Anda di halaman 1dari 10

MERDEKA BELAJAR GEOGRAFI DENGAN MENGENAL

POTENSI ALAM MELALUI VIDEO STUDI LAPANGAN

Usaji Maulana
1
SMAN 1 Batu Hampar, Rokan Hilir, Riau, Indonesia
Email: usajimaulana.geo@gmail.com

ABSTRAK

Kendala pembelajaran geografi berupa kurangnya sumber belajar dan belum


variatifnya metode pembelajaran dengan perkembangan konsep merdeka
belajar. Oleh karena itu perlu dikembangkan berbagai penyediaan sumber belajar
dan inovasi metode pembelajaran geografi. Tujuan penulisan ini adalah untuk
mendeskripsikan praktik baik tentang konsep merdeka belajar geografi dengan
mengenal potensi alam melalui video studi lapangan. Metode penulisan adalah
praktik baik, pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, studi lapangan
dan pembuatan video pembelajaran. Praktik ini dilakukan di lahan sawah
Bantayan Hilir dan Kecamatan Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir, Riau.
Praktik ini dilakukan pada Kelas XI-IPS di SMA Negeri 1 Batu Hampar dengan
peserta didik berjumlah 84. Hasil praktik ini adalah guru bersama peserta didik
melakukan studi lapangan dengan langkah berikut: persiapan kelas, penentuan
tempat, pembagian kelompok, menyiapkan peralatan, wawancara petani dan
mengambil sampel tanah yang dibawa ke Laboraturium Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Riau dengan hasil akhir laporan studi lapangan.
Selanjutnya peserta didik dibekali pertama; melakukan persiapan didalam kelas
dengan mengkaji materi ketahanan pangan, kedua: peserta didik bebas
menentukan lokasi, ketiga: peserta didik dibagi kelompok, keempat: menyiapkan
alat tulis dan kamera, kelima: melakukan studi lapangan dan membuat video
tentang materi ketahanan pangan dengan mengunjungi lokasi budidaya ikan,
pertanian sawit, perkebunan jambu, dan persawahan, keenam: hasil akhir adalah
laporan hasil dan video. Praktik ini membuat peserta didik merasa lebih tertarik,
senang bebas berekspresi, dan kreatif dalam pembelajaran geografi sesuai
dengan tujuan pembelajaran dan kurikulum yang berlaku.

Kata Kunci: merdeka belajar; studi lapangan; pembelajaran geografi; video studi
lapangan
PENDAHULUAN
Merdeka Belajar merupakan program kebijakan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang dicanangkan oleh
Mendikbud Nadiem Anwar Makarim. Kebijakan merdeka belajar bukan tanpa
alasan, dengan gebrakan penilaian dalam kemampuan minimum, meliputi
literasi, numerasi, dan survei karakter. Literasi merupakan kemampuan
menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep di baliknya. Kemampuan
numerasi berupa penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam
menerapkan konsep numerik dalam kehidupan nyata. Satu aspek sisanya, yakni
survei karakter tentang penerapan nilai-nilai budi pekerti, agama, dan pancasila
yang telah dipraktekkan oleh peserta didik.
Esensi kemerdekaan berpikir, guru sebagai orang pertama yang paham
terhadap kurikulum dan pembelajaran. Sistem pengajaran juga akan berubah
dari yang awalnya bernuansa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuansa
pembelajaran akan lebih nyaman, karena peserta didik dapat berdiskusi lebih
dengan guru, belajar dengan outing class, dan tidak hanya mendengarkan
penjelasan guru, tetapi lebih membentuk karakter peserta didik yang berani,
mandiri, cerdik dalam bergaul, beradab, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya
mengandalkan sistem ranking yang menurut beberapa survei hanya meresahkan
anak dan orang tua saja, karena sebenarnya setiap anak memiliki bakat dan
kecerdasannya dalam bidang masing-masing. Nantinya, akan terbentuk para
peserta didik yang siap kerja dan kompeten, serta berbudi luhur di lingkungan
masyarakat. Konsep merdeka belajar ala Nadiem Makarim terdorong karena
keinginannya menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan
pencapaian skor atau nilai tertentu. Peserta didik secara bebas
mengeksplorasikan kemampuan dan potensinya. Peserta didik harus bebas dan
berkembang secara natural, pengalaman langsung adalah rangsangan terbaik
dalam pembelajaran, guru disini sebagai fasilitator dan lembaga pendidikan
sebagai laboratorium pendidikan untuk perubahan peseerta didik, aktivitas
dilembaga pendidikan dan dirumah harus dikooperasikan. Peserta didik dapat
mengembangkan kemampuan berliterasi dan mengembangkan kemampuan di
era digital.
Berdasarkan konsep merdeka belajar maka penulis perlu melakukan praktik
baik untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran geografi
secara bebas, kreatif, mandiri dan berkompetensi. Berdasarkan data capaian
belajar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) peserta didik kelas XI-IPS SMA
Negeri 1 Batu Hampar dalam pembelajaran geografi masih terdapat peserta didik
yang nilainya dibawah KKM. Peserta didik yang nilainya dibawah KKM berjumlah
50 dari 84. Pembelajaran geografi pada Kompetensi Dasar (KD) menganalisis
ketahanan pangan nasional terdapat permasalahan yaitu pembelajaran hanya
sebatas belajar di dalam kelas sehingga peserta didik merasa bosan dan kurang
mengekplorasi kemampuannya dengan bebas berekspresi sehingga perlu adanya
metode pembelajaran studi lapangan untuk melihat objek geografi secara
langsung, memperoleh ilmu dan pengetahuan tentang potensi alam yang ada di
sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Video studi lapangan sebagai sumber
belajar ini membantu peserta didik dalam pembelajaran geografi khususnya kelas
XI-IPS SMA Negeri 1 Batu Hampar. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut
maka penulis merumuskan “bagaimana pelaksanaan praktik baik tentang konsep
merdeka belajar geografi dengan mengenal potensi alam melalui video studi
lapangan?”.

KAJIAN PUSTAKA
a. Merdeka Belajar
Pengertian merdeka belajar menurut (Roger, 1983) adalah sebagai
berikut:
“We have set forth openly the risks, the difficulties of adopting such an
approach and the obstacles society places in its way. To be fully human,
to trust in persons, to grant freedom with responsibility – these are not
easy to achieve. The way we have presented is a challenge. It involves
change in our thinking, in our way of being, in our relationships with our
students. It involves a difficult commitment to a democratic ideal.”

Sementara itu Freire, 2000 menyatakan bahwa merdeka belajar berisi


tentang guru dan peserta didik sebagai pemimpin:
“Teachers and students (leadership and people), co-intent on reality,
are both Subjects, not only in the task of unveiling that reality, and
thereby
coming to know it critically, but in the task of re-creating that
knowledge.
As they attain this knowledge of reality through common reflection and
action, they discover themselves as its permanent re-creators. In this
way,
the presence of the oppressed in the struggle for their liberation will be
what it should be: not pseudo-participation, but committed
involvement”
(Freire, 2000: 69).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, penulis berpendapat bahwa


merdeka belajar adalah suksesnya pendidikan dan meningkatnya kemauan
untuk menempuh pendidikan, tergantung pada besarnya peranan guru yang
dibantu dengan inisiatif peserta didik tersebut. Kemampuan individu yang
dipelajari di lingkungan sekolah atau sekitar lebih membuat peserta didik
menjadi terpacu untuk mengetahui hal-hal baru.
Merdeka dan belajar diperkuat oleh Kusumaryono (2020), yang
mengatakan bahwa upaya untuk menciptakan suatu lingkungan belajar yang
bebas untuk berekspresi, bebas dari berbagai hambatan terutama tekanan
psikologis. Bagi guru dengan memiliki kebebasan tersebut lebih fokus untuk
memaksimalkan pada pembelajaran guna mencapai tujuan ( goal oriented)
pendidikan nasional, namun tetap dalam rambu kaidah kurikulum. Bagi
peserta didik bebas untuk berekspresi selama menempuh proses
pembelajaran di sekolah, namun tetap mengikuti kaidah aturan di sekolah.
Peserta didik bisa lebih mandiri, bisa lebih banyak belajar untuk mendapatkan
suatu kepandaian, dan hasil dari proses pembelajaran tersebut peserta didik
berubah secara pengetahuan, pemahaman, sikap/karakter, tingkah laku,
keterampilan, dan daya reaksinya, sejalan dengan apa yang diamanatkan
dalam tujuan UU Sisdiknas Tahun 2003, yakni; untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
b. Pengertian Pembelajaran Geografi
Geografi menurut (Ginsburg, 1988 dalam Alfandi, 2001) definisi geografi
perlu memperhatikan adanya unsur-unsur penduduk, pola, tempat, dan
proses. Definsi lainnya:
Geography...a science concerned with rational development, and
testing, of theories that explain and predict the spatial distribution and
location of various characteristics on the surface of the earth (Yeates,
dalam Hagget, 1979: 601)
Sementara (Chisholm, 1975) menyatakan bahwa geografi melingkupi
tiga tema yang berhubungan:
Geography covers three related theme; 1) the recording and description
of phenomena at or near the surface of the earth (the literal meaning of
the word geography), 2) the study of relationship of phenomena in
specified localities, and 3) the examination of problems which have a
spatial (terrestrial) dimension, especially to identify the significance of
space as a variable.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, penulis berpendapat bahwa
karakteristik geografi selalu mengalami perkembangan dengan kajian meluas
yang meliputi; (1) bumi sebagai tempat tinggal, (2) hubungan manusia
dengan lingkungannya (interaksi), (3) dimensi ruang dan dimensi historis,
dan (4) pendekatan spasial (keruangan), ekologi (kelingkungan) dan regional
(kewilayahan).
Pembelajaran geografi menurut (Nursid Sumaatmadja, 2001) adalah
merupakan suatu kegiatan yang mengajarkan materi geografi pada peserta
didik. Materi pokok geografi adalah geosfer, yaitu hakekatnya adalah ruang
di permukaan bumi yang terdiri atas atmosfer (lapisan udara), litosfer
(lapisan batuan, kulit bumi), hidrosfer (lapisan air, perairan), dan biosfer atau
lapisan kehidupan.
Dalam kajian geografi menurut (Nugroho, 2013), konsep geosfer
ditinjau dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan
kewilayahan untuk melihat persamaan atau perbedaan suatu wilayah dengan
wilayah lain. Oleh karena itu dalam pembelajaran geografi tidak hanya
diperoleh pengetahuan tentang geosfer, tetapi juga diperoleh pengertian
tentang cara hidup orang lain, toleransi pada agama, pendapat orang lain,
dan adat istiadat orang lain
Proses pembelajaran geografi tidak dapat terlepas dari peranan guru.
Guru harus memiliki kemampuan dasar mengajar geografi agar proses
pembelajaran geografi dapat mencapai tujuannya. (Bednarz, 1994: 30)
mengemukakan beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru
geografi, yaitu:
(1) asking geographic questions, (2) acquiring Geographic informatif, (3)
organizing Geographic informatif, (4) analyzing Geographic informatif,
and (5) answering Geographic questions.
Di samping kemampuan mengajar, menurut Nursid Sumaatmadja
(2001), seorang guru geografi juga harus memahami ruang lingkup geografi,
yaitu: (a) alam lingkungan yang menjadi sumber daya bagi kehidupan
manusia. (b) penyebaran umat manusia dengan variasi kehidupannya. (c)
interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang
memberikan variasi terhadap ciri khas tempat-tempat di permukaan bumi.
(d) kesatuan regional yang merupakan perbaduan matra darat, perairan, dan
udara di atasnya
Ruang lingkup geografi tersebut merupakan karakteristik pembelajaran
geografi. Materi geografi selalu diambil dari suatu lokasi di permukaan bumi
untuk dianalisis corak kehidupan manusianya yang akan memberikan ciri
khas pada wilayah yang merupakan bentuk dari hasil interaksi faktor-faktor
geografis pada lokasi yang bersangkutkan.
Berdasarkan deskripsi ruang lingkup pembelajaran geografi, dapat
disimpulkan bahwa sumber materi pembelajaran geografi yaitu kehidupan
manusia, hubungan manusia dengan alam, alam dengan berbagai sumber
dayanya, dan region-region di permukaan bumi yang berhubungan dengan
kehidupan manusia atau dengan alam dengan segala prosesnya.
c. Konsep Studi Lapangan dalam Mata Pelajaran Geografi
Seorang geograf studi lapangan merupakan komponen kunci untuk
memahami objek atau subjek yang ada di lapangan. Studi lapangan
merupakan unsur penting dalam merencanakan kurikulum geografi. Studi
lapangan mempunyai dasar outdoor activity dan pendidikan lingkungan
(Tilbury, 1997 dalam Suparmi, 2012) berikut langkah-langkah dalam Studi
Lapangan adalah: (1) Class Preparation (Persiapan Kelas) (2) Selecting Area
(Penentuan Tempat) (3) Group dynamic (dinamika kelompok) (4) Managing
equipment in the field (mengelola peralatan di lapangan) (5) Working in the
outdoors (bekerja di lapangan) (6) Back in the classroom and final student
report (kembali ke kelas dan membuat laporan).
Berdasarkan penerapan studi lapangan dalam pembelajaran geografi,
Suparmi (2012) mengatakan bahwa pembelajaran outdor merupakan
seperangkat alat pembelajaran yang dilakukan di luar kelas yang
memanfaatkan kondisi lingkungan sekitar peserta didik sebagai media
pembelajaran yang seharusnya tersusun dan terencana. Pola belajar ini
menempatkan peserta didik sebagai subyek terdidik yang berinteraksi secara
langsung dengan obyek yang dikaji di lapangan. Pola pembelajaran semacam
itu mengarah pada aktivitas, kreativitas, dan kekritisan peserta didik yang
menyebar pada ketiga domain (kognitif, afektif, dan khususnya psikomotor).
Berdasarkan teori tersebut praktik baik yang dilakukan oleh penulis
sesuai dengan langkah-langkah studi lapangan. Langkah-langkah tersebut
dilakukan secara urut sehingga studi lapangan menghasilkan suatu metode
yang dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran
geografi. Peserta didik secara bebas dan kreatif melakukan studi lapangan
tanpa ada tekanan serta mendapatkan pembelajaran secara langsung objek
geografi yang ada dilapangan.

METODE PENULISAN
Metode penulisan adalah praktik baik, hasil dari praktik ini berbentuk
project based learning yaitu video studi lapangan pembelajaran geografi. Subyek
terdiri dari 84 peserta didik kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Batu Hampar,
Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Teknik pengumpulan data meliputi:
wawancara digunakan untuk mencari informasi terkait pelaku yang terlibat
dilapangan. Observasi dilakukan oleh guru pembimbing dengan
mempertimbangkan keterkaitan materi dengan objek lapangan yang akan
dipelajari oleh peserta didik. Langkah-langkah studi Lapangan meliputi persiapan
kelas, pemilihan tempat, dinamika kelompok, mengelola peralatan, bekerja
dilapangan dan membuat laporan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Pembelajaran tidak sekedar mentransfer ilmu antara guru dan peserta
didik, melainkan membebaskan dan melepaskan pikiran peserta didik untuk
merasakan, mengamati, menemukan, dan menyimpulkan berdasarkan analisis
secara pribadi. Dalam pembelajaran guru berperan sebagai pembimbing,
fasilitator, dan motivator yang membantu agar proses belajar peserta didik
berjalan dengan baik. Menurut Sumarmi (2012) pembelajaran dengan studi
lapangan layak diterapkan pada mata pelajaran geografi, dimana geografi
merupakan salah satu cabang ilmu terapan yang mempunyai kandungan ilmu
yang luas berupa interaksi antara kondisi fisik Sumber Daya Alam (SDA) dengan
keberadaan manusia Sumber Daya Manusia (SDM).
Berikut hasil studi lapangan oleh peserta didik dan hasil studi lapangan
yang diunggah dalam Youtube:
https://www.youtube.com/channel/UCl4OVvHyBttMnWZ1bEwvEYg/videos
pertama video budidaya ikan, salah satu potensi alam yang mendukung
ketahanan pangan adalah budidaya ikan. Terdapat kelompok mengkaji studi
lapangan tentang budidaya ikan yang terletak sekitar 10 km dari SMAN 1 Batu
Hampar tepatnya di Tanah Merah, Kecamatan Rimba Melintang. Budidaya ikan
ini milik Bapak Nyoto yang memulai usahanya sejak tahun 2003 merupakan salah
satu peternak ikan sukses di daerah ini. Peserta didik secara bebas mencari
informasi tentang “bagaimana” cara membudidaya ikan tawar (nila, lele,
gurameh dan patin) dengan berdiskusi dan bertanya jawab dengan narasumber.
Isi wawancara tentang seteril air sebelum memasukkan bibit ikan, cara budidaya
ikan, memanen ikan dan pemasarannya. Pemerintah ikut terlibat dalam budidaya
ikan yang dikelola Bapak Nyoto melalui Dinas Perikanan, baik pemantuan dan
sosialisasi pada pelaku budidaya ikan. Sedangkan untuk pemasarannya langsung
pada pasar-pasar terdekat meliputi Pasar Jumrah, Teluk Pulau, Tanah Merah dan
Bantayan. Melalui kegiatan ini peserta didik langsung bertemu dengan obyek dan
subyek geografi yang ada dilapangan. Peserta didik secara merdeka belajar
mampu mengekspresikan diri secara bebas, kreatif, mandiri dan menyenangkan
dengan metode studi lapangan.
Kedua adalah video tentang perkebunan sawit, Provinsi Riau merupakan
salah satu penghasil sawit kedua terbesar di Indonesia, perkebunan sawit ini
sangat mendominasi di Kabupaten Rokan Hilir. Penduduk memanfaatkan tanah
gambut dengan menanam pohon sawit. Peserta didik yang telah dibagi kelompok
diberi kebebasan untuk mencari informasi secara langsung dengan mewancarai
petani. Pertanyaan meliputi "Berapa luas perkebunan?", Bagaimana cara
mengolah sawit?" dan lain sebagainya. Hasil dari studi lapangan ini diharapkan
peserta didik mampu meningkatkan kemampuan akademik, karakter, sopan dan
santun. Ketiga video perkebunan jambu, peserta didik mengunjungi perkebunan
jambu yang terletak di Lenggadai Hulu, Kecamatan Rimba Melintang, Kabupaten
Rokan Hilir, Provinsi Riau. Selain memiliki potensi di bidang persawahan dan
kelapa sawit, tanaman buah merupakan hal yang pokok dalam kehidupan.
Peserta didik membuat video yang kreatif dan berkolaborasi dengan teman serta
petani jambu. Keempat video persawahan, terletak di Teluk Pulau, Kecamatan
Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir, hamparan persawahan ini merupakan
salah satu lumbung padi bagi daerah Kabupaten Rokan Hilir khususnya dan
Provinsi Riau secara umum. Selain potensi persawahan sebagai penghasil padi
yang melimpah, persawahan ini dijadikan sebagai tempat wisata untuk
berswafoto dan berfoto.
Mengembangkan kompetensi peserta didik paham terhadap potensi yang
ada di lingkungan sekitar. Lingkungan sebagai sumber belajar Peserta didik,
contoh lingkungan air, flora, fauna, sosial (interelasi dan interpendensi) interaksi
manusia dan alam. Diharapkan dengan potensi alam yang terdapat di Kabupaten
Rokan Hilir dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dalam pembelajaran.
Karakter peserta didik dengan kemampuan diri dalam membangun kepercayaan
diri, sikap peduli dan mencintai lingkungan serta dapat menganalisis karateristik
potensi alam dan berkontribusi terhadap masyarakat. Kompetensi peserta didik
dalam hasil pembelajaran geografi menjadi meningkat ketika melakukan studi
lapangan kemudian dibuat video pembelajaran yang interaktif dan komunikatif.
Hasil dari praktik baik pembelajaran geografi dengan kegiatan studi
lapangan, peserta didik yang awal mulanya nilai masih dibawah KKM berjumlah
50 dari 84, dengan kegiatan studi lapangan dan video nialai peserta didik
meningkat menjadi 70 dari 84 yang nilainya diatas KKM. Meningkatnya
kemampuan peserta didik dalam hasil belajar, dengan studi lapangan dengan
hasil video pembelajaran, peserta didik merasa senang, tertantang dan kreatif.
Lingkungan alam dapat dijadikan sumber belajar yang menyenangkan dan
peserta didik dapat secara bebas mengekspresikan diri selain itu peserta didik
paham betul bahwa potensi alam dapat dikembangkan disuatu saat nanti dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat.

KESIMPULAN DAN SARAN


Pembelajaran yang bebas dan merdeka yang diterapkan oleh guru kepada
peserta didik dengan berlandaskan tujuan pembelajaran dan kurikulum yang
telah disusun. Pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah satu ciri
merdeka belajar, pembelajaran tidak hanya mengajar didalam kelas tetapi dapat
melakukan pembelajaran di luar kelas. Guru dan peserta didik kelas XI-IPS 1 di
SMA Negeri 1 Batu Hampar melakukan studi lapangan di lahan sawah. Kegiatan
studi lapangan dengan wawancara petani dan pengambilan sampel tanah
kemudian guru melakukan uji analisis tanah di Laboraturium Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Riau dari hasil tersebut peserta didik membuat
laporan. Peserta didik melakukan studi lapangan secara mandiri terhadap
ketahan pangan yang meliputi budidaya ikan, perkebunan sawit, perkebunan
jambu dan persawahan. Hasil studi lapangan peserta didik membuat video
pembelajaran secara kreatif, bebas mengekplorasi diri sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan kurikulum yang berlaku. Berdasarkan praktik baik ini peserta
didik tertarik terhadap mata pelajaran geografi dan hasil pembelajaran menjadi
meningkat dari sebelumnya.

SARAN
Untuk penyempurnaan video pembelajaran, guru dan peserta didik dalam
praktiknya perlu diperbaiki langkah-langkah secara detail dalam pembuatan video
studi lapangan agar informasi lebih mendalam dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai seluruhnya. Uji Laboraturium untuk sampel tanah dapat dilakukan
secara sederhana dengan berkoloborasi dengan guru kimia dan fisika.

DAFTAR PUSTAKA
Alfandi Widoyo. (2001). Epistemologi Geografi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Bernadz, S.W. (1994). Geography for Life. Washington: National geographic


Research & Exploration.

Chishlom, G. (1971). Human Geography: Evalutions or Revolution? .


Hardmondsworth: Penguins Books Coy.

Dasein, B. (2018). Freedom to learn for the 21st century (Education as if people
mattered). May, 61–111.

Laboraturium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Riau. (2019). Hasil


Analisis Tanah di Lahan Sawah Bantayan Hilir, Kabupaten Rokan Hilir,
Riau.
Kusumaryono, Suyato (2020). Merdeka Belajar. Staf Bagian Hukum, Tata
Laksana, dan Kepegawaian, Setditjen Guru dan Tenaga Kependidikan,
Kemendikbud. Diunduh di
https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/merdeka-belajar tanggal 21
September 2020.

Nugroho, D.H. (2013). Strategi Pembelajaran Geografi. Yogyakarta: Ombak.

Nursyid Sumaatmadja. (2001). Metodologi Pengajaran Geografi. Bandung: Bumi


Aksara.

Siti Mustaghfiroh (2020). Konsep “Merdeka Belajar” Perspektif Aliran


Progresivisme John Dewey”. Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran, Vol. 3,
No. 1, March 2020

Sumarmi (2012). Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang: Aditya Media


Publishing

Anda mungkin juga menyukai