Anda di halaman 1dari 2

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
1. Prevalensi stres pada pengasuh lansia di beberapa panti jompo di
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012 ditemukan sebesar 77,2%.
2. Distribusi pengasuh berdasarkan karakteristik pengasuh menunjukkan
bahwa kebanyakan pengasuh berumur ≥ 34 tahun (50,9%), berjenis
kelamin laki-laki (59,6%), tinggal di wilayah Jakarta (68,4%),
menempati rumah sendiri (36,8%), tamat SMA (64,9%), sudah
menikah (75,4%), memiliki anak ≥ 2 (54,4%), berpendapatan tinggi
(50,9%) dan berpengeluaran tinggi (50,9%).
3. Distribusi pengasuh berdasarkan status psikologi menunjukkan bahwa
sebagian besar pengasuh melakukan strategi koping adaptive (94,7%)
dan merasa puas akan pekerjaannya (78,9%).
4. Distribusi pengasuh berdasarkan karakteristik lansia menunjukkan
pengasuh yang mengasuh ≥ 20 lansia secara langsung ada 56,1%, yang
mengasuh selama ≥ 4 jam per hari sebanyak 52,6%, rata-rata jumlah
lansia demensia yang diasuh adalah 11 lansia, lansia demensia yang
paling banyak diasuh pengasuh adalah lansia demensia berumur > 70
tahun, yaitu rata-rata sebanyak 6 lansia, jenis kelamin lansia demensia
yang diasuh paling banyak adalah perempuan, yaitu rata-rata sebanyak
8 lansia.
5. Distribusi pengasuh berdasarkan karakteristik panti jompo
menunjukkan lebih dari setengah pengasuh tidak memiliki jadwal kerja
malam rutin (68,4%) dan tidak pernah mengikuti pelatihan khusus
mengasuh lansia (50,9%).
6. Tidak ditemukannya hubungan antara karakteristik pengasuh (umur,
jenis kelamin, tempat tinggal, status tempat tinggal, tingkat pendidikan,
status perkawinan, jumlah anak, pendapatan, pengeluaran) dengan
kejadian stres pada pengasuh lansia.

78 Universitas Indonesia
79

7. Dari status psikologi pengasuh lansia, hanya variabel kepuasan bekerja


yang berhubungan dengan kejadian stres pada pengasuh lansia (nilai p
≤ 0,05).
8. Tidak ditemukannya hubungan antara karakteristik lansia (jumlah
lansia, durasi mengasuh, jumlah lansia demensia, umur lansia
demensia, jenis kelamin lansia demensia) dengan kejadian stres pada
pengasuh lansia.
9. Tidak ditemukannya hubungan antara karakteristik panti jompo (kerja
malam, pelatihan khusus mengasuh lansia) dengan kejadian stres pada
pengasuh lansia.

7.2 Saran
1. Memberikan penyuluhan tentang manajemen stres maupun mekanisme
koping pada pengasuh lansia.
2. Meningkatkan komunikasi yang baik dalam panti jompo, baik antara
pengasuh maupun dengan pengawasnya.
3. Sifat kerja mengasuh lansia yang terus-menerus atau kontinyu
sebaiknya dimodifikasi untuk menghindari stres dengan sistem rotasi
kerja yang disesuaikan dengan kondisi atau waktu.
4. Hubungan baik antara sesama rekan kerja lebih ditingkatkan lagi.
5. Panti jompo melakukan pelatihan bagi pengasuh dengan
memperhatikan durasi mengasuh, jumlah lansia demensia yang diasuh,
jenis kelamin lansia demensia yang diasuh, tingkat pendidikan
pengasuh, umur pengasuh, status tempat tinggal pengasuh, status
perkawinan dan jumlah anak yang dimiliki pengasuh.

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai