PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Penulisan CBR
Adapun tujuan dari penulisan Critical Book Report (CBR) antara lain:
1. Untuk menyelesaikan salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Jalan
Raya.
2. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai Rekayasa
Jalan Raya.
3. Untuk meningkatkan kemampuan dalam pembuatan Critical Book Report.
4. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan buku Rekayasa Jalan Raya
yang di report.
5. Untuk melatih diri agar berfikir kritis dalam mencari informasi yang
disajikan setiap bab pada buku.
2
BAB II
ISI BUKU
3
2.3 Ringkasan Buku
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Perkembangan Teknologi Jalan Raya
Sejarah perkembangan jalan raya berawal seiring sejarah manusia itu sendiri
yang selalu memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
berinteraksi dengan sesamanya. Dengan demikian, perkembangan jalan raya
terjadi seiring dengan perkembangan peradaban umat manusia.
Jalan pada awalnya hanyalah berupa jejak atau bekas lewatnya orang-orang
yang mencari kebutuhan hidup. Sejarah perkerasan jalan pertama kali dijumpai di
Mesopotamia, bersamaan dengan penemuan roda sekitar 3500 Sebelum Masehi.
Pada zaman keemasan Romawi, konstruksi perkerasan jalan berkembang
dengan pesat. Kala itu telah mulai dibangun jalan-jalan yang terdiri dalam bentuk
beberapa lapisan perkerasan. Tetapi perkembangan konstruksi perkerasan jalan
terhenti sementara saat kekuasaan Romawi runtuh sampai awal abad ke 18. Pada
saat itu, beberapa bangsa seperti Perancis dan Skotlandia diketahui menemukan
sistem-sistem konstruksi perkerasanjalan yang sedikit lebuh maju. sebagian besar
sampai saat ini masihumum digunakan di negara berkembang seperti Indonesia
maupun dinegara-negara lain di dunia.
Beberapa tokoh yang berperan dalam perkembangan konstruksi jalan raya:
John Louden Mac Adam (1756-1836),
Pierre Marie Jerome Tresaguet (1716-1796).
Thomas Telford- (1757-1834).
4
1.3. Klasifikasi dan Fungsi Jalan
Jalan-jalan dilingkungan perkotaan terbagi dalam jaringan jalan primer dan
jaringan jalan sekunder. Jalan-jalan sekunder dimaksud untuk memberikan
pelayanan kepada lalu lintas dalam kota, oleh karena itu perencanaan dari jalan-
jalan sekunder hendaknya disesuaikan dengan rencana induk tata ruang kota yang
bersangkutan.
Klasifikasi Jalan berdasarkan Peraturan Dirjen. BIMA No. 13/1970.
a. Kelas jalan menurut fungsi
Jalan Utama, jalan-jalan yang melayani lalu lintas yang tinggi antara
kota kota penting. Jalan-jalan dalam golongan ini harus direncanakan
untuk dapat melayani lalu-lintas yang cepat dan berat.
Jalan Sekunder, yaitu jalan-jalan yang melayani lalu-lintas yang cukup
tinggi antara kota-kota penting dan kota-kota yang lebih kecil, serta
melayani daerah-daerah sekitarnya.
Jalan Penghubung, yaitu jalan-jalan untuk keperluan aktifitas daerah,
yang juga dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari
golongan yang sama atau berlainan.
5
c. Kelas jalan menurut tekanan gandar
Kelas Jalan Tekanan Gandar
I 7 Ton
II 5 Ton
III A 3,50 Ton
III B 2,75 Ton
IV 1,50 Ton
6
b. Lebar lajur dan jalur, Lebar lajur jalan ditentukan oleh ukuran dan
kecepatan kendaraan dengan memperhatikan faktor ekonomi, keamanan
dan kenyamanan.
Berdasarkan volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) dalam suatu
mobil penumpang (smp) lebar jalur di tetapkan sebagai berikut :
Tabel II.1. Kriteria lebar jalur
Lebar jalan
3,50-6,00 2 x 3,50 2 x 3,50 / 2(2x3,50) 2(2x3,50)
(m)
7
2.2.4. Median
Median adalah suatu jalur yang memisahkan dua lajur lalu lintas
yang berlawanan arah. Median diperlukan untuk jalan yang memiliki empat
lajur. Jenis permukaan median ada dua (2) macam, yaitu :
Dibuat dengan tanaman rumput untuk lebar > 2,00 m
Diperkeras dengan beton untuk lebar < 2,00 m
Bentuk median terdapat tiga bentuk, yaitu :
Depressed median
Elevated / raised median
Flushed median
Tabel II.4. Lebar minimum median :
Standar lebar minimum (m) Lebar
Klasifikasi
minimum
perencanaan Dalam kota Luar kota
Khusus (m)
Type I Klas I 2,50 0,50 2,50
Klas II 2,00 0,50 2,00
Type II Klas I 1,50 0,50 1,00
Klas II 1,50 0,50 1,00
Klas III 1,50 0,50 1,00
8
2.3. Parameter Perencanaan Jalan
2.3.1. Volume, Kecepatan Rencana, Kapasitas dan Tingkat Pelayanan
a. Volume lalu lintas, adalah jumlah kendaraan yang melintasi satu titik
pengamatan dalam satu satuan waktu. Satuan volume lalu lintas yang
umum dipakai untuk penentuan jumlah dan lebar jalur adalah :
o Lalu lintas harian rata-rata ada 2 jenis;
1. Lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT)
1
LHRT = 365
9
2.4. Jarak Pandang
Jarak pandang adalah panjang bagian jalan di depan pengemudi yang dapat
dilihat dengan jelas, diukur dari tempat kedudukan pengemudi. Jarak pandang
yang cukup dapat direncanakan dengan penyesuaikan rencananya ada 2 hal yaitu :
1. Jarak yang diperlukan oleh kendaraan untuk berhenti (stoping). Jarak ini
berlaku pada semua jalan.
2. Jarak yang diperlukan untuk melakukan penyiapan (passing). Kendaraan
lain sangat diperlukan pada jalan dua jalur atau tiga jalur.
10
2.4.2. Jarak Pandang Menyiap
Jarak pandang menyiap adalah panjang bagian jalan yang diperlukan
oleh pengemudi kendaraan untuk melaksanaka gerakan menyiap kendaraan
lain yang lebih lambat dan lama. Jarak yang ditempuh selama persiapan
bergerak untuk menyiap.
Dl = 0,278 x tl [ + ]
2
dimana :
tl : waktu yang diperlukan untuk persiapan menyiap (detik)
a : percepatan rata-rata (Km/jam/dt)
v : Kecepatan kendaraan menyiap (Km/jam)
m : Perbedaan kecepatan kendaraan yang disiap dan yang menyiap
(Km/jam)
Jarak yang ditempuh kendaraan yang menyiap sewaktu menepati jalur
yang berlawanan arah.
d2 : 0,278 x V x t2
t2 : Waktu kendaraan menyiap berada dilajur berlawanan arah (dt)
Pada Bab III Ini akan dibahas tentang tahapan perencanaan jalan yang
meliputi penentuan trase jalan yang berisi : faktor topografi, faktor geologi,
faktor tata guna lahan, faktor lingkungan; penentuan stasiun (stationing) dan
perencanaan potongan memanjang dan melintang jalan berikut perhitungan
volume pekerjaan lahan (galian dan timbunan).
11
3.2. Penentuan Trase Jalan
3.2.1. Faktor Topogorafi
Topografi merupakan dalam menentukan lokasi jalan dan pada
umumya mempengaruhi penentuan trase jalan, seperti : landai jalan, jarak
pandang, panampang melintang dan lain-lainnya. Bukit, lembah, sunai dan
danau sering memberikan pembatas terhadap lokasi dan perencanaan trase
jalan. Hal demikian perlu dikaitkan pula pada kondisi medan yang
direncanakan.
Kondisi medan sangat diperlukan oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Tikungan
2. Tanjakan
Golongan Medan Lereng melintang
12
mempertimbangkan faktor andal (Analisis mengenai dampak
lingkungan).
13
M=
Dimana:
G: Berat kendaraan
G: Gaya grafitasi (g/det)
2
a=
Dimana:
V: kecepatan kendaran (Km/jam)
R : jari-jari lengkung lintasan (m)
2
F=
G tg - f.G = G x V2 {l f tg a)
Jika e = tg a maka;
2 2
G.e + F.G = =
1 2 {1..}
e+F =
14
(e + f) 2
= (g.R)
(1.)
( 2 ) ( 2 )2
D= + (2)
3,6 3,6
Dimana :
D : jarak padang minimum (m)
V : kecepatan ( Km/jam)
T : waktu reaksi (at) = 2,5 det
G : 9,8 m/det2f : koefisien gesek pada perkerasan basah dengan nilai :
D = 0,694 N + 0,00394
15
4.4.3. Perencanaan Tikungan
Dalam perencanaan tikungan dikenal dua bentuk lengkung dasar
yaitu cercle dan spiral. Dalam perencanaan dikenal lengung penuh ( foil
circle) spiral-spiral ( s.s ) dan spiral circle spiral ( s-c-s ).
16
2. Pada bagian puncak Ev = Y1 = - (L/8) untuk X = 1/2 * L dan = (g2-
gl)
3. Bila % sudah dimasukan dalam rumus :
(21)
Y1 = ec =
800
17
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis
permukaan dapat meliputi :
a. Struktural Ikut
Mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh
perkerasan, baik beban vertikal maupun beban horizontal (gaya geser). Untuk hal
ini persyaratan yang dituntut adalah kuat, kokoh, dan stabil.
b. Non Struktural
1) Lapis kedap air, mencegah masuknya air ke dalam lapisan perkerasan yang
ada di bawahnya.
2) Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan dapat berjalan
dan memperoleh kenyamanan yang cukup.
3) Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien gerak
(skid resistance) yang cukup untuk menjamin tersedianya keamanan lalu
lintas.
4) Sebagai lapisan aus, yaitu lapis yang dapat aus yang selanjutnya dapat
diganti lagi dengan yang baru.
7.1 Umum
Konstruksi jalan yang telah habis masa pelayanannya, telah mencapai
indeks permukaan akhir yang diharapkan perlu diberikan lapis ulang untuk dapat
kembali mempunyai nilai kekuatan, tingkat kenyamanan, tingkat keamanan,
18
tingkat kekedapan air, dan tingkat kecepatannya mengalirkan air. Sebelum
perencanaan tebal lapis ulang dapat terlaksana perlu dilakukan terkebih dahulu
survey kondisi permukaan dan survey kelayakan struktural konstruksi permukaan.
Survey ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan (rideability),
permukaan jalan saat ini. Survey dapat dapat dilakukan secara visual ataupun
dengan bantuan alat mekanis
Survey secara visual meliputi:
1. Penilaian kondisi lapisan permukaan dikelompokkan menjadi: baik,
kritis, atau rusak,
2. Penilaian kenyamanan berkendaraan dikelompokkan menjadi: nyaman,
3. kurang nyaman dan tidak nyaman
4. Penilaian tingkat kerusakan yang terjadi secara kualitas maupun
kuantitas
5. Penilaian dilakukan tehadap kerusakan jalan
Survey Kelayakan Struktural konstruksi Perkerasan
Kelayakan Struktural konstruksi perkerasan dapat ditentukan dengan 2 cara:
1. Cara Dektruksif
Pemeriksaan dengan cara membuat test pit pada perkerasan jalan lama,
mengambil sampel, cara ini jarang dipakai dan tidak begitu disukai karena
mengakibatkan kerusakan kondisi jalan lama.
2. Cara non Dektruksif
Suatu cara dengan mempergunakan alat, yang diletakkan diatas permukaan
jalan sehingga tidak berakibat rusaknya konstruksi pemukaan jalan .Contoh alat
yang digunakan adalah Benkelman dan FWD (Falling Weight Deflectometer).
19
4. Menentukan jumlah lalu lintas secara akumulatif selama umur rencana
dengan rumus:
Mobil penumpang
AE 18 KSAL 365 x N x DTN x UE 18 KSAL
Traktor trailer
Dengan:
AE 18 KSAL = Accumulative Equivalent 18 Kip Single Axle Load
UE 18 KSAL = Unit Ekivalen 18 Kip Single Axle Load
365 = Jumlah hari dalam satu tahun
N = Faktor umur rencana yang sudah disesuaikan dengan
perkembangan lalu lintas
DTN = Design Traffic Number (Jumlah lalu lintas rencana)
2
log(2+ +1)log(2/+1)
n= log(+1)
Dengan:
n = umur sisa jalan (tahun)
N = faktor umum rencana (%)
R = Perkembangan lalu lintas
20
BAB III
PEMBAHASAN
21
d) Perataan pada buku mengunakan perataan kiri kanan (Justify)
sehingga memiliki tampilan yang rapi dan teratur.
e) Elemen-elemen komunikasi grafis (teks, gambar, tabel) dalam buku
telah disajikan dan disusun dengan baik dan komunikatif.
3. Dari Aspek isi buku, memiliki kelebihan:
a) Isi/pembahasan dalam buku disajikan sangat terstruktur dan sistematis
sehingga pola pikir pembaca pun menjadi terarah dan mudah untuk
mengikuti langkah langkah yang disampaikan.
b) Ide pokok setiap paragraf jelas dan mudah diidentifikasi
c) Setiap bab dilengkapi dengan pendahuluan yang berisi apa-apa saja
yang akan dibahas pada bab tersebut.
d) Isi buku mengupas tuntas mengenai Rekayasa Jalan raya, mulai dari
mengenal karakteristik jalan, tambahan perencanaan jalan,
Alinyemen, Perkerasan jalan, perancangan tebal perkerasan jalan,
sampai perancangan tebal lapis ulang.
e) Buku dilengkapi dengan gambar-gambar grafik dan tabel, sehingga
pembahasan buku menjadi lebih jelas.
f) Buku dilengkapi dengan contoh-contoh soal berikut penyelesaiannya
yang dapat digunakan dalam memahami rumus-rumus yang ada.
g) Daftar pustaka pada buku disusun terbagi bagi pada setiap bab,
sehingga dapat diketahui secara jelas referensi yang digunakan penulis
dalam menyusun tiap bab.
4. Dari aspek tata bahasa, memiliki kelebihan:
a) Kata-kata dan kalimat yang digunakan dalam menulis buku sederhana
dan komunikatif sehingga mudah dipahami.
b. Kelemahan:
1. Dari aspek tampilan, buku Rekayasa Jalan Raya yang ditulis oleh Joetata
Hadihardaja memiliki kelemahan:
a) Keseluruhan tampilan pada isi buku, berwarna hitam dan putih
sehingga tampak monoton.
22
2. Dari segi layout dan tata letak:
a) Masih terdapat beberapa awal paragraf yang ditulis tidak menjorok
kedalam.
3. Dari aspek Isi buku, terdapat kekurangan sebagai berikut:
a) Buku tidak memuat Indikator capaian yang hendak dicapai oleh
pembaca.
b) Tidak memuat kesimpulan diakhir pembahasan tiap bab yang
merupakan intisari pembahasan.
c) Buku tidak dilengkapi dengan Latihan soal pada akhir setiap babnya
sehingga tidak dapat mengukur kompetensi yang telah dicapai
pembaca.
4. Dari aspek bahasa:
a) Bahasa yang digunakan belum menggunakan bahasa yang baku sesuai
dengan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Contoh: masih
menggunakan kata nggak yang seharusnya digunakan adalah
tidak.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Buku Rekayasa Jalan Raya yang ditulis oleh Joetata Hadihardaja ini sangat
cocok sekali untuk dipelajari oleh para mahasiswa yang mengambil jurusan teknik
bangunan maupun sipil. Hal ini karena dengan membaca buku ini, mahasiswa
akan memperoleh pengetahuan dasar yang dibutuhkan agar bisa merancang atau
merekayasa jalan raya sehingga nantinya mampu diaplikasikan ketika menjadi
seorang konsultan. Materi pada buku ini disusun sistematis dan detail mengenai
rekayasa jalan raya mulai dari karakteristik, perancangan, alinyemen, sampai ke
perkerasan jalan. Materi-materi yang disajikan dalam buku ini pun disampaikan
dengan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami serta dilengkapi dengan
contoh-contoh soal dalam pembahasannya. Dengan menjadikan buku tersebut
sebagai salah satu referensi, kajian literatur mahasiswa mengenai jalan raya kakan
bertambah dan mahasiswa akan lebih aktif dalam mengikuti proses pertemuan
dikelas pada mata kuliah Jalan Raya.
4.2 Saran
Berdasarkan buku yang di-report, buku tersebut sangat cocok dijadikan
sebagai salah satu referensi dalam mngikuti mata kuliah Jalan Raya. Dengan
adanya buku tersebut akan menambah kajian literatur bagi mahasiswa pada mata
kuliah Jalan Raya serta mampu dijadikan sebagai rujukan pada suatu karya ilmiah.
24
DAFTAR PUSTAKA
25