HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Dosen Pembimbing :
Siswati, S.Kep., Ns
KELOMPOK 14
1. Renanda Angga Widrajatmiko (181301049)
2. Richa Dwiyana Andriani (181301050)
3. Risma Imroatun Nafisah (181301051)
4. Sekti Miranda Aliffiyanti (181301052)
Anggota Kelompok :
Pembimbing pendidik
Siswati., S.Kep., Ns
LAPORAN PENDAHULUAN
ANTE NATAL CARE (ANC)
A. Pengertian
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang berawal dari terjadinya
pertemuan dan persenyawaan antara sperma dan ovum sehingga akan
terbentuk zigot yang pada akhirnya membentuk janin. Kehamilan terjadi pada
saat pertemuan ovum dan sperma hingga masa di mana janin siap lahir, dalam
perhitungan medis ± 40 minggu (Masriroh, 2013).
Pelayanan antenatal adalah pelayanan terhadap individu yang bersifat
preventif care untuk mencegah masalah yang kurang baik bagi ibu maupun
janin melalui persalinan dengan aman, diperlukan kesiapan fisik dan mental
ibu sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan optimal, karena kesehatan
ibu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janinnya
(Winjosastro, 2002).
B. Tujuan
Secara umum antenatal care bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat
melalui masa kehamilan, persalinan, dan nifas dengan baik dan selamat serta
bayi sehat. Secara rinci tujuan antenatal care adalah:
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu.
3) Mengenali dan mengurangi sedini mungkin adanya penyakit/komplikasi
yang dapat muncul selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan dan persalinan yang aman dengan
trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan dengan normal dan mempersiapkan
ibu agar dapat memberi asi secara eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin
agar tumbuh kembang secara normal.
7) Mengurangi angka kematian bayi prematur, kelahiran mati dan kematian
neonatal.(Bobak, 2004).
C. Standar Pelayanan Ante Natal
Pelayanan antenatal mengacu pada konsep 7T yaitu:
1) Timbang badan dan ukur badan, tujuannya adalah untuk mengetahui
sesuai tidaknya berat badan ibu. Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap
berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan. Selama triwulan I berat badan ibu
harus naik 0,5 sampai dengan 0,75 kg setiap bulan, pada triwulan ketiga harus
naik 0,25 kg setiap minggunya. Dan pada trisemester III berat badan ibu harus
naik sekitar 0,5 kg setiap minggunya, atau secara umum berat badan
meningkat sekitar 8 kg selama kehamilan.
2) Ukur tekanan darah. Tujuannya untuk mendeteksi apakah tekanan darah
normal atau tidak. Pemeriksaan ini juga dilakukan pada setiap kunjungan.
Tekanan darah yang tinggi dapat membuat ibu keracunan kehamilan, baik
ringan maupun berat bahkan sampai kejang-kejang. Sementara tekanan darah
yang rendah menyebabkan pusing dan lemah.
3) Skrinin status imunisasi Tetanus Toxoid (TT). Tujuannya untuk melindungi
ibu dan bayi yang dilahirkan nanti dari tenanus neonatorum. Imunisasi TT
diberikan pada kunjungan antenatal I, TT2 deberikan empat minggu setelah
TT1, TT3 diberikan setelah enam bulan TT2, TT4 diberikan 1 Tahun setelah
TT3, dan TT5 diberikan setelah setahun TT4.
4) Ukur tinggi fundus uteri. Tujuannya untuk melihat pembesaran rahim,
dilakukan dengan cera meraba perut dari luar, selain itu untuk mengetahui
presentasi janin, serta mengetahui posisi janin dalam rahim. Pada pemeriksaan
ini juga dilakukan pngukuran tinggi puncak rahim untuk kemudian
disesuaikan dengan umur kehamilan. Jika diperoleh besarnya rahim tidak
sesuai dengan umur kehamilan maka direncanakan pemeriksaan lanjutan.
5) Pemberian tablet besi (90 Tablet) selama kehamilan. Pemberian tablet besi
diberikan sesuai dengan kebijakan nasional yang berlaku diseluruh puskesmas
di Indonesia. Pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa
mual hilang pada awal kehamilan.
6) Temu wicara/ pemberian komunikasi interpersonal atau konseling. Untuk
menghindari kesalahan penanganan kehamilan, komunikasi dengan suami dan
keluarga diperlukan gunan mempersiapkan rujukan nantinya. Dengan
manajemen rujukan yang benar, cepat, dan tepat maka ibu dan janin akan
memperoleh pelayanan persalinan dan kelahiran yang benar sehingga
membantu menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Program ini lebih
diutamakan pada tempat pelayanan kesehatan terpencil dan jauh dari akses
transfortasi yang memadai.
7) Test laboratorium sederhana (Hb,Protein, dan Urine) berdasarkan
indikasi (HbsAg, sifilis, HIV, malaria, tuberkulosis paru (TBC) , PMS).
Wanita yang sedang hamil merupakan kelompok dengan risiko tinggi
terhadap penyakit menular seksual yang dapat menimbulkan kematian pada
ibu dan janin yang dikandungnya(Bobak, 2004).
D. Fisiologi Kehamilan
Pelepasan ovum hanya terjadi satu kali setiap bulan, sekitar hari ke-14 pada
siklus mentruasi 28 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada setiap individu.
Untuk menentukan masa subur dapat digunakan beberapa cara seperti :
a) Berdasarkan hari mentruasi pertama ditambah 12 dan berlangsung tujuh
hari, contoh : mentruasi hari pertama tanggal 5, maka perhitungan minggu
suburnya adalah tanggal 17-24 dengan rumus (5+12) sampai (5+12)+7=24.
b) Melakukan pemeriksaan suhu basal, karena pada siklus menstruasi terjadi
pelepasan telur dan terjadi penurunan diikuti dengan kenaikan suhu 1\2
derajat celcius.
c) Kemungkinan keinginan seks meningkat pada saat pelepasan ovum.
d) Kemungkinan terasa nyeri karena pelepasan ovum.
Saat ejakulasi, sperma akan ditampung di liang vagina bagian dalam. Bentuk
sperma yang menyerupai kecebong dengan kepala yang lonjong dan ekor
yang panjang seperti cambuk memungkinkan sperma untuk bergerak masuk
melalui kanalis cervikalis dan kavum uteri kemudian berada dalam tuba untuk
menunggu kedatangan sel telur. Bila pada saat itu terjadi ovulasi, maka
kemungkinan besar akan terjadi fertilisasi.
Setelah masuknya kepala sperma ke dalam ovum dengan
meninggalkan ekornya, terjadilah pertemuan inti masing-masing dengan
kromosom mencari pasangannya. Mula-mula terjadilah pembelahan inti
menjadi dua dan seterusnya hingga seluruh ruangan ovum penuh dengan hasil
pembelahan sel, yang disebut morula. Pembelahan berlangsung terus hingga
bagian dalam terbentuk ruangan yang mengandung cairan disebut blastokist.
Sementara itu bagian luar dinding telur timbul rumbai-rumbai yang disebut
villi yang akan berguna untuk menanamkan diri pada lapisan dalam rahim,
yang telah siap menerima dalam bentuk reaksi decidua.
Hasil konsepsi dalam bentuk blastokist yang mempunyai villi korealis
dapat menanamkan diri pada dinding rahim yang disebut nidasi atau
implantasi. Sejak saat terjadi konsepsi, fertilisasi, impregnancy, sampai nidasi
diperlukan waktu 6-7 hari (Purwaningsih dkk, 2010).
E. Tanda dan Gejala
1. Tanda-tanda pasti
a) mendengar bunyi jantung janin.
b) melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak oleh pemeriksa.
c) melihat rangka janin dengan sinar rontgent atau dengan ultrasographi.
Jika ditemukan hanya salah satu dari tanda-tanda ini, maka diagnosa
kehamilan dapat dibuat dengan pasti. Sayang sekali, tanda-tanda pasti
kehamilan baru dapat diketahui pada usia kehamilan di tas empat bulan,
tetapi dengan menggunakan USG kantong kehamilan sudah nampak pada
kehamilan 10 minggu dan bunyi jantung janin sudah dapat didengar pada
kehamilan 12 minggu (Purwaningsih dkk, 2010).
2. Tanda-tanda mungkin
Tanda-tanda mungkin sudah dapat ditentukan pada kehamilan trisemester
I, tetapi dengan tanda-tanda mungkin kehamilan hanya boleh diduga.
Makin banyak tanda-tanda mungkin yang ditemukan, makin besar
kemungkinan hamil.
Tanda-tanda mungkin dibagi menjadi :
a. Tanda-tanda objektif
- Pembesaran, perubahan bentuk, dan konsistensi rahim
Pada pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan
makin lamamakin bundar bentuknya. Kadang-kadang pembesaran
tidak rata tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya
(tanda piskacek).Konsistensi rahim dalam kehamilan juga berubah
menjadi lunak, terutama daerah isthmus uteri sedemikian lunaknya,
hingga jika kita letakkan 2 jari dalam fornix posterior dan tangan
satunya pada dinding perut di atas symphyse pubis, maka isthmus ini
tidak teraba seolah-olah corpus uteri sama sekali terpisah dari cervix
(tanda hegar).
- Perubahan pada serviks
Di luar kehamilan, konsistensi serviks keras, kerasnya seperti kita
meraba ujung hidung. Dalam kehamilan, serviks menjadi lebih lunak
selunak bibir atau ujung daun telinga.
- Kontraksi braxton hicks
Waktu palpasi atau waktu toucher rahim yang lunak sekonyong-
konyong menjadi keras karena berkontraksi.
- Ballottement
Pada bulan ke-4 dan ke-5 janin lebih kecil dibandingkan dengan
cairan ketuban, maka bila rahim didorong dengan sekonyong-
konyong atau digoyangkan, makan anakan akan melenting di dalam
rahim.Ballottement dapat ditentukan dengan pemeriksaan luar
maupun pemeriksaan dalam.
- Meraba bagian anak
Dapat dilakukan jika janin sudah agak besar, hanya kadang-kadang
tumor yang padat seperti myoma, fibroma, dan lain-lain dapat
menyerupai bentuk janin.
- Pemeriksaan biologis
Tidak dimasukkan dalam tanda pasti karena keadaan lain dapat
menimbulkan reaksi yang positif.
- Pembesaran perut
Setelah bulan ke-3 rahim dapat diraba dari luar dan mulai
membesarkan perut.
- Keluarnya colostrums Hyperpigmentasi
Terjadi pada kulit wajah disebut chloasma gravidarum (topeng
kehamilan), areola dan papilla mammae, linea alba (putih) menjadi
linea fusca (coklat) atau linea nigra (hitam).
3. Tanda-tanda chadwicks
Warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu.
a. Tanda-tanda subjektif
Adanya amenorrhoe.
Mual dan muntah.
Ibu merasa pergerakan anak.
Sering kencing akibat pembesaran rahim yang menekan kandung
kencing.
Perasaan dada berisi dan agak nyeri. (Kusmiyati, et al, 2008).
4. Adaptasi Fisiologi
Perubahan fisiologis
1. Uterus : Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gram
menjadi 1000 gram, dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm,
dan ukurang muka belakang 22 cm. Pertumbuhan uterus tidak rata,
uterus lebih cepat tumbuh di daerah implantasi dari ovum dan di
daerah insersi placenta. Pembesaran ini disebabkann oleh
hypertrophy dari otot-otot rahim, tetapi pada kehamilan muda juga
terbentuk sel-sel otot yang baru.Uterus pada wanita hamil sering
berkontraksi tanpa perasaan nyeri. Juga saat disentuh, misalnya
pada pemeriksaan dalam, pemeriksa dapat meraba bahwa sewaktu
pemeriksaan konsistensi rahim yang semula lunak dapat menjadi
keras dan kemudian lunak kembali (Kusmiyati, et al, 2008).
2. Cervix :Perubahan penting yang terjadi pada cervix dalam
kehamilan adalah menjadi lunaknya cervix. Perubahan ini sudah
dapt ditemukan sebulan setelah konsepsi.Pelunakan cervis terjadi
karena pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena
timbulnya oedema dari cervix dan hyperplasia kelenjar-kelenjar
servix.
3. Vagina :Pembuluh darah dinding vagina bertambah, hingga warna
selaput lendirnya membiru, kekenyalan vagina bertambah yang
berarti daya regangnya bertambah sebagai persiapan persalinan.
Getah dalam vagina biasanya bertambah dalam masa kehamilan,
reaksinya asam dengan pH 3,5-6,0. reaksi asam ini disebabkan
terbentuknya acidum lacticum sebagai hasil penghancuran glycogen
yang berada dalm sel-sel epitel vagina oleh basil-basil doderlein.
Reaksi asam ini mempunyai sifat bekterisida.
4. Ovarium :Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus lutheum
graviditatis, teapi setelah bulan ke-4 corpus lutheum ini akan
mengisut.
5. Dinding perut :Pada kehamilan lanjut pada primi gravida sering
timbul garis-garis memanjang atau serong pada perut. Garis-garis
ini disebut striae gravidarum. Kadang-kadang garis-garis itu
terdapat juga pada buah dada dan paha. Pada seorang primi gravida
warnanya menbiru disebut striae lividae.Pada seorang multigravida,
di samping strie lividae, terdapat juga garis-garis putih agak
mengkilat ialah parut (cicatrick) dari strie gravidarum yang disebut
strie albicans.
6. Kulit :Pada kulit terdapat hyperpigmentasi antara lain pada areolla
mammae, papilla mammae, dan linea alba. Pada umumnya setelah
partus, gejala hyperpigmentasi ini akan menghilang.
7. Payudara :Payudara biasanya membesar disebabkan karena
hypertophi olveoli. Di bawah kulit payudara sering tampak
gambaran-gambaran dari vena yang meluas. Putting susu biasanya
membesar dan lebih tua warnanya dan acapkali mengeluarkan
colostrum. Perubahan-perubahan pada payudara disebabkan karena
pengaruh hormonal.
8. Pertukaran zat :Metabolisme basal naik pada kehamilan, terjadi
penimbunan protein sedangkan dalam darah kadar zat lemak naik
dan ada kecenderungan pada ketosis. Kebutuhan akan calcium dan
phosphor bertambah untuk pembuatan tulang-tulang janin begitu
pula akan ferum untuk pembentukan Hb janin.
9. Darah :Volume darah bertambah, baik plasmanya maupun
erytrosyt, tetapi penambahan volume plasma yang disebabkan oleh
hydramia lebih menonjol hingga biasanya kadar Hb turun.
Batas-batas fisiologis ialah :
- Hb 10 gr%
- erytrosyt 3,5 juta per mm3
- leucocyt 8.000-10.000 per m
Jantung lebih berat bebannya disebabkan penambahan volume
darah, perluasan daerah pengaliran, fetus yang membesar dan
adanya placenta, lagipula jantung terdorong ke atas sehingga
sumbunya berubah.Kegiatan paru-paru pun bertambah karena
selain untuk mencukupi kebutuhan ibu sendiri juga harus
mencukupi kebutuhan janin akan 02.
10. Gastrointestinal : Sekresi asam lambung dan gerakan lambung
berkurang, hal tersebut mungkin menyebabkan muntah dan
kembung pada masa kehamilan. Tonus usus kurang, yang
menimbulkan obstipasi.
11. Urinarius :Kegiatan ginjal semakin bertambah berat karena harus
juga mengeluarkan racun-racun dari peredaran darah janin.Ureter
jelas melebar dalam kehamilan teruatam yang kanan. Hal ini
disebabkan karena pengaruh hormon progesterone, walaupun
mungkin ada juga factor tekanan pada ureter oleh rahim yang
membesar.Kapasitas kandung kencing juga mengalami penurunan
kapasitas karena desakan oleh rahim yang membesar pada akhir
kehamilan oleh kepala janin yang yang turun ke dalam rongga
panggul.
12. Hormonal :Kelenjar endokrin seperti kelenjar tiroid, hipofise
anterior, dan kelenjar suprarenalis menunjukkan hiperfungsi atau
hipertropi.
13. Kelenjar adrenal :Ukuran kelenjar adrenal meningkat selama
kehamilan, terutama bagian kortika yang membentuk kortin.
Jumlah ion natrium dan kalium dalam darah diatur oleh kortin.
Bagian medula dari kelenjar adrenal mensekresi epinephrin,
hormon yang sangat penting. Kehamilan tidak mengubah ukuran
atau fungsi bagian medula.
Hormon-hormon yang signifikan dalam kehamilan:
1. hCG (human chorionic gonadotropin)dihasilkan olehsel-sel
trofoblast.puncaknya pada minggu ke-9 – 13
mempertahankan korpus luteum sampai plasenta
mengambil alih.
2. hPL (human placental lactogen)Dihasilkan oleh sel-sel
synsitio tropoblas. Kerjanya berlawanan dengan
insulinMempunyai pengaruh peningkatan asam lemak
bebas dan menurunkan metabolisme glukosa.
3. EstrogenDihasilkan oleh ovarium dan plasenta.Berperan
dalam perkembangan uterus dan mammae, meningkatkan
pigmen kulit, meretensi Na+ dan air, serta menurunkan
hidrokloric asam lambung.
14. Perubahan Psikologis :Konsepsi dan implantasi sebagai titik awal
kehamilan menimbulkan perubahan status emosional seorang
calon ibu.Bagi pasangan dengan perkawinan yang dilandasi oleh
rasa cinta dan saling mencintai, keterlambatan datang bulan
merupakan salah satu tanda yang menggembirakan, karena ikatan
batin antara keduanya semakin kokoh dengan adanya kehamilan
yang didambakan.Keterlambatan datang bulan diikuti perubahan
subjektif seperti perasaan mual, ingin muntah, sebah di bagian
perut atas, pusing kepala, dan nafsu makan berkurang mendesak
keluarga untuk melakukan pemeriksaan.Setelah terbukti terjadi
kehamilan perasaan cinta dan gembira semakin bertambah, diikuti
pula oleh perasaan cemas karena kemungkinan keguguran.
Disamping itu perubahan fisiologis kehamilan juga dapat
mempengaruhi kelabilan mental, hingga menimbulkan ngidam
dan perubahan kelakuan.(Masriroh, 2013).
F. Keluhan Selama Kehamilan
Keluhan pada masa hamil adalah suatu kondisi bersifat subyektif dimana pada
individu yang hamil terjadi proses adaptasi terhadap kehamilannya (Depkes
RI, 2007). Keluhan-keluhan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Keluhan pada triwulan I (usia kehamilan 1 – 3 bulan)
a) Mual dan muntah : Terutama terjadi pada pagi hari dan akan hilang
menjelang tengah hari (morning sickness).
b) Perasaan neg atau mual: Terutama bila mencium bau yang menyengat.
c) Pusing terutama bila akan bangun dari tidur, hal ini terjadi karena
adanya gangguan keseimbangan, perut kosong.
d) Sering kencing: Karena tekanan uterus yang membesar dan menekan
pada kandung kencing.
e) Keputihan (lekorea): Pengaruh peningkatan hormon kehamilan
(estrogen dan progesteron) yang mempengaruhi mukosa serviks dan
vagina.
f) Pengeluaran darah pervaginam: Bila terjadi perdarahan pervaginam
perlu diwaspadai adanya abortus.
g) Perut membesar.
h) Psikologis: Perasaan gembira dengan penerimaan kehamilan akan
mempengaruhi penerimaan ibu terhadap kelainan-kelainan yang
timbul. Sebaliknya karena menolak kehamilan, keluhan tersebut
menimbulkan rasa tidak nyaman dan menimbulkan antipati terhadap
kehamilannya. Pada masa ini sering timbulkonflik karena pengalaman
baru, sehingga ibu hamil perlu mendapatkan perhatian dan dukungan
suami.
Keluhan pada triwulan II (usia kehamilan 4 – 6 bulan).
Pada masa ini keluhan yang bersifat subyektif sudah berakhir,
sehingga bila ada ibu hamil masih mendapatkan keluhan seperti pada
trimester I, perlu diwaspadai kemungkinan adanya faktor psikologis.
Pada triwulan ini sering ditandai adanya adaptasi ibu terhadap
kehamilannya, perasaan ibu cenderung lebih stabil, karena keluhan yang
terjadi pada triwulan I sudah terlewati. Ibu merasakan pengalaman baru, mulai
merassakan gerakan bayi, terdengarnya DJJ, melalui alat doptone atau melihat
gambar/posisi melalui pemeriksaan USG. Triwulan II juga dikatakan fase
aman untuk kehamilan, sehingga aktifitas ibu dapat berjalan tanpa gangguan
berarti.
Keluhan pada triwulan III (usia kehamilan 7 – 9 bulan).
Kejadian yang sering timbul antara lain:
a) Pusing disertai pandangan berkunang-kunang. Hal ini dapat
menunjukkan kemungkinan terjadi anemia dengan Hb < 10 gr%.
b) Pandangan mata kabur disertai pusing. Hal ini dapat digunakan
rujukan kemungkinan adanya hipertensi.
c) Kaki edema. Edema pada kaki perlu dicurigai karena sebagai salah
satu gejala dari trias klasik eklamsi. Sesak napas pada triwulan III
perlu dicurigai kemungkinan adanya kelainan letak (sungsang).
d) Perdarahan. Pada triwulan III bisa terjadi perdarahan pervaginam perlu
dicurigai adanya placenta praevia atau solusio plasenta.
e) Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari, bukan pada
saat kencing, perlu diwaspadai adanya ketuban pecah dini.
f) Sering kencing. Akibat penekanan pada kandung kencing akibat
masuknya kepala ke pintu atas panggul.
g) Psikologis: Kegembiraan ibu karena akan lahirnya seorang bayi
(Purwaningsih, dkk, 2010).
G. Komplikasi Kehamilan
Ada beberapa komplikasi pada kehamilan, antara lain (Masriroh, 2013) :
1. Hiperemisis gravidarum.
2. Hipertensi dalam kehamilan.
3. Perdarahan trimester I (abortus).
4. Perdarahan antepartum.
5. Kehamilan ektopik.
6. Kehamilan kembar.
7. Molahydatidosa.
8. Inkompatibilitas darah.
9. Kelainan dalam lamanya kehamilan.
10. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin.(Bobak, 2004).
H. Pemeriksaan Penunjang
1. LABORATORIUM
Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL).
Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis).
Pemeriksaan Swab (Lendir vagina & servik).
2. U S G
a) Jenis kelamin.
b) Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion. (Masriroh, 2013).
I. Pemeriksaan Ante Natal
Asuhan antenatal harus dimulai sedini mungkin. Pada awal pemeriksaan yaitu
untuk menentukan apakah seorang ibu sedang mengalami kehamilan.
Diagnosa kehamilan ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Umumnya
pemeriksaan yang dipakai yaitu tes untuk mendeteksi keberadaan hCG.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat diukur dengan radioimunoesai
dan deteksi dalam darah enam hari setelah konsepsi atau sekitar 20 hari sejak
periode menstruasi terakhir. Keberadaan hormone ini dalam urin pada
kehamilan merupakan dasar dari berbagai tes kehamilan di berbagai
laboratorium dan kadang-kadang dapat dideteksu dalam urine 14 hari setelah
konsepsi (Bobak, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Arief.B. 2009. Buku Saku Maternitas Edisi 3. ECG. Jakarta
Wiknjosastro H.2005.Ilmu Kebinan.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta.
Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta; Tridasa Printer.
Fadlun, dkk.2011. Asuhan Kebinan Patologis,Jakarta:Salemba Medika Hm,39-
40.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Penulis dapat memahami konsep dan mengaplikasikan secara langsung dalam
memberikan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Hiperemesis Gravidarum
2) Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Hiperemesis
Gravidarum, diharapkan mahasiswa mampu:
a. Mampu memahami konsep dasar pada klien dengan Hiperemesis
Gravidarum
b. Mampu melakukan hasil pengkajian dan asuhan keperawatan pada klien
dengan Hiperemesis Gravidarum
C. Manfaat Penulisan
Studi kasus ini, diharapkan memberikan manfaat bagi:
1. Bagi Pendidikan
Sebagai sumber bahan bacaan atau referensi untuk meningkat kankualitas
pendidikan keperawatan, khususnya pada klien dengan Hiperemesis
Gravidarum, dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.
2. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan
khususnya penatalaksanaan asuhan keperawatan kliendengan Hiperemesis
Gravidarum.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Intoleransi aktifitas
H. Komplikasi
Emesis merupakan dalam keadaan normal tidak banyak menimbulkan efek
negatif terhadap kehamilan dan janin, hanya saja apabila emesis gravidarum ini
berkelanjutan dan berubah menjadi hipermesis gravidarum yang dapat
meningkatkan resiko terajadinya gangguan pada kehamilan (Koesno, 2016).
Wanita-wanita hamil dengan gejala emesis gravidarum yang berlebih berpotensi
besar mengalami dehidrasi, kekurangan cadangan karbohidrat dan lemak dalam
tubuh, dapat pula terjadi robekan kecil pada selaput lendir esofagus dan lambung
atau sindroma Mallary Weiss akibat perdarahan gastrointestinal (Koesno, 2016).
Mual dan muntah yang berlebihan mengakibatkan terjadinya kekurangan zat
gizi. Wanita hamil tersebut harus dirawat inap di rumah sakit dan diberikan
cairan infuse serta obat-obatan untuk mengobati mual (Indriyani, 2018).
Menurut Koesno (2016) menyebutkan ada beberapa Tanda-tanda dehidrasi:
a. Berat badan menurun
b. Denyut nadi meningkat (120 x / menit dan terus naik)
c. Tekanan darah menurun (diastolik 50 mmHg dan terus turun)
d. Mata cekung
e. Elastisitas kulit menghilang
Apabila ditemukan tanda-tanda dehidrasi pada ibu hamil maka, ia harus segera
mendapat pertolongan dari bidan atau tenaga kesehatan lainnya. Ada mitos yang
mengatakan bila rasa mual anda hebat, maka anda mengandung anak perempuan.
Dan ternyata menurut penelitia (Sumarni, 2012), wanita hamil yang mengalami
mual hebat dan terpaksa dibawa ke rumah sakit, kemungkinan besar melahirkan
bayi perempuan. Sebagai contoh dari 69 wanita hamil penderita mual yang hebat,
307 orang melahirkan bayi laki-laki dan 352 sisanya melahirkan
perempuanPencegahan terhadap emesis gravidarum yang berlebihan perlu
dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan
persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa
mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan
mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih
(Sumarni, 2012).
J. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian antiemetic
2. Dipuasakan selama masih muntah
3. Monitor intake dan output
4. Obat-obatan
Obat yang diberikan biasanya sedative adalah fenobarbital, vitamin yang
dianjurkan vitamin B1, dan vitamin B6.
5. Isolasi
Penderita diberikan biasanya sedatif adalah fenobarbital, vitamin yang
dianjurkan vitamin B1 dan vitamin B6.
6. Terapi psikologik
Penderita perlu diyakinkan bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
7. Cairan parenteral
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbonhidrat dan protein
dengan glukosa 5% sampai 10% dalam cairan garam fisiologik sebanyak
2-3 liter/hari.
K. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan sebagai berikut :
a. Isolasi dan Terapi Psikologis
1) Isolasi di ruangan yang dilakukan dengan baik dapat meringankan gravidarum
karena perubahan suasana rumah tangga.
2) Konseling dan edukasi (KIE) tentang kehamilan yang dilakukan untuk
menghilangkan factor psikis rasa takut.
3) Memberikan informasi tentang diet ibu hamil dengan makan tidak sekaligus
banyak, tetapi dalam porsi yang sedikit namun sering.
4) Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, karena akan membuat ibu hamil
mengalami pusing, mual, dan muntah (Hidayati, 2009).
b. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepeda penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan
rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah
dan konflik.
c. Terapi Alternatif
Ada beberapa macam pengobatan alternatif bagi hiperemesis gravidarum, antara
lain: Vitamin B6 merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme lipid,
karbohidrat dan asam amino. Peranan vitamin B6 untuk mengatasi hiperemesis
masih kontroversi. Dosis vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5 – 25 mg per
hari tiap 8 jam. Vitamin B6 merupakan ko-enzim berbagai jalur metabolisme
protein dimana peningkatan kebutuhan protein pada trimester I diikuti
peningkatan asupan vitamin B6. Vitamin B6 diperlukan untuk sintesa serotonin
dari tryptophan. Defisiensi vitamin B6 akan menyebabkan kadar serotonin rendah
sehingga saraf panca indera akan semakin sensitif yang menyebabkan ibu mudah
mual dan muntah. Pada wanita hamil terjadi peningkatan kynurenic dan
xanturenic acid di urin. Kedua asam ini diekskresi apabila jalur perubahan
tryptophan menjadi niacin terhambat. Hal ini dapat juga terjadi karena defisiensi
vitamin B6. Kadar hormon estrogen yang tinggi pada ibu hamil juga menghambat
kerja enzim kynureninase yang merupakan katalisator perubahan tryptophan
menjadi niacin, yang mana kekurangan niacin juga dapat mencetuskan mual dan
muntah (Runiari, 2010).
L. Pemeriksaan Penunjang
a. USG (pemeriksaan penunjang dasar)
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht)
c. Urinalisis : untuk menenutukan adanya dehidrasi meliputi
pemeriksaan albumin, dan berat jenis urine
d. Pemeriksaan elektrolit jika terjadi dehidrasi dan diduga terjadi muntah
berlebihan meliputi pemeriksaan natrium, kalium, klorida, dan protein
e. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH
6. Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik, Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan berguna untuk memenuhi kebutuhan klien mencapai tujuan yang
diharapkan secara optimal.
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap
dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan. Dokumentasi
tindakan keperawatan ini berguna untuk komunikasi antar tim kesehatan
sehingga memungkinkan pemberian tindakan keperawatan yang
berkesinambungan (Nursalam, 2011).
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak (Nursalam, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
6. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : lemah, pasien tampak pucat
Kesadaran :compos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmhg
Bising usus : 20 x/menit
Suhu : 37 derajat celcius
Nadi : 88 x/menit
BB sebelum hamil : 54kg
BB saat ini : 50 kg
TB : 165 cm
LILA : 25 cm
7. DATA FOKUS
Nama klien : Ny. R
Umur : 24 Thn
Dx. Medis : HEG
NO TANGGAL DS DO
1 16 Okt 2019 Px mengatakan mual - k/u lemah
setiap kali melihat - wajah tampak pucat
makanan - bising usus 20x/menit
- sering meludah
-TTV,
TD = 120/70 mm/Hg
N = 88 x/menit
S = 37 C
8. ANALISA DATA
Nama Klien :Ny. R Tanggal : 16 Oktober 2019
Usia : 24 Thn
Data Etiologi Masalah
1. Ds : Px mengatakan Kehamilan Nausea berhubungan
mual setiap kali melihat makanan dengan kehamilan
Do :
- k/u lemah
- wajah tampak pucat
- bising usus 20x/menit
- sering meludah
-TTV,
TD = 120/70 mm/Hg
N = 88 x/menit
S = 37 C
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nausea berhubungan dengan kehamilan
2. Hipovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan