, رواه الترمذى. َخ ْي ُر ُك ْم َخ ْي ُر ُك ْم َألهْ لِ ِه َوَأ َنا َخ ْي ُر ُك ْم َألهْ لِى-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ْ ََعنْ عَاِئ َش َة رضي هللا عنها َقال
yang artinya, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Rasulullah shallallau ‘alaihi wasallam
berasabda: “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan
aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. At Tirmidzi),”
Hadis ini merupakan perkataan Rasulullah yang menegaskan bagaimana perlakuan beliau
terhadap keluarga sangatlah besar. Penuh dengan cinta kasih, akhlak terpuji, hingga
kebijaksanaan yang menaungi keluarga. Berikut beberapa keteladanan Nabi sebagai
suami dan ayah antara lain:
Seseorang bertanya kepada Sayyidah ‘Aisyah ra: Apakah Nabi Saw juga bekerja di
rumah? Sayyidah ‘Aisyah menjawab: Ya! Nabi Saw itu (di rumah) menggosok
sandalnya sendiri, menjahit bajunya sendiri, dan mengerjakan sesuatu di rumah
sebagaimana kalian bekerja di rumah. (HR. Imam Ahmad)
Sebagai ayah yang bijak, Nabi Muhammad bukanlah sosok otoriter. Ketika mengambil
keputusan yang menyangkut anak, beliau mengajak musyawarah terlebih dahulu.
Sebagai contoh, ketika Ali melamar Fathimah, lamaran itu beliau musyawarahkan
terlebih dulu dengan putri tercintanya. Di sini juga terlihat bahwa Nabi Muhammad
adalah sosok ayah yang memandang anaknya sama, tidak dibeda-bedakan
berdasarkan jenis kelamin ataupun sifatnya.
Keteladanan di atas hanyalah sebagian dari begitu banyak sikap sempurna Nabi
Muhammad semasa hidupnya. Dari sini pun terjawab, bahwa kita bisa mencintai,
mengagumi, atau meneladani seseorang tanpa mengetahui gambaran fisik atau paras
wajahnya.