Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Model Pembelajaran Make a Match

Menurut Rusman (2018, hlm. 223) Model pembelajaran make a match merupakan salah
satu jenis dari model pembelajaran kooperatif, yakni bentuk pembelajaran dengan cara
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen.

Heterogen tentunya mengacu pada latarbelakang siswa yang beragam, baik itu kulit
hitam, etnis Jawa, dsb. Hal tersebut menyikapi permasalahan rasisme di Amerika Serikat
yang hingga kini masih menjadi isu yang cukup besar. Dengan demikian struktur
kelompok heterogen tersebut amatlah baik diaplikasikan di negara Indonesia yang
terhitung beranekaragam pula untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan.

Sementara itu, menurut Komalasari (2017, hlm. 85) model pembelajaran make a match
merupakan model pembelajaran yang mengajak murid mencari jawaban terhadap suatu
pertanyaan konsep melalui suatu permainan kartu pasangan. Pendapat ini tentunya masih
senada pendapat Rusman namun langsung mengerucut pada teknis pelaksanannya.

Selanjutnya, menurut Tarmizi dalam Novia (2015, hlm. 12) model


pembelajaran make a match berarti model pembelajaran yang melibatkan proses belajar
setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban) lalu secepatnya mencari
pasangan yang sesuai dengan kartu yang ia pegang.

Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran make a match adalah salah satu model


pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa untuk mencari pasangan kartu soal dan
jawaban yang telah dibuat oleh pendidik sebelumnya, dengan batas waktu yang telah
ditentukan agar tercipta kerjasama antarsiswa untuk menyelesaikannya secara kooperatif.

Tipe make a match atau mencari pasangan ini dapat menjadi salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang dapat digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa.
Pembelajaran di kelas dengan menggunakan make a match ini dapat digunakan dalam
semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.

Kelebihan Model Pembelajaran Make a Match

Kelebihan dari model pembelajaran make a match ini yaitu siswa mencari pasangan sambil


belajar tentang konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Siswa menjadi
lebih aktif, dapat digunakan di semua mata pelajaran dan di semua tingkatan pendidikan,
kerjasama antar siswa lebih dinamis dalam suasana yang lebih menyenangkan. Selain itu,
menurut Mulyatiningsih (2014, hlm. 224), kelebihan dari model pembelajaran make a
match adalah sebagai berikut.

1. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran.


2. Kerjasama antar sesama siswa akan terwujud dengan dinamis.
3. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
Kelemahan Make a Match

Sementara itu, kelemahan dari model pembelajaran ini adalah sebagai berikut.

1. Diperlukan bimbingan guru untuk melakukan pembelajaran.


2. Suasana kelas menjadi gaduh sehingga dapat mengganggu kelas lain.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai (Mulyatiningsih, 2014, hlm. 224).

Model pembelajaran ini memerlukan bimbingan terlebih dahulu dari guru, agar tidak
terjadi kegaduhan di kelas. Selain itu, waktu juga harus dibatasi agar siswa tidak terlalu
banyak bermain, serta guru harus menyiapkan kartu yang berisi soal dan kartu yang berisi
jawaban sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran Make a


Match

Pembelajaran make a match merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Oleh


karena itu, setiap langkah-langkahnya haruslah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
kooperatif. Menurut Rusman (2018, hlm. 203) langkah-langkah model pembelajaran make
a match adalah sebagai berikut.

1. Guru menyiapkan kartu yang berisi beberapa konsep yang cocok untuk sesi review, salah
satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Masing-massing siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau
jawaban dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
3. Masing-masing siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
4. Masing-masing siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu,
diberi poin.
5. Apabila siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya akan
mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama.
6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda
dari sebelumnya, demikian seterusnya.
7. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai