Anda di halaman 1dari 15

1

ROSARIO
LAUDATO SI

(Pemeliharaan Keutuhan Ciptaan)

OFFICE FOR JUSTICE, PEACE AND INTEGRITY OF CREATION


ORDO FRATRUM MINORUM (JPIC OFM) INDONESIA
Jln. Letjend Soeprapto No. 80 Galur-Tanah Tinggi, Jakarta Pusat 10540
Tlp/Fax: (021) 42803546/WA. 081904101226; Email: jpicofm_indonesia@yahoo.com.au

Panduan Doa Rasario Laudato Si – JPIC OFM Indonesia


2

Rosario Pemeliharaan Keutuhan Ciptaan

Panduan Rosario dengan penekanan pada pemeliharaan keutuhan ciptaan ini, sesungguhnya berada
dalam terang Laudato Si, Ensiklik Paus Fransiskus.
Jaringan Aksi Fransiskan (Franciscan Action Network) mempersembahkan panduan rosario yang secara
khusus memberi penekanan pada pemeliharaan Keutuhan Ciptaan sebagai tanggapan atas seruan doa Paus
Fransiskus yang terdapat dalam Ensiklik Laudato Si.
Pada dasarnya, tujuan merenungkan Rosario Keutuhan Ciptaan ini adalah membantu kita menyadari
kehadiran Kristus di dalam dunia, dan bahwa seperti Kristus, kita pun dipanggil untuk membangun dunia
di sekitar melalui cara-cara yang merefleksikan martabat luhur kemanusiaan kita serta keluhuran ciptaan
Tuhan di sekitar kita.
Panduan ini bukanlah suatu metode refleksi satu-satunya dan bersifat mewajibkan, mengingat kehidupan
Yesus adalah suatu misteri yang takkan dapat kita mengerti secara utuh, dan ada begitu banyak cara serta
sudut pandang dalam memahami peristiwa-peristiwa penting dalam hidup Kristus melalui cara pandang
Maria, bunda Kristus dan bunda kita semua. Doa ini hanyalah salah satu cara menghayati misteri – misteri
yang membentuk dasar sejarah keselamatan kita, yaitu sebuah doa yang berfokus pada relasi antara Allah
dalam diri Yesus dan Bumi yang Allah telah ciptakan. Suatu tatanan relasi antara Allah dalam diri Yesus
dan Bumi yang telah diciptakan Allah.
Jaringan Aksi Fransiskan merupakan suatu organisasi akar rumput yang menyuarakan usaha-usaha
penegakan keadilan yang dilakukan oleh para Fransiskan dan orang-orang yang “berhati Fransiskan” di
seluruh Amerika Serikat. Terdorong oleh Injil Yesus Kristus serta cara hidup Santo Fransiskus dan Santa
Klara, Jaringan Aksi Fransiskan (Franciscan Action Network/FAN) merupakan sebuah kelompok
Fransiskan untuk menemukan perubahan kebijakan publik di Amerika Serikat terkait isu-isu tentang
perdamaian, pemeliharaan keutuhan ciptaan, kemiskinan dan perjuangan Hak Asasi Manusia.

Panduan Doa Rasario Laudato Si – JPIC OFM Indonesia


3

Petunjuk Praktis
1. Petugas Doa:
 Pemimpin (2 orang) secara bergantian membawakan doa dan membacakan renungan
2. Tata Gerak: selama doa rosario berlangsung, umat boleh duduk atau berdiri.
3. Suasana:
 Demi menjaga kesakralan dalam berdoa rosario, sebaiknya diciptakan suasana hening, meditatif
dan kontemplatif.
4. Tata Ruangan dan Lagu:
 Tata Ruangan: Tempat ibadat dapat dilakukan di dalam ruangan atau di luar ruangan (alam terbuka)
dengan ditata sedemikian rupa sehingga membantu umat mengarahkan hati, pikiran, perasaan,
pandangan, pendengaran dan intuisi pada misteri-misteri dalam rosario.
 Lagu: Lagu rosario yang dianjurkan selain bertema Maria, juga bertema alam Petugas dapat memilih
lagu dari buku nyanyian resmi Gereja.
5. Aksi Nyata:
 Untuk merealisasikan komitmen bersama Maria sebagai Ratu Seluruh Dunia Ciptaan, maka sangat
diharapkan upaya nyata merawat bumi rumah bersama dengan menanam pohon di kebun, di hutan
atau di mata air, memungut sampah dan aksi-aksi ekologis lainnya yang dirasa sesuai dengan situasi
dan konteks lingkungan hidup setempat.

Panduan Doa Rasario Laudato Si – JPIC OFM Indonesia


4

TATA CARA DOA ROSARIO PEMELIHARAAN CIPTAAN


1. Tanda Salib
2. Aku percaya
3. Kemuliaan
4. Bapa Kami
5. Salam, Puteri Allah Bapa (Salam Maria)
6. Salam, Bunda Allah Putera (Salam Maria)
7. Salam, Mempelai Allah Roh Kudus (Salam Maria)
8. Kemuliaan
9. Peristiwa – peristiwa Rosario:
a. Peristiwa Gembira didoakan pada : hari Senin, Sabtu, waktu masa Adven, dan masa Natal.
b. Peristiwa Sedih didoakan pada : hari Selasa, Jumat, dan waktu masa Prapaskah.
c. Peristiwa Mulia didoakan pada : hari Rabu, Minggu, dan masa Paskah.
d. Peristiwa Terang didoakan pada : hari Kamis.
10. Penutup

Panduan Doa Rasario Laudato Si – JPIC OFM Indonesia


5

A. Peristiwa – peristiwa Gembira


1. Peristiwa I : Maria menerima kabar gembira dari Malikat Gabriel. (Luk. 1:35-38)
Maria memberikan jawaban “Ya” kepada Allah dan sekaligus melanjutkan jawaban “ya”
tersebut kepada kita sebagai sebuah kabar gembira yang disampaikan malaikat bahwa ia akan
mengandung dan melahirkan putera Allah. Ketaatan, sebagai sebuah aspek penting dalam
pemikiran Fransiskan, ditampakkan dalam jawaban “Ya” Maria atas tawaran rencana Allah.
a. Allah memberi kita banyak tanggungjawab yang kesemuanya bertumpu pada kehendak
bebas. Seberapa sering kita memberi jawaban “Ya” yang empati terhadap rencana Allah?
b. Dalam relasi yang khusus dengan lingkungan hidup, kita telah ditugaskan oleh Allah untuk
memelihara alam sekitar kita (Kej. 1:26-28, Im. 25:23 dll). Apakah kita menerima
tanggungjawab ini atau berpaling darinya?
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......
2. Peristiwa II : Maria mengunjungi Elisabet, saudarinya. (Luk. 1:40-42)
Elisabet diliputi sukacita ketika melihat Maria dan berseru “Terpujilah engkau di antara wanita
dan terpujilah buah rahimmu. Tanggapan Maria merupakan bentuk ungkapan kerendahan hati
yang dimaklumkannya dalam Magnificat (pujian) dan serentak “membalikkan pandangan
dunia” di mana yang hina dina diangkat dan yang berkuasa diturunkan dari takhta. Sebagai
orang Katolik, kita dipanggil untuk menjadi satu dengan orang yang miskin dan terpinggirkan.
a. Paus Fransiskus berkata: “Bumi, yang menderita dan terpolusi, termasuk yang paling kita
sia-siakan dan lecehkan di antara apa yang kita sebut miskin” (LS. 2). Apakah kita
memandang dunia sekitar kita secara demikian? Apakah kita menyadari bahwa perusakan
alam di sekitar kita merupakan wujud keserakahan dan exploitasi terhadap yang lemah yang
telah dipercayakan Allah kepada kita untuk kita rawat?
b. Meningkatnya bencana alam yang merusak yang kita saksikan di zaman ini (seperti
penyusutan garis pantai) merupakan dampak dari perubahan iklim yang, salah satunya,
dipicu oleh aktivitas manusia. Kita perlu merenungkan kembali kata-kata Paus Fransikus,
yang diucapkan seorang petani kepadanya, “Allah senantiasa mengampuni, demikian pun
manusia kadang-kadang mengampuni, tetapi alam tak pernah mau mengampuni. Jika kamu
menamparnya, ia akan berbalik menamparmu.” Perlu disadari bahwa Allah mengangkat
mereka yang rentan dari posisinya yang paling lemah; apakah kita menyadari datangnya
keadilan Allah dan mewujudnyatakan keadilan ekologi dalam relasi dengan dunia?
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......

Panduan Doa Rasario Laudato Si – JPIC OFM Indonesia


6

3. Peristiwa III : Yesus dilahirkan di kandang Betlehem. (Luk. 2:10-12)


Permenungan tentang misteri kelahiran Yesus mengingatkan kita bahwa Allah tidak pernah
meninggalkan dunia yang telah diciptakan-Nya, tetapi justru datang ke dalam dunia dan
disambut dengan sukacita. Kristus telah lahir dalam keadaan yang paling sederhana di antara
manusia bersahaja yang harus menabur dan menui dari perut Bumi dan dari ciptaan lain untuk
bertahan hidup.
a. Allah tidak sekedar menciptakan Bumi dan seluruh ciptaan untuk kemudian Dia abaikan;
keindahan Kekristenan justru terletak pada bagaimana Allah diam di dalam dunia dengan
segala permasalahannya dan Ia tinggal di tengan-tengah manusia, lingkungan alam, dan
segala satwa, yang kesemuanya itu justru telah memberikan (dan masih memberikan terus)
ciri khas pada Bumi kita. Apakah kita juga turut gembira bahwa kita hidup di dunia ini, dan
apakah itu tampak nyata dalam cara hidup kita? Apakah kita, sebagaimana Kristus yang
merendah, juga bahagia berada di antara mereka yang rendah dan yang dalam
kerendahannya menjadi sangat dekat dengan Bumi?
b. Apakah kita mampu melihat kehadiran Kristus dalam ciptaan yang paling kecil dan tampak
tak berarti sekalipun? Apakah kita juga dipenuhi dengan kegembiraan yang meluap-luap
sebagaimana dialami St. Fransiskus yang menemukan Allah dalam segala hal?
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......
4. Peristiwa IV : Yesus dipersembahkan dalam Bait Allah. (Luk.2:22-34)
Maria dan Yosef pergi ke Bait Allah, sesuai ketentuan agama Yahudi pada waktu itu, untuk
mempersembahkan bayi Yesus kepada Allah. Dipercayai dengan anugerah yang paling
berharga sepanjang masa, yaitu bayi Kristus, mereka dengan sukarela dan kerendahan hati
merawat bayi itu dan lantas mempersembahkan kembali Yesus kepada Allah.
a. Sebagaimana telah direfleksikan sebelumnya, kita telah diserahi tanggungjawab untuk
menjaga dan merawat ciptaan Allah and kita pun dipanggil untuk mempersembahkan diri
kita sendiri kepada Tuhan. Apakah kita sepenuhnya mempersembahkan diri kita melalui
pelayanan kepada Allah terkait dengan pemeliharaan terhadap apa yang telah Allah berikan
kepada kita? Apakah kita dengan sepenuh hati dan bersukacita menunjukkan tanggungjawab
penuh atas alam semesta yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita?
b. Maria dan Yosef insyaf akan lingkungan-alam religius tempat mereka tinggal dan
menanggapinya dengan sungguh. Mereka sadar bahwa mereka adalah bagian dari
keseluruhan ciptaan yang lebih luas. Apakah kita mampu memerlihatkan sikap yang sama
berhadapan lingkungan alam tempat kita berada? Bagaimana sikap hormat kita pada
keseluruhan ciptaan?
Panduan Doa Rasario Laudato Si – JPIC OFM Indonesia
7

c. Sebuah kidung yang pantas direnungkan: “Segala makhluk memuji-Mu”, mau menegaskan
bahwa kita sebagai manusia hanyalah bagian kecil dari orchestra kebaikan dan kemuliaan
Allah.
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......
5. Peristiwa V : Yesus ditemukan dalam Bait Allah. (Luk.2:46-48)
Keluarga Kudus menyadari bahwa Yesus tidak berjalan bersama mereka saat meninggalkan
Yerusalem, karenanya mereka kembali untuk mencari-Nya. Yesus berada di tempat yang sudah
diduga oleh orangtua-Nya, yaitu di Bait Allah, sedang mengajar. Yesus juga memenuhi para
pendengar-Nya dengan rasa takjub yang mendalam.
a. Kita sering mencari Kristus dalam dunia sekitar kita, namun apakah kita juga mencari-Nya
dalam alam ciptaan? Kita pun ingat akan kata-kata dalam surat St. Paulus kepada jemaat di
Kolose: “Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan
yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun
kerajaan, baik pemerintahan maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan
untuk Dia” (Kol. 1:16-17). Apakah kita mampu melihat Kristus dalam segala sesuatu, dan
“kembali mencari” sebagaimana dilakukan Maria dan menerima Yesus dengan sukacita?
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......

B. Peristiwa-peristiwa Terang
1. Peristiwa I: Yesus dibabtis di Sungai Yordan. (Mat. 3:16-17)
Air selalu memiliki peranan sangat penting dalam Kitab Suci dan hidup beriman kita. Air
merupakan simbol pembaruan, hidup baru dan pembersihan dosa. Dengan meneladan Kristus
dalam Sakramen Pembabtisan, kita pun mengikuti teladan-Nya berupaya menyerupakan cara
hidup kita sedekat mungkin dengan cara hidup-Nya.
a. Ingatlah keajaiban kecil dari air; kemurniannya, kejernihannya, dinyanyian oleh St.
Fransiskus dalam Kidung Segenap Ciptaan: “Terpujilah Engkau Tuhanku, karena Saudari
Air, dia besar faedahnya, selalu merendah, berharga dan murni”. Apakah kita menyadari
betapa berharga dan pentingnya air bagi kita, atau kita justru meremehkannya? Bagaimana
tingkah-laku kita menggambarkan mentalitas kita?
b. Tubuh manusia terdiri sebagian besar dari air, sebagaimana juga Bumi kita sebagian besar
berupa air. Ketika Allah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus, maka Ia pun mengambil
wujud tubuh manusiawi yang sebagian besar terdiri dari air.
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......

Panduan Doa Rasario Laudato Si – JPIC OFM Indonesia


8

2. Peristiwa II: Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta pernikahan di Kana (Yoh. 2:11)
Atas desakan Maria, Yesus menyatakan mukjizatnya yang pertama dengan mengubah air
menjadi anggur dalam sebuah pesta perkawinan. Kita pun tahu bahwa melalui pertolongan dan
perantaraan Maria, kitapun dapat diubah oleh Yesus secara spiritual maupun dalam hal cara
pandang kita.
a. Dengan merenungkan keajaiban air yang kurang begitu dihargai, kita sampai pada
gambaran mental bahwa sebagai manusia kita sering sekali berlaku tidak hormat terhadap
air, sumber hidup yang sangat berharga. Di banyak tempat, orang tidak memiliki akses
pada air bersih dan air minum, suatu persoalan yang memprihatinkan yang dikemukan oleh
Paus Fransiskus dalam Ensiklik Laudato Si, di mana dia mendedikasikan satu bagian dari
ensiklik itu untuk “Isu Air” dan bagaimana krisis perubahan iklim saat ini telah secara
serius membahayakan orang miskin. Kita semua sudah sering mendengar bagaimana orang
harus berjalan ratusan kilometer dalam seminggu untuk mendapatkan air tak layak minum,
sungai-sungai yang dipenuhi sampah dan lautan yang terpolusi tumpahan minyak.
Bagaimana kita, dengan perantaraan Maria dan kekuatan Yesus Kristus, turut serta
memperbaiki system air kita dari yang kotor dan berlimbah menjadi sesuatu yang mulia
dan memberi kehidupan?
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......
3. Peristiwa III: Yesus memberitakan Kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan (Mat.
4:17,23)
Yesus sering berbicara dengan para murid dan pengikutNya dalam perumpamaan mengenai
datangnya Kerajaan Allah. Kita ingat bahwa Dia menekankan agar kita menerima Kabar
Gembira dengan sikap seperti seorang anak kecil, dan oleh karenanya Ia berbicara berbicara
dengan bahasa yang sederhana dan ceritera pendek; ingatlah bahwa ia seringkali menggunakan
gambaran-gambaran tentang alam, perkebunan, pekerjaan di lading, dan tentang binatang-
binatang dengan maksud agar pesannya dapat dimengerti.
a. Pikirkanlah perumpamaan-perumpamaan yang digunakan Yesus yang mempunyai jalan
cerita unik, terutama yang terkait dengan alam; tentang penabur dan benih, ilalang di antara
gandum, benih yang tumbuh di malam hari (Mark 4:26-29), kisah tentang biji sesawi dan
seterusnya. Melalui perumpamaan-perumpamaan ini, Yesus menghendaki agar kita
memahami Kerajaan Allah dengan lebih baik; oleh karenanya Ia menggunakan alam sebagai
sebuah cara untuk berbicara kepada kita tentang Kerajaan Allah; demikianlah alam
seringkali digunakan sebagai cerminan Allah dan kemuliaan Kerajaan-Nya.

Panduan Doa Rasario Laudato Si – JPIC OFM Indonesia


9

b. Bagaimana kita memahami dengan lebih baik “cerminan” Allah atau sebagaimana para
pemikir besar menyebutnya “Buku Penciptaan”? Seberapa sering kita membaca dan
menghubungkan apa yang tertera dalam Kitab Suci dengan apa yang telah ditulis Tuhan
dalam Buku Ciptaan?
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......
4. Peristiwa IV: Yesus menampakkan kemuliaan-Nya. (Mat 17:2,5)
Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes ke gunung yang tinggi untuk berdoa. Di sana
Yesus berubah rupa dan kemuliaanNya memenuhi para muridNya. Suara Allah menggelegar
datang dari dalam awan, bunyinya “Inilah Anak-Ku yang terkasih, kepadaNyalah Aku
berkenan, dengarkanlah Dia”.
a. Petrus belum sepenuhnya memahami situasi; menyaksikan Yesus bersama Musa dan Elia,
ia diliputi ketakutan dan bertanya apakah mereka diperkenankan untuk mendirikan kemah
bagi Kristus dan dua nabi itu. Dia berbicara demikian karena tidak mampu memahami apa
yang sedang ia saksikan. Seringkali, kita bertindak karena adanya tekanan, tanpa sempat
memikirkan dampaknya bagi kita dan alam sekitar, atau tanpa menyadari kemuliaan Allah
yang dinyatakan dalam hal-hal kecil. Kadang kala kita menjalani hidup kita dengan tergesa-
gesa tanpa ada waktu jeda untuk menyadari bahwa Kristus senantiasa hadir di mana saja,
dan bahwa kehadiran-Nya itu selalu baik adanya.
b. Apakah kita juga sering bertindak tergesa-gesa sehingga tidak saja kita menjadi acuh tak
acuh, tetapi bahkan merusak hubungan akrab kita dengan Allah, dengan sesame, dan dengan
alam ciptaan lainnya? Mungkinkah kita mengambil waktu sejenak untuk berhenti dan
memikirkan tentang bagaimana kita menjadi lebih bermanfaat?
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......
5. Peristiwa V : Yesus menetapkan Ekaristi. (Mrk. 14:22-24)
Ekaristi adalah sumber dan puncak kehidupan beriman Katolik. Kita menyadari bahwa Kristus
senantiasa hadir di mana saja, tetapi kehadiranNya yang paling nyata ada dalam Sakramen
Mahakudus.
a. Ingatlah apa yang dikatakan imam saat mempersembahkan Ekaristi di hadapan Allah:
“Terpujilah Engkau, ya Tuhan, Allah semesta alam, sebab dari kemurahan-Mu kami
menerima roti dan anggur yang kami persembahkan ini. Inilah hasil dari bumi dan dari usaha
manusia yang bagi kami akan menjadi makanan dan minuman rohani”. Demikianlah melalui
Bumi yang Allah ciptakan dan yang diberikan kepada kita secara spiritual, Allah telah
merawat dan menghidupi tubuh dan jiwa kita.

Panduan Doa Rasario Laudato Si – JPIC OFM Indonesia


10

b. Sebelum roti dan anggur diubah menjadi tubuh dan darah Kristus, bahan-bahan yang
digunakan sangatlah sederhana: roti tak beragi dan anggur. Namun, kita perlu menyadari
proses yang terjadi hingga bahan-bahan dasar itu menjadi roti dan anggur; kita musti
bersyukur dan menyadari usaha-usaha yang dilakukan hingga bahan makanan bisa menjadi
siap saji di atas meja kita, dan dengan demikian kita pun perlu menyadari bahwa terdapat
sebuah usaha agar roti dan anggur itu tersaji di atas “altar dunia”, sebagaimana dinyatakan
oleh St. Yohanes Paulus II.
c. Ekaristi disebut sebagai sakramen inisiasi, meskipun kita dapat menerima Komuni suci
berkali-kali dalam seminggul Setiap saat kita merayakan ekaristi, kita membaharui janji
babtis dan krisma dan menerima hidangan rohani yang perlu bagi pertumbuhan iman dalam
hidup sehari-hari. Semoga kita tumbuh semakin dekat kepada Yesus setiap kali kita
menerima Komuni dan merenungkan misteri ini.
Bapa kami.......Salam Maria.......(10 X), Kemuliaan......

C. Peristiwa-peristiwa Sedih
1. Peristiwa I: Yesus berdoa kepada Bapa-Nya dalam sakrat maut. (Luk. 22:39-42)
Yesus mengetahui bahwa saat-Nya untuk mengalami penderitaan dan wafat sudah semakin
mendekat, maka Ia meninggalkan para pengikutNya untuk berdoa di Taman Getsemani. Ia
meninggalkan para sahabatNya yang begitu dicintai untuk mengalami keheningan dan
penghiburan di dalam alam; di sana Dia mampu menerima penghiburan dengan kehadiran
malaikat.
a. Apakah kita juga, sebagaimana Kristus, mencari Allah dan penghiburan-Nya di dalam alam?
Dapatkah kita menemukan penghiburan dari Allah melalui kehadiran hal-hal kecil dalam
hidup, melalui saat-saat yang meneduhkan di antara bunga warna-warni, pohon-pohon dan
tetumbuhan hijau?
b. Renungkanlah Kitab Kejadian 2:15: “Tuhan Allah mengambil manusia dan
menempatkannya di tanam Eden untuk mengusahakan dan menjaganya.” Manusia pada
awalnya berada di taman Eden dalam persekutuan dengan Allah; Akankah kita kembali ke
sana, entah secara fisik ataupun spiritual?
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......
2. Peristiwa II: Yesus didera. (Mat. 27:24-26)
Yesus diseret dan diikat pada tiang batu, di mana Ia dengan kejam dicambuk dan didera.
Kematian yang mengerikan pun dimulailah, dan mereka yang sebenarnya kesempatan untuk

Panduan Doa Rasario Laudato Si – JPIC OFM Indonesia


11

menghentikan kejadian mengerikan itu dan mereka yang selama ini bersama-sama dengan
Kristus, hanya berdiam diri saja.
a. Apakah kita juga berdiam diri atau bahkan menolak untuk bersama-sama dalam solidaritas
dengan Allah melindungi keutuhan ciptaan Tuhan?
b. Kembali kita menyadari tanggungjawab kita untuk membela yang lemah, yang tertindah,
dan yang menderita. Bila kita ada saat Kristus disiksa, kira-kira akan menjadi siapakah kita
di situ? Menjadi mereka yang terang-terangan menyiksa dan mencambuki Yesus? Atau
mereka yang melarikan diri? Atau menjadi kita akan berusaha untuk membela kehormatan-
Nya? Bagaimana reaksi kita saat ini jika menyaksikan ciptaan Allah, termasuk mereka yang
terpinggirkan, “disiksa” dan “dicambuki” oleh dunia yang seringkali memusuhi mereka
yang menghalangi kepentingan orang-orang berkuasa? Sebagaimana pernyataan Konferensi
para uskup Amerika (USCCB) pada bulan Februari 2010: “Orang yang hidup dalam
kemiskinan di negara ini maupun di luar negara ini menyumbang paling sedikit terhadap
perubahan iklim, namun merekalah yang paling menderita konsekuensi terburuk, dan hanya
memiliki sedikit daya untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim tersebut.” Seperti Kristus,
orang-orang miskin tidak bersalah atas kekeliruan yang menyebabkan perubahan iklim,
namun merekalah yang mendapatkan hukuman tanpa alasan.
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......
3. Peristiwa III: Yesus dimahkotai duri. (Mat. 27:29-30)
Sebuah mahkota duri dianyam dan ditempatkan di atas kepala Yesus untuk menghinakan-Nya.
Peristiwa ini melambangkan kemungkinan bahwa kita pun mengkhianati kebaikan yang
melekat baik dalam diri sesama manusia maupun dalam dunia yang Allah telah ciptakan. Kita
bisa jadi telah memanfaatkan kebaikan-kebaikan itu untuk kepentingan narsistik kita.
a. Apakah kita memiliki kecenderungan untuk melihat alam di sekitar kita sebagai sesuatu
yang dapat digunakan untuk kepentingan diri sendiri? Apakah kita menyalahgunakan
ciptaan Allah untuk kepentingan kita?
b. Meskipun makhkota duri dimaksudkan untuk merendahkan dan menyengsarakan Yesus,
pada akhirnya Ia dimahkotai dengan kemuliaan yang terus bercahaya melalui iman dan
kesaksian kita. Seluruh ciptaan sudah seharusnya memberi kesaksian tentang kemuliaan
Allah. Sebagaimana dinyatakan oleh Paus Fransiskus: “Bumi, rumah kita, makin terlihat
seperti tumpukan sampah raksasa” (LS. 21). Bagaimana kita dapat sekali lagi memulihkan
planet kita agar dapat memancarkan kemuliaan Allah?
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......

Panduan Doa Rasario Laudato Si – JPIC OFM Indonesia


12

4. Peristiwa IV: Yesus memanggul salib-Nya ke Gunung Kalvari. (Yoh. 19:17-18)


Tidak banyak refleksi sedalam dan sekaya peristiwa keempat dari peristiwa-peristiwa sedih
rosario ini. Kita dapat menyaksikan Yesus dalam seluruh kelemahan manusiawi-Nya; kita
melihat Dia tersandung, berjuang dan terjatuh. Kita saksikan kekejaman para penguasa dunia
yang berujung kekejian. Tetapi kita juga menyaksikan aksi-aksi kecil yang menampakkan
harapan dalam tindakan Simon dari Kirene dan Veronika, maupun keteguhan Yesus untuk
bangun kembali setelah jatuh. Kita pun diundang untuk memiliki sikap-sikap seperti ini dalam
perjalanan spiritual kita, dan untuk memiliki sikap-sikap serupa dalam perjalanan spiritual
sesama kita.
a. Peristiwa ini mengajak kita untuk meringankan penderitaan Kristus dalam dunia kita saat
ini, melalui perbuatan-perbuatan baik yang sederhana. Aksi – aksi seperti memungut
sampah yang mencemari lingkungan, menanam pohon ataupun berkebun, memperlakukan
para tunawisma (pekerja) secara manusiawi dengan senyuman atau sapaan hangat,
memadamkan lampu yang tak digunakan, semuanya itu membantu kita untuk secara utuh
menghadirkan kemuliaan Yesus yang lebih sempurna di dalam dunia.
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......
5. Peristiwa V: Yesus wafat di salib. (Luk. 23:44-46)
Kristus Tuhan kita wafat di salib. Sebuah peristiwa yang menghancurkan hati kita, yang akan
selalu kita ingat tatkala kita menatap salib, merayakan Ekaristi, atau merenungkan peristiwa
rosario ini. Ini merupakan sebuah peristiwa yang mengerikan tetapi merupakan bagian penting
dari sejarah keselamatan kita.
a. Bayangan apakah yang pertama kali muncul dalam pikiran kita tatkala kita merenungkan
wafat Yesus? Seperti apa suasana di sekitarNya? Bagi banyak orang mungkin mereka
membayangkan tentang kegelapan, awan yang bergemuruh sementara para pengikutNya
meratapi wafat-Nya dan yang lainnya bersorak atas wafat-Nya. Cahaya Yesus, untuk
sementara, padam.
b. Ketika kita “menyalibkan” Kristus dengan tindakan-tindakan yang merugikan pewartaan
Kerajaan-Nya, kita sebenarnya telah mendatangkan kegelapan dan badai yang sama. Kita
dipanggil untuk mengasihi dan memelihara ciptaan Tuhan dengan seluruh kebaikan-
kebaikannya yang tak terhingga.
c. Dalam peristiwa itu Bumi juga bergemuruh dan bergoncang, membuat orang-orang yang
menyaksikan peristiwa penyaliban itu menjadi ketakutan. Sebagaimana Kristus yang
mengerang kesakitan, demikian halnya bumi, dan sebaliknya ketika bumi mengerang
kesakitan, Kristus pun mengalami hal yang sama.
Panduan Doa Rasario Laudato Si – JPIC OFM Indonesia
13

Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......

D. Peristiwa-peristiwa Mulia
1. Peristiwa I : Yesus bangkit dari antara orang-orang mati. (Luk. 24:1-5)
Peristiwa yang paling mulia dari semua mukjizat. Kristus Tuhan kita bangkit dari mati.
a. Atas desakan musuh-musuh Yesus, Pilatus menyetujui untuk menempatkan para penjaga di
sekeliling makam untuk memastikan bahwa tak seorang pun dapat mencuri jenazah Yesus
dan menyatakan bahwa Yesus telah bangkit. Namun, seorang malaikat surga turun,
terjadilah gempa bumi dan batu terguling, para penjaga lari ketakutan. Sekali lagi kita
melihat bumi bersaksi tentang kemahakuasaan Tuhan dalam sebuah peristiwa paling penting
dalam sejarah keselamatan kita.
b. Dalam Injil Yohanes, Maria Magdalena mula-mula mengira Yesus yang bangkit itu sama
dengan penjaga taman. Mampukah kita melihat wajah Yesus dalam segala sesuatu di sekitar
kita? Mampukah kita menghargai orang-orang yang terpanggil untuk mengelola tanah,
terlebih karena kita mendapat banyak sekali manfaat hasil bumi?
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......
2. Peristiwa II: Yesus naik ke surga. (Luk. 24:50-52)
Yesus meninggalkan para muridNya dan dalam selubung awan menuju surga. Sebelum
meninggalkan mereka, Ia menjanjikan bahwa Roh Kudus akan menuntun mereka hingga akhir
zaman dan bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan mereka.
a. Bayangkan apa yang dialami para murid ketika Yesus diangkat dari Bumi; bagaimana
perasaan mereka, mereka pasti merasa sungguh kehilangan dan sangat terpukul. Setelah
beberapa saat, dua orang malaikat menampakan diri kepada mereka dan berkata: “Hai orang-
orang Galilea, mengapa kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang diangkat ke surga
meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia
naik ke surga”, (Kis. 1:11). Walaupun Kristus meninggalkan mereka (secara fisik), mereka
harus tetap berkarya.
b. Apakah kita secara aktif berusaha menghadirkan kerajaan Allah dalam dunia kita? Apakah
kita siap menerima tanggungjawab yang diberikan Yesus kepada kita? Sehubungan dengan
tugas kita sebagai pemelihara ciptaan, apakah kita menghayati panggilan untuk menjaga
alam semesta di sekitar kita? Atau apakah kita cukup menatap langit saja dan berharap
perubahan akan terjadi di sekitar kita melalui orang lain atau tidak melalui kita?
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......

Panduan Doa Rasario Laudato Si – JPIC OFM Indonesia


14

3. Peristiwa III: Roh Kudus turun atas para rasul. (Kis.2:1-4)


Hari kelahiran Gereja, inilah saat kita merayakan Pentakosta dan pencurahan Roh Kudus
kepada para pengikut Yesus yang sedang berkumpul bersama. “Terdengar bunyi dari langit
seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk, dan
tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti lidah api yang bertebaran dan hinggap pada
mereka masing-masing”, (Kis. 2:1-4).
a. Meskipun orang-orang itu berasal dari tempat yang berbeda-beda di seluruh dunia, namun
sesudah Roh Kudus memenuhi mereka semua, mereka sanggup mengerti satu sama lain
tanpa ada kendala bahasa. Kita adalah bagian dari Gereja universal (demikian arti kata
“katolik” dalam Bahasa Yunani) yang sudah mulai terbentuk sejak zaman para rasul.
Merenungkan Pentaskosta juga menyadarkan kita akan panggilan misi universal, yaitu
pemberintaan Injil serta tanggungjawab yang telah dipercayakan kepada kita, termasuk
pemeliharaan ciptaan.
b. Setelah menerima pencurahan Roh Kudus, para murid dimampukan untuk mewartakan Injil
dan secara terbuka melakukan penginjilan, padahal sebelumnya mereka meringkuk dalam
tekanan system social di mana mereka hidup. Santo Petrus yang telah menyangkal Yesus,
segera sesudah peristiwa Pentakosta berkhotbah di hadapan 3.000 orang dan membaptis
mereka dalam sehari (Kis. 2:41). Orang-orang sakit disembuhkan, ketakutan dikalahkan dan
nyala api yang kini membakar seluruh dunia, diawali oleh percikan api di Kalvari. Insyaflah
bahwa kita dipanggil untuk bertindak dan bahwa segala sesuatu yang menghalangi kita dapat
kita kalahkan dengan kekuatan yang kita terima dari Roh Kudus.
c. Roh Kudus menyatakan diri dalam bunyi tiupan angin dan dalam wujud api, dua elemen
yang sederhana namun penuh daya. Sebagimana St. Fransiskus memuji dua unsur yang
mencerminkan kemuliaan Allah tersebut dalam Kidung Segenap Ciptaan, kita pun perlu
menyadari kekuasaan Allah yang hadir dalam “Saudara Api” dan “Saudara Angin.”
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......
4. Peristiwa IV: Maria diangkat ke surga. (Why. 12:1)
Pemikiran tentang Maria diangkat ke surga ini tak ditemukan dalam Kitab Suci tetapi
diwariskan pada kita melalui tradisi iman. Bunda kita Maria, di akhir hidupnya di Bumi,
diangkat raganya ke surga.
a. Laudato Si memuat beberapa refleksi pemikiran-pemikiran Marian terkait lingkungan
hidup: “Maria, Bunda yang merawat Yesus, sekarang merawat dunia dengan penuh afeksi
dan turut merasakan pula kesakitan yang dialaminya. Sama seperti hatinya yang tertusuk
meratapi kematian Yesus, sekarang dia merasa berduka atas penderitaan orang-orang miskin
Panduan Doa Rasario Laudato Si – JPIC OFM Indonesia
15

yang tersalib dan atas ciptaan di dunia ini yang disia-siakan oleh manusia. Setelah
sepenuhnya berubah rupa, kini dia berdiam bersama Yesus, dan semua makhluk
memadahkan lagu bagi keelokannya”, (LS. 241). Walaupun dia tidak secara fisik bersama
dengan kita lagi, sebagaimana putranya Yesus, ia terus memelihara dunia yang ia tinggalkan
dan menangisinya atas kerusakan yang menimpanya.
b. Sejumlah tradisi menyatakan bahwa dalam ketidakhadiran dirinya secara fisik, Maria telah
meninggalkan keharuman bunga dan nyanyian pujian burung-burung. Maria, teladan
kemurnian dan kemuliaan meninggalkan di sekitarnya gambaran alam yang menampakkan
kebajikan-kebajikannya yang mengagumkan.
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......
5. Peristiwa V: Maria dimahkotai di surga. (Luk. 1:46-47)
Maria, yang diangkat ke surga beserta raganya, dimahkotai oleh Allah Tritunggal sebagai Ratu.
Bunda dari Pangeran Perdamaian dan Raja Para Raja, Maria terus membimbing kita, anak –
anaknya.
a. Maria, dengan mengatakan “ya”, menyanggupi untuk menjadi ibu seluruh umat manusia
melalui kemuliaan Kristus, dan melalui peristiwa ini dia menyandang gelar sebagai ratu
segala bangsa. Dalam bahasa St. Fransiskus, kita perlu memuji “Saudari Ibu Pertiwi” yang
“menyuap dan mengasuh kami”. Maria, dalam tingkatan spiritual, pun menyuap dan
mengasuh kita melalui rahamat Allah. Apakah kita mampu menghargai dan menghormati
kenyataan tersebut? Kita adalah anak Maria dan anak Ibu Bumi, yang diharapkan mampu
menghidupi, mencintai, dan menghargai keduanya.
Bapa kami...... Salam Maria 10 X......... Kemuliaan........Terpujilah.......

Salam Tuan Putri, Ratu Suci, Santa Bunda Allah, Maria


(St. Fransiskus Asisi)

Panduan Doa Rasario Laudato Si – JPIC OFM Indonesia

Anda mungkin juga menyukai