompleks. Jenis
lesi ini mungkin mengandung jaringan payudara yang terkalsifikasi (Ajmal dkk.,
2022).
12
2.5.1 Definisi
Tumor phyllodes merupakan neoplasma fibroepitelial. Pertama kali
diperkenalkan oleh Johannes Muller pada tahun 1838 dengan istilah
Cystosarcoma phyllodes dengan karakteristik gambaran leaf like pattern (seperti
daun). Istilah tersebut kadang-kadang masih digunakan pada lesi ini, akan tetapi
istilah tumor phyllodes lebih dianjurkan oleh karena sebagian besar tumor ini
berperilaku jinak dan tidak kistik. Tumor ini berkembang dengan cepat dan dapat
timbul pada semua usia meskipun paling banyak ditemui pada usia dekade ketiga
dan keempat. Tumor phyllodes diklasifikasikan menjadi benign, borderline,
malignant. Kategori ini didasarkan pada karakteristik gambaran histologinya
(Limaiem dan Kashyap, 2021).
2.5.2 Epidemiologi
Tumor phyllodes merupakan tumor payudara yang sangat langka,
kejadiannya antara 0,3% dan 0,9% dari semua tumor payudara. Tumor ini paling
sering ditemukan pada wanita berusia antara 40 dan 50 tahun. Tumor Phyllodes
terjadi terutama pada wanita, meskipun ada laporan beberapa kasus pada pria.
Hasil analisis data dari Surveillance, Epidemiology, and End Results Programme
(SEER) data registry dari tahun 2000 hingga 2004 melaporkan bahwa 500 wanita
didiagnosis dengan tumor phyllodes ganas di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Sementara di negara-negara Asia, tumor phyllodes terjadi pada wanita usia muda,
rata-rata berusia 25-30 tahun.Tumor phyllodes malignant terjadi rata rata 2-5
tahun lebih lama dibandingkan tumor phyllodes benign. Tumor phyllodes
malignant lebih sering terjadi pada ras Latin yang lahir di Amerika Tengah dan
Amerika Selatan (Limaiem dan Kashyap, 2021).
2.5.3 Etiologi
Etiologi dari tumor filodes hingga saat ini masih idiopatik. Namun
ketidakseimbangan hormonediduga menjadi salah satu pemicu terjadinya tumor
ini.. Pada pria dengan ginekomastia lebih rentan terhadap pertumbuhan tumor
filodes. Sementara pada wanita yang pernah mengalami trauma pada payudara,
riwayat menyusui, hamil atau terdapat peningkatan kadar hormon estrogen
meningkatkan risiko terjadinya. Selain itu, riwayat keluarga yang pernah
13
mengidap penyakit tumor filodes juga meningkatkan kemungkinan risiko
terjadinya penyakit ini (Limaiem dan Kashyap, 2021).
2.5.4 Patofisiologi
Tumor phyllodes berbeda dengan tumor payudara yang lain, pada tumor
phyllodes pertumbuhan tumor terjadi diluar duktus dan lobulus di dalam jaringan
ikat payudara disebut sebagai stroma termasuk jaringan lemak dan ligament
disekitar duktus, lobules, pembuluh darah dan kelenjar limfe dipayudara. Diantara
sel stroma pada tumor phyllodes terdiri dari sel-sel ductus dan lobules. Penyebab
tumor phyllodes belum diketahui bahkan adanya hubungan dengan fibroadenoma,
sampai saat ini belum jelas. Apakah tumor phyllodes berkembang dari
fibroadenoma atau de novo masih perlu diteliti lebih lanjut. Noguchi dan
kawankawan menyampaikan bahwa fibroadenoma merupakan elemen polyclonal
sedangkan tumor phyllodes adalah polyclonal pada sel epithelial dan monoclonal
pada sel stroma. Fibroadenoma lebih baik dianggap sebagai lesi hyperplasia
daripada neoplasma. Adanya dugaan bahwa fibroadenoma merupakan mutasi
somatik yang menghasilkan proliferasi monoclonal dengan gambaran histolologi
sulit dibedakan dari elemen polyclonal tetapi memiliki kecenderungan untuk
kambuh dan progresif menjadi tumor phyllodes dan hal ini didukung berdasarkan
analisis clonal. Induksi stroma pada tumor phyllodes merupakan dihasilkan dari
faktor pertumbuhan epitel payudara. Trauma, laktasi, hamil dan meningkatnya
aktifitas estrogen sebagai faktor yang merangsang pertumbuhan tumor tetapi
faktor ini belum jelas (Jara-lazaro & Tan, 2009; Mishra et al., 2013). Endothelin-1
adalah Vasoactive peptide dan mitogenic bermacammacam sel termasuk endotel,
otot polos pembuluh darah serta sebagai stimulator pertumbuhan fibroblas pada
payudara. Tumor mengakibatkan jaringan sekitar mengalami hypoxia maka HIF-
1α (Hypoxia inducible factor 1α) menstimulasi VEGF, ED-1,carbonic anhydrase
IX (CAIX) yang berperan untuk memperbaiki jaringan sekitar yang mengalami
hypoxia dengan menstimulasi angiogenesis. Angiogenesis terjadi untuk
memenuhi kebutuhan stromal overgrowth, cellularity, atypia, mitosis. PDGF
(Platelet derived growth factor) merangsang HIF-1α dan VEGF tanpa tergantung
pada keadaan jaringan sekitar mengalami hypoxia. CD117 dapat memfosforilasi
sisa residu PDGFR sehingga menstimulasi angiogenesis, kemotaksis dan produksi
14
matrix. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa expresi tumor phyllodes pada
CD117 meningkat sesuai dengan peningkatan derajat histopatologi tumor dan
dapat memprediksi recurrence (kekambuhan). CD117 pada GIST mennjukkan
adanya mutasi, hal ini dapat pula terjadi pada tumor phyllodes. Pada penelitian
yang lain menunjukkan bahwa adanya mutasi dan ada pula yang menyampaikan
tidak terjadi mutasi tetapi terjadi overekspresi. Hal ini diduga adanya mekanisme
autokrin dan parakrin (Karim dkk., 2016).
Tumor phyllodes terjadi pada wanita diatas 45 tahun dengan ukuran tumor
yang sangat besar, rata-rata 4 cm, dapat mencapai ukuran tumor >10 cm sehingga
disebut sebagai tumor phyllodes giant. Tumor phyllodes yang giant sebanyak
20%, karena ukuran tumor yang besar maka vena mengalami dilatasi. Banyaknya
vena yang berdilatasi menyebabkan warna kulit payudara tersebut menjadi biru.
Adanya nipple retraction dan ulserasi tetapi keduanya jarang terjadi pada tumor
phyllodes. Tumor phyllodes dapat terjadi pada pasien yang pernah memiliki
riwayat fibroadenoma sebelumnya. Pada umumnya terjadi pada regio quadrant
lateral atas dan dapat terjadi pada kedua payudara tetapi kejadian ini jarang terjadi
(Zhou dkk., 2016)
2.5.6 Diagnosis
15
epitel yang biasanya dijumpai pada neoplasma fibroepitelial dengan sel stroma
bipolar dengan jumlah banyak. Diagnosis tumor phyllodes kadang-kadang tidak
dapat dibedakan dengan aspirasi saja dan harus dengan biopsi core needle (Zhou
dkk., 2016).
2.5.8 Prognosis
Prognosis tumor phyllodes baik, dengan kelangsungan hidup 10 tahun
87%. Risiko kekambuhan bervariasi sesuai ukuran tumor dan tindakan
pembedahan. Sebagian besar tumor phyllodes jinak, dengan kekambuhan lokal
terjadi pada sebagian kecil kasus. Sangat jarang, tumor dapat bermetastasis, paling
sering pada kasus tumor tingkat ganas. Tumor phyllodes ganas membawa
prognosis yang buruk (Zhou dkk., 2016).
16
BAB 3. KESIMPULAN
17
pada kasus-kasus dengan tumor yang besar dimana secara kosmetik tidak dapat
dilakukan eksisi lokal. Sedangkan apabila tumor ternyata ganas (sarcoma
phylloides) maka dilakukan mastektomi radikal. Awalnya tumor phyllodes tidak
responsif terhadap kemoterapi dan radioterapi, tetapi beberapa penelitian terbaru
menunjukkan sensitif terhadap anthracycline, ifosfamide, dan cisplatin, etoposide
(Zhou dkk., 2016).
DAFTAR PUSTAKA
18
Sharma, S. 2021. Oxytocin. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507848/
[Diakses pada December 20, 2022].
Snell, R. S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Edisi Edisi Baha. Jakarta:
EGC. Lippincott Williams & WilkinsAil’olters Kluwer Health Inc., USA.
Stachs, A., J. Stubert, T. Reimer, dan S. Hartmann. 2019. Benign breast disease in
women
Thiyagarajan;, D. K., H. Basit;, dan R. Jeanmono. 2022. Menstrual Cycle.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK500020/ [Diakses pada December
20, 2022].
Zhou, Z., C. Wang, Z. Yang, X. Yu, dan X. Guo. 2016. Phyllodes tumors of the
breast : diagnosis , treatment and prognostic factors related to recurrence.
8(11):3361–3368.
19