Anda di halaman 1dari 7

NAMA : MUHAMMAD ADITYA ROSYADI

NIM : 30402000224

KELAS : MJ3C

PUISI :

Ekonomi Lesu, Keluarga Terabaikan

Gundah gulana menyergap jiwa


kala pimpinan perusahaan mengeluarkan
surat pemberhentian kerja

Dengan alasan efisiensi


ribuan pekerja dirumahkan

mereka dipulangkan dengan uang saku


sekadarnya

Esok hari
mereka harus kembali berjibaku
mencari pekerjaan yang semakin sulit didapat

pada zaman dengan persaingan yang sangat ketat

Wahai para pemilik perusahaan


Kami percaya denganmu
engkau pasti memiliki kecerdasan emosi
yang lebih baik dibanding para karyawanmu

Engkau telah diamanahi tugas cukup berat


sebagai pintu rezeki ribuan manusia

jangan sia-siakan semua itu


lindungi dan kasihilah para karyawanmu

Janganlah memberhentikan karyawan


sesuka hatimu

Mereka adalah tulang punggung keluarga


jika ekonomi mereka melemah
keluarga mereka akan terabaikan

CERPEN :

Keterbatasan Bukan Penghalang Keberhasilan

Eriyanto adalah seorang remaja yang tinggal di Sukabumi. Ia berasal dari kalangan keluarga
yang kurang mampu. Kedua orang tuanya hanyalah seorang pemelihara ternak milik orang lain.
Eri sangat hobi dan mahir dalam bermain sepakbola. Maka dari Eri ingin menjadi punggawa
timnas Indonesia. Walaupun Eri tahu bahwa ia berasal dari keluarga yang kurang berada.

Eriyanto hanya bersekolah sampai tamat jenjang SMP, karena keterbatasan ekonomi. Sehari-hari
Eriyanto hanya bekerja membantu orang tuanya merawat ternak dan mencarikannya makan
rumput.

Beruntung bagi Eri, ia bertemu dengan Nur Iskandar, seorang pelatih sekolah sepakbola di
sukabumi, yang dulunya juga seorang pemain timnas Indonesia. Pak Iskan mengajak Eri untuk
bergabung dengan timnya, setelah ia melihat bakat Eri saat bermain sepakbola bersama teman-
temannya.

“Kamu Eri ya?” tanya pak Iskan.

“Benar pak. Ada apa ya?” Eri balik bertanya.

“Apakah kamu mau bergabung dengan SSB milik saya” ajak sang pelatih.
“Tapi...saya tidak mempunyai uang untuk membiaya semua biaya di SSB bapak” jawab Eri.

“Tenang saja, kamu saya beri keringanan biaya untuk berlatih di SSB saya” ujar pelatih.

“Terima kasih pak, terima kasih banyak” jawab Eri dengan bersemangat.

Setelah beberapa bulan berlatih di SSB milik pak Iskan, Eri mendapat informasi jika ada seleksi
untuk membela timnas di kejuaraan AC Milan Junior Camp. Eri sangat antusias dengan kabar
tersebut, akan tetapi Eri berpikir dari mana dia bias mendapat uang untuk mendaftar di seleksi
tersebut. Namun Eri ingat, ia masih mempunyai tabungan di celengan tanah liatnya.

Di rumah Eri bercerita kepada kedua orang tuanya.

“Bapak...Ibu... Eri minta izin mau ikut seleksi timnas” ujar Eri.

“Seleksi timnas? Uang dari mana?” tanya ibu Eri.

“Mungkin dengan uang di celengan, Eri dapat mengikuti seleksi tersebut” jawab Eri.

“Ya sudah, mungkin bapak dan ibu hanya bias beri kamu uang beberapa” jawab bapak Eri tanda
setuju

Lalu hari itupun tiba. Dengan diantar sang pelatih, Eri berangkat menuju lokasi seleksi. Pada saat
seleksi Eri tampak bermain bagus. Hari seleksipun akhirnya selesai. Tinggal menunggu hasilnya.

Hari pengumuman tiba, Eri berangkat menuju lokasi pengumuman. Sesampainya disana, Eri
langsung menuju papan pengumuman. Lalu ia melihat bahwa namanya tercantum dalam anggota
timnas yang mengikuti kejuaraan AC Milan Junior Camp. Eri pun kembali ke rumah, dengan
diantar sang pelatih.

Sesampainya di rumah Eri langsung memeluk kedua orang tuanya dan berkata “Pak..Bu.. Eri
masuk timnas”.

“Alhamdulillah” jawab kedua orang tua Eri dengan bangga disertai sujud syukur dari mereka.

Setelah beberapa hari menunggu, hari keberangkatan garuda muda menuju Milan akhirnya tiba
juga. Dengan iringan doa Eriyanto dkk akhirnya berangkat menuju Milan, Italia.

Di sana mereka menjalani pertandingan demi pertandingan dan tidak disangka timnas Indonesia
masuk ke final menghadapi tim tuan rumah. Di pertandingan ini Eri bermain sangat bagus. Dan
akhirnya timnas Indonesia berhasil mengalahkan tim Italia dengan skor 1-0. Belum selesai
kebahagiaan Eri setelah berhasil menjuarai kejuaraan AC Milan Junior Camp, ia juga terpilih
sebagai pemain terbaik di kejuaraan tersebut.

Rombongan timnas muda ini akhirnya pulang menuju Indonesia. Sesampainya di Indonesia,
sambutanpun dating dari berbagai pihak dan kebahagiaan tersendiri bagi Eriyanto bisa
membanggakan kedua orang tuanya walaupun dengan segala keterbatasan di keluarga tersebut.

NASKAH DRAMA :

Tema: Problematika karir

Karakter/penokohan: 5 orang pemeran

1. Basit: Terlahir dari orang kaya yang mandiri

2. Danang: Bekerja di rumah sebagai penulis dan bijaksana

3. Kaji: bekerja di pasar ikut orang

4. Eka: bekerja sebagai pedagang yang kurang puas

5. Rohmat: pengangguran dan guru mengaji

Alur: Pendek

Setting: Waktu: Malam hari

Tempat: Warung Kopi

Konflik: Eka mengeluh tentang pekerjaannya yang tidak bisa berkembang sedangkan Kaji tidak
puas dengan hasil dari pekerjaannya.

Kesimpulan: Eka akan menjadi sales keliling untuk mengembangkan pekerjaannya, Kaji mencari
kerjaan yang lain, Rohmat menggeluti keahliannya, Basit tetap mandiri menjadi service motor
dan Danang terus bekarya agar bisa mendapatkan banyak uang.

Dialog Naskah Drama


Setiap malam, Basit, Danang, Kaji, Eka dan Rohmat selalu berkumpul di salah satu warung kopi
yang ada di desanya. Warung yang terkenal dengan sebutan warung pink ini sebagai markas
besar mereka ber-lima untuk curhat dan membicarakan berbagai macam masalah.

Basit: Mana yang lain Nang?

Danang: Kaji masih belanja untuk Ibunya. Eka alasan makan dulu kayak tidak tahu dia saja.

Basit: Hahaha, udah pesan kopi?

Danang: Udah, kayak biasanyakan?

Basit: Bagaimana proyek nulismu lancarkan?

Danang: Semakin di depan! Aku dan pacarku mau buat penerbit.

Eka: Pacar saja yang dibicarain.

Danang: Lho? Sejak kepan kamu di situ? Sama siapa?

Eka: Sejak tadi (Nada rendah). Biasa sama Kaji.

Basit: Aku tadi service motor ramai. Nanti semuanya aku yang bayar.

Kaji: Gitu baru kawan. Ya kan Nang?

Danang: Heem (Nada cuek).

Sejenak 4 orang diam tanpa kata dan disibukkan dengan gadget dan handphone yang ada di
tangannya. Serempak mulai ramai ketika Rohmat datang dengan gaya khasnya yaitu memakai
sarung dan kopyah.

Danang: Itu baru pak ustadz.

Eka: Eh, aku udah beberapa tahun ini jadi pedagang tidak ada perkembangannya.

Rohmat: tidak ada rasa syukurnya kamu Ka.

Eka: Bukannya begitu, setiap hari masar tapi yang beli hanya satu dua saja. Tanyain Kaji. Ya kan
Ji?
Kaji: Namanya pedagang di pasar ya begitu Ka. Mau bagaimana lagi.

Basit: Terus mau kamu bekerja apa Ka?

Eka: Ya bekerja yang banyak gajinya.

Rohmat: Ikut Danang saja jadi penulis.

Eka: Aku tidak bisa menulis.

Danang: Dari keluhan eka, kita semua harus intropeksi diri bahwa semua jenis pekerjaan pasti
ada kelebihan dan kekurangannya. Oleh karena itu, untuk mengatasinya perlu dimusyawarahkan
bersama agar mendapatkan solusi terbaik. Bukan begitu pak ustadz Rohmat?

Rohmat: Iya pak penulis.

Serempak mereka berlima tertawa.

Eka: Terus bagaimana solusinya? Kita tidak sama pekerjaannya.

Basit: Ya, saling membantu satu sama lain. Contohnya Rohmat yang menganggur di rumah dan
hanya mengandalkan guru mengaji dan les. Bisa dibantu Danang untuk mempromosikan
Rohmat.

Rohmat: Jernih juga otakmu Sit. Ide yang bagus. Tolong promosikan aku Nang di media
websitemu.

Danang: Iyakan. Kalau begini banyak argument yang bermunculan.

Kaji: Aku juga merasakan tekanan batin di pasar karena harus berangkat habis subuh dan
membuka toko si bos. Sebenarnya aku pingin ganti pekerjaan. Tapi …

Danang: kalau aku boleh menyarankan. Eka sebaiknya kamu lebih aktif untuk berdagang. Bukan
hanya di pasar saja tapi jadi sales keliling seperti juragan-juragan gitu.

Untuk kaji kalau memang tidak betah sebelum keluar dari pekerjannmu, sebaiknya cari
pekerjaan yang lebih layak. Jika sudah dapat, nanti bisa keluar. Bagaimana?

Semuanya terdiam mendengarkan celotehan Danang. Namun dari tadi Basit sibuk dengan
handphonenya.
Rohmat: Sit, kamu ini diajak sharing handphone saja!

Basith: Aku lagi cari bodian motor yang saat ini sedang ngetrend.

Danang: Kalau basit tidak usah diurusin. Ambil pelajaran dari dia. Walaupun orang kaya dia
mandiri dengan bekerja di service motor. Padahal itu kotor. Tapi itu kesukaan dia.

Rohmat: Kalau begitu bisa diambil inspirasi bahwa setiap pekerjaan akan mendapatkan sisi
nyaman sesuai dengan keahlian dan kemampuan. Beigtukah Nang?

Danang: Bisa juga. Seperti aku juga dari keahlian dan kemampuan kemudian aku kembangkan
sendiri dengan belajar dan belajar.

Semuanya hanya terdiam memahami percakapan malam ini di warung kopi. Banyak pelajaran
yang didapat dari 5 orang berkawan ini.

Anda mungkin juga menyukai