Anda di halaman 1dari 19

Miti Yarmunida & Wulandari

Penetapan Nisbah Bagi Hasil pada Akad Kerjasama Pemeliharaan Hewan

PENETAPAN NISBAH BAGI HASIL PADA AKAD KERJASAMA


PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK PERSPEKTIF EKONOMI
SYARIAH

Miti Yarmunida dan Wulandari


Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Bengkulu
yarmunidamiti@gmail.com

Abstract: Determining the profit-sharing ratio in Islamic concepts is a necessity. The


system of determination of the profit-sharing ratio should refer to the principle
of fairness of inter-personal balance of the conduct of the council. The
behavior of the Muslim community in Indonesia, especially in the villages, is
still a lot that does not set the profit-sharing ratio at the time of agreement
(akad). As with the livestock raising, the yield-sharing system is set at the time
of the outcome and often the determinant of how much of each part is the
owner of the livestock. The unilateral provision makes one party feel unfair
and is forced to accept his part.

Keywords: Nisbah Profit-Sharing, Coorporation Agreemen

Pendahuluan tidak bisa hidup sendiri dalam memenuhi


kebutuhan hidupnya, baik dengan cara
Islam disyariatkan untuk
tolong menolong maupun dengan cara akad
memberikan kemaslahatan bagi seluruh
tabadul. Islam memberi batasan dalam
alam. Kemaslahatan manusia yang dijaga
tolong menolong, batasan yang dimaksud
oleh Islam salah satunya kebutuhan akan
sebagaimana firman Allah SWT dalam
harta. Secara absolut harta hanya milik
surat Al-maidah ayat 2:
Allah, manusia hanya berhak untuk
memanfaatkannya saja dengan cara-cara ‫اْل ْث ِى‬
ِ ْ ًَ‫َوحَ َعب َوَُىا َعهًَ ا ْنبِ ِّس َوانخَّ ْق َى ٰي ۖ َو ََل حَ َعب َوَُىا َعه‬
yang sudah Allah tetapkan. Harta yang ٌ‫َوا ْن ُع ْد َوا‬
dibutuhkan manusia bisa dicari sendiri
tanpa bantuan orang lain seperti mengambil
kayu bakar di hutan, dan bisa juga
bekerjasama dengan orang lain. Manusia
Allah ciptakan sebagai makhluk sosial yang

69
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

Artinya: “Dan tolong menolonglah diaplikasikan pada peternakan atau sering


kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan disebut bagi hasil peternakan.Yang
taqwa dan jangan tolong menolong dalam dijelaskan dalam Undang-Undang No. 6
berbuat dan pelanggaran”.1 tahun 1967 pasal 17 Tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Peternakan dan
Ayat tersebut dengan jelas
Kesehatan Hewan.Menjelaskan bahwa bagi
menyatakan bahwa tolong menolong itu
hasil ternak dan persewaan ternak tersebut
hanya terbatas pada kebaikan, sebaliknya
dalam pasal ini ditentukan atas dasar
tidak boleh tolong menolong dalam hal
persetujuan dan perjanjian pihak-pihak
pelanggaran hukum syara’. Salah satu
yang bersangkutan, dengan mengindahkan
contoh usaha tolong menolong dalam
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
kebaikan yang banyak terjadi dalam
pasal ini. Peternakan atas dasar bagi hasil
masyarakat adalah kerja sama bagi hasil
ialah penyerahan ternak sebagai amanah
yang sifatnya saling menguntungkan kedua
yang dititipkan oleh pemilik kepada orang
belah pihak yaitu pemilik modal dan
lain untuk dipelihara baik-baik, diternakkan
pemelihara modal. Bagi hasil menurut
dengan perjanjian bahwa dalam waktu
syariat Islam salah satunya adalah
tertentu titipan tersebut dibayar kembali
mudharabah. Mudharabah adalah akad
berupa ternak keturunannya atau dalam
kerja sama usaha antara dua pihak, dimana
bentuk lain yang disetujui oleh kedua
pihak pertama pemilik modal (shahibul
pihak.3
maal) yang menyediakan modal (100%)
sedangkan pihak lainnya sebagai pengelola Akad mudharabah dibedakan
(mudharib) untuk memperoleh pendapatan menjadi dua yaitu: pertama, mudharabah
atau keuntungan. Pendapatan atau muthlaqah merupakan kerja sama antara
keuntungan tersebut dibagi berdasarkan pihak pertama dan pihak lain yang
nisbah yang telah disepakati di awal akad.2 cakupannya lebih luas. Maksudnya, tidak
dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan
Sistem mudharabah masih bersifat
daerah bisnis.Kedua, mudharabah
umum namun akad ini dapat pula
muqayyad merupakan kebalikan dari

1
mudharabah muthlaqah dimana pihak lain
Departemen Agama RI, Al-Quran dan
Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha dan
Diponegoro, 2006), h.85
2
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di 3
Undang-Undang No. 6 Tahun 1967 pasal 17,
Indonesia, ( Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007), http://perpus.stainpamekasan.ac.id/index.
h. 105 phph=swoh_detail, 24 November 2015

70
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

daerah bisnis.4 Adapun syaratnya adalah Harta sebagai modal dalam bermudharabah
pertama, pemilik modal wajib yang diserahkan kepada pengelola bisa
menyerahkan dana atau barang yang berbentuk uang, bangunan dan
berharga kepada pihak lain untuk kelngkapannya, mobil, hewan ternak, dan
melakukan kerja sama dalam usaha. Kedua, lain-lain. Dalam hal mudharabah pada
penerimaan modal menjalankan usaha pemeliharaan hewan ternak, maka pemilik
dalam bidang yang telah disepakati.Ketiga, hewan ternak meyerahkan hewan ternaknya
kesepakatan bidang usaha yang akan untuk dipeliahara (penggemukan atau
dilakukan ditetapkan dalam akad. pengembangbiakan) oleh pemelihara
Sedangkan rukun kerja sama dalam modal (mudharib) kemudian disepakati nisbah
dan usaha adalah pemilik modal (shahibul bagi hasilnya ketika akad kerjasama
mal), pelaku usaha (mudharib), objek usaha berlangsung. Pratiknya pada masyarakat
dan akad. 5 muslim terutama di pedesaan, kerjasama
antara pemilik hewan ternak dengan
Hasil usaha yang dilakukan oleh
pemelihara nibah bagi hasilnya tidak jelas
mudharib itu akan dibagi dengan shahibul
dan tidak ditetapkan di awal kerjasama
mal berdasarkan kesepakatan. Hasil dari
sehingga seringkali terjadi ketidakadilan
usaha yang dilakukan mudharib dalam
dalam pembagian hasil kerjasama.7
mengelolaKeuntungan mudharabah adalah
jumlah yang didapat sebagai kelebihan dari Kajian Teori
modal. Keuntungan dibagi dengan nisbah A. Terminologi Mudharabah
yang disepakati. Penyedia dana Mudharabah, berasal dari kata
menanggung semua kerugian akibat dari dharb, artinya memukul atau berjalan.8
mudharabah dan pengelola tidak boleh Pengertian memukul atau berjalan ini lebih
menanggung kerugian apapun kecuali tepatnya adalah proses seseorang memukul
diakibatkan dari kesalahan disengaja, kakinya dalam menjalankan usaha. Secara
kelalaian atau pelanggaran kesepakatan.6 teknis mudharabah adalah kerjasama usaha

4 7
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Wulandari, Sistem Pelaksanaan Paroan Sapi
Lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. Di Desa Bukitpeninjauan1 Kecamatan Sukaraja
185 Kabupaten Seluma Dalam Perspektif Ekonomi
5
Fauzan, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Islam, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), IAIN Bengkulu, 2016
h.71
6 8
Buchari Alma, Doni Juni Priansa, Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia,
Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta, (Jakarta: Mahmud Yunus Wadzurriyah, 2010), h.
2009), h. 10 229

71
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

antara dua pihak dimana pihak pertama pengelola usaha. Sedangkan,


(shahibul mal) menyediakan seluruh modal, kerugian yang timbul karena
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola kelalaian pengelola akan menjadi
(mudharib).9Keuntungan usaha secara tanggung jawab pengelola usaha itu
mudharabah dibagi menurut kesepakatan sendiri.11
yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan c. Pemilik modal tidak turut campur
kerugian ditanggung oleh pemilik modal dalam pengelola usaha, tetapi
selama kerugian itu bukan akibat kelalaian mempunyai hak untuk melakukan
pengelola.Seandainya kerugian itu pengawasan.12
diakibatkan karena kecurangan atau Menurut istilah, mudharabah
kelalaian pengelola, maka pengelola harus dikemukakan oleh para ulama sebagai
bertanggung jawab atas kerugian tersebut. berikut:
Secara lebih spesifik, pengertian
a. Menurut para fuqaha, mudharabah
mudharabah dapat diperinci sebagai
ialah akad antara dua pihak (orang)
berikut:
saling menanggung, salah satu pihak
a. Mudharabah adalah akad kerja menyerahkan hartanya kepada pihak
sama antara pemilik dana (shahibul lain untuk diperdagangkan dengan
mal), yang menyediakan seluruh bagian yang telah ditentukan dari
kebutuhan modal, dan pihak keuntungan, seperti setengah atau
pengelola usaha (mudharib) untuk sepertiga dengan syarat-syarat yang
melakukan suatu kegiatan usaha telah ditentukan.13
bersama. Keuntungan yang b. Menurut Hanafiyah, mudharabah
diperoleh dibagi menurut adalah memandang tujuan dua pihak
perbandingan (nisbah) yang yang berakad yang berserikat dalam
disepakati.10 keuntungan (laba), karena harta
b. Dalam hal terjadi kerugian, maka diserahkan kepada yang lain dan
ditanggung oleh pemilik modal yang lain punya jasa mengelola
selama bukan akibat kelalaian harta itu. Maka mudharabah ialah:
akad syirkah dalam laba, satu
9
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh 11
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh
Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h.
Muamalah…, h. 224
224 12
10 Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal,
Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal,
Islamic Financial Manajement…, h. 124
Islamic Financial Manajement, (Jakarta: Raja 13
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta:
Grafindo Persada, 2008), h. 123 Raja Grafindo Persada, 2010), h. 136

72
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

pemilik harta dan yang lain pemilik h. Sayyid Sabiq berpendapat,


jasa. mudharabah ialah akad antara dua
c. Malikiyah berpendapat bahwa belah pihak untuk salah satu pihak
mudharabah ialah: ”Akad mengeluarkan sejumlah uang untuk
perwakilan, dimana pemilik harta diperdagangkan dengan syarat
mengeluarkan hartanya kepada yang keuntungan dibagi dua sesuai
lain untuk diperdagangkan dengan dengan perjanjian.
pembayaran yang ditentukan (emas i. Menurut Imam Taqiyuddin,
dan perak)”. mudharabah ialah akad keuangan
d. Imam Hanabilah berpendapat bahwa untuk dikelola dikerjakan dengan
mudharabah ialah:” Ibarat pemilik perdagangan.15
harta menyerahkan hartanya dengan Mudharabah dalam terminologi
ukuran tertentu kepada orang yang hukum adalah kontrak dimana harta tertentu
berdagang dengan bagian dari atau stok (Ras al-Mal) diberikan oleh
keuntungan yang diketahui”.14 pemilik (Rabb al-Mal) kepada kelompok
e. Ulama Syafi’iyah berpendapat lain untuk membentuk kerja sama bagi
bahwa mudharabah ialah:” Akad hasil dimana kedua kelompok tadi akan
yang menentukan seseorang berbagi hasil keuntungan. Kelompok lain
menyerahkan hartanya kepada yang berhak terhadap keuntungan sebagai upah
lain untuk ditijarahkan”. kerja karena mengelola harta (mudharib).
f. Syaikh Syihab al-Din al-Qalyubi Kontrak ini adalah kerja sama bagi hasil.16
dan Umairah berpendapat bahwa Dari pengertian di atas dapat
mudharabah ialah: “ seseorang dipahami bahwa kerja sama ini adalah
menyerahkan harta kepada yang lain antara modal di satu pihak dan tenaga di
untuk ditijarahkan dan keuntungan pihak lain. Pekerjaan dalam hal ini bukan
bersama-sama”. orang yang upahan tetapi adalah mitra kerja
g. Al-Bakri Ibn al-Arif Billah al- karena yang diterimanya itu bukan jumlah
Sayyid Muhammad Syata tertentu dan pasti sebagaimana yang
berpendapat bahwa mudharabah
ialah:”Seseorang memberikan
masalahnya kepada yang lain dan di 15
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah…, h. 138
dalamnya diterima penggantian”. 16
Rahman, Penjelasan Lengkap Hukum-
Hukum Allah (Syariah), (Jakarta: Raja Grafindo
14
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah…, h. 137 Persada, 2002), h. 467

73
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

berlaku dalam upah-mengupah, tetapi bagi ‫يآأَ ُّي َهب انَّ ِريٍَْ آ َيُُ ْىا َلَحَؤْ ُكهُ ْىا أَ ْي َىانَ ُك ْى‬
ً‫بَ ْيَُ ُك ْى بِب ْنبَب ِط ِم اَِلَّ أٌَْ حَ ُك ْىٌَ حِ َجب َزة‬
17
hasil dari apa yang diperoleh dalam usaha.

B. Dasar hukum Mudharabah ‫ض ِي ُْ ُكى‬


ٍ ‫عٍَْ حَ َسا‬
a. Al- Quran Artinya:“Hai orang yang beriman!

Melakukan mudharabah adalah Janganlah kalian saling memakan

boleh (mubah).Berdasarkan firman Allah (mengambil) harta sesamamu dengan jalan

Swt yang terdapat dalam surat Al-Jumu’ah yang batil, kecuali dengan jalan

ayat 10 yang berbunyi: perniagaan yang berlaku dengan sukarela


di antaramu…”.20
‫ش ُسوا فِي‬ ِ َ‫ص ََلةُ فَب َْخ‬
َّ ‫ج ان‬
ِ َ‫ضي‬ِ ُ‫فَب ِ َذا ق‬
َّ ‫َّللا َو ْاذ ُك ُسوا‬
َ‫َّللا‬ ِ َّ ‫ض ِم‬ ْ َ‫ض َوا ْبخَغُىا ِيٍْ ف‬ ِ ‫ْاْلَ ْز‬ Firman Allah QS.al-Baqarahayat

ٌ‫َكثِي ًسا نَ َعهَّ ُك ْى حُ ْفهِ ُحى‬ 283:

Artinya: “Apabila telah ditunaikan ْ ‫ضب فَ ْهيُ َئ ِّد انَّ ِري‬


ًٍَِ ُ‫اإح‬ ُ ‫فَبٌِْ أَ ِيٍَ بَ ْع‬..
ً ‫ض ُك ْى بَ ْع‬
shalat, maka bertebaranlah kamu di muka …َُّّ‫ق َّللاَ َزب‬ ِ َّ‫ َو ْنيَخ‬،َُّ‫أَ َيبََخ‬
bumi dan carilah karunia Allah dan
Artinya:“…Maka, jika sebagian
ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
kamu mempercayai sebagian yang lain,
beruntung”. 18
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
Dalam surat Al- Muzzammil ayat 20: amanatnya dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya…”.21

ِ ‫ض ِسبُىٌَ فِي ْاْلَ ْز‬


ٍْ‫ض يَ ْبخَغُىٌَ ِي‬ ْ َ‫وا َخ ُسوٌَ ي‬ Dari ayat-ayat al-Quran di atas
‫َّللا‬ ْ َ‫ف‬
َّ ‫ض ِم‬ jelaslah bahwa mudharabah merupakan
Artinya:“Dan dari orang- akad yang dibolehkan.Mudharabah
orangyang berjalan di muka bumi mencari merupakan salah satu cara bekerja sama
sebagian karunia Allah”.19 mencari rezeki yang ditebarkan Allah SWT
di atas bumi.
Firman Allah QS. An-Nisa’ ayat 29:

b. Hadis
17
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar
Fiqh,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2010),
h.244
18
Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, 20
Departemen Agama RI, Al-Quran dan
Islamic Financial Manajement…, h.123
19
Terjemahannya ..., h. 65
Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam 21
Departemen Agama RI, Al-Quran dan
Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), h.120 Terjemahannya ..., h. 38

74
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

Dalam sebuah hadis yang mudharabah: jangan engkau gunakan


diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Shuhaib modal-ku pada barang yang berjiwa dan
r.a bahwasanya Rasulullah Saw telah jangan taruh diaa di laut dan jangan
bersabda: engkau bawa dia ke tengah perjalanan air
bah; jika engkau berbuat sesuatu dari yang
ِّ ِ‫صهًَّ َّللاُ َعهَ ْي ِّ َوآن‬ َ ‫عٍ صهيب أٌََّ انَُّبِ َّي‬ demikian, maka engkau tanggung modal-
ًَ‫ اَ ْن َب ْي ُع اِن‬:ُ‫د فِ ْي ِهٍَّ ا ْنبَ َس َكت‬ٌ َ‫ ثََل‬:‫سهَّ َى قَب َل‬
َ ‫َو‬ ku”. ( HR. Daraquthni dan rawi-rawinya
َّ ‫ َو َخ ْهظُ ا ْنبُ ِّس بِبن‬،ُ‫ضت‬
‫ش ِع ْي ِس‬ َ ‫ َوا ْن ًُقَب َز‬،‫أَ َج ٍم‬ tsiqat).23
ٍ‫ج َلَ نِ ْهبَ ْي ِع (زواِ ابٍ يبجّ ع‬ ِ ‫نِ ْهبَ ْي‬
)‫صهيب‬ Hadis di atas menjelaskan bahwa
kebolehan dalam melakukan transaksi
Artinya:”Dari Shuhaib,
mudharabah. Hadis ini menunjukkan
bahwasanya Nabi saw telah bersabda: Ada
praktik pembiayaan mudharabah, karena
tiga perkara yang diberkati: jual beli yang
pemilik modal sebagai penyedia dana yang
ditangguhkan, memberi modal, dan
memeberikan beberapa persyaratan bagi
mencampur gandum dengan jelai untuk
pemelihara dalam mengelola dana yang
keluarga, bukan untuk dijual”. (HR. Ibnu
diberikan. Dengan demikian, mengandung
Majah dari Shuhaib).22
pengertian bahwa pemilik modal berhak
Hadis di atas menjelaskan bahwa memeberikan batasan terhadap pengelolaan
akad mudharabah dibolehkan dalam syariat modal yang diberikan kepada pengelola.
Islam dan akan membawa keberkahan dari
c. Ijma’
Allah Swt.
Diriwayatkan, sejumlah sahabat
ًَ‫شخَ ِسطُ َعه‬ ْ َ‫يى ْب ٍِ ِح َز ٍاو( أَََُّّ َكبٌَ ي‬ ِ ‫َوعٍَْ َح ِك‬ menyerahkan (kepada orang, mudharib)
‫ أٌَْ ََل ح َْج َع َم‬:ً‫ضت‬ َ ‫اَن َّس ُج ِم اِ َذا أَ ْعطَبُِ َي ًبَل ُيقَب َز‬ harta anak yatim sebagai mudharabah dan
,‫ َو ََل ح َْح ًِهَُّ فِي بَ ْح ٍس‬,‫طبَ ٍت‬ ْ ‫َيبنِي فِي َكبِ ٍد َز‬
tak ada seorang pun mengingkari mereka.
َ َ‫ فَبٌِْ فَ َع ْهج‬,‫سي ٍم‬
‫ش ْيئًب‬ ِ ‫ط ٍِ َي‬ْ َ‫َو ََل حَ ُْ ِز َل ِب ِّ فِي ب‬
Karenanya, hal itu dipandang sebagai
‫طُِ ُّي‬ْ ُ‫ض ًِ ُْجَ َيبنِي) َز َواُِ اَندَّا َزق‬ َ ‫ِيٍْ َذنِ َك فَقَ َد‬ ijma’.24
Artinya:“Dari hakim Bin Hizam,
d. Qiyas
bahwasanya adalah ia mensyaratkan atas
seseorang apabila ia beri modal sebagai
23
Al-Asqalani, Al- Hafiz Ibn Hajar, Bulughul
22
Al-Asqalani, Al- Hafiz Ibn Hajar, Bulughul araam…, h. 470
24
araam, Terjemahan, A. Hassan, (Bandung: CV Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh
Diponegoro, 1991), h 469 Muamalah…, h.226

75
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

Mudharabah diqiyaskan kepada ‫بحتُ اَِلَّ أٌَْ يَ ُد َّل‬ ِ َ‫ص ُم فًِ ا ْن ًُ َعب َيَل‬
َ َ‫ث ْا ِْلب‬ ْ َ‫اَْل‬
musyaqah (menyuruh seseorang untuk .‫َدنِ ْي ٌم َعهًَ ح َْح ِس ْي ًِ َهب‬
mengelola kebun).Selain di antara manusia,
ada yang miskin dan ada pula yang “Pada dasarnya, semua bentuk

kaya.Disatu sisi, banyak orang kaya yang muamalah boleh dilakukan kecuali ada

tidak dapat mengusahakan hartanya. Di sisi dalil yang mengharamkannya.”27

lain, tidak sedikit orang miskin yang mau


Adapun hikmah dibolehkannya
bekerja, tetapi tidak memiliki modal.
muamalah dalam bentuk mudharabah itu
Dengan demikian, adanya mudharabah
adalah memberikan kemudahan bagi
ditujukan antara lain untuk memenuhi
pergaulan manusia dalam kehidupan dan
kebutuhan kedua golongan di atas, yakni
keuntungan timbal balik tanpa ada pihak
untuk kemaslahatan manusia dalam rangka
yang dirugikan. Dalam kehidupan sehari-
25
memenuhi kebutuhan mereka.
hari terdapat orang yang punya modal dan
tidak pandai berniaga; sedangkan di pihak
e. Ijtihad
Para ulama beralasan, bahwa lain ditemukan orang yang mampu berniaga
praktik mudharabah dilakukan sebagian tetapi tidak memiliki modal. Dengan cara
sahabat, sedangkan sahabat lain tidak ini kedua pihak mendapatkan keuntungan
membantah. Bahkan, harta yang dilakukan secara timbal balik.28
secara mudharabah itu di zaman mereka
Hakikat dari muamalah dalam
kebanyakan adalah harta anak yatim.Oleh
mudharabah itu adalah bahwa dari segi
sebab itu, berdasarkan ayat, hadis, dan
modal yang diserahkan itu ia adalah titipan
praktik para sahabat, para Ulama Fiqh
yang mesti dijaga oleh pengusaha. Dari segi
menetapkan, bahwa akad mudharabah bila
kerja, pengusaha berkedudukan sebagai
telah memenuhi rukun dan syaratnya,
wakil dari pemilik modal, maka berlaku
hukumnya boleh.26
padanya ketentuan tentang diperoleh, ia
f. Kaidah fiqh adalah harta serikat antara pemilik modal
dengan pengusaha.29

27
Ichwan Sam, et al., Himpunan Fatwa
25
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah: Untuk Keuangan Syariah ..., h. 80
28
UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum, (Bandung: Pustaka Syarifuddin,Amir, Garis-Garis Besar Fiqh...,
Setia, 2001), h.226 h. 245
26 29
Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam Syarifuddin,Amir, Garis-Garis Besar Fiqh...,
Di Indonesia…, h. 121 h. 246

76
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

C. Rukun dan Syarat Mudharabah yang diperlukan dalam


Menurut ulama Syafi’iyah, rukun- pengelolaan kontrak.
rukun mudharabah ada enam, yaitu: 2) Tindakan yang berhak dilakukan
mudharib berdasarkan kekuasaan
1. Pemilik modal (baik berupa uang atau
perwakilan secara umum, yaitu
barang) yang menyerahkan
tindakan yang tidak ada
modalnya;
hubungannya dengan aktivitas
2. Orang yang bekerja, yaitu orang
utama tapi membantu
yang mengelola modal yang
melancarkan jalannya usaha.
diterima dari pemilik modal;
3) Tindakan yang berhak dilakukan
3. Akad mudharabah, dilakukan oleh
mudharib tanpa izin eksplisit dari
pemilik dengan pengelola modal;
penyedia dana, misalnya
4. Maal, yaitu harta pokok atau modal;
meminjam atau menggunakan
5. Amal, yaitu pekerjaan pengelolaan
dana untuk keperluan pribadi.31
harta sehingga menghasilkan laba;
d. Tindakan yang dilakukan shahibul
6. Nisbah bagi hasil.30
maldalam mudharabah antara lain
Terdapat rukun dan syarat-syarat
adalah tindakan yang berhubungan
yang harus dipenuhi dalam melakukan akad
dengan pengambilan kebijakan
mudharabah, yaitu sebagai berikut:
teknis operasional, seperti membeli
1. Pemodal dan pengelola
dan menjual.32
a. Pemodal dan pengelola harus
2. Sighat atau ijab dan qabul
mampu melakukan transaksi dan sah
Sighat harus diucapkan oleh kedua
secara hukum.
belah pihak untuk menunjukkan
b. Keduanya harus mampu sebagai
kemauan mereka, dan terdapat kejelasan
wakil dan kafil dari masing-masing
tujuan mereka dalam melakukan sebuah
pihak.
kontrak.33 Pelafalan dilakukan dengan
c. Ada tiga kategori tindakan bagi
cara yang dapat mengindikasikan ke arah
mudharib, yaitu sebagai berikut:
1) Tindakan yang berhak dilakukan
mudharib berdasarkan kontrak,
31
yaitu menyangkut seluruh Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam
Di Indonesia…, h. 122
32
pekerjaan utama dan sekunder Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal,
Islamic Financial Manajement…, h.127
33
Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh
30
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah…, h. 138 Muamalah…, h. 228

77
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

terlaksananya perjanjian, baik berupa b. Bagian keuntungan proporsional bagi


34
ucapan atau tindakan. setiap pihak harus diketahui dan
dinyatakan pada waktu kontrak
3. Modal
disepakati dan harus dalam bentuk
a. Harus diketahui jumlah dan jenisnya Persentasi (nisbah) dari keuntungan
(yaitu, mata uang) sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah
b. Harus tunai.Beberapa ulama harus berdasarkan kesepakatan.36
memperbolehkan modal c. Bila jangka waktu mudharabah relatif
mudharabahberbentuk aset lama (3 tahun keatas), maka nisbah
perdagangan, misalnya inventaris. keuntungan dapat disepakati untuk
Pada waktu akad, nilai aset tersebut ditinjau dari waktu ke waktu.
serta biaya yang telah terkandung di d. Penyedia dana atau pemilik modal
dalamnya(histirical cost) harus menanggung semua kerugian akibat
dianggap sebagai modal mudharabah. dari mudharabah, dan pengelola tidak
Mazhab Hambali membolehkan boleh menanggung kerugian apapun
penyediaan aset-aset nonmoneter kecuali diakibatkan dari kesalahan
seperti pesawat, kapal dan lain-lain disengaja, kelalaian, atau pelanggaran
untuk modal mudharabah.Pengelola kesepakatan.37
memanfaatkan aset-aset ini dalam e. Kedua belah pihak juga harus
suatu usaha dan berbagi hasil dari menyepakati biaya-biaya apa saja
usahanya dengan penyedia aset dan yang ditanggung oleh pemodal dan
pada akhir masa kontrak pengelola biaya-biaya apa saja yang ditanggung
harus mengembalikan aset-aset oleh pengelola. Kesepakatan ini
35
tersebut. penting, karena biaya akan
4. Nisbah keuntungan mempengaruhi nilai keuntungan. 38

a. Harus dibagi untuk kedua pihak. f. Untuk pengakuan keuntungan harus


Salah satu pihak tidak diperkenankan ditentukan suatu waktu untuk menilai
mengambil seluruh keuntungan tanpa keuntungan yang dicapai dalam suatu
membagi pada pihak yang lain. mudharabah. Menurut Fiqh Islam

36
Nurul Huda, Mohamad Haekal, Lembaga
Keuangan Islam…, h.76
34 37
Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Nurul Huda, Mohamad Haekal, Lembaga
Islam, (Surakarata: Erlangga, 2012), h. 106 Keuangan Islam..., h. 76
35 38
Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal, Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam
Islamic Financial Manajement…, h. 128 Di Indonesia…, h.123

78
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

OKI, keuntungan dapat dibayarkan


ketika diakui, dan dimiliki dengan D. Macam-Macam Mudharabah
pernyataan atau revaluasi dan hanya Dalam praktiknya mudharabah
dapat dibayarkan pada waktu terbagi menjadi dua macam yaitu:
dibagikan.
1. Mudharabah muthlaqah adalah pemilik
g. Menurut Mazhab Hanafi dan sebagian
dana (shahibul mal) memberikan
Mazhab Syafi’i, keuntungan harus
keluasan penuh kepada pengelola
diakui seandainyankeuntungan usaha
(mudharib) dalam menentukan jenis
sudah diperoleh (walaupun belum
usaha maupun pola pengelolaan yang
dibagikan). Sedangkan, Mazhab
dianggapnya baik dan menguntungkan
Maliki dan sebagian Mazhab Hambali
sepanjang tidak bertentangan dengan
menyebut, bahwa keuntungan hanya
ketentuan syariah.
dapat diakui ketika dibagi secara
2. Mudharabah muqayyad adalah pemilik
tunai kepada kedua pihak.
dana memberikan batasan-batasan
h. Pembagian keuntungan umumnya
tertentu kepada peneglola usaha dengan
dilakukan dengan mengembalikan
menetapkan jenis usaha yang harus
lebih dahulu modal yang ditanamkan
dikelola, jangka waktu pengelolaa,
oleh shahibul mal, namun
lokasi usaha, dan sebagainya.40
kebanyakan ulama menyetujui bila
kedua pihak sepakat membagi
E. Hal Yang Membatalkan Mudharabah
keuntungan tanpa mengembalikan
Mudharabah menjadi batal apabila
modal. Hal ini berlaku sepanjang
ada perkara-perkara sebagai berikut:
kerja sama masih berlangsung. Para
ulama berbeda pendapat tentang 1. Tidak terpenuhinya salah satu atau
keabsahan menahan untung. Bila beberapa syarat mudharabah. Jika salah
keuntungan telah dibagikan, setelah satu syarat mudharabah tidak terpenuhi,
itu usaha mengalami kerugian, sedangkan modal sudah dipegang oleh si
sebagian ulama berpendapat, bahwa pengelola dan sudah diperdagangkan,
pengelola akan diminta menutupi maka pengelola mendapatkan sebagian
kerugian tersebut dari keuntungan keuntungannya sebagai upah, karena
yang telah dibagikan kepadanya.39 tindakannya atas izin pemilik modal dan

39 40
Gemala Dewi, dkk, Hukum Perikatan Islam Veithzal Rivai, Andria Permata Veithzal,
Di Indonesia…, h.124 Islamic Financial Manajement…, h. 126

79
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

ia melakukan tugas berhak menerima 4. Salah satu pelaku akad menjadi gila.
upah. Jika terdapat keuntungan, maka Mudharabah batal menurut ulama selain
keuntungan tersebut untuk pemilik Syafi’iyah dengan gilanya salah satu
modal. Jika ada kerugian, kerugian pelaku akad, jika gilanya itu permanen,
tersebutt menjadi tanggung jawab karena gila membatalkan sifat ahliyah
pemilik modal karena pengelola adalah (kelayalan/ kemampuan).42
sebagai buruh yang hanya berhak 5. Murtadnya pemilik modal. Jika pemilik
menerima upah dan tidak bertanggung modal murtad dari agama Islam atau
jawab sesuatu apapun, kecuali atas terbunuh dalam keadaan murtad, atau
kelalaiannya. bergabung dengan musuh serta telah
2. Pengelola dengan sengaja meninggalkan diputuskan oleh hakim atas
tugasnya sebagai pengelola modal atau pembelotannya, menurut Imam Abu
pengelola modal berbuat sesuatu yang Hanifah, hal itu membatalkan
bertentenagn dengan tujuan akad. Dalam mudharabah sebab bergabung dengan
keadaan seperti ini pengelola modal musuh sama saja dengan mati. Hal itu
bertanggung jawab jika terjadi kerugian menghilangkan keahlian dalam
karena dialah penyebab kerugian. kepemilikan harta, dengan dalil bahwa
3. Apabila pemilik modal meninggal dunia, harta orang murtad dibagikan di antara
mudharabah menjadi fasakh (batal). Bila para ahli warisnya.43
mudharabah telah fasakh pengelola
modal tidak berhak mengelola modal F. Ketentuan Nisbah Bagi Hasil pada
mudharabah lagi. Jika pengelola Mudharabah
bertindak menggunakan modal tersebut, Nisbah adalah : 1) Rasio atau
sedangkan ia mengetahui bahwa pemilik perbandingan; Rasio pembagian
modal telah meninggal dunia dan tanpa keuntungan (bagi hasil) antara shahibul mal
izin para ahli warisnya, maka perbuatan dan mudharib.2) Angka yang menunjukkan
seperti ini dianggap sebagai ghasab. Ia perbandingan antara satu nilai dan nilai
wajib menjaminkan lainnya secara nisbi , yang bukan
(mengembalikannya), kemudian jika perbandingan antara dua pos dalam laporan
modal itu menguntungkan, keuangan dan dapat digunakan untuk
41
keuntungannya dibagi dua. menilai kondisi perusahaan; sin. Rasio

41 42
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam, (Jakarta: Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam…, h. 512
43
Gema Insani, 2011), h.512 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah…, h. 238

80
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

(ratio). Nisbah bagi hasil merupakan pihak ketiganya ; Rasio penyaluran dan
presentase keuntungan yang akan diperoleh penghimpunan dana.
shahibul mal dan mudharib yang ditentukan c. Nisbah fi ihtiyathi naqdi adalah rasio
berdasarkan kesepakatan antara keduanya. cadangan tunai (cash ratio); bagian dari
Jika usaha tersebut merugi akibat resiko total aktiva bank komersial yang di tahan
bisnis, bukan akibat kelalaian mudharib, dalam bentuk aktiva yang mempunyai
maka pembagian kerugiannya berdasarkan likuiditas tinggi untuk menghadapi
porsi modal yang disetor oleh masing- penarikan uang oleh nasabah dan
masing pihak. Karena seluruh modal yang kewajiban keuangan lainnya.
ditanam dalam usaha mudharib milik d. Nisbah jariyah adalah rasio lancar (quick
shahibul mal, maka kerugiannya dari usaha ratio), perbandingan antara aktiva lancar
tersebut ditanggung sepenuhnya oleh dan kewajiban jangka pendek.
shahibul mal.Oleh karena itu, nisbah bagi e. Nisbah jumlah modal adalah rasio
hasil disebut juga dengan nisbah jumlah modal (total capita/ ratio)
keuntungan. 18 f. Nisbah kas adalah rasio kas (cash ratio)
g. Nisbah laba bersih terhadap modal
G. Macam-macam nisbah
bersih adalah nisbah untuk menilai
Nisbah bagi hasil dapat dibedakan
resiko kredit, yaitu kemampuan bisnis
dengan sebutan-sebutan sebagai berikut:
(kegiatan usaha ) untuk menghasilkan
a. Nisbah aktiva tetap terhadap modal laba dalam satu periode (rate of net
bersih adalah nisbah ini digunakan profits to net worth)
untuk menentukan tingkat investasi h. Nisbah laba terhadap aktiva (ROA)
dalam aktiva tetap dengan modal yang adalah laba bersih dibagi total aktiva;
dimiliki oleh pemilik usaha bisnis, dalam ROA merupakan rasio atau nisbah utama
ketentuan bidang perbankan nisbah untuk mengukur kemampuan dan
aktiva.18 Muhammad, Teknik ,h.99 . 20 efisiensi aktiva dalam menghasilkan laba
tetap terhadap modal bersih tidak boleh (profitabilitas) (return on ossets/ ROAi)
melebihi 50% (ratio of fixed asets to net Nisbah laba terhadap modal adalah laba
worth). bersih dibagi modal sendiri merupakan
b. Nisbah at-tamwil wa al-wada’i adalah rasio atau nisbah profitabilitas yang
financing to deposit Ratio (FDR). Rasio mengukur tingkat kemampuan modal
pembiayaan bank syariah dengan dana dalam menghasilkan laba bersih (return
on equity/ ROE) 21

81
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

i. Nisbah likuiditas adalah nisbah yang n. Nisbah si’ri al sahmi ila al ribhi adalah
mengukur kemampuan bank, rasio pendapatan terhadap harga suatu
perusahaan, atau peminjam untuk saham (price earning ratio-PER)
memenuhi kewajiban jangka pendek o. Nisbah utang terhadap modal bersih
yang jatuh tempo; nisbah ini dihitung adalah nisbah ini digunakan untuk
dengan membagi aktiva lancar dengan menetapkan proporsi utang terhadap
utang lancar (liquidity ratio) modal bersih yang digunakan dalam
j. Nisbah modal primer terhadap asset kegiatan usaha (ratio of debt to
adalah modal inti dibagi rata-rata total networth)44.
aset (primary capitol toasetsratio) Karakteristik Nisbah Bagi Hasil
k. Nisbah modal sesuaian adalah rasio Menurut Karim (2004), terdapat lima
modal yang telah disesuaikan terhadap karakteristik nisbah bagi hasil yang terdiri
total aset, rasio ini digunakan dalam dari: a) Presentase Nisbah bagi hasil harus
perhitungan kecukupan modal; dinyatakan dalam persentase (%), bukan
perhitungan modal bank dilakukan dalam nominal uang tertentu (Rp). b)Bagi
dengan memperhitungkan cadangan untung dan bagi rugi Pembagian
kerugian kredit macet, cadangan keuntungan berdasarkan nisbah yang telah
kerugian/ keuntungan surat berharga disepakati, sedangkan pembagian kerugian
dikurangi dengan kredit yang berdasarkan porsi modal masing -masing
diklasifikasikan macet (adjusted capital pihak. c) Jaminan-Jaminan yang akan
ratio) diminta terkait dengan charachter risk yang
l. Nisbah modal terhadap resiko asset dimiliki oleh mudharib karena jika kerugian
adalah jumlah modal dibagi rata - rata diakibatkan oleh keburukan karakter
total aset nilai setiap aset tersebut mudharib, maka yang menanggungnya
didasarkan pada bobot resikonya (capital adalah mudharib. Akan tetapi, jika kerugian
to risk asets ratio) diakibatkan oleh business risk, maka
m. Nisbah perputaran adalah nisbah yang shahibul mal tidak diperbolehkan untuk
menunjukkan tingkat kecepatan konversi meminta jaminan pada mudharib. d)
piutang menjadi kas atau lamanya Besaran nisbah Angka besaran nisbah bagi
perputaran aset menjadi kas (turnover hasil muncul sebagai hasil tawar menawar
ratio) yang dilandasi oleh kata sepakat dari pihak
shahibul mal dan mudharib. e) Cara

44
Muhammad, Teknik, h.100-101
82
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

menyelesaikan kerugian Kerugian akan yang hokum - hukumnya ditetapkan oleh


ditanggung dari keuntungan terlebih dahulu fuqaha Islam.
karena keuntungan adalah pelindung modal. Ar-Ramli dalam kitab, “Nihayatul
Jika kerugi an melebihi keuntungan, maka Muhtaj”, menyebutkan, apabila pihak
akan diambil dari pokok modal.45 pemilik modal menarik sebagian modal
Teori Penetapan Nisbah Bagi Hasil qiradh (mudharabah) sebelum tampak
Wahbah Zuhaili Hasil investasi pada bank - untung ruginya, brarti yang berstatus
bank Islam tertentukan dengan cara seperti sebagai modal mudharabah adalah sisanya.
yang berlaku dalam perusahaan - Karena modal yang disisakan di tangan
perusahaan dengan modal bersama mudharib oleh pemilik modal hanya itu
(syarikah musahamah) dalam jangka berarti sama saja seakan-akan pihak pemilik
periode tertentu, yaitu tahun buku, karena modal hanya menyerahkan modal sebanyak
mempertimbangkan bahwa karakteristik itu saja.24 Hasil investasi bisa diketahui
mudharabah musytarakah adalah terus dengan cara mengalikan dana investasi
berkesinambungan secara kontinyu. yang ada dengan jangka waktu dimana dana
Berdasarkan hal ini, keuntungan itu tetap terinvestasikan dan hasilnya adalah
investasi yang dilaporkan pada setiap akhir yang biasa dikenal dengan sistem an-namr
tahun buku tidak tertetapkan kecuali hanya atau al a’daad pada aktivitas perbankan
untuk dana yang tetap ada dari awal tahun yang menerapkan sistem riba, yaitu
sampai akhir tahun. Oleh sebab itu, apabila mengalikan saldo harian dengan jumlah
pihak investor (penanam modal, nasabah) hari di mana saldo itu masih ada. Angka
pada mudharabah musytarakah menarik hasil penjumlahan itulah kadar bunga untuk
dananya secara keseluruhan atau satu hari. Dengan catatan bahwa
sebagiannya sebelum akhir tahun buku keuntungan didapatkan dengan harta
dimana belum ada laporan keuntungan, (dana), atau dengan kerja sesuai dengan
maka dana yang ditarik itu tidak kesepakatan yang ada, atau dengan
mendapatkan porsi atau bagian dari tanggungan kerja seperti yang ada pada
keuntungan yang baru akan dihitung, perkongsian kerja (syarikah al a’mal), dan
dilaporkan, selanjutnya dilakukan proses pendendaan pelaku peng-ghasaban. Karena
distribusi pembagian, pada akhir tahun keuntungan adalah sebagai perbandingan
buku. Hal ini memiliki padanan yang kerugian, dalam arti keuntungan sesuatu
diberlakukan dalam mudharabah khusus adalah untuk orang yang menanggung

45
kerugian sesuatu tersebut. Oleh sebab itu,
Muhammad, Teknik, h. 102
83
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

ketika syariik (mitra, partner) adalah yang yang dirumuskan oleh pihak bank yang
menanggung kerugian ketika terjadi bersangkutan dan dipublikasikan kepada
kerugian karena suatu hal, jika ada para nasabah. Secara prinsip, hal ini bisa
keuntungan, maka semua keuntungan itu diterima jika memang nyata - nyata ada
adalah untuknya. Jika terjadi kerugian, keuntungan yang didapatkan secara riil
dirinyalah yang menanggungnya. Jika ada seperti yang akan dijelaskan di bagian
keuntungan, keuntungan itu pula menjadi mendatang. Dr. Ahmad An-Najjar
haknya seluruhnya. Karena investasi non menambahkan, dalam kasus-kasus adanya
riba adalah investasi produksi yang perubahan jumlah dana salah seorang
berpatokan pada keuntungan riil yang tidak investor di dalam waktu satu tahun, karena
bisa tercapai dengan akselerasi kecepatan terjadi penambahan atau penarikan, maka
yang biasa digunakan dalam investasi perhitungan an-Nimr dilakukan atas dasar
perbankan untuk melakukan perhitungan saldo dana investasi setelah terjadinya
bunga, maka formula penghitungan setiap perubahan, yaitu antara tanggal
perbankan ya ng dipraktikkan oleh bank- perubahan dan tanggal penghentian
bank I slam adalah dengan menggunakan investasi atau akhir tahun buku mana yang
patokan periode bulan, bukan hari. Oleh lebih dekat. Ada cara lain, yaitu mengambil
sebab itu, orang yang menyerahkan dana perbedaan antara nimr dana yang
sebesar seribu dinar misalnya untuk ditambahkan dan nimr dana yang ditarik
investasi tahunan, tentu tidak sama dengan terhitung dari tanggal penambahan dan
orang yang menyerahkan dana dengan tanggal penariakan sampai tanggal
jumlah 25 yang sama pada pertengahan penghentian investasi atau sampai akhir
tahun, yakni investasi selama waktu enam tahun buku mana yang lebih dekat. Kedua
bulan saja. Sehingga hasil investasi tahunan cara ini akan sampai kepada hasil nimr
lebih banyak dengan persentase 9% yang sama.46
misalnya, sedangkan hasil invetasi setengah Islam sebagai agama yang lengkap
tahun saja pada investasi tahunan, dan sempurna telah meletakkan kaedah-
presentase hasil investasinya adalah kaedah dasar dan aturan dalam semua sisi
separuh dari presentase hasil investasi kehidupan manusia baik dalam ibadah dan
tahunan. Dari Ahmad An-Najjar juga hubungan antar makhluk. Begitu pula
Menyebutkan, satuan periode ada kalanya saat seseorang membutuhkan pertolongan,
menggunakan hitungan hari, minggu, atau
46
bulan sesuai dengan ketentuan dan aturan Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam wa Adillatuhu,
jilid VII, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 113-114.

84
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

untuk saling menutupi kebutuhan dan saling zalim dan permusuhan baik sendiri maupun
tolong menolong diantara mereka, maka berjamaah.48
Islam telah memberikan kaidah-kaidahnya.
Pernyataan akad mudharabah
Salah satunya dalam mudharabah (bagi
antara kedua belah pihak memiliki syarat-
hasil), Islam mensyariatkan dan
syarat, yaitu: Pertama,harus jelas
memperbolehkan kegiatan tersebut untuk
menunjukkan maksud untuk melakukan
memberi keringanan kepada manusia dalam
kegiatan mudharabah. Kedua, harus
memenuhi kebutuhan hidupnya. Firman
bertemu, artinya penawaran pihak pertama
Allah SWT dalam Al-Quran surat Al-
sampai dan diketahui oleh pihak kedua. Ijab
Maidah ayat 2 sebagai berikut:
yang diucapkan pihak pertama harus
... ‫َوحَ َعب َوَُىا َع َهً ا ْنبِ ِّس‬
diterima dan disetujui oleh pihak kedua
ٌ‫اْل ْث ِى َوا ْن ُع ْد َوا‬
ِ ْ ًَ‫… َوانخَّ ْق َى ٰي ۖ َو ََل حَ َعب َوَُىا َعه‬
sebagai ungkapan kesediaan kerja sama.
Artinya: “Dan tolong menolonglah Ketiga,harus sesuai maksud pihak pertama,
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan cocok dengan keinginan pihak kedua.49
taqwa dan jangan tolong menolong dalam
Keuntungan dalam mudharabah
berbuat dan pelanggaran”.47
adalah jumlah yang didapat sebagai
Ayat di atas menjadi prinsip dasar kelebihan dari modal. Pertama, Keutungan
bagi manusia dalam menjalankan fungsinya harus diperuntukkan bagi kedua belah pihak
sebagai makhluk sosial sehingga dan tidak boleh disyaratkan hanya untuk
mendorong mereka untuk bekerja sama satu pihak. Kedua, bagian keuntungan
baik secara formal maupun non formal proporsional bagi setiap pihak harus
untuk saling tolong menolong dalam: diketahui dan dinyatakan pada waktu
kontrak disepakati dan harus dalam bentuk
1. Mengerjakan kebajikan demi kebajikan,
persentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai
kebaikan demi kebaikan;
kesepakatan. Ketiga, penyedia dana atau
2. Kompetisi untuk meningkatkan taqwa.
pemilik modal menanggung semua
Sebaliknya dilarang berkoalisi
kerugian akibat dari mudharabah, dan
untuk melanggar syi’ar-syi’ar Allah SWT,
pengelola tidak boleh menanggung
dilarang kerja sama untuk menciderai orang
kerugian apapun kecuali diakibatkan dari
lain, melakukan penipuan baik sendiri
kesalahan disengaja, kelalaian, atau
maupun berjamaah, berbuat dosa, batil,
48
Ali hasan, Manajemen Bisnis Syariah…, h. 240
47 49
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Veithzal Rivai, H, Islamic Financial
Terjemahannya ..., h.85 Management..., h. 126

85
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

pelanggaran kesepakatan.50 Kerugian sebaliknya, apabila ditetapkan sepihak dan


hendaklah ditutup (diganti) dengan tidak adil maka mudharabahnya fasid.
keuntungan. Kalau masih juga rugi,
Daftar Pustaka
kerugian itu hendakla dipikul oleh yang
punya modal sendiri, berarti yang bekerja Alma,Buchari, Donni Juni Priansa,
Manajemen Bisnis Syariah,
(pemelihara) tidak dituntut mengganti Bandung: Alfabeta, 2009.
kerugian.51
Al-Asqalani, Al- Hafiz Ibn Hajar, Bulughul
maraam, Terjemahan, A.
Pemelihara (mudharib) dalam
Hassan,Bandung: CV Diponegoro,
mudharabah tidak menanggung kerugian 1991.
apapun kecuali diakibatkan dari kesalahan
Amri, Kholifatul,“Pelaksanaan Nisbah
disengaja, kelalaian, atau pelanggaran Bagi Hasil Revenue Sharing Akad
kesepakatan. Ketika terjadi kerugian maka Mudharabah di BPRS Muamalat
Harkat Bengkulu,Skripsi, STAIN
apapun bentuk kerugiannya ditanggung Bengkulu, 2012.
oleh pemilik modal.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan
Kesimpulan Terjemahannya, Bandung: CV
Penerbit Diponegoro, 2006.
Islam mensyariatkan mudharabah
Dewi, Gemala, dkk, Hukum Perikatan
sebagai wadah tolong menolong saling Islam Di Indonesia, Jakarta:
Kencana, 2005.
menguntungkan bagi pemodal dan
pengelola (mashlahah). Mashlahah dapat Djuwaini, Dimyauddin, Pengantar Fiqh
dicapai dalam bermudharabah dengan Muamalah, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2010.
memenuhi prinsip-prinsip yang sudah
ditetapkan oleh syariat Islam, termasuk di Fauzan, Komplikasi Hukum Ekonomi
Syariah, Jakarta: Kencana Prenada
dalamnya tentang prinsip keadilan yang Media Group, 2009.
harus dipedomani dalam menetapkan
Gunawan,Imam, Metode Penelitian
nisbah bagi hasil mudhrabah tersebut.
Kualitatif (Teori dan Praktik),
Penetapan nisbah bagi hasil oleh salah satu Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.
pihak yang bermudharabah tentu saja boleh
Hasan, Ali, Manajemen Bisnis syariah,
jika terpenuhi unsur keadilan di dalamnya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Hakim, Lukman,Prinsip-Prinsip Ekonomi


Islam, Surakarata: Erlangga, 2012.
50
Nurul Huda, Mohamad Haekal, Lembaga
Keuangan Islam..., h. 76
51
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, h. 300

86
Miti Yarmunida: Penetapan Nisbah bagi hasil

Huda,Nurul, Mohamad Haekal, Lembaga Tanzeh, Ahmad,metodologi penelitian


Keuangan Islam, Jakarta: Prenada Praktis , Yogyakarta: Teras, 2011.
Media Group, 2013.
Undang-Undang No. 6 Tahun 1967 pasal
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: 17,http://perpus.stainpamekasan.ac.id/
Kencana Prenada Media Group, 2011. index.phph=swoh_detail, 24
November 2015
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya, Jakarta: Raja Grafindo Utami,Idfi Listia, “Tinjauan Hukum Islam
Persada, 2005. Terhadap Syirkah mudharabah
Ternak Kambing Sistem Nggaduh di
Lubis, Suhrawardi K., Hukum Ekonomi Desa Mekar Jaya Kecamatan Ulu
Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2000. Talo”, Skripsi, Syariah: muamalat,
STAIN Bengkulu, 2012.
Mardani, Ayat-Ayat dan Hadis Ekonomi
Syariah, Jakarta: Raja Grafindo Wati, Meri Ardita “Pelaksanaan Paroan
Persada, 2012. Pemeliharaan Kerbau di Kecamatan
Talang IV Kabupaten Bengkulu
Rahman, Penjelasan Lengkap Hukum- Tengah Menurut konsep
Hukum Allah (Syariah), Jakarta: mudharabah”,Skripsi, Fakultas
Raja Grafindo Persada, 2002. Syariah dan Ekonomi Islam, IAIN
Bengkulu, 2015.
Rivai,Veithzal, Andria Permata Veithzal,
Islamic Financial Manajement, Wahbah, Az-Zuhaili, Fiqih Islam,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, Terjemahan: Abdul Hayyie al-
2008. Kattani, Jakarta: Gema Insani, 2011.

Sam, Ichwan, et al., Himpunan Fatwa Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di
Keuangan Syariah (Dewan Syariah Indonesia, Jakarta: Kencana
Nasional MUI), Jakarta: Erlangga, Prenada Media, 2007.
2014.
Yunus, Mahmud,Kamus Arab Indonesia,
Sugiono, Penelitian Kualitatif, Bandung: Jakarta: Mahmud Yunus
Alfabeta, 2014. Wadzurriyah, 2010.

Suhendi, Hendi,Fiqh Muamalah, Jakarta:


Raja Grafindo Persada, 2010.

Syafei, Rachmat, Fiqh Muamalah: Untuk


UIN, STAIN, PTAIS, dan Umum,
Bandung: Pustaka Setia, 2001.

Syarifuddin, Amir, Garis-Garis Besar Fiqh,


Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2010.

87

Anda mungkin juga menyukai