METHODE PELAKSANAAN
KONSTRUKSI
1
METHODE PELAKSANAAN PADA
PEKERJAAN
JALAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.
3
Bangsa Persia mulai abad ke 6 SM. membuat
jalan sepanjang kurang lebih 1.755 mil lewat
Asia kecil, Asia Barat Daya sampai ke teluk
Persia. Sedangkan Bangsa Romawi selama
abad ke 4 SM dan abad ke 4 M membuat
jalan kurang lebih 50.000 mil di Italia, Spanyol
Inggris bagian Barat Asia kecil dan bagian
Utara Afrika
RAYA
4
Pada abad ke 18 ditemukan bentuk
perkerasan oleh Thomas Telford yaitu Struktur
Telford dan John London Mac Adam berupa
Struktur Macadam, sedangkan perencanaan
geometrik jalan raya baru dikenal pada
tahun 1960.
Struktur perkerasan dengan menggunakan
Campuran Aspal Panas ( Hot Mix ) dikenal
pada tahun 1975 dan perkerasan dengan
Aspal Emulsi pada tahun 1980.
5
Adalah jalur tanah yang diperkuat /
diperkeras dan jalur tanpa perkerasan ,
tergantung volume lalu lintas.
1.3.2 Lalu lintas
Adalah semua benda dan makhluk yang
melewati jalan tersebut, baik kendaraan
bermotor, tidak bermotor, manusia dan
hewan.
Jalan raya sebagai sarana perhubungan,
sehingga lalu lintas harus lancar dan
aman yang memenuhi syarat teknis dan
ekonomi sesuai fungsi, volume dan sifat-
sifat lalu lintas.
6
bangunan pelengkap dan perlengkapannya
yang diperuntukkan bagi lalu lintas.
Jalan Umum : Jalan yang diperuntukkan
bagi lalu lintas umum.
Jalan Khusus : Jalan yang tidak boleh
dipergunakan untuk umum
Jalan Tol : Jalan umum yang
pemakainya diwajibkan membayar
7
b. Jalan Sekunder : melayani lalu lintas
yang cukup tinggi antara kota-kota
penting dan kota-kota yang lebih kecil
serta sekitarnya.
c. Jalan Penghubung : utnuk keperluan
aktifitas daerah yang juga dipakai
penghubung antara jalan-jalan dari
golongan yang sama atau berlainan
Kelas I :
Melayani lalu lintas cepat dan berat
Tidak terdapat kendaraan lambat /
tidak bermotor
Berupa jalan raya berlajur banyak
8
Jenis konstruksi perkerasan, baik
Tingkat pelayanannya tinggi
Kelas II :
Mencakup semua jalan sekunder dua
jalur atau lebih
Konstruksi aspal beton atau setaraf
Terdapat kendaraan lambat, tetapi
tidak ada kendaraan tak bermotor
Untuk kendaraan lambat disediakan
jalur tersendiri
Kelas II A :
Dua jalur atau lebih dengan
permukaan aspal beton atau setaraf
Terdapat kendaraan lambat tanpa
kendaraan tak bermotor
Kelas II B :
Dua jalur dengan konstruksi
permukaan penetrasi berganda atau
yang setaraf
9
Terdapat kendaraan lambat tanpa
kendaraan tak bermotor
Kelas II C :
Dua jalur dengan konstruksi
permukaan penetrasi tunggal
Terdapat kendaraan lambat dan
kendaraan tak bermotor
Kelas III :
Mencakup semua jalan penghubung
Konstruksi jalan berjalur tunggal atau
dua
Jenis konstruksi paling tinggi adalah
pelaburan dengan aspal
11
III B 2,75 ton
IV 1,50 ton
12
BAB II
KARAKTERISTIK JALAN
13
B. Bagian yang berguna untuk drainasi
jalan
a. Saluran samping
b. Kemiringan melintang jalur lalu lintas
c. Kemiringan melintang bahu
d. Kemiringan melintang lereng
C. Bagian pelengkap jalan
a. Kerb ( Curb )
b. Pengaman tepi
D. Bagian konstruksi jalan
a. Lapisan permukaan jalan
b. Lapisan pondasi atas
c. Lapisan pondasi bawah
d. Lapisan tanah dasar
E. Daerah manfaat jalan ( Damaja )
F. Daerah milik jalan ( Damija )
G. Daerah pengawasan jalan ( Dawasja )
14
2.2 Jalur Lalu Lintas
15
lalu lintas haria rata – rata ( LHR ) yang akan
melalui jalan tersebut
Kemiringan melintang jalur pada jalan lurus
yang berfungsi sebagai drainasi
kemiringannya bervariasi antara 1,5 – 4 %
utnuk jalan dengan bahan pengikat,
sedangkan jalan tanpa bahan pengikat
antara 5 – 6 %. Pada tikungan kemiringan
jalan dipakai untuk kebutuhan
keseimbangan gaya sentrifugal dan drainasi.
17
f. Ruangan untuk lintasan patroli, ambulans
pada keadaan darurat
g. Ruangan untuk menempatkan rambu –
rambu lalu lintas
Jenis bahu jalan ada 2 (dua) macam yaitu :
a. Bahu lunak ( Soft Shoulder )
Terdiri dari material perkerasan tanpa
bahan pengikat, dipergunakan untuk
jalan kelas rendah dan tempat
berhentinya kendaraan dalam jumlah
kecil
b. Bahu yang diperkeras ( Hard Shoulder )
Terbuat dari material perkerasan jalan
dengan bahan pengikat, sehingga lebih
kedap air. Bahu jenis ini dipergunakan
untuk jalan yang sering dipakai utnuk
pemberhentian atau intensitas lalu lintas
yang berhenti cukup tinggi, misalnya
pada sepanjang jalan tol, jalan arteri
yang melintasi kota.
18
Lebar bahu dipengaruhi oleh :
a. Fungsi jalan
b. Volume lalu lintas
c. Kegiatan disekitar jalan
d. Ada atau tidaknya trotoar
e. Biaya yang tersedia
Lebar bahu minimal :
a. Jalan kelas II C daerah pegunungan = 1
meter
b. Jalan kelas I daerah pegunungan = 3
meter
c. Jalan penghubung daerah pegunungan
tergantung pada keadaan setempat = 1
meter
d. Pengurangan lebar bahu jalan kelas I
tidak dianjurkan, harus ada bahu lunak
minimal 2 meter diluar tepi bahu
Kemiringan bahu :
a. Berfungsi sebagai penyaluran air dari
permukaan jalan
19
b. Besarnya tergantung dari jenis jalan dan
ada tidaknya kerb
c. Kemiringan dibuat sebesar-besarnya (
terutama untuk bahu lunak ) tetapi
masih aman dan nyaman
d. Variasi kemiringan 2 – 8 %
Tabel : Lebar Bahu Kiri Minimum
Lebar Bahu Kiri ( m )
Klasifikasi Tanpa Fasilitas Pedestrian
Perencanaan Standar Ukuran Lebar yang Dengan
DK LK Min. DK LK
Type I Kelas I 2,00 1,25 1,75 3,25 3,00 -
Kelas II 2,00 1,00 1,75 2,50 2,50 -
Kelas II Kelas I 2,00 1,25 1,50 2,50 3,00 0,50
Kelas II 2,00 1,00 1,50 2,50 2,50 0,50
Kelas 2,00 0,75 1,50 2,50 2,50 0,50
III
Kelas 0,50 0,75 0,50 0,50 1,50 0,50
IV
20
Kelas II 0,50
Kelas III 0,50
Kelas IV 0,50
2.4 Median
22
2.5. Saluran samping
23
a. Untuk keperluan drainasi
b. Mencegah kendaraan keluar dari tepi
perkerasan
c. Sebagai batas yang tegas pada tepi
perkerasan
Berdasarkan fungsinya kerb terdiri dari 2
golongan yaitu :
a. Kerb penghalang
Terdiri dari kerb penghalang berparit dan
tidak berparit
b. Kerb pembatas
Terdiri dari kerb peninggi dan kerb
berparit
24
Gambar kerb peninggi Gambar kerb berparit
25
BAB III
LAPIS PERKERASAN
26
Lapis Permukaan
27
b. Menahan gaya geser dari beban
roda
c. Sebagai lapisan rapat air untuk
melindungi badan jalan
d. Sebagai lapisan aus
B. Lapis pondasi atas ( Base Course )
28
3.2.Rigid Pavement
Joint Joint
Plat beton (Concrete Slab)
Flexible Pavement
Rigid Pavement
31
BAB IV
SUBGRADE ( TANAH DASAR )
4.1 PENGERTIAN
32
Tanah di alam dijumpai dalam keadaan
berupa :
a. Tanah asli yaitu tanah yang berada
dalam kondisi alam misalnya pada
badan jalan untuk daerah galian
b. Tanah tidak asli, yaitu tanah yang ytelah
mengalami gangguan misalnya pada
daerah timbunan
36
4.2.Pengukuran Kepadatan
37
16,51 cm
Uu Botol berisi pasir
Corong
Pelat 10-15 cm
16,51 cm
38
BAB V
PONDASI JALAN
5.1 PENGERTIAN
5.2.KONSTRUKSI TELFORD
41
Gambar Konstruksi Telford
5.2.KONSTRUKSI MAKADAM
44
Konstruksi ini selain untuk lapisan pondasi juga
dipergunakan untuk lapis permukaan. Hal ini
disebabkan karena lapis penetrasi makadam
menggunakan bahan ikat aspal. Bahan yang
dipergunakan terdiri atas batu pecah dengan
ukuran tunggal atau juga batu pecah dengan
gradasi rapat. Bahan ini dihamparkan dengan
diikuti pemberian batu pengunci yang ukurannya
juga seragam. Cara pelaksanaannya adalah batu
pecah dihamparkan setebal 5 – 10 cm atau kira –
kira 1½ kali ukuran batu yang terbesar. Kemudian
dipadatkan sambil membuang batu – batu yang
besar ( over size ) sehingga bias diperoleh lapisan
yang seragam dan rata. Kemudian
menyemprokan cairan aspal pada permukaan
lapisan tersebut, lalu tebarkan batu pengunci
dengan ukuran yang seragam dan diikuti dengan
proses pemadatan lagi. Apabila lapis ini akan
dijadikan lapisan permukaan, maka setelah
pemadatan akhir selesai, diberi lapisan aspal cair
dan diberi taburan dengan ukuran butiran yang
seragam ( Chipping )
45
5.4.Konstruksi Batu Pecah ( Agregate Base )
47
dengan Penggilas Roda Pneumatic ( dengan
udara ).
Keuntungan :
a. Peralatan yang digunakan mudah
diperoleh
b. Kadar air yang ada akan membantu
proses pemadatan dan mengurangi
keausan terhadap alat pemadat
c. Dengan penambahan air, bentuk
permukaansetelah selesai pengerjaannya
dapat lebih rata dan rapat.
b. Cara Pemisahan ( Segregated method )
Pada proses ini material kasar ditebarkan
terlebih dahulu kemudian dipadatkan,
kemudian fraksi halus ditaburkan dan
dilakukan proses pemadatan lagi.
Pemadatan dilakukan mulai dari menuju ke
tengah dan dilakukan dengan ½ lebar roda
pemadat. Alat pemadat yang digunakan
adalah Penggilas Roda Besi yang dilengkapi
dengan vibrator.( 6 – 8 ton )
Keuntungan :
48
a. Kegagalan konstruksi karena pemisahan
butir dapat teratasi
b. Lebih leluasa dalam proses pengerjaan,
karena pelaksana dapat memilih lokasi
penimbunan bahan kasar dan fraksi halus
serta bebas dari pekerjaan mencampur
untuk membuat campuran yang
homogen.
c. Kepadatan yang dicapai umumnya lebih
tinggi karena menggunakan alat pemadat
yang bergetar.
49
BAB VI
PERMUKAAN JALAN
50
6.1.Priming dan Tacking
6.1.1.Priming
Priming adalah proses pemberian lapisan aspal
pertama kali diatas permukaan pondasi jalan.
Pemberian ini dengan mempergunakan aspal cair
viskositas rendah.
Tujuan pemberian aspal adalah agar :
a. Lapisan pondasi terlindung sebelum dibuat
lapisan permukaan.
b. Lapisan kedap air bagi lapisan pondasi
c. Mengisi rongga – rongga kecil pada
permukaan lapisan pondasi
d. Mengikat butiran yang lepas pada lapisan
pondasi
e. Membantu ikatan yang baik antara lapisan
podasi dengan lapisan permukaan
Tabel : Jenis Aspal untuk Priming
52
6.1.2.Tacking
53
b. Untuk perbaikan lapisan lama yang
rusak
c. Mempersiapkan lapisan permukaan
yang tahan lama
d. Mengikat agregat yang lepas
e. Mengisi rongga – rongga yang ada
diantara batuan
56
Tabel : Syarat Laston
( Bina Marga No 13/ST/BM/1983 )
6.4.1.Material.
A. Aspal
Fungsi aspal pada perkerasan jalan adalah
sebagai :
1. Bahan pengikat, memberikan ikatan
yang kuat antara aspal dan agregat
dan antara aspal itu sendiri
2. Bahan pengisi, mengisi rongga udara
antara butir – butir agregat dan pori –
pori yang ada dari agregat itu sendiri
Untuk itu aspal harus mempunyai sifat – sifat
sebagai berikut :
1. Daya tahan ( Durability ), yaitu
kemampuan aspal mempertahankan
57
sifat asalnya akibat pengaruh cuaca
selama masa pelayanan
2. Adhesi dan Kohesi, yaitu kemampuan
aspal untuk mengikat agregat sehingga
dihasilkan ikatan yang baik antara
agregat dan aspal ( Adhesi ), sedang
sifat Kohesi adalah kemampuan aspal
untuk tetap mempertahankan agregat
tetap ditempatnya setelah terjadi
pengikatan.
3. Kepekaan terhadap temperatur, yaitu
aspal akan menjadi keras atau lebih
kental jika temperatur berkurang dan
akan menjadi lunak atau lebih cair jika
temperatur bertambah
4. Kekerasan Aspal, yaitu aspal akan
menjadi getas ( viskositas bertambah
tinggi ) pada waktu proses
pencampuran dengan agregat dalam
keadaan panas
58
B. Agregat
Agregat merupakan komponen utama dari
Lapis Aspal Beton, yaitu sebesar 90 – 95 %
berdasarkan prosentase berat atau sebesar
75 – 85 % berdasarkan prosentase volume.
Dengan demikian daya dukung, keawetan
dan mutu Aspal Beton ditentukan juga dari
sifat agregat dan hasil campuran agregat
dengan material yang lain.
Menurut besar dan ukurannya agregat
dibedakan atas :
a. Agregat kasar : ukuran > 2,36 mm ( No
8 ) menurut ASTM atau > 2,0 mm
menurut AASTHO
b. Agregat halus : ukuran < 2,36 mm ( No
8 ) menurut ASTM,atau < 2,0 mm > 0,075
mm menurut AASTHO
c. Bahan pengisi / filler : ukuran lolos
saringan No 200 ( 0,075 mm )
59
6.5.Pekerjaan Pengaspalan
60
2. Tangki penyiapan bahan aspal (
Asphalt tank )
Adalah tempat untuk memanaskan
aspal, Tangki ini harus dihubungkan ke
system sirkulasi sedemikian rupa agar
dapat diisolasi secara terpisah tanpa
mengganggu sirkulasi aspal ke alat
pencampur,
3. Alat Pengering ( Dryer )
Alat ini berupa silinder yang berputar
yang mampu mengeringkan dan
memanaskan agregat sampai kepada
temperatur yang disyaratkan.
4. Ayakan ( Screen )
Alat ini adalah untuk mengayak seluruh
agregat sampai ukuran proporsi yang
disyaratkan
5. Penampung panas ( Hot bin )
Penampung panas ini harus
berkapasitas cukup untuk melayani alat
61
pencampur bila dioperasikan dengan
kapasitas penuh
6. Perlengkapan Pengukur panas
Temperatur harus dipasang di tempat
mengalirnya aspal, juga pada corong
pengeluaran dari alat pengering yang
menunjukkan temperatur agregat yang
dipanaskan.
7. Pengumpul Debu ( Dust Collector )
Alat ini adalah sebagai pengumpul
debu yang harus dibuat sedemikian
rupa agar dapat membuang secara
merata baik seluruh maupun sebagian
debu yang berasal dari agregat
8. Kotak penimbang atau Penampung (
Hopper )
Alat ini untuk menimbang secara
otomatis masing – masing fraksi agregat
9. Alat Pencampur ( Pugmill )
62
Alat pencampur sistem penakar ( Batch
) adalah jenis pengaduk putar ganda
yang mampu menghasilkan campuran
seragam dan memenuhi rumus
perbandingan campuran
63
B. Peralatan Pengangkut
64
GAMBAR PERALATAN PENGANGKUT
/ DUMP TRUCK
65
D. Asphalt Sprayer ( Mesin Penyemprot Aspal )
66
mendapatkan lapisan yang merata sebelum
dipadatkan. Alat penghampar yang sering
berhenti dan berjalan lagi akan menghasilkan
permukaan yang tidak rata sehingga mengurangi
kenyamanan bagi kendaraan serta mengurangi
umur rencana akibat beban dinamis. Temperatur
campuran aspal disini tidak boleh kurang dari
125° C.
Produksi Aspal Finisher lebih kurang 50 ton / jam
dengan ketebalan lapisan ± 5 cm, kecepatan 1 –
1,5 meter / menit. Akibat lambatnya kecepatan ini
utnuk mengangkut dan memindahkan perlu
menggunakan Truck Trailler
Bilamana selama pelaksanaan hasilnya
meninggalkan bekas pada permukaan atau
ketidakrataan permukaan lainnya, maka
penggunaan peralatan tersebut harus dihentikan
dan harus diganti dengan alat lainnya.
67
GAMBAR ASPHALT FINISHER
1. Tahap pertama
68
Pemadatan harus dimulai dari tempat
sambungan memanjang dan kearah sumbu
jalan. Lintasan yang berurutan harus saling
tumpang tindih ( overlap ) minimum
setengah lebar roda. Kecepatan alat
pemadat tidak boleh melebihi 4 km / jam.
69
2. Tahap kedua
70
GAMBAR PNEUMATIC ROLLER
3. Tahap ketiga
71
DAFTAR PUSTAKA
72
METHODE PELAKSANAAN PADA
PEKERJAAN
JEMBATAN
BAB I
PENDAHULUAN
BANGUNAN UTAMA
1.2.1 Pondasi
75
Yaitu konstruksi yang memikul beban lalu lintas,
bangunan. atas, bangunan bawah kedalam
tanah
1.2.2 Bangunan bawah
76
menggunakan perletakan sendi dan rol dari
baja
1.3.5 Jalan Pendekat / Oprit
BAB II
PONDASI
77
Dalam pelaksanaan konstruksi jembatan, dikenal
beberapa type pondasi sebagai berikut :
2.1.1 Umum
78
besar. Pondasi langsung hanya cocok untuk
tanah lempung atau tanah organik.
a. Pondasi menerus,
b. Pondasi telapak,
79
Digunakan untuk menumpu kolom
bangunan , tugu / menara, tangki air, pilar
jembatan, cerobong asap dsb, pada
umumnya berbentuk bujur sangkar atau
persegi panjang. Pada pondasi ini
digunakan beberapa anggapan praktis
bahwa:
a. Plat pondasi adalah kaku sempuma,
tidak akan melengkung
b. Desakan yang terjadi pada tanah
dibawah dasar pondasi berbanding
langsung dengan penurunannya
c. Tegangan tarik yang mungkin timbul
pada tanah diabaikan
81
GAMBAR PODASI KAKI GABUNGAN
P1 P2
a1 c d a2
d. Pondasi plat,
82
terpisah maka mungkin ada pondasi
yang berdiri diatas bagian tanah yang
lemah dan dapat menimbulkan
penurunan. setempat yang lebih besar
dan akan mengakibatkan terjadi
penurunan.
Jika beban - beban kolom bangunan
tidak besar, maka plat pondasi dapat
dibuat sama tebal pada seluruh
bangunan, tetapi jika beban -beban
kolom bang-unan cukup besar, maka
pada tempat - tempat dibawah kolom,
plat pondasi harus dipertebal,
penebalan dapat keatas maupun
kebawah
83
GAMBAR PONDASI PLAT
B1
84
2. Beban horizontal diperhitungkan oleh
tahanan geser dar permukaan dasar
pondasi bila beban horizontal dipikul oleh
permukaan dasar pondasi bersama - sama
dengan tekanan tanah pasif didepannya,
maka pembagian beban harus
diperhitungkan secara. seksama
berdasarkan perbandingan pembagian
beban antara alas dan dinding tepi.
Secara garls besar pondasi langsung
mempunyai criteria maupun persyaratan
sebagai berikut:
1. Tanah keras tidak lebih dari 5 meter dengan
demikian termasuk Pondasi Dangkal
2 Dipergunakan bila tanah pondasi
- Cukup keras dan padat
- õ tanah > 2,0 kg / CM2
- Kedalaman pondasi > 3 meter dari tanah
dasar setempat
3. Aman terhadap guling dan geser
4. Deformasi pada lapisan dasar tidak
mempengaruhi bangunan atas
85
5. Aman terhadap daya dukungnya
6. Aman terhadap Scouring
7. Bentang jembatan ditetapkan sedemikian
rupa sehingga tidak mempengaruhi profil
basah sungai
Penggunaan.ienis pondasi langsung /
pondasi dangkal dallam jembatan tidak
disarankan pada sungai - sungai yang tidak
dapat diperkirakan perilakunva pada waktu
musim banjir yaitu perilaku gerusan dan
perilaku benda - benda hanyutan
2.1.4 Kedalaman Pondasi
86
3. Penyusutan dan pengembangan karena
pengaruh cuaca, terutama untuk jenis
tanah lempung
4. Muka air tanah
87
P
P = Beban vertikal
1 = Tanah dasar yang memikul beban
bangunan
diatasnya
2 = Tanah samping dianggap tidak
memikul beban
Pp
A’
Hg = Cu A' + P tan Ø
Hg = Tahanan geser
Cu = Kohesi antara permukaan alas
pondasi dengan tanah
2.1.6 Penurunan
89
Pondasi langsung pada lapisan pasir lepas
dalam keadaan jenuh, akan menyebabkan
pencairan ( liquifikasi ) oleh pembebanan kejut
dan diikutl oleh melesaknya pondasi. Untuk
pondasi langsung pada lapisan lempung teguh
sampai kenyal. dan bangunan yang relatif
ripgan dengan factor keamanan 2 - 3
penurunan yang terjadi relatif kecil
90
2.2 Pondasi sumuran ( silinder )
2.2.1 Umum
Pondasi sumuran digunakan pada lapisan tanah keras yang tidak terlalu dalam. Di
Indonesia type pondasi ini banyak digunakan karena pelaksanaannya sederhana,
91
Harusdigunakan pondasi dengan diameter > 3
meter untuk memudahkan pengambilan tanah
dari dalam sumuran
Bila tanah pondasi berpasir, pengambilan tanah
jangan sampal terbawa aimya utnuk
menghindari kelongsoran tanah darl luar ke
dalam sumuran.
Abutment
Pondasi sumuran
92
2.2.2 Cara pembuatan pondasi
93
GAMBAR CARA PEMBUATAN PONDASI SUMURAN
Beton cyclop
94
Tekanan tanah pasif harus diperhitungkan
terhadap penggerusan
2.2.4 Kedalaman pondasi
2.3.1 Umum
96
atau kerikil yang sangat padat maka, daya
dukung tiang hampir selurulinya berasal dari
tahanan ujung tiang yang disebut Point bearing
pile
- Material :
Tiang beton
Adalah tiang pancang yang terbuat dari
bahan beton bertulang yang dapat berbentuk
pejal ( massive ) atau berlubang ( hollow ).
Tiang beton yang akan digunakan tidak boleh
ada yang keropos, harus berbentuk seperti
yang disyaratkan dan tidak boleh dinaricang
sampai beton berumur 40 hari setelah
pengecoran. Bila tiang akan akan diangkat
atau digeser, tiang tersebut harus didukung
pada. titik seperempat panjangnya
Bila diperlukan penyambungan maka
memperpanjang tiang dapat dilaksanakan
sbb :
Beton kepala tiang dipotong sehingga tinggal
besi – besi tulangan dengan panjang sama
dengan 40 kali diameter dari tulangan.
Penulangan. yang sama sifat dan diametemya
seperti yang digunakan pada tiang yang ash
akan digunakan pada, perpanjangan tiang.
97
Besi - besi spiral akan dibuat lewatan
sepanjang dua kali putaran penuh dan besi
-besi memanjang dengan lewatan 40 kali
diameter
Tiang baja
98
ini sangat besar sehingga dalam transport dan
pemancangan tidak menimbulkan bahaya
fatal, seper.1 halnya pada tiang pancang
beton precast. Jadi pemakaian tiang pancang
baja ini akan sangat berguna bila diperlukan
tiang pancang yang panjang dengan tahanan
ujung yang besar.
Kelemahan tiang pancang baja ini adalah
terhadap karat ( korosi ) Pada umumnya tiang
pancang baja akan berkarat di bagian atas
yang dekat dengan permukaan tanah, hal ini
karena bahan - bahan organis dari air tanah,
hal ini dapat ditanggulangi dengan memeles
tiang baja tersebut dengan ter atau denga
sarung beton sek.urang - kurangriya 20" ( ± 60
cm ) dibawah muka air terendah. Karat yang
terjadi karena, udara pada bagian tiang,yang
terletak diattas tanah dapat dicegah dengan
pengecatan seperti pada -konstruksi baja
biasa, tanah - tanah yang dapat
mcnycbabkan karat antara lain ialah tanah
tanah - tanah rawa , tanah - tanah paya dan
tanah - tanah yang mengandung alkali Balian
- bahan yang terdapat di dalam tanah yang
dapat menyebabkan karat antara lain :
99
timbunan arang, asam, bekas - bekas terak,
abu api, alkali yang didapat pada tanah serta
bahan - bahan buangan dari industri dan
tambang - tambang. Bila tiang baja
memerlukan penyambungan karena kurang
panjang maka tiang penyambung harus sama
dengan yang disambung dan harus selalu
dilindungi dengan cara dicat dsb.
GAMBAR PONDASI TIANG BAJA
Tiang Kayu
Tiang kayu harus mempunyai selisih tidak
kurang darl ukuratl millimeter antara diameter
pada pangkal dan diameter ujungnya. Setiap
tiang harus diatur dengan panjang tertentu
agar mempunyai kepala tiang yang baik
100
setelah dipancang. Kepala tiang harus
dilindungi pada saat pemancangan dengan
baja tempa atau cincin besi yang tertanam
sekeliling pangkal tiang. Setap tiang sctelah
siap untLik dipancang harus diberi tanda -
tanda dengan cat setiap antara 1,00 meter
Tiang komposit
Adalah tiang pancang yang terdiri dari dua
bahan yang berbeda yang bekerja bersama -
sama sehingga merupakan satu tiang, berupa
kayu dengan beton atau baja dengan beton
A. Tiang kayu dengan beton
Tiang ini terdiri tiang paricang kayu untuk
bagian bawah muka air tanah sedangkan
101
bagian atas adalah beton. Tiang kayu
diletakkan dibawah karena kayu akan awet
bila selalu terendam oleh air atau sama
sekali tidak terendam oleh air, sehingga
tiang kayu selalu terletak dibawah muka air
tanah. Kelemahan tiang ini adalah pada
tempat sambungan apabila tiang pancang
ini menenma gaya horizontal yang
permanen
Prinsip pelaksanaan tiang pancang
komposit adalah sbb :
a. Casing baja dan core ( inti ) dipancang
bersama - sama dalam tanah sehingga
sampai kedalaman tertentu yaitu dibawah
muka air rendah ( m.a.r. )
b. Core ditarik keatas keluar dari casing dan
tiang pancang kayu dimasukkan dalam
casing kemudian dipancang bersama -
sama dengan core sampai kedalaman
tanah keras
c. Setelah sampal pada tanah keras, core
dikeluarkan lagi dari casing dan beton
sebagian dicor dalam casing, kemudian
core dimasukkan lagi dalam casing
102
d. Beton ditumbuk dengan core sambil
casing ditari keatas sampai jarak tertentu
sehingga. terjadi bentuk beton yang
nienggelembung seperti bola diatas tiang
pancang kayu tersebut
e. Core ditarik lagi keluar dari casing dan
casing diisi dengan. beton lagi sampai
padat sampai setinggi beberapa cm
diatas permukaan tanah. Kemudian beton
dengan core ditekan kembali sedang
casing ditarik keatas sampai keluar dari
tanah
f. Tiang pancang komposit telah selesai
103
. Tiang baja dengan beton
B
104
GAMBAR TIANG KOMPOSIT BAJA DENGAN BETON
105
2.3.3 Cara pelaksanaan :
106
Pondasi tiang displacement ( displacement
pile ) atau pondasi tiang desak adalah tiang
yang sewaktu dipancang mendesak tanah
sekelilingnya, seperti tiang pancang, tiang
ulir dan tiang dongkrak.
Pondasi tiang non displacement atau
pondasi tiang tanpa desakan adalah
pondasi tiang yang masuknya ke dalam
tanah tidak mendesak tanah
disekelilingnya, seperti tiang bor.
Yang perlu diperhatikan disini adalah :
Kedalaman menembus lapisan tanah
Kecepatan dan tekanan air tanah
Beban rencana yang akan dipikul
Peralatan yang dipakai
Lokasi pekerjaan
Vibrasi dan kebisingan, selama
pemancangan yang dapat
mengakibatkan polusi atau kerusakan
bangunan disekitarnya
107
2.3.4 Kemantapan Pondasi
108
Untuk menentukan kedalaman pondasi tiang
harus mempertimbangkan hasil - hasil
penyelidikan tanah secara cermat.
Hal -hal lain yang perlu dipertimbangkan
antara lain:
Beban rencana
Ujung tiang harus cukup dalam sehingga
diperoleh jaepitan yang cukup
Kedalaman penggenisan maksimum
Kemampuan tiang untuk menembus lapisan
109
diperhitungkan hanya dipikul oleh tiang Dalam
menentukan daya dukung tanah untuk pondasi
tiang harus diperhatikan faktor - faktor sbb
Waktu
Daya dukung tiang pancang akan
tergantung kepada waktu, karena
pemaneangan akan mengakibatkan
naiknya tegangan air pori, sehingga kuat
geser tanah menjadi berkurang. Akibatnya
percobaan pembebanan tiang yang
langsung dilaksanakan segera sesudah
pemancangan selesai, akan memberikan
harga daya dukung minimum.
Pelapisan tanah
Pemancangan tang pada lapisan lempung
kenyal akan menimbulkan celah antara
tianor dengan tanah, yang kemungkinan
akan tetap terbuka selamanya sehingga
daya dukung akan berkurang sedangkan
110
pada lapisan lempung lembek dinding
akan runtuh dan menjepit tiang
Bile. tiang dipancang melewat.i lapisan
tanah lembek, lempung lunak akan
terbawa atau terseret ke lapisan lempung
kenyal dibawahnya sehingga daya dukung
berkurantg
Metode pelaksanaan
Untuk tiang bor pada lapisan lempung,
lobang bor akan menghilangkan
tegangan horisontal, kelebihan. air dan
adukan beton akan menimbulkan
pengembangan dan pelembekan,
sehingga daya dukung berkurang
Untuk tang bor pada tanah berbutir
kasar, butir tanah akan menjadi lepas
akibat pemboran sehingga mengurangi
daya dukung
Penggerusan
111
Untuk tiang lekat pengaruh penggerusan
harus diperhatikan karena sebaglan
tahanan lekat akan hilang
Lekatan negatif
Lapisan compresibel yang mengalami
penurunan akan menyeret atau menarik
tiang kcbawah melalui lekatan yang akan
menimbulkan beban tambahan pada tiang
yang harus dipikul oleh tanah dasar.
Pembagian beban
Beban yang bekerja pada tiang didukung
baik oleh tahanan ujung maupun lekatan
antara tiang dengan tanah. Besamya
masing - masing tahanan tersebut
ditentukan oleh penurunan tiang. Untuk
memperoleh tahanan lekatan yang
maksimum diperlukan penurunan yang
cukup besar
112
2.3.7 Daya dukung vertical
113
tergantung pada kekuatan bahan tiang itu
sendiri, sedang bila lapisan tanah keras dari
lapisan pasir maka daya dukung tiang akan
sangat tergantung sifat - sifat lapisan pasir
tersebut terutama kepadatannya
Daya dukung lekatan ( Friction )
Adalah daya dukung karena kekuatan
lekatan yang ada antara tanah dan tiang:
Bila lapisan tanah. kerasnya letaknya
sangat dalam sehingga pembuatan dan
pemancangan sampai tanah keras sangat
sulit dilaksanakan maka dipergunakan
tiang yang daya dukungnya berdasarkan
lekatan antara tiang dan tanah ( cleef ),
sedangkan tiangnya dinamakan Friction
pile
Daya dukung ujung tiang dan daya dukung
lekatan
Jika memancang tiang sampai lapisan
tanah keras melalui lapisan lempung, maka
114
daya dukurgriya dibitung berdasarkan End
bearing maupun. Friction.
115
Jumlah Hambatan Pelekat ( JHP ).
Hambatan pelekat ini biasa digunakan
untuk menghitung lekatan pondasi
tiang. apabila. letak tanah kcras sangat
dalam sehingga pembuatan dan
pemancangan tiang sampai lapisan
tanah keras sangat sukar dilaksanakan.
Disini pelekatan dari permukaan tanah
sampai kedalaman tiang yang
bersangkutan.
Standard Penetration Test ( SPT )
Daya dukung tiang dapat juga diperkirakan
langsung dari hasil SPT yang didapat dari
lapangan Kalendering pemancangan
Perkiraan daya dukung tiang pancang
sering dianalisa dari catatan pemancangan
tiang ( kalendering ), yaitu pencatatan
penurunan tiang pada sepuluh pukulan
terakhir kemudian dihitung dengan ruinus
tertentu
116
Daya dukung dari percobaan pembebanan
tiang
Percobaan pembebanan tiang biasanya
untuk salah satu atau beberapa alasan
berikut:
Untuk menjamin bahwa keruntuhan
tidak akan terjadi sebelum beban
tiang yang sebenamya dicapai
Untuk menentukan daya dukung batas
sebagai kontrof terhadap daya
dukung yang didapat dari cara statis
atau cara dinamis
Untuk mendapatkan data tanah dari
analisa balik sehingga tiang lainnya
dapat direncanakan dengan benar
Untuk menentukan perilaku hubungan
bebandengan penurunan terutama
pada kisaran yang akan digunakan.
Data ini dapat digunakan untuk
memperkirakanpenurunan kelompok
117
tiang dan penurunan tiang - tiang
lainnya
Untuk memeriksa keutuhan struktural
dari tiang
118
BAB III
PENURUNAN ( Settlement )
3.1. Umum
119
harus setepat mungkin, karena jika tidak akan
memberikan over disain.
Penurunan pondasi disebabkan oJeh beberapa factor
antara lain: beban statis, beban dinamis, efek vibrasi dan
amblesan.
Dalam kelompok tiang pancang ( pile group ) ujung atas
tiang – tiang dihubungkan satu dengan yang lain dengan
poer yang kaku sehingga merupakan suatu kesatuan
yang kokoh. Dengan poer ini diharapkan bila kelompok
tiang pancang tersebut dibebani secara merata akan
terjadi penurunan yang merata pula
Yang perlu diperhatikan dalam penurunan tiang adalah
Penurunan kelompok tiang selalu lebih besar dari
pada penurunan tiang tunggal terhadap beban
yang sama ( Mekanika Tanah, Laurie D. Wesley)
Dengan beban yang sama penurunan kelompok
tiang akan lebih besar bila jumlah tiang
bertambah ( Foundation Engineering, Alfreds R.
Jumikis )
Dengan memperbesar jarak antara. tiang yang
satu dengan yang lain dalam kelompok tiang,
maka penurunan kelompok tiang tersebut akan
berkurang. Pada. jarak tiang ± 6 kali diameter
120
tiang, maka penurunan daripada kelompok tiang
terasebut akan mendekati penurunan tiang
tunggal ( Foundation Engineering, Alfred R. Jumikis
)
121
Pondasi yang diletakkan diatas lapisan pasir atau kerikil
dengan kepadatan sedang sampai padat akan
mengalami penurunan langsung dan penurunan
konsolidasi yang berlangsung bersamaan yang relatif
kecil.
Besarnya penurunan tersebut tergantung dari besamya
beban, koefisien kompre.sibilitas dan tebalnya lapisan
tanah yang dikonsolidasi. Untuk tanah yang
permeabilitasnya tinggi seperti lapisan pasir atau kerikil,
penurunan konsolidasi akan tedadi sekaligus waktu
dibebani, sedang jenis tanah yang permeabilitasnya
rendah besamya penurunan akan sesuai dengan waktu
yang diperlukan untuk keluamya air dari dalam pori - pori
tanah
3.3.1.Penurunan pada End Bearing Pile
Penurunan keiompok tiang yang dipancang sampai
ke lapisan tanah keras atau lapisan pasir padat akan
mengecil sehingga tida'k mctilpengaruhi bangunan
diatasnya, karena itu perbitungan penurunan tidak
perlu diperhitungkan.
Pada perhtiungan penurunan kelompok tiang
dengan End bearing pile tegangan pada tanah akibat
berat bangunan dapat diperhitungkan merata pada
122
bidang yang melalui ujung bawah tiang, kemudian
tegangan ini disebarkan merata ke lapisan tanah
sebelah bawah dengan sudut penyebaran 30o.
3.3.2.Penurunan pada Friction pile
123
BAB IV
ALAT PANCANG ( Driving Equipment)
124
Adalah alat pancang yang, menarik penumbuk ke
atas dengan kabel dan kerekan sampai mencapai
tinggi jatuh tertentu, kemudian penumbuk tersebut
jatuh bebas menimpa kepala tiang pancang. Alat
pancang ini bekerjanya sangat lambat jika
dibandingkan alat pancang yang lain dan sangat
jarang dipergunakan pada konstruksi yang berat
dan modem.
Single Acting Hammer
Adalah alat pancang yang menarik penumbuk ke
atas sampai tinggi jatuh tertentu, kemudian
penumbuk tersebut jatuh bebas menimpa kepala
tiang pancang. Tenaga uapnya hanya
dipergunakan untuk mengangkat hammer saja
Double Acting Hammer
Adalah alat pancang yang menarik penumbuk ke atas
denga tenaga uap sampai tinggi jatuh tertentu, kemudian
penumbuk tersebut ditekan ke bawah dengan tenaga
uap pula. Jadi disini hammer jatuh dengan kecepatan
yang lebih besar dari pada alat single acting hammer
maupun. drop hammer
Pemilihan type alat pancang dan berat penumbuk (
hammer)
125
Sebelum merencanakan pondiasi tiang pancang harus
diketahui type - type alat pancang, berat penumbuk
maupun kemampuan alat pancang tersebut, dengan
pertimbangan belum. tentu type alat pancang sesuai
dengan tiang pancang yang akan dipancang, kondisi
tanah setempat dan waktu yang diperlukan untuk
meyelesaikan pekerjaan pemancangan tersebut,
contohnya :
Pada pekerjaan pemancangan tiang beton precast yang
berat ke dalam lapisan tanah yang padat seperti stiff
clay, compact gravel dsb, maka akan sesuai bila dipilih
alat pancang yang mempunyai :
1. Berat penumbuk yang besar
2. Tinggi jatuh yang pendek
3. Kecepatan penumbuk yang rendah pada saat
penumbuk menimpa tiang pancang
Dengan keadaan alat pancang seperti diatas akan
diperoleh lebih banyak energi yang disalurkan pada
penuranan tiang pancang dan megurangi kerusakan -
kerusakan pada kepala tiang akibat pemancangan. Type
alat pancang yang sesuai disini adalah Single acting
hammer.
126
Bila pada pemancangan tiang pancang yang ringan
atau tiang pipa pada tanah padat akan sesuai bila
digunakan Double acting hammer. Dengan alat ini maka
kecepatan penumbukan tiang akan lebih cepat bila
dibandingkan dengan alat pancang yang lain, dengan
demikian akan mempercepat waktu pemancangan.
Pada pemancangan tiang - tiang pancang dari baja
yang berbentuk pipa tipis sering terjadi pipa tersebut
rusak sebelum mencapai kedalaman yang diperhatikan,
hal ini dapat dihindari dengan
1. Menggunakan hammer yang lebih ringan
2. Memperpanjang waktu penumbukan
3. Memperlebar jarak tiang ( spacing )
Waktu yang diperlukan untuk pemancangan adalah
merupakan faktor yang penting dalam pekerjaan
pemancangan tiang. Misalnya waktu pemancangan
yang diperlukan untuk pemancangan tiang dengan alat
pancang Drop hammer relatif lebih lama jika
dibandingkan dengan tat pancang type lain. Jadi jelas
bahwa pemillhan type alat pancang sangat besar
pengaruhnya pada perencanaan dan pelaksanaan
pekerjaan pemancangan tiang.Untuk pemilihan berat
127
penumbuk ( hammer ) tergantung pada berat tiang yang
akan dipancang.
Hubungan antara berat penumbuk ( hammer ) dengan
berat tiang pancang :
B = 0,5 P + 600 kg
128
BAB V
BANGUNAN BAWAH
129
Pada pilar
Disini harus dihindari, kecuali bila pondasi
langsung tertanam dalam batuan
Pada Abutment
Dasar pondasi dapat ditempatkan diluar
pengaruh gerusan air sungai dengan cara,
menambah panjang jembatan seperlunya
130
Pondasi sumuran
Pada pilar
Pondasi sumuran tidak sesuai untuk
dipergunakan pada pilar, kecuali dasar
pondasi ditanam ke dalam batuan
Pada abutment
Dasar pondasi dapat ditempatkan diluar
pengaruh gerusan air sungai dengan
menambah panjang jembatan seperlunya
131
Pondasi tiang
Pada umumnya tiang dipancang lebih dalam
dari kedalaman gerusan rencana baik untuk
pemakaian pada. pilar maupun pada abutmen
132
BAB VI
BANGUNAN ATAS
Adalah konstruksi yang langsung menerima beban lalu
lintas diatasnya, yaitu berupa lantai dan balok jembatan
untuk jembatan biasa dan lantai jembatan dengan
rangka jembatan untuk Jembatan rangka baja.
133
6.2 Bangunan Atas / Lantal dari baja
134
o Perencanaan lebih sederhana
o Preduksinya masal sehingga dapat mengurangi
biaya dan menjamin kuailtas koniponen
o Mudah dalam transportasinya
o Peralatannya sangat minimum
o Sambungan sangat sederhana
135
Umumnya dilaksanakan ditempat terpisah untuk
jembatan pelat pendek
Untuk pelaksanaan ditempat lokasi memerlukan
perancah, dengan demikian sungai tidak boleh
terlalu dalam atau mempunyai batu – batu besar
dimana perancah sulit dibangun
Umur pemeliharaan sangat tertgantung pada
pengendalian mutu selama pelaksanaan
mengingat toleransi perancah, penempatan
tulangan, perbandingan campuran beton dengan
agregat, kualitas semen, kadar air, perawatan dsb
Bangunan atas dari beton pratekan mempunyai
keuntungan sbb
Pengendalian mutu sangat baik karena dibuat di
pabrik
Pemeliharaan sangat keeil
Umur panjang ( lebih darl 50 tahun )
Perencanaan dan pelaksanaanya standar
Penggunaan bahan beton sangat efisien dan
mudah didapatkan
Bangunan atas darl beton pratekan mempunyai
keterbatasan sbb :
136
Balok adalah berat sehingga memerlukan
pengangkutan khusus
Kabel baja dan alat penegangan harus impor
Diperlukan keran atau peralatan lonching untuk
menempatkan balok pada tempatnya
Transportasi dan pabrik ke lokasi lebih sulit
Penarikan kabel harus oleh orang yang
berpengalaman
137
BAB VI
LANDASAN / PERLETAKAN
Adalah suatu konstruksi yang dipergunakan untuk
menyangga Bangunan Atas
Pada jembatan beton perletakan yang
dipergunakan untuk menyangga balok beton
dinamakan Elastomer yaitu dari bahan karet mutu
tinggi yang didalamnya terdapat beberapa lapisan
baja sehingga menjadi lebih berat
Pada jembatan rangka baja dan Jembatan kereta
api, perletakan yang dipergunakan untuk
menyangga rangka baja adalah konstruksi sendi
dan rol
Pada jembatan lainnya menggunakan klem-klem
untuk menahan balok / gelagar agar tidak bergeser
138
BAB VII
JALAN PENDEKAT / OPRIT
Jalan pendekat / oprit disesuaikan mutunya
dengan konstruksi jalan yang ada,
pelaksanaannya lapis demi lapis yaitu :
1. Pemadatan Subgrade
2. Penggelaran Subbase / Lapis Agregat klas B
dan pemadatannya
139
3. Penggelaran Base Course / Lapis Agregat klas
A dan pemadatannya
4. Penggelaran Campuran Aspal Panas Surface
Course
Jalan Pendekat
140
BAB VIII
BANGUNAN PENGAMAN
Pekerjaan ini meliputi terutama untuk tembok penahan (
retaining wall ) bangunan pengaman lainnya ( slope
protection ) yang dipergunakan untuk melindungi
timbunan Jalan pendekat / tebing sungai maupun
melindungi bangunan bawah atau pondasi: dari gerusan
sungal. Konstruksi yang dipergunakan adalah pasangan
batu untuk Slope protection dan pasangan batu atau
beton bertulang untuk Dinding penahan serta pasangan
bronjong ( batu kosong dengan anyaman kawat ) untuk
pengaman bangunan bawah
141
DAFTAR PUSTAKA
1. Bowles, Joseph E., Foundation Analysis and Design, 1982
2. Sardjono HS, Ir, Pondasi Tiang Pancang, 1991
3. Gunawan, Rudy, Ir, Pengantar Teknik Pondasi, 1985
4. Dit. Jend. Bina Marga, Peraturan Pelaksanaan Pembangunan Jembatan,
1974
5. Directorate General Of Highways, Bridge Design Manual, 1992
6. Djoko Susilo Adhy, Ir, Berbagai Macam Type Pondasi Pada Konstruksi
Jembatan,1993
142
0