Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM FARMASI FISIK II


VISKOSITAS DAN RHEOLOGI
Penyusun : Kelompok 1/Golongan IV/Kelas C 2017
Mudy Atalie 17/414205/FA/11412
Muhammad Aditya Yogatama 17/414206/FA/11413
Muhammad Alfin Alfarisi 17/414207/FA/11414
Nada Harashti 17/414208/FA/11415

A. Pembagian Tugas
1. Mudy Atalie : Melakukan persiapan alat untuk menentukan bobot jenis sampel dan menghitung bobot jenis
sampel (air, gula 20%, gula 40%, gula 60%, dan gula x%) dengan menggunakan alat piknometer..
2. Muhammad Aditya Yogatama : Melakukan persiapan alat untuk mengamati hubungan antara shear rate dengan
shear stress, dan membuat reoghram berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan 25 putaran dan
masing-masing sampel (CMC 2% dan Veegum 2% + CMC 0,1%)..
3. Muhammad Alfin Alfarisi : Melakukan persiapan alat untuk menentukan bobot jenis sampel dan menghitung
bobot jenis sampel (air, gula 20%, gula 40%, gula 60%, dan gula x%) dengan menggunakan alat piknometer.
4. Nada Harashti : Melakukan persiapan alat untuk menentukan sifat alir dengan viskosimeter Ostwald dan
melakukan pengukuran sifat alir terhadap sampel (air, gula 20%, gula 40%, gula 60% dan gula x%).
B. Data Percobaan
1. Viskositas Cairan Newtonian
Penetapan bobot jenis cairan
Suhu percobaan : 25⁰C Suhu acuan : 27⁰C
Sampel
Air Gula 20% Gula 40% Gula 60% Gula x%
38,02 38,02 38,02 38,02 38,02
Bobot pikno kosong
38,02 38,02 38,02 38,02 38,02
(g)
38,02 38,02 38,02 38,02 38,02
64,98 67,14 69,28 71,33 67,92
Bobot pikno terisi (g)
64,96 67,19 69,37 71,41 67,89
64,96 67,18 69,45 71,42 67,76
26,96 29,12 31,26 33,31 29,9
Bobot cairan (g)
26,94 29,17 31,35 33,39 29,87
26,94 29,16 31,43 33,4 29,74
25 25 25 25 25
Volume cairan (mL) 25 25 25 25 25
25 25 25 25 25
1,0784 1,1648 1,2504 1,3324 1,196
Bobot jenis (g/mL)
1,0776 1,1668 1,254 1,3356 1,1948
1,0776 1,664 1,2572 1,336 1,1896
Rata-rata 1,0778 1,3318 1,2538 1,3346 1,1934

Perhitungan Waktu Alir


Alat : Viskosimeter Oswald
Suhu percobaan : 25⁰C Suhu acuan : 27⁰C
Air Gula 20% Gula 40% Gula 60% Gula X
16,53 26,29 53,47 150,78 47,25
Waktu Alir (detik) 16,53 26,4 57,09 159,79 33
16,72 27,5 57,25 160,03 32,84
Rata-rata 16,59 26,73 55,93 156,87 37,7

2. Penetapan Sifat Alir Cairan Non-Newtonian


Mengamati hubungan Shear Rate dan Shear Stress
CMC 1% CMC 1% + Veegum 2%
Beban (g) Waktu (detik) Rpm Beban (g) Waktu (detik) Rpm
3 76,1 150 2 75,7 150
6 39 150 4 51,2 150
12 21,8 150 8 24,4 150
24 11,8 150 16 14 150
12 21,9 150 8 24,9 150
6 43,2 150 4 49,6 150
3 95,6 150 2 73,1 150
6 49,8 150 4 51 150
12 21,7 150 8 24,8 150
24 11,5 150 16 14,9 150
12 22,5 150 8 24,1 150
6 40,8 150 4 50,6 150
3 81,1 150 2 71,2 150

Waktu yang dibutuhkan untuk 25 putaran rotor Waktu yang dibutuhkan untuk 25 putaran rotor
tidak boleh kurang dari 10 detik, selain itu, rpm tidak boleh kurang dari 10 detik, selain itu, rpm
juga tidak boleh melebihi 150. Maka dari itu, juga tidak boleh melebihi 150. Maka dari itu,
beban kami ganti menjadi 3 g, 6 g, 12 g, dan 24 g. beban kami ganti menjadi 2 g, 4 g, 8 g, dan 16 g.

C. PEMBAHASAN

1. Penetapan bobot jenis cairan


Bobot jenis suatu zat merupakan perbandingan antara bobot zat terhadap air volume sama yang ditimbang di
udara pada suhu yang sama. Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah
ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama (Anonim, 1995).
Dalam praktikum ini digunakan alat piknometer untuk menentukan bobot jenis dan zat yang akan ditentukan
bobot jenisnya adalah air, larutan gula 20%, gula 40% , gula 60% dan sampel larutan gula x %. Piknometer
yang digunakan berukuran 25 mL. Langkah pertama dalam praktikum ini yaitu menimbang bobot piknometer
kosong menggunakan neraca analitik yang bertujuan untuk mengetahui bobot sampel yang akan dimasukkan
ke dalam piknometer tersebut. Kemudian dimasukkan sampel mulai dari yang cairan encer atau konsentrasinya
rendah hingga tinggi yaitu air, gula 20%, gula 40%, gula 60% dan gula x% secara bergantian dan masing-
masing direplikasi 3 kali. Sampel tersebut dimasukkan ke dalam piknometer hingga terisi penuh. Langkah
selanjutnya pasang thermometer ke dalam mulut pikno denga tepat, lalu rendam piknometer dalam mortar yeng
berisi es untuk mengatur suhu menjadi 2°C lebih rendah daripada suhu percobaan (suhu percobaan 25°C) dan
jika telah tercapai suhu sekitar 23°C, tutup piknometer agar terjadi pemampatan ruang sehingga tida ada
gelembung udara, jika ditutup dari awal maka akan mempengaruhi perhitungan bobot jenis. Setelah suhu
tersebut tercapai, diatur kembali suhu piknometer menjadi 25°C(suhu percobaaan). Lalu diatur kembali suhu
agar sampel dalam piknometer mencapai suhu ruangan (30°C) dengan cara menggenggam pikno dengan kedua
tangan. Setelah mencapai suhu tersebut, barulah dilakukan penimbangan piknometer yang berisi sampel.
Namun sebelumnya dipastikan piknometer bagian luar kering dan bersih sehingga tidak mempengaruhi hasil
penimbangan bobot. Penimbangan dilakukan setelah mencapai suhu ruang dikarenakan pada suhu ruang
piknometer dalam keadaan stabil sehingga mendapatkan volume piknometer yang optimal. Setelah dilakukan
penimbangan, diperoleh data bobot sampel dengan cara pengurangan bobot piknometer+sampel dengan bobot
piknometer kosong. Dari data tersebut akan diperoleh bobot jenis (bobot cairan per volume). Dalam praktikum
ini diperoleh bobot jenis air sebesar 1,0778 g/mL, gula 20% sebesar 1,1660 g/mL, gula 40% sebesar 1,2538
g/mL, gula 60% sebesar 1,3346 g/mL dan gula x % sebesar 1,1934 g/mL. dar hasil percobaan tersebut dapat
disimpulkan bahwa semakin pekat konsentrasi suatu zat maka semakin besar pula bobot jenisnya, dan terlihat
bahwa bobot jenis larutan gula x% berada diantara bobot jenis gula 20% dan 40%.
2. Penetapan bobot jenis cairan
Pada praktikum ini dilakukan pengukuran viskositas cairan dengan alat viscometer Ostwald. Viskosias adalah
ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang
berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Cairan yang mengalir seperti air, alcohol, dan bensin
mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti gliserin, minyak castor, dan madu
mempunyai viskositas besar (Sutiah, 2008).
Prinsip kerja dari viscometer Ostwald ini adalah mengukur viskositas cairan dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viscometer
Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang
viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut (Moechtar, 1990). Pada praktikum ini
dilakukan uji dengan suhu perobaan yaitu 25oC, karena data viskositas cairan pembanding (air) berada pada
suhu 25oC. tetapi pada praktiknya, cairan yang akan diuji viskositasnya, didingan di dalam es hingga suhu 21-
23oC karena ditakutkan terjadi kenaikan suhu saat fluida masuk ke dalam Viskometer Ostwald. Adapun
larutan yang diuji yaitu gula 20%, gula 40%, gula 60%, dan gula x. Setelah didapatkan data waktu alir fluida,
maka dapat ditentukan viskositas larutan, seperti yang tertera pada tabel data. Pada praktikum ini digunakan
sampel gula x, yang setelah diketahui bahwa waktu alirnya berada di antara waktu alir gula 20% dan gula 40%.
Setelah dilakukan perhitungan viskositas, didapatkan bahwa nilai viskositas larutan gula x berada di antara
angka viskositas larutan gula 20% dan gula 40%. Dapat disimpulkan bahwa gula x memiliki konsentrasi di
antara 20% sampai 40%.
3. Penetapan bobot jenis cairan
Penentuan tipe aliran ini dilakukan dengan menggunakan alat viskosimeter cup and bob. Pertama yang harus
dilakukan adalah kalibrasi alat untuk mengecek apakah alat masih bisa digunakan atau tidak. Syarat
penggunaan alat ini untuk menentukan sifat alir adalah tidak diperbolehkan terjadi turbulensi, dengan putaran
rotor sebanyak 25 putaran waktu yang diperlukan tidak boleh kurang dari 10 detik. Jika waktu yang dibutuhkan
untuk 25 putaran kurang dari 10 detik maka sebaiknya beban yang digunakan harus dikurangi. Setelah itu
dilakukan uji sampel. Sampel yang diuji tipe alirannya adalah CMC 1% serta CMC 0,1%+Veegum 2%. Secara
teoritik, CMC memiliki tipe pseudoplastik, dimana viskositas menurun seiring dengan meningkatnya
kecepatan pengadukan. Adapun beban yang digunakan untuk CMC 1% adalah 3 g, 6 g, 12 g, dan 24 g.
Sedangkan untuk CMC 0,1%+Veegum 2% beban yang digunakan adalah 2 g, 4 g, 8 g, dan 16 g. Semakin berat
beban yang digunakan, waktu yang dibutuhkan untuk memutar 25 putaran rotor semakin singkat. Dari grafik,
didapatkan hasil bahwa CMC 1% mempunyai tipe aliran pseudoplastik sedangkan CMC 0,1% + Veegum 2%
memiliki tipe aliran plastik. Veegum disini berfungsi untuk menambah kestabilan CMC.

CMC 1% CMC 0,1% + Veegum 2%


150 120
128,775 100 103,905
100 80
Rpm

68,273 Rpm 60 61,11 CMC 0,1% +


50 CMC 1% 40 Veegum 2%
35,015 29,648
17,967 20 20,467
0 0
0 10 20 30 0 10 20
Beban (g) Beban (g)

D. KESIMPULAN

1. Semakin besar konsentrasi suatu zat, maka semakin besar pula bobot jenisnya.
2. Semakin besar konsentrasi suatu zat, maka waktu alirnya semakin lama.
3. CMC 1% dan CMC 0,1% + veegum 2% merupakan cairan non newton dengan aliran berturut pseudoplastik dan
plastik..

E. DAFTAR PUSTAKA

Alfred, Martin,2008, Farmasi Fisika Dasar-Dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik Ed. Ketiga jilid 2, UI Press,
Jakarta.

Moechtar, 1990, Farmasi Fisik, UGM Press, Yogyakarta.

Sutiah., K., et al. 2007. Studi Kualitas Minyak Goreng Dengan Parameter Viskositas dan Indeks Bias. Vol 11 ,No.2.
UNDIP, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai