Anda di halaman 1dari 7

Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2015

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:
TUGAS
Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai tugas melaksanakan pengujian dan
pemeriksaan keselamatan dan kesehatan kerja, peningkatan kapasitas tenaga keselamatan dan
kesehatan kerja, serta pemberdayaan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
FUNGSI
Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana, program, dan anggaran


b. Pelaksanaan pengujian dan pemeriksaan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
c. Pelaksanaan peningkatan kapasitas tenaga keselamatan dan kesehatan kerja di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja
d. Pelayanan konsultasi, promosi, dan pemasaran, serta kerjasama kelembagaan di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja
e. Evaluasi dan penyusunan laporan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja
f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

NAWAKERJA

1. Penguatan Perencanaan Tenaga Kerja Nasional


2. Percepatan Peningkatan Kompetensi Tenaga Kerja
3. Percepatan Sertifikasi Profesi
4. Perluasan Kesempatan Kerja Formal
5. Penguatan Wirausaha Produktif
6. Penciptaan Hubungan Industrial yang Sehat dan Produktif
7. Penegakan Hukum Ketenagakerjaan
8. Peningkatan Perlindungan Pekerja Imigran
9. Pelayanan Ketenagakerjaan Sederhana, Transparan dan Akuntabel

TUJUAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN ALAT


Setiap perusahaan atau pabrik produksi barang jumlah banyak memiliki potensi bahaya
Lingkungan Kerja wajib dilakukan Pemeriksaan dan/atau Pengujian. Pemeriksaan dan
pengujian ini dilandasi oleh Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Lingkungan Kerja, Pasal 58.

Pemeriksaan merupakan kegiatan mengamati, menganalisis, membandingkan, dan


mengevaluasi kondisi Lingkungan Kerja untuk memastikan terpenuhinya persyaratan sesuai
dengan Pasal 3.

Pengujian merupakan kegiatan pengetesan dan pengukuran kondisi Lingkungan Kerja yang
bersumber dari alat, bahan, dan proses kerja untuk mengetahui tingkat konsentrasi dan pajanan
terhadap Tenaga Kerja untuk memastikan terpenuhinya persyaratan dengan Pasal 3.
Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja,
Pasal 3 tertulis: Syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Lingkungan Kerja meliputi:

• Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di bawah NAB.
• Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi Kerja agar
memenuhi standar.
• Penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di Tempat Kerja yang bersih dan
sehat.
• Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan kewenangan K3 di bidang
Lingkungan Kerja.

Aturan Pemeriksa atau Penguji


Pemeriksaan dan/atau Pengujian dilakukan secara internal maupun melibatkan lembaga
eksternal dari luar Tempat Kerja. Pemeriksaan internal dilakukan oleh tim yang sudah memiliki
sertifikasi Ahli K3 Lingkungan Kerja dengan tingkatan Muda, Madya, sampai Utama.

Meski pemeriksaan internal sudah dilakukan oleh perusahaan oleh tim yang dimiliki, pihak
eksternal tetap harus melakukan pemeriksaan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil
maksimal dan bisa saling melakukan pemeriksaan silang. Berbagai kesalahan atau mungkin
kecurangan tidak akan terjadi.

Pemeriksaan K3 Lingkungan Kerja secara internal harus dilakukan secara rutin atau berkala.
Apalagi perusahaan atau pabrik yang dimiliki memiliki risiko faktor K3 Lingkungan Kerja
yang sangat besar dan berbahaya. Misal faktor kimia berupa zat berbahaya atau faktor biologi
berupa penularan patogen.

Lembaga eksternal yang ikut melakukan pemeriksaan atau pengujian terdiri dari:

• Unit Pelaksana Teknis Pengawasan Ketenagakerjaan.


• Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta Unit Pelaksana Teknis
Bidang K3.
• Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang membidangi pelayanan Pengujian K3.
• lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri.

Selanjutnya untuk pemeriksaan K3 Lingkungan Kerja, akan dilakukan oleh:

• Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja.


• Penguji K3.
• Ahli K3 Lingkungan Kerja.

JENIS PEMERIKSAAN ATAU PENGUJIAN

Jenis pemeriksaan atau pengujian yang dilakukan baik oleh tim internal atau eksternal secara
umum dibagi menjadi empat.

• Pertama.
• Perkala.
• Ulang.
• Khusus.

Ulasan lengkap tentang jenis pemeriksaan K3 Lingkungan Kerja sesuai dengan Pasal 60
Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
bisa Anda simak berikut ini.

1. Pertama

Pemeriksaan dan/atau Pengujian pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 dilakukan


untuk mengidentifikasi potensi bahaya Lingkungan Kerja di Tempat Kerja. Pemeriksaan
dan/atau Pengujian sebagaimana dimaksud meliputi:
• Area kerja dengan pajanan Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor Biologi, Faktor
Ergonomi, dan Faktor Psikologi.
• KUDR.
• Sarana dan fasilitas Sanitasi.

2. BERKALA

Pemeriksaan dan/atau Pengujian berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 dilakukan


secara eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sesuai dengan penilaian risiko atau
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemeriksaan dan/atau Pengujian yang dilakukan
meliputi:

• Area kerja dengan pajanan Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor Biologi, Faktor
Ergonomi, dan Faktor Psikologi.
• KUDR.
• Sarana dan fasilitas Sanitasi.

3. ULANG

Pemeriksaan dan/atau Pengujian ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 dilakukan


apabila hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian sebelumnya baik secara internal maupun
eksternal terdapat keraguan. Misal ada selisih yang signifikan dan sangat memengaruhi hasil
dan simpulan.

Kalau sampai hal ini terjadi, pemeriksaan ulang akan dilakukan oleh pihak internal dan
eksternal. Metodenya sama dan sudah diatur sesuai dengan undang-undang. Kalau dalam
pengukuran sudah didapatkan hasil yang tepat, barulah hasil bisa diberikan.

4. KHUSUS

Pemeriksaan dan/atau Pengujian khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 merupakan


kegiatan Pemeriksaan dan/atau Pengujian yang dilakukan setelah kecelakaan kerja atau laporan
dugaan tingkat pajanan di atas NAB.

Pemeriksaan dan pengujian harus dilakukan untuk menghindari jatuhnya korban baru baik di
dalam perusahaan atau di luar. Pemeriksaan akan dilakukan dengan cermat untuk mendapatkan
hasil yang akurat menggunakan metode yang sudah diatur oleh undang-undang.

PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAU PENGUJIAN

Pemeriksaan dan/atau Pengujian yang dilakukan oleh lembaga eksternal dilaksanakan dengan
berkoordinasi dengan Unit Pengawasan Ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Perusahaan bisa mengajukan sendiri atau pihak eksternal mengajukan
pengujian kalau ada kasus atau kecurigaan.

Hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian dilaporkan kepada Unit Pengawasan Ketenagakerjaan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya hasil Pemeriksaan
dan/atau Pengujian disetujui oleh manajer teknis.
Perusahaan berhak meminta hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian dari lembaga eksternal.
Selanjutnya Hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian wajib dituangkan dalam surat keterangan
memenuhi/tidak memenuhi persyaratan K3 yang diterbitkan oleh unit kerja pengawasan
ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kalau saat pelaporan status dari K3 Lingkungan Kerja perusahaan buruk, biasanya akan diberi
stiker. Perusahaan harus memperbaiki bagian yang masih kurang untuk selanjutnya bisa
dilakukan Pemeriksaan dan/atau Pengujian ulang.

Demikian ulasan tentang aturan Pemeriksaan dan/atau Pengujian K3 Lingkungan Kerja sesuai
dengan Permenaker No. 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan
Kerja. Diharapkan setelah membaca ulasan di atas, Anda bisa memahami lebih banyak tentang
K3 Lingkungan Kerja.

Pentingnya keselamatan Kesehatan kerja


Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan upaya kita untuk menciptakan lingkungan
kerja yang sehat dan aman, sehingga dapat mengurangi kemungkinan kecelakaan kerja
/penyakit akibat kelalaian yang mengakibatkan demotivasi dan defisiensi produktivitas
kerja. Menurut UU Pokok Kesehatan RI No. 9 Th. 1960 Bab I Pasal II ,Kesehatan Kerja adalah
suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh tingkat
kesehatan-tingginya, baik jasmani,rohani maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan kerja umum.

Keselamatan kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88% dan
kondisi lingkungan yang tidak aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut terjadi secara
bersamaan.

Tugas dan Fungsi Direktorat Kekayaan Negara (DJKN) sebagai pengelola aset tak luput dari
ancaman kecelakaan kerja, baik tugas di lapangan maupun di kantor, prosedur prosedur negara
harus selalu dipatuhi untuk terjadinya kecelakaan kerja, sebagai contoh KPKNL Cirebon ketika
melakukan aset dimana Pertamina protokol K3 harus dijalankan ketika berada di Oil Well /
Sumur Pompa yang termasuk Objek Vital Nasional. Penggunaan Alat Pelindung Diri menjadi
suatu keharusan saat memasuki Objek Aset Pertamina tersebut.

Program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dilaksanakan karena tiga faktor penting, yaitu
:
• Berdasarkan perikemanusiaan. Para manajer pertama-tama akan mencegah
kecelakaan kerja di atas perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan
demikian untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit dari pekerjaan yang
diderita luka serta efek terhadap keluarga.
• Berdasarkan Undang-Undang. Ada juga alasan untuk menjalankan program
keselamatan dan kesehatan berdasarkan undang-undang, sebagian dari mereka yang
melanggar akan dikenakan denda.
• Alasan Ekonomi untuk sadar keselamatan kerja karena kecelakaan sangat besar bagi
perusahaan.
Tujuan Keselamatan Kerja
UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, bahwa tujuan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja yang berkaitan dengan mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan lingkungan tempat
kerja adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja, memberikan
perlindungan pada sumber-sumber produksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas. Hal ini tentu sangat penting mengingat apabila kesehatan pegawai buruk
mengakibatkan turunnya capaian/output serta demotivasi kerja.

Penyebab Kecelakaan Kerja

Setiap pegawai tentu memiliki cara tersendiri dalam proteksi diri terhadap ancaman kecelakaan
kerja/ penyakit dalam mendukung pekerjaan, misalnya dengan memakai masker ketika sedang
flu, menunda saat pandemi, maupun menjaga kebersihan/kenyamanan ruangan.
Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah
• Beban Kerja. Beban kerja merupakan beban fisik, mental dan sosial, sehingga
penempatan pegawai sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan
• Kapasitas Kerja. Kapasitas Kerja yang bertumpu pada tingkat pendidikan,
keterampilan, kebugaran jasmani, ukuran tubuh ideal, keadaan gizi dsb
• Lingkungan Kerja. Lingkungan Kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologi,
ergonomis ataupun psikososial.
Sehubungan dengan hal diatas, kecelakaan kerja dapat dicapai dengan metode HIRARC,
HIRARC terdiri dari bahaya, dan risiko antara lain:
• Identifikasi Bahaya (hazard identification). Menurut Suardi, kategori bahaya adalah
bahaya fisik, bahaya mekanik, bahaya elektrik, bahaya kimia, bahayaergonomi, bahaya
kebiasaan, bahaya lingkungan biologi dan bahaya psikologi.
• Penilaian Risiko (Risk Assessment). Adalah proses penilaian untuk mengidentifikasi
potensi bahaya yang dapat terjadi yang bertujuan untuk mengontrol dan
mengoperasikan. Penilaian dalam penilaian adalah Likehood dan Severity. memastikan
seberapa mungkin kecelakaan terjadi, tingkat keparahan kecelakaan tersebut, Nilai dari
kemungkinan dan tingkat keparahan akan digunakan untuk menentukan risiko, dapat
lebih rendah, atau ekstrem (AS/NZS) .
• Pengendalian Risiko (risk Control). Adalah cara mengatasi potensi bahaya yang
terdapat dalam lingkungan kerja. Potensi bahaya tersebut dapat dikendalikan dengan
menentukan prioritas terlebih dahulu kemudian dapat membantu dalam pemilihan
pengendalian Hirarki pngendalian risiko menurut OHSAS 18001 terdiri dari lima
hierarki yaitu eliminasi, subtitusi, kontrol teknik, kontrol administratif, dan alat
pelindung diri (APD).
Prinsip-prinsip yang harus dijalankan dalam suatu perusahaan/instansi pemerintah dalam
menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah sebagai berikut:
• Adanya APD di tempat kerja
• Adanya buku pentunjuk penggunaan alat atau bahaya
• Adanya peraturan pembagian tugas dan tanggung jawab
• Adanya tempat kerja yang aman sesuai standar SSLK antara lain tempat kerja steril
dari debu, asap rokok, gas uap, radiasi, getaran mesin dan peralatan, tempat kerja aman
dari arus listrik, penerangan memadai, ventilasi dan sirkulasi seimbang.
• Adanya penunjang Kesehatan jasmani dan rohani ditempat kerja
• Adanya sarana dan prasarana di tempat kerja
• Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja
• Adanya Pendidikan dan pelatihan tentang kesadaran K3.

Anda mungkin juga menyukai