DOSEM PENGAMPU :
Sarmaida Siregar,S.Kep.,Ns.,M
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. Amalia Rahmadani 15. Ali Qori Haqqani Hrp
2. Fronika Harahap 16. Ali Mustika
3. Sartika Ningsih 17. Haris Nuralim
4. Raudatul Hayati 18. Samudra Ari Maulana
5. Irfa Azhari 19. Ziko Renata
6. Ira Haryanti 20. Muhammad Syahadad
7. Tiara Maulia 21. Nadia Furi
8. Syahraini 22. Siti Maharani
9. Nurhalimah 23. Putri Laila
10. Nurhapsah 24. Devi Gultom
11. Fadillah Nurhuda 25. Monica Gea
12. Lanna Syafitri 26. Desmawati
13. Rodiah Nasution 27. Nurasiyah
14. Fitri Novela
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
B. TUJUAN
1. Mengetahui apa itu keterampilan komunikasi pada perawatan paliatif
2. Mengetahui keterampilan psikososial pada perawatan paliatif
3. Mengetahui keterampilan bekerja tim oleh perawat yang bekerja diarea
perawatan paliatif
2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Paliatif berasal dari bahasa latin yaitu “Palium”, yang berarti menyelimuti
atau menyingkapi dengan kain atau selimuti untuk memberikan kehangatan atau
perasaan nyaman. berangkat dari makna kata tersebut sehingga perawatan
paliatif di dimaknai sebagai pelayanan yang memberikan perasaan nyaman
terhadap keluhan yang di rasakan oleh pasien. Sehingga tujuan utama dari
pelayanan perawatan paliatif adalah memberikan perasaan nyaman pada pasien
dan keluarga. Namun, pelayanan perawatan paliatif tidak hanya mengatasi
masalah fisik pasien akan tetapi juga mencakup masalah dari aspek psikologis,
social dan spiritual. Kesemua aspek tersebut saling berintegrasi sehingga dapat
saling mempengaruhi satu sama lain. Selain itu, tenaga professional kesehatan,
para pembuat kebijakan dan masyarakat luas, memahami perawatan paliatif
3
sama dengan perawatan di akhir kehidupan (end-of-life care).
perawatan paliatif merupakan pelayanan yang mencakup;
Forgive me
Thank you
Good-bye
4
C. Perkembangan Perawatan Paliatif
1. Masa Lalu
Gerakan hospis berkembang secara massif sekitar tahun 1960an, dimana
era pelayanan hospis modern dimulai. Seseorang yang menggagas gerakan
perubahan tersebut adalah Dame Cicely Saunders (yang selanjutnya lebih
dikenal dengan sebutan Dame). Dame mengkreasikan sebuah konsep tentang
caring, terutama untuk pasien yang dengan stadium akhir dan menjelang
ajal/kematian. Konsep tersebut merupakan sebuah cara pandangan atau
perspektif untuk melihat sebuah fenomena secara holistic, termasuk pasien.
Sehingga pasien tidak hanya di lihat sebagai individu yang memiliki masalah
fisik saja, tetapi melihat pasien sebagai mahluk yang kompleks. Dame
menyakini bahwa gejala fisik yang di alami oleh pasien juga dapat
mempengaruhi psikologis, emotional, social dan spiritual pasien, maupun
sebaliknya.
sejak awal di saat Dame menggagas dan mendirikan rumah hospis, Dame
telah mengintegrasikan pendidikan dan penelitian dalam pelayanan di
rumah hospis. Rumah hospis pertama yang di dirikan oleh Dame yaitu
rumah hospis yang terletak di kota London pada tahun 1967. Seiring
dengan perkembangan gerakan rumah hospis, pelayanan perawatan
paliatif mulai menekankan pada aspek “Care” bukan pada aspek “Cure’”
atau pengobatan. Sehingga pada saat itu prioritas intervensi yang dilakukan
adalah bagaimana pasien dapat mengontrol keluhannya, seperti nyeri. pada
tahun 1982, dokter spesialis paliatif mulai diperkenalkan secara formal.
pada saat itu dokter paliatif tidak hanya memberikan pelayanan pada pasien
yang membutuhkan perawatan paliatif, namun juga penelitian mengenai
praktis klinis pada pasien yang mendapatkan perawatan paliatif, dan
melakukan pengajaran ataupun pendidikan berkelanjutan dalam perspektif
multidisiplin. Sekalipun konsep hospis modern dan ‘perawatan paliatif’
merupakan hal yang baru, namun pelayanan yang diberikan di perawatan
paliatif mampu memberikan perubahan yang sangat signifikan terhadap
peningkatan kualitas hidup pasien, mempersiapkan pasien meninggal
dengan damai dan bermartabat, dan memberikan dukungan pada anggota
5
keluarga setelah pasien meninggal. Sejak awal pergerakan hospis modern
dimana pada saat itu layanan yang diberikan hanya berfokus pada pasien
penderita kanker. namun beberapa praktisi lalu mengembangkan layanan
pada pasien dengan penyakit tahap lanjut seperti gagal jantung kongestif,
penyakit paru obstruksi menahun, stroke, motor neuron disease, gagal ginjal
kronis dan lain sebagainya.
Di awal abad 20, kebanyakan pasien meninggal di rumah setelah mendapat
perawatan dari pihak keluarga. namun kondisi tersebut berubah seiring
dengan perkembangan dunia kedokteran dan kesehatan, dan penerapan
beberapa metode baru dalam pengobatan yang mengharus proses perawatan
di rumah pasien harus berpindah ke rumah sakit. Dampak dari hal tersebut,
angka kematian pasien yang meninggal di rumah menurun drastic. Akan
tetapi, kebanyakan pasien kanker akan menghabiskan sisa hidupnya lebih
banyak di rumah. hal ini berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa sekitar 90% pasien kanker mendapatkan perawatan di rumah dari
pihak keluarganya.
pada bulan Oktober 1992 yang pada saat di itu dihadiri oleh sekitar 14
perwakilan rumah sakit pendidikan di Indoensia.
Pada tahun 2006, sebuah organisasi nirlaba membentuk “Rumah Rachel”
yang menyediakan layanan perawatan paliatif khusus untuk anak yang menderita
kanker dan HIV/AIDS. Rumah Rachel merupakan fasilitas perawatan paliatif
yang pertama di Indonesia yang fokus pada anak-anak berlokasi di Jakarta. Pada
8
tahun 2007, atas bimbingan dan arahan tim paliatif RS Dr Sutomo, pelayanan
paliatif di tingkat puskesmas di buka, yaitu Puskesmas Balongsari Surabaya.
setahun kemudian pihak puskesmas mengadakan pelatihan perawatan paliatif
untuk relawan dengan mendapatkan dukungan dari pemerintah kota Surabaya.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, minat para tenaga kesehatan di
bidang perawatan paliatif semakin meningkat, dimana secara rutin seminar
maupun workshop yang bertema perawatan paliatif di selenggarakan secara rutin
seperti di Yogyakarta, Bandung dan di beberapa kota lainnya. Pada tahun 2013
Kementerian Kesehatan melalui Direktorat jenderal pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan mengeluarkan panduan teknis pelayanan paliatif kanker.
hal ini menunjukkan bahwa pihak pemerintah semakin serius untuk memberikan
pelayanan perawatan paliaatif bagi masyarakat Indonesia terkhusus yang
menderita kanker.
9
BAB III
PEMBAHASAN
A. Keterampilan Komunikasi
10
B. Keterampilan Psikososial
11
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Perawatan paliatif merupakan perawatan total yang dilakukan secara aktif
terutama pada pasien yang menderita penyakit yang membatasi hidup, dan
keluarga pasien, yang dilakukan oleh tim secara interdisiplin, dimana penyakit
pasien tersebut sudah tidak dapat lagi berespon terhadap pengobatan atau pasien
yang mendapatkan intervensi untuk memperpanjang masa hidup.
B. Saran
1. Diharapkan mahasiswa mampu memehami dan memperhatikan perawatan
pada pasien paliatif dan menjelang ajal
2. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien paliatif dan
menjelang ajal
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/resource/work/35340932
https://www.academia.edu/resource/work/37614527
13
14