Anda di halaman 1dari 19

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Neoplasma atau tumor adalah pertumbuhan sel-sel baru yang tidak
terkontrol dan berlebihan akibat faktor pengendali pertumbuhan sel normal yang
tidak responsif. Tumor dapat dibedakan menjadi tumor jinak dan tumor ganas atau
kanker. Karakteristik dari tumor jinak pada gambaran makroskopik maupun
mikroskopik yaitu, berdiferensiasi baik, laju pertumbuhan progresif dan lambat,
massa berbatas tegas, tidak menginfiltrasi jaringan normal di sekitarnya, dan tidak
bermatastasis ke organ lain. Sedangkan karakteristik dari tumor ganas/kanker
adalah anaplastik, pertumbuhannya progresif dan cepat serta dapat menginfiltrasi
ke jaringan sekitar. Presentase penderita tumor jinak di Indonesia mencapai
74,8%. Fibroadenoma Mammae (FAM) merupakan salah satu jenis tumor jinak
payudara pada wanita muda yang berusia Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter
Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) pada
tahun 2010, terdapat 12/100.000 kasus pada wanita dan 1% pada pria (Maharani,
2022). Terdapat berbagai macam jenis tumor payudara seperti fibroadenoma,
tumor phylloides, dan fibrokistik. Fibroadenoma merupakan tumor jinak solid
pada payudara yang terdiri atas komponen sel stromal dan epitelial. Saat ini
fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang paling banyak ditemukan di
Indonesia (Ajmal dkk., 2022). Tumor phylloides merupakan tumor fibroepitelial
yang langka. Meskipun begitu tumor phylloides memiliki perkembangan yang
sangat cepat dan dalam beberapa kasus dan berubah menjadi ganas (Zhou dkk.,
2016).

1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Payudara


Payudara terdiri dari glandula mammaria, kulit, dan jaringan ikat yang
terkait. Glandula mammaria merupakan modifikasi glandula sebacea yang
terletak di dalam fascia superficialis, anterior dari musculi pectoralis dan dinding
anterior thorax (Gambar 1) (Drake dkk., 2012). Glandula mammaria terdiri dari
ductus dan lobuli sekretorius. Pada mammae terdapat 15-20 ductus lactiferi yang
alirannya menuju puting. Puting payudara dikelilingi oleh area kulit gelap yang
disebut areola mammae (Gambar 2). Ductus dan lobuli glandula mammaria
dikelilingi oleh suatu stroma jarigan ikat yang berkembang dengan baik. Pada
region tertentu stroma memadat, membentuk ligamentum yaitu ligamenta
suspensoria mammaria yang bersinambungan dengan dermis kulit serta berfungsi
menyangga payudara.

Gambar 1. Letak payudara di dinding anterior thorax (Sumber: Drake dkk., 2012).

2
Gambar 2. Mamma pada wanita dewasa tampak dari anterior dengan
sebagian kulit dibuang untuk memperlihatkan struktur internal (Sumber:
Snell, 2012).

Mammae terdapat pada pria dan wanita dengan bentuk yang serupa ketika
belum dewasa. Payudara pada pria rudimenter dan terdiri dari sedikit ductus berisi
sel-sel jaringan ikat yang normalnya tidak meluas sampai areola mammae.
Karsinoma payudara dapat terjadi juga pada pria. Sedangkan pada wanita, selama
masa pubertas, mammae membesar dan akan berbentuk setengah lingkaran di
bawah pengaruh hormon ovarium (Snell, 2012). Pada wanita yang tidak
menyusui, komponen predominan payudara adalah jaringan lemak, sedangkan
pada wanita yang menyusui jaringan glandula lebih dominan dibandingkan
jaringan lemaknya. Payudara terletak di atas fascia profundus musculus besar
regiones pectorals dan sekitarnya. Selapis jaringan ikat kendor (spatium
retromammaria) memisahkan payudara dari fascia profundus, serta
memungkinkan sedikit pergerakan terhadap struktur dibawahnya (Gambar 3).

3
Gambar 3. .Mammae pada wanita dewasa (penampang sagital)

Dasar mammae terbentang dari costa II sampai VI dan dari pinggir lateral
sternum sampai linea axillaris media. Payudara berhubungan dengan dinding
thorax dan struktur-struktur yang berkaitan dengan extremitas superior. Karena
itu, suplai vaskuler dan drainase yang dapat berasal dari berbagai rute (Gambar 1):
 di lateral. pembuluh-pembuluh darah dari arteria axillaris-arteria
thoracica superior. thoracoacromialis, arteria thoracica lateralis, dan
arteria subscapularis;
 di medial. cabang-cabang dari arteria thoracica interna ; dan
 dari arteriae intercostales 2-4 melalui cabang-cabang yang menembus
dinding thorax dan musculi yang terletak di atasnya.
Pembuluh-pembuluh vena payudara berjalan paralel dengan arterianya dan
akhirnya bermuara ke vena axillaris, vena thoracica interna, dan vena
intercostalis. Sedangkan persarafan payudara lewat ramus cutaneous lateral
nervus intercostalis kedua sampai keenam. Puting payudara dipersarafi oleh
nervus intercostalis 4.
Drainase cairan lymphaticus payudara adalah sebagai berikut:

4
 Sekitar 75% melalui vasa lymphatica yang mengalir di sisi lateral dan
superior menuju nodi axillares (Gambar 1).
 Sebagian besar lainnya mengalir ke nodi parasternales yang terletak di
profundus sebelah dalam dinding anterior thorax dan berhubungan dengan
arteria thoracica interna.
 Sebagian lagi dapat mengalir melalui vasa lymphatica yang mengikuti
jalannya cabang-cabang lateral arteriae intercostales posteriores dan
berhubungan dengan nodi intercostales yang terletak dekat caput dan
collum costae (Drake dkk., 2012).
2.2 Fisiologi Payudara
Secara fisiologis, payudara adalah organ khusus untuk pembentukan ASI
(laktasi), termasuk sintesis, sekresi dan pengeluaran susu. Unit sekretori payudara
adalah alveolus, kantung-kantung kecil yang bersambung dengan duktus
laktiferus. Jaringan kompleks hormon dan faktor pertumbuhan mengontrol
produksi susu oleh unit sekretori ini. Fluktuasi hormon-hormon ini menghasilkan
perubahan histologis penting pada payudara selama kehamilan dan selama siklus
menstruasi. Estrogen adalah hormon wanita utama yang bertanggung jawab untuk
perkembangan dan pemeliharaan payudara. Ini mengarah pada pertumbuhan
sistem duktus dan juga pematangan dan penonjolan nipple, menghasilkan
proliferasi epitel duktus, sel mioepitel dan stroma di sekitarnya. Estrogen larut
dalam lemak dan dalam tubuh wanita dibuat oleh ovarium dan pada tingkat lebih
rendah oleh kelenjar adrenal. Hormon ini dirangsang untuk bertindak dalam
kehadiran hormon lain seperti hidrokortison, insulin like growth factor dan
growth hormone (J dkk., 2022). Progesteron dilepaskan oleh ovarium dan
menginduksi perkembangan duktus terminalis dan struktur lobulo-alveolar.
Seperti estrogen, hormon ini membutuhkan kehadiran hormon lain, seperti growth
hormon dan insulin, untuk merespons.Baik estrogen maupun progesteron dapat
meningkatkan jaringan ikat dan lemak di payudara, sehingga mengarah ke bentuk
payudara yang bulat (K. dan Grider., 2022). Prolaktin diproduksi oleh sel
asidofilik kelenjar hipofisis anterior. Hormon ini bekerja sama dengan estrogen
dalam perkembangan duktus dan dengan progesteron dalam perkembangan
lobulus-alveolar. Bersama dengan kortisol dan insulin, prolaktin membantu

5
membedakan sel-sel alveolus menjadi sel-sel yang mensekresi susu. Secara
umum, merangsang pertumbuhan dan diferensiasi payudara dan akhirnya
produksi susu. Prolaktin terutama dirangsang oleh thyrotropin releasing hormone
(TRH) dan dihambat oleh dopamin, tetapi juga dapat diproduksi oleh sel-sel di
payudara, bertindak sebagai faktor parakrin atau autokrin (Al-Chalabi dkk., 2022).
Oksitosin adalah hormon peptida yang disintesis di hipotalamus dan dilepaskan
oleh kelenjar hipofisis posterior (neurohipofisis). Tindakan menyusui (refleks
mengisap) merangsang pelepasannya. Oksitosin menyebabkan sel-sel mioepitel
berkontraksi, yang memeras susu keluar dari lobulus ke dalam duktus laktiferus
(Sharma, 2021). Human placental lactogen (hPL) diproduksi oleh plasenta ibu
dan kadar serum terus meningkat selama kehamilan. Hal ini terkait dengan
pertumbuhan dan diferensiasi payudara selama kehamilan dan mencapai
puncaknya selama minggu-minggu terakhir kehamilan, mempersiapkan payudara
untuk produksi ASI. Kadar serumnya menurun dengan cepat setelah bayi lahir.

Selama siklus menstruasi terjadi pergantian hormon yang berfluktuasi.


Pada fase folikular (hari-hari dari hari pertama menstruasi hingga ovulasi) kadar
follicle‐stimulating hormone (FSH) meningkat, merangsang perkembangan folikel
dan sekresi estrogennya. Peningkatan kadar estrogen menimbulkan mitosis seluler
di dalam sel epitel payudara dan juga meningkatkan aliran darah, yang
menyebabkan peningkatan volume payudara karena edema intralobular dan
peningkatan proliferasi seluler. Fase luteal diinisiasi oleh puncak luteinizing
hormone (LH), yang menyebabkan peningkatan progesteron. Akibatnya, duktus
mammaria mulai melebar dan sel epitel alveolus berdiferensiasi menjadi sel
sekretorik. Proliferasi sel epitel payudara meningkat pesat selama fase luteal dari
siklus menstruasi. Dengan permulaan menstruasi, penurunan cepat kadar estrogen
dan progesteron yang bersirkulasi di payudara menyebabkan regresi aktivitas
sekresi epitel dan volume payudara menurun, bersama dengan edema jaringan,
mengurangi volume payudara yang diamati satu minggu setelah menstruasi
(Thiyagarajan dkk., 2022). Selama kehamilan, payudara mencapai perkembangan
maksimal. Tingkat tinggi estrogen dan progesteron dipertahankan oleh korpus
luteum pada awalnya dan oleh plasenta selama fase terakhir. Estrogen merangsang
duktus dan lobulus untuk berproliferasi dan epitel kelenjar menggantikan jaringan

6
lemak. Pada trimester kedua, progesteron mengaktifkan epitel sekretori. Selama
trimester terakhir, rongga alveolus dan duktus terisi dengan kolostrum dan
menjelang akhir kehamilan terjadi peningkatan sirkulasi prolaktin dan produksi
susu, lemak, dan protein dimulai. Setelah lahir, penurunan estrogen dan
progesteron melepaskan inhibisi prolaktin dan laktogenesis dimulai. Ada tiga
hormon laktogenik utama yang bekerja bersama dengan tindakan glukokortikoid,
insulin dan tiroksin untuk produksi susu: prolaktin, hPL dan oksitosin. hPL
mempersiapkan payudara untuk laktogenesis selama minggu-minggu terakhir
kehamilan. Segera setelah melahirkan, HPL menghilang dan prolaktin bertindak
sebagai satu-satunya hormon laktogenik. Ini menyebabkan sintesis dan sekresi
susu ke dalam ruang alveolar. Oksitosin menyebabkan sel-sel mioepitel
berkontraksi, meningkatkan pengiriman susu. Refleks mengisap menyebbakan
peningkatan baik prolaktin, untuk merangsang lebih banyak produksi, dan
oksitosin, yang meningkatkan pelepasannya. Selama hari-hari pertama setelah
kelahiran, payudara ibu tidak menghasilkan ASI yang sebenarnya, tetapi
menghasilkan kolostrum, dengan konsentrasi imunoglobulin tinggi yang
meningkatkan sistem kekebalan bayi yang belum berkembang. Setelah 5-7 hari
susu menjadi penuh dengan semua nutrisi dan antibodi yang diperlukan untuk
pertumbuhan. Saat berhenti menyusui, ASI diproduksi selama beberapa bulan
tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Payudara biasanya kembali ke ukuran
semula. Payudara mengalami beberapa perubahan saat seorang wanita mencapai
usia sekitar 50 tahun dan memasuki masa menopause. Hilangnya estrogen dan
progesteron sebagai akibat dari penurunan fungsi ovarium menghasilkan beberapa
gejala umum dan perubahan dalam kelenjar susu. Gejala sistemik meliputi
keringat malam hari, gangguan mood, vagina kering, hot flashes dan kesulitan
tidur. Pada payudara terjadi penurunan jumlah unit lobular, menyebabkan
hilangnya jaringan kelenjar, yang digantikan dengan jaringan adiposa. Payudara
akhirnya melorot, menjadi lebih rata dan kurang bervolume (Bistoni dan Farhadi,
2015).

2.3 Tumor Jinak Payudara


Tumor merupakan benjolan atau massa tidak normal akibat pertumbuhan
sel yang terjadi secara terus menerus. Sehingga tumor jinak payudara adalah

7
penyakit pada payudara yang ditandai dengan adanya massa abnormal bukan
kanker pada jaringan payudara, bersifat jinak dan tidak menyebar ke bagian tubuh
lain. Penyakit tumor jinak pada payudara terjadi 10 kali lebih banyak
dibandingkan kanker payudara di barat. Terdapat beberapa jenis tumor jinak
payudara seperti fibroadenoma, phyloides, serta fibrokistik. Beberapa tumor
payudara dapat memengaruhi jaringan kelenjar sistem lobulus dan duktus yang
dapat menghasilkan air susu. Tumor payudara juga dapat menginvasi supportive
tissue seperti jaringan stroma. Penderita dapat merasakan beberapa gejala seperti
adanya massa, nyeri, bengkak, iritasi kulit (kemerahan atau bersisik pada puting
dan kulit payudara), retraksi pada puting, serta keluarnya cairan pada payudara.
Banyak faktor risiko yang berhubungan terhadap kemunculan tumor payudara.
Faktor risiko tersebut adalah usia, menstruasi di usia 30 tahun, tidak menikah atau
belum menikah, riwayat keluarga yang mengalami kanker payudara, konsumsi
minuman alkohol dan seringnya terkena radiasi pengion termasuk sinar-X pada
bagian dada, serta adanya perubahan gen yang berhubungan dengan kanker
payudara gen BRCA-1 atau BRCA-2 (Stachs dkk., 2019).

2.4 Fibroadenoma
2.4.1 Definisi
Fibroadenoma adalah penyakit berupa benjolan pada payudara yang
bersifat tidak nyeri, unilateral, dan jinak. Penyakit ini sering terjadi pada wanita
usia 14 hingga 35 tahun atau wanita pada usia berapapun yang masih mengalami
menstruasi. Fibroadenoma menyusut setelah menopause sehingga jarang
ditemukan pada wanita yang telah menopause. Fibroadenoma disebut juga breast
mouse karena mobilitasnya yang tinggi. Massa fibroadenoma berkonsistensi padat
dengan batas teratur, kenyal, halus, tidak berisi cairan, terdiri dari jaringan epitel,
dan stroma yang terletak di bawah kulit payudara (Ajmal dkk., 2022).

2.4.2 Epidemiologi
Fibroadenoma cenderung terjadi pada usia dini, paling sering ditemukan
pada remaja, dan lebih jarang ditemukan pada wanita pasca menopause. Insiden
fibroadenoma menurun dengan bertambahnya usia dan umumnya ditemukan

8
sebelum usia 30 tahun pada wanita. Diperkirakan 10% populasi wanita dunia
menderita fibroadenoma sekali seumur hidup (Peng dkk., 2021).

2.4.3 Etiologi
Sampai saat ini penyebab terjadinya fibroadenoma masih menjadi perdebatan
namun para pakar percaya bahwa penyakit ini berkaitan dengan peningkatan
sensitivitas jaringan payudara terhadap hormon estrogen. Fibroadenoma biasanya
tumbuh selama kehamilan dan cenderung mengecil saat menopause. Hal ini
didukung oleh teori etiologi hormonal. Wanita yang mengonsumsi kontrasepsi
oral sebelum usia 20 tahun berisiko lebih tinggi mengalami fibroadenoma. Saat ini
lebih dari 70% fibroadenoma muncul dengan massa tunggal dan 10%–25%
fibroadenoma muncul dengan massa multipel. Biasanya fibroadenoma muncul
tanpa rasa sakit, permukaan halus, mobile, massa kenyal dengan batas yang
berbeda biasanya berkisar dari 1 cm hingga 3 cm pada kuadran luar atas dada.
Fibroademoa jenis ini dapat berukuran sangat kecil sehingga hanya terlihat
melalui pemeriksaan mikroskopis atau bisa lebih besar dari 10 cm dan
menyebabkan asimetri payudara serta deformitas estetik yang signifikan. Ukuran
fibroadenoma bisa mengecil atau berkembang secara spontan, atau dapat responsif
secara hormonal dan ukurannya bervariasi berkaitan dengan siklus menstruasi.
Fibroadenoma juga dapat bervariasi dalam presentasi klinis, mulai dari
asimtomatik hingga menyebabkan rasa sakit. Dalam studi populasi besar dari
265.402 wanita, faktor risiko perkembangan fibroadenoma adalah usia muda
(kurang dari 35 tahun), pemeriksaan payudara sendiri, dan riwayat penyakit jinak
payudara. Paparan kontrasepsi oral estrogen-progesteron sebelum menopause dan
peningkatan jumlah kelahiran hidup menurunkan risiko fibroadenoma. Indeks
massa tubuh juga dikaitkan dengan kejadian fibroadenoma. Pada penelitian
terhadap 1.717 pasien, kejadian fibroadenoma memuncak pada kelompok dengan
indeks massa tubuh 25–29,9 kg/m2. Selain itu, fibroadenoma juga dikaitkan
dengan beberapa jenis sindrom seperti sindrom Beckwith-Wiedemann, sindrom
Maffucci, dan sindrom Cowden. Pada populasi remaja, 10%–40% dari
fibroadenoma secara spontan mengalami regresi (Ajmal dkk., 2022).

2.4.4 Patofisiologi

9
Hormonal dan genetika
Fibroadenoma muncul dari sel jaringan ikat stroma dan epitel. Jaringan ini
mengandung reseptor untuk estrogen dan progesteron. Fibroadenoma cenderung
berkembang selama kehamilan karena produksi hormon reproduksi wanita yang
berlebihan. Sensitivitas hormon menyebabkan proliferasi jaringan ikat payudara
yang berlebihan. Gen mediator complex subunit 12 (MED12) juga penting dalam
patofisiologi fibroadenoma (Ajmal dkk., 2022).

2.4.5 Manifestasi klinis

Sebagian besar fibroadenoma bersifat asimtomatis. Laporan terbaru


menunjukkan bahwa kejadian sebanyak 25 % fibroadenoma pada wanita
menunjukkan tanpa gejala, dengan 13- 20 % terdiagnosa multiple fibroadenoma.
Jika fibroadenoma menyebabkan gejala, presentasi yang paling umum adalah
massa yang padat dan tidak dapat bergerak yang tidak menempel pada dinding
dada atau kulit payudara. Massa ini sering tidak menimbulkan rasa sakit tetapi
kadang-kadang dapat menyebabkan ketidaknyamanan, terutama ketika mereka
lebih besar atau terletak di daerah yang ditekan, seperti underwire bra wanita.
Penanganan medis yakni mengatasi rasa sakit, pertumbuhan yang cepat, kelainan
bentuk kosmetik, dan rasa takut akan keganasan (Ajmal dkk., 2022).

2.4.6 Klasifikasi
Subkategori fibroadenoma adalah simple fibroadenoma, giant juvenile
fibroadenoma, dan multicentric fibroadenoma. Tujuh puluh hingga sembilan
puluh persen fibroadenoma adalah simple fibroadenoma. Giant juvenile
fibroadenoma adalah varian fibroadenoma yang langka. Fibroadenoma ini
berkembang dengan cepat, diameter dapat tumbuh lebih dari 5 cm dengan berat
lebih dari 500 gram, dan menggeser setidaknya empat perlima dari payudara.
Giant juvenile fibroadenoma dikaitkan dengan ulserasi kulit dan pembengkakan
vena. Insiden giant juvenile fibroadenoma sekitar 0,5% -2% dari semua
fibroadenoma. Populasi yang rentan terhadap giant juvenile fibroadenoma adalah
wanita berusia 10-18 tahun dengan ras Afrika-Amerika. Giant juvenile
fibroadenoma merupakan penyebab paling banyak dari makromastia unilateral
pada wanita remaja. Fibroadenoma multisentrik adalah fibroadenoma multipel

10
yang terjadi di berbagai kuadran payudara. Insiden fibroadenoma multisentrik
sekitar 10%–25% dari semua fibroadenoma. Meskipun fibroadenoma bersifat
jinak, wanita dengan fibroadenoma 2,17 kali lebih berisiko mengidap kanker
payudara. Insiden keganasan yang timbul dari spesimen fibroadenoma jarang
terjadi, dan berkisar dari 0,002% menjadi 0,125% (Ajmal dkk., 2022).

2.4.7 Diagnosis

Anamnesis berupa riwayat ginekologi menyeluruh harus diperoleh. Onset siklus


menstruasi, riwayat kehamilan, waktu massa payudara pertama kali dirasakan,
perubahan dalam ukuran dan tekstur massa, hubungannya dengan siklus
menstruasi, nyeri terkait, perubahan kulit payudara, nipple discharge, riwayat
keluarga, riwayat kanker payudara atau ovarium. Pemeriksaan fisik harus
mencakup pemeriksaan payudara seperti mencari lokasi massa, ukuran, dan
palpasi kelenjar getah bening aksila. Hasil pemeriksaan harus didokumentasikan
dan dipantau. Semua fibroadenoma harus diamati selama satu kali siklus
menstruasi. Pilihan pencitraan yang dapat digunakan seperti mamografi,
ultrasonografi, dan MRI. Namun, pada populasi remaja, USG adalah pilihan
terbaik karena remaja memiliki payudara yang lebih padat. Meski jinak, giant
juvenile fibroadenoma memiliki karakteristik yang mirip dengan keganasan,
seperti distorsi arsitektur payudara, perubahan kulit, inversi puting, dan pelebaran
vena superfisial, jadi analisis histologis jaringan harus dilakukan untuk giant
juvenile fibroadenoma untuk menyingkirkan keganasan (Ajmal dkk., 2022).

a. Mammogram

Mammogram menggunakan sinar-x untuk mengevaluasi massa yang


mencurigakan pada wanita di atas usia 35 tahun. Fibroadenoma pada
mammogram tampak sebagai area yang berbeda dari jaringan payudara lainnya,
dengan tepi bulat yang halus. Gambaran mamografi dari fibroadenoma bervariasi
dari massa hipodens oval berbatas tegas atau isodens jaringan kelenjar payudara
hingga massa dengan lobulasi makro atau batas yang tertutup sebagian.
Fibroadenoma pada pasien yang lebih tua (pascamenopause) seringkali
menghasilkan penampilan kalsifikasi popcorn kasar yang klasik (Peng dkk.,
2021).

11
b. USG Payudara

Ultrasound (US) menggunakan gelombang suara untuk mendeteksi fitur


fibroadenoma pada wanita di bawah usia 35 tahun. US dengan mudah
membedakan massa padat dari massa kistik. Pada USG, fibroadenoma biasanya
terlihat sebagai massa berbatas tegas, bulat hingga ovoid, atau makrolobulasi
dengan hipoekogenisitas yang umumnya seragam. Jika perlu, biopsi invasif
minimal dapat dilakukan dengan core needle biopsy (Peng dkk., 2021).

2.4.8 Tata Laksana

Pada sebagian besar kasus, fibroadenoma tidak memerlukan pengobatan. Mereka


menyusut dan menghilang seiring waktu, tetapi jika ukurannya besar dan
menekan jaringan payudara lainnya, mereka harus diangkat. Banyak wanita
memutuskan untuk tidak melakukan operasi karena lesi tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan risiko keganasan jangka panjang. Pembedahan juga mengubah
bentuk payudara. Prosedur operasi dilakukan untuk menghilangkan fibroadenoma
yang memiliki ukuran masif dan terus bertambah besar. Indikasi untuk intervensi
bedah meliputi pertumbuhan yang cepat, ukuran lebih besar dari 2 cm, dan
permintaan pasien. Ada 2 prosedur pembedahan yang digunakan untuk
mengangkat fibroadenoma (Ajmal dkk., 2022):

a. Lumpektomi atau eksisi biopsi : Dalam prosedur ini fibroadenoma


diangkat dan dikirim ke laboratorium untuk evaluasi lebih lanjut.
b. Cryoablation: Ahli bedah menggunakan cryoprobe untuk membekukan
dan menghancurkan struktur seluler fibroadenoma. Core needle biopsy
harus dilakukan sebelum cryoablation untuk memastikan fibroadenoma.

2.4.9 Prognosis
Prognosis fibroadenoma baik karena merupakan massa jinak yang ukurannya
menyusut seiring waktu pada sebagian besar kasus. Risiko kanker payudara
mungkin sedikit meningkat pada pasien dengan fibroadenoma kompleks. Jenis
lesi ini mungkin mengandung jaringan payudara yang terkalsifikasi (Ajmal dkk.,
2022).

2.5 Tumor Phyllodes

12
2.5.1 Definisi
Tumor phyllodes merupakan neoplasma fibroepitelial. Pertama kali
diperkenalkan oleh Johannes Muller pada tahun 1838 dengan istilah
Cystosarcoma phyllodes dengan karakteristik gambaran leaf like pattern (seperti
daun). Istilah tersebut kadang-kadang masih digunakan pada lesi ini, akan tetapi
istilah tumor phyllodes lebih dianjurkan oleh karena sebagian besar tumor ini
berperilaku jinak dan tidak kistik. Tumor ini berkembang dengan cepat dan dapat
timbul pada semua usia meskipun paling banyak ditemui pada usia dekade ketiga
dan keempat. Tumor phyllodes diklasifikasikan menjadi benign, borderline,
malignant. Kategori ini didasarkan pada karakteristik gambaran histologinya
(Limaiem dan Kashyap, 2021).

2.5.2 Epidemiologi
Tumor phyllodes merupakan tumor payudara yang sangat langka,
kejadiannya antara 0,3% dan 0,9% dari semua tumor payudara. Tumor ini paling
sering ditemukan pada wanita berusia antara 40 dan 50 tahun. Tumor Phyllodes
terjadi terutama pada wanita, meskipun ada laporan beberapa kasus pada pria.
Hasil analisis data dari Surveillance, Epidemiology, and End Results Programme
(SEER) data registry dari tahun 2000 hingga 2004 melaporkan bahwa 500 wanita
didiagnosis dengan tumor phyllodes ganas di Amerika Serikat setiap tahunnya.
Sementara di negara-negara Asia, tumor phyllodes terjadi pada wanita usia muda,
rata-rata berusia 25-30 tahun.Tumor phyllodes malignant terjadi rata rata 2-5
tahun lebih lama dibandingkan tumor phyllodes benign. Tumor phyllodes
malignant lebih sering terjadi pada ras Latin yang lahir di Amerika Tengah dan
Amerika Selatan (Limaiem dan Kashyap, 2021).

2.5.3 Etiologi

Etiologi dari tumor filodes hingga saat ini masih idiopatik. Namun
ketidakseimbangan hormonediduga menjadi salah satu pemicu terjadinya tumor
ini.. Pada pria dengan ginekomastia lebih rentan terhadap pertumbuhan tumor
filodes. Sementara pada wanita yang pernah mengalami trauma pada payudara,
riwayat menyusui, hamil atau terdapat peningkatan kadar hormon estrogen
meningkatkan risiko terjadinya. Selain itu, riwayat keluarga yang pernah

13
mengidap penyakit tumor filodes juga meningkatkan kemungkinan risiko
terjadinya penyakit ini (Limaiem dan Kashyap, 2021).

2.5.4 Patofisiologi
Tumor phyllodes berbeda dengan tumor payudara yang lain, pada tumor
phyllodes pertumbuhan tumor terjadi diluar duktus dan lobulus di dalam jaringan
ikat payudara disebut sebagai stroma termasuk jaringan lemak dan ligament
disekitar duktus, lobules, pembuluh darah dan kelenjar limfe dipayudara. Diantara
sel stroma pada tumor phyllodes terdiri dari sel-sel ductus dan lobules. Penyebab
tumor phyllodes belum diketahui bahkan adanya hubungan dengan fibroadenoma,
sampai saat ini belum jelas. Apakah tumor phyllodes berkembang dari
fibroadenoma atau de novo masih perlu diteliti lebih lanjut. Noguchi dan
kawankawan menyampaikan bahwa fibroadenoma merupakan elemen polyclonal
sedangkan tumor phyllodes adalah polyclonal pada sel epithelial dan monoclonal
pada sel stroma. Fibroadenoma lebih baik dianggap sebagai lesi hyperplasia
daripada neoplasma. Adanya dugaan bahwa fibroadenoma merupakan mutasi
somatik yang menghasilkan proliferasi monoclonal dengan gambaran histolologi
sulit dibedakan dari elemen polyclonal tetapi memiliki kecenderungan untuk
kambuh dan progresif menjadi tumor phyllodes dan hal ini didukung berdasarkan
analisis clonal. Induksi stroma pada tumor phyllodes merupakan dihasilkan dari
faktor pertumbuhan epitel payudara. Trauma, laktasi, hamil dan meningkatnya
aktifitas estrogen sebagai faktor yang merangsang pertumbuhan tumor tetapi
faktor ini belum jelas (Jara-lazaro & Tan, 2009; Mishra et al., 2013). Endothelin-1
adalah Vasoactive peptide dan mitogenic bermacammacam sel termasuk endotel,
otot polos pembuluh darah serta sebagai stimulator pertumbuhan fibroblas pada
payudara. Tumor mengakibatkan jaringan sekitar mengalami hypoxia maka HIF-
1α (Hypoxia inducible factor 1α) menstimulasi VEGF, ED-1,carbonic anhydrase
IX (CAIX) yang berperan untuk memperbaiki jaringan sekitar yang mengalami
hypoxia dengan menstimulasi angiogenesis. Angiogenesis terjadi untuk
memenuhi kebutuhan stromal overgrowth, cellularity, atypia, mitosis. PDGF
(Platelet derived growth factor) merangsang HIF-1α dan VEGF tanpa tergantung
pada keadaan jaringan sekitar mengalami hypoxia. CD117 dapat memfosforilasi
sisa residu PDGFR sehingga menstimulasi angiogenesis, kemotaksis dan produksi

14
matrix. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa expresi tumor phyllodes pada
CD117 meningkat sesuai dengan peningkatan derajat histopatologi tumor dan
dapat memprediksi recurrence (kekambuhan). CD117 pada GIST mennjukkan
adanya mutasi, hal ini dapat pula terjadi pada tumor phyllodes. Pada penelitian
yang lain menunjukkan bahwa adanya mutasi dan ada pula yang menyampaikan
tidak terjadi mutasi tetapi terjadi overekspresi. Hal ini diduga adanya mekanisme
autokrin dan parakrin (Karim dkk., 2016).

2.5.5 Manifestasi klinis

Tumor phyllodes terjadi pada wanita diatas 45 tahun dengan ukuran tumor
yang sangat besar, rata-rata 4 cm, dapat mencapai ukuran tumor >10 cm sehingga
disebut sebagai tumor phyllodes giant. Tumor phyllodes yang giant sebanyak
20%, karena ukuran tumor yang besar maka vena mengalami dilatasi. Banyaknya
vena yang berdilatasi menyebabkan warna kulit payudara tersebut menjadi biru.
Adanya nipple retraction dan ulserasi tetapi keduanya jarang terjadi pada tumor
phyllodes. Tumor phyllodes dapat terjadi pada pasien yang pernah memiliki
riwayat fibroadenoma sebelumnya. Pada umumnya terjadi pada regio quadrant
lateral atas dan dapat terjadi pada kedua payudara tetapi kejadian ini jarang terjadi
(Zhou dkk., 2016)

2.5.6 Diagnosis

Tumor filoides dapat dilihat melalui mamografi yang memperlihatkan massa


yang bulat, berlobus, berbatas tegas dan berwarna putih. Pada beberapa kasus
terdapat bintik-bintik kecil kalsium di dalamnya.Batas tumor yang tidak jelas
dijumpai pada sebagian kecil kasus. Tumor filoides dapat didiagnosis melalui
pemeriksaan mammografi. Tumor phyllodes memiliki bentuk bulat atau oval yang
jelas. Pada penggunaan USG biasanya akan terlihat berbatas tegas, tetapi tidak
homogen karena dapat dijumpai adanya kista dan celah yang dilapisi epitelium.
Gambaran ultrasonografi adalah lesi hypoechoic dengan garis-garis hyperechoic
internal. Sedangkan pada MRI gambaran massa dengan bentuk oval atau berlobus
dengan septa. Klasifikasi tumor phylloides menjadi tumor yang jinak, borderline
dan ganas tidak dapat dilakukan dengan aspirasi biopsi. Penggunaan sel blok
disarankan untuk menegakkan diagnosis. Hasil aspirasi menunjukkan komponen

15
epitel yang biasanya dijumpai pada neoplasma fibroepitelial dengan sel stroma
bipolar dengan jumlah banyak. Diagnosis tumor phyllodes kadang-kadang tidak
dapat dibedakan dengan aspirasi saja dan harus dengan biopsi core needle (Zhou
dkk., 2016).

2.5.7 Tata laksana


Derajat Histopatologi dari tumor phyllodes berbanding lurus dengan gejala
klinis. Pada tumor phyllodes jenis jinak tidak didapatkan adanya metastasis, serta
memiliki kecenderungan rekurensinya rendah jika dilakukan eksisi secara
komplit. Jenis tumor phyllodes yang borderline memiliki kecenderungan
metastasis serta sering tumbuh kembali meskipun telah dieksisi luas. Sementara
25% tumor phyllodes yang ganas ditemukan adanya metastasis, serta memiliki
kecenderungan untuk mudah kambuh. Metastasis biasanya ditempat-tempat yang
jauh seperti paru, tulang dan sistem syaraf pusat, dan jarang pada hati dan ginjal
(Mishra dkk., 2013).

Terapi meliputi eksisi komplit dengan margin minimal 1 cm. Mastektomi


simpel hanya diindikasikan pada kasus-kasus dengan tumor yang besar dimana
secara kosmetik tidak dapat dilakukan eksisi lokal. Sedangkan apabila tumor
ternyata ganas (sarcoma phylloides) maka dilakukan mastektomi radikal.
Awalnya tumor phyllodes tidak responsif terhadap kemoterapi dan radioterapi,
tetapi beberapa penelitian terbaru menunjukkan sensitif terhadap anthracycline,
ifosfamide, dan cisplatin, etoposide (Zhou dkk., 2016).

2.5.8 Prognosis
Prognosis tumor phyllodes baik, dengan kelangsungan hidup 10 tahun
87%. Risiko kekambuhan bervariasi sesuai ukuran tumor dan tindakan
pembedahan. Sebagian besar tumor phyllodes jinak, dengan kekambuhan lokal
terjadi pada sebagian kecil kasus. Sangat jarang, tumor dapat bermetastasis, paling
sering pada kasus tumor tingkat ganas. Tumor phyllodes ganas membawa
prognosis yang buruk (Zhou dkk., 2016).

16
BAB 3. KESIMPULAN

Fibroadenoma adalah penyakit berupa benjolan pada payudara yang


bersifat tidak nyeri, unilateral, dan jinak. Penyakit ini sering terjadi pada wanita
usia 14 hingga 35 tahun atau wanita pada usia berapapun yang masih mengalami
menstruasi. Fibroadenoma muncul dari sel jaringan ikat stroma dan epitel.
Jaringan ini mengandung reseptor untuk estrogen dan progesteron. Fibroadenoma
cenderung berkembang selama kehamilan karena produksi hormon reproduksi
wanita yang berlebihan. Fibroadenoma dapat dibagi menjadi simple
fibroadenoma, giant juvenile fibroadenoma, dan multicentric fibroadenoma. Pada
sebagian besar kasus, fibroadenoma tidak memerlukan pengobatan. Lumpektomi
atau eksisi biopsy, cryoablation adalah prosedur bedah yang digunakan apabila
fibroadenoma terlalu besar (Ajmal dkk., 2022). Tumor phyllodes merupakan
tumor payudara yang sangat langka, kejadiannya antara 0,3% dan 0,9% dari
semua tumor payudara. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita berusia
antara 40 dan 50 tahun. Tumor Phyllodes terjadi terutama pada wanita, meskipun
ada laporan beberapa kasus pada pria. Hasil analisis data dari Surveillance,
Epidemiology, and End Results Programme (SEER) data registry dari tahun 2000
hingga 2004 melaporkan bahwa 500 wanita didiagnosis dengan tumor phyllodes
ganas di Amerika Serikat setiap tahunnya. Sementara di negara-negara Asia,
tumor phyllodes terjadi pada wanita usia muda, rata-rata berusia 25-30 tahun.
Tumor filoides dapat dilihat melalui mamografi yang memperlihatkan massa yang
bulat, berlobus, berbatas tegas dan berwarna putih. Terapi meliputi eksisi
komplit dengan margin minimal 1 cm. Mastektomi simpel hanya diindikasikan

17
pada kasus-kasus dengan tumor yang besar dimana secara kosmetik tidak dapat
dilakukan eksisi lokal. Sedangkan apabila tumor ternyata ganas (sarcoma
phylloides) maka dilakukan mastektomi radikal. Awalnya tumor phyllodes tidak
responsif terhadap kemoterapi dan radioterapi, tetapi beberapa penelitian terbaru
menunjukkan sensitif terhadap anthracycline, ifosfamide, dan cisplatin, etoposide
(Zhou dkk., 2016).

DAFTAR PUSTAKA

Ajmal;, M., M. Khan;, dan K. Van Fossen. 2022. Breast Fibroadenoma.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535345/ [Diakses pada December
20, 2022].
Al-Chalabi, M., A. N. Bass, dan I. Alsalman. 2022. Prolactin.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507829/ [Diakses pada December
20, 2022].
Bistoni, G. dan J. Farhadi. 2015. Anatomy and physiology of the breast. Plastic
and Reconstructive Surgery: Approaches and Techniques. (December):479–
485.
Drake, R. L., A. W. Vogle, dan A. W. M. Mitchell. 2012. GRAY’S BASIC
ANATOMY. Edisi internatio. Philadelphia: Elsevier. Elsevier.
J, B., D. I, dan W. O. Lopez. 2022. Estrogen.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538260/ [Diakses pada December
20, 2022].
K., J. dan M. H. Grider. 2022. Progesteron.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558960/ [Diakses pada December
20, 2022].
Limaiem;, F. dan S. Kashyap. 2021. Tumor Phyllodes of Breast.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK541138/
Maharani, N. 2022. Gambaran penderita tumor payudara sesuai usia biologis.
03(02):1851–1854.
Peng, Y., F. Xie, Y. Zhao, S. Wang, dan C. Society. 2021. Clinical practice
guideline for breast fi broadenoma : chinese society of breast surgery
( csbrs ) practice guideline 2021. 0(9):1014–1016.

18
Sharma, S. 2021. Oxytocin. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507848/
[Diakses pada December 20, 2022].
Snell, R. S. 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Edisi Edisi Baha. Jakarta:
EGC. Lippincott Williams & WilkinsAil’olters Kluwer Health Inc., USA.
Stachs, A., J. Stubert, T. Reimer, dan S. Hartmann. 2019. Benign breast disease in
women
Thiyagarajan;, D. K., H. Basit;, dan R. Jeanmono. 2022. Menstrual Cycle.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK500020/ [Diakses pada December
20, 2022].
Zhou, Z., C. Wang, Z. Yang, X. Yu, dan X. Guo. 2016. Phyllodes tumors of the
breast : diagnosis , treatment and prognostic factors related to recurrence.
8(11):3361–3368.

19

Anda mungkin juga menyukai