BAB I
DASAR TEORI
A. Bendung
Menurut standar tata cara perencanaan umum bendung, yang diartikan
dengan bendung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun
melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan taraf muka air
atau untuk mendapatkan tinggi terjun. Sehingga air dapat disadap dan dialirkan
secara gravitasi ke tempat yang membutuhkannya. Sedangkan bangunan air adalah
setiap pekerjaan sipil yang dibangun dibadan sungai untuk berbagai keperluan.
Bendung berfungsi antara lain untuk meninggikan taraf muka air, agar sungai
dapat disadap sesuai dengan kebutuhan dan untuk mengandalikan aliran, angkutan
sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara
aman,efektif,efisien, dan optimal.
Bendung sebagai pengatur tinggi muka air sebagai dapat dibedakan menjadi
bendung pelimpah dan bendung gerak.Bendung pelimpah terbuat dari pasang batu.
Bendung pelimpah yang dibangun melintang sungai, akan memberikan tinggi
minimum kepada bangunan intake untuk keperluan irigasi maupun PLTA, dan
merupakan penghalang selama terjadi banjir dan dapat menyebabkan genangan di
udik bendung.
Bendung pelimpah terdiri dari antara lain tubuh bendung dan mercu bendung.
Tubuh bendung merupakan bendung ambang tetap yang berfungsi untuk
meninggikan taraf muka air sungai. Mercu bendung berfungsi untuk mengatur tinggi
air minimum, melewatkan debit banjir dan untuk membatasi tinggi genangan yang
akan terjadi di udik bendung.
FWL
REZKI AWALefektif
Kapasitas | 105811124417 1
NWL
MWL Hef
MSL f.
Penstock
Bed
Keterangan gambar :
NWL = Normal Water Level (muka air operasi normal)
MWL = Minimum Water Level (muka air operasi minimum)
MSL = Maksimum Sediment Level (Batas Maksimum muka sedimen)
FWL = Flood Water Level (muka air banjir rencana)
Heff = Effective Head (Tinggi Jatuh Efektif)
1) Perencanaan Tubuh Bendung
Perencanaan Tubuh Bendung meliputi :
Mercu Bendung
a) Tinggi Mercu Bendung
Tinggi mercu bendung, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik/
dasar sungai di udik bendung elevasi mercu. Dalam penentuan ketinggian
mercu bendung ini, belum ada rumus ketentuan yang pasti.Hanya
berdasarkan pengalaman dengan pertimbangan stabilitas bendung.
Yang harus dipertimbangkan dalam penentuan tinggi mercu bendung
seperti:
- Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan
- Kebutuhan tinggi energy untuk pembilasan
- Tinggi muka air genangan yang akan terjadi
- Kesempurnaan aliran pada bendung.
- Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung.
Tinggi mercu bendung,p, dianjurkan tidak lebih dari 4 meter dan
minimum 0,5 H. Namun jika diketahui elevasi dasar sungai, maka dapat
digunakan rumus :
p=Elevasi mercu bendung−elevasi dasar sungai
Lebar Bendung
Lebar bendung adalah jarak antara pangkal bendung (abutment),
sebaiknya sama dengan lebar rata-rata sungai pada bagian yang stabil.Dalam
menentukan lebar bendung, faktor utama yang dapat dipakai adalah
pertimbangan lebar sungai yang ada, dengan menghubungkan antara puncak/
mercu bendung dengan dasar sungai (h ), maka akan didapat lebar sungai (b).
Lebar efektif bendung (Be) dihubungkan dengan lebar bendung yang
sebenarnya / lebar mercu bendung (B) dengan persamaan :
Be=B – 2 .(n . Kp+ Ka). He
B=b – p−t
dimana :
Be = panjang mercu efektif m
Bb = panjang mercu bruto m
∑b = jumlah lebar pembilas
∑t = jumlah pilar-pilar pembilas
n = jumlah pilar pembilas dan pilar jembatan
kp = koefisien kontraksi pilar
ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H = tinggi tekan total di atas mercu, yaitu h + k
h= tinggi air, k= v2/2g
Harga koefisien kontraksi pilar dapat dipelajari dari standar
perencanaan irigasi KP-02
Pangkal Bendung
Saluran Penghantar
Saluran penghantar (head race) berfungsi untuk mengalirkan air dari
intake sampai ke bak penenang. Perencanaan saluran penghantar berdasarkan
pada kriteria:
• Nilai ekonomis yang tinggi
• Efisiensi fungsi
• Aman terhadap tinjauan teknis
• Mudah pengerjaannya
• Mudah pemetiharaannya
• Struktur bangunan yang memadai
• Kehilangan tinggi tekan (head losses) yang kecil
Kolam Penenang
Perhitungan dimensi kolam penenang dilakukan dengan beberapa
kriteria, yaitu :
Volume kolam 10 - 20 kali debit yang masuk untuk menjamin aliran
steady di pipa pesat dan mampu meredam tekanan balik pada saat
penutupan aliran di pipa pesat.
Kolam penenang direncanakan dengan menetapkan kecepatan vertikal
partikel sedimer 0.03 m/det.
Pipa pesat ditempatkan 15 cm di atas dasar kolam penenang untuk
menghindarkan masuknya batu atau benda-benda yang tidak diijinkan
terbawa memasuki turbin, karena berpotensi merusak runner turbin.
Pipa pesat ditempatkan pada jarak minimum 4 x D (diameter pipa pesat)
dari muka air untuk menjamin tidak terjadi turbulensi dan pusaran yang
memungkinkan masuknya udara bersama aliran air di dalam pipa pesat .
B. Pengertian PLTA
bak pengendap dan penenang, saluran pelimpah, pipa pesat, rumah pembangkit
dan saluran pembuangan. Basic lay-out pada perencanaan pengembangan
PLTMH dimulai dari penentuan lokasi intake, bagaimana aliran air akan dibawa
ke turbin dan penentuan tempat rumah pembangkit untuk rnendapatkan tinggi
jatuhan ( head ) optimum dan aman dari banjir.
Lokasi bangunan intake
Pada umumnya instalasi PLTMH merupakan pembangkit listrik tenaga
air jenis aliran sungai langsung, jarang yang merupakan jenis waduk (bendungan
besar). Konstruksi bangunan intake untuk mengambil air langsung dari sungai
dapat berupa bendungan (intake dam) yang melintang sepanjang lebar sungai
atau langsung membagi aliran air sungai tanpa dilengkapi bangunan bendungan.
Lokasi intake harus dipilih secara cermat untuk menghindarkan masalah di
kemudian hari.
Kondisi dasar sungai
Lokasi intake harus memiliki dasar sungai yang relatif stabil, apalagi bila
bangunan intake tersebut tanpa bendungan (intake dam). Dasar sungai yang tidak
stabil inudah mengalami erosi sehingga permukaan dasar sungai lebih rendah
dibandingkan dasar bangunan intake; hal ini akan menghambat aliran air
memasuki intake.
Dasar sungai berupa lapisan/lempeng batuan merupakan tempat yang
stabil. Tempat di mana kemiringan sungainya kecil, umumnya memiliki dasar
sungai yang relatif stabil. Pada kondisi yang tidak memungkinkan diperoleh
lokasi intake dengan dasar sungai yang relatif stabil dan erosi pada dasar sungai
memungkinkan teladi, maka konstruksi bangunan intake dilengkapi dengan
bendungan untuk menjaga ketinggian dasar sungai di sekitar intake.
Bentuk aliran sungai
Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada instalasi PLTMH
adalah kerusakan pada bangunan intake yang disebabkan oleh banjir. Hal
tersebut sering terjadi pada intake yang ditempatkan pada sisi luar sungai. Pada
bagian sisi luar sungai (b) mudah erosi serta rawan terhadap banjir. Batti-batuan,
batang pohon serta berbagai material yang terbawa banjir akan mengarah pada
bagian tersebut. Sementara itu bagian sisi dalam sungai (c) merupakan tempat
terjadinya pengendapan lumpur dan sedimentasi, schingga tidak cocok untuk
lokasi intake. Lokasi intake yang baik terletak sepanjang bagian sungai yang
relatif lurus (a), di mana aliran akan terdorong memasuki intake secara alami
dengan membawa beban (bed load) yang kecil.
Lokasi Rumah Pembangkit (Power House)
Pada dasarnya setiap pembangun an mikrohidro berusaha untuk
mendapatkan head yang maksimum. Konsekuensinya lokasi rumah pembangkit
(power house) berada pada tempat yang serendah mungkin.Karena alasan
keamanan dan 6nstruksi, lantai rumah pembangkit harus selalu lebih tinggi
dibandingkan permukaan air sungai.Data dan informasi ketinggian permukaan
sungai pada waktu banjir sangat diperlukan dalam menentukan lokasi rumah
pembangkit.
Selain lokasi rumah pembangkit berada pada ketinggian yang aman,
saluran pembuangan air ( tail race ) harus terlindung oleh kondisi alam, seperti
batu-batuan besar. Disarankan ujung saluran tail race tidak terletak pada bagian
sisi luar sungai karena akan mendapat beban yang besar pada saat banjir, serta
memungkinkan masuknya aliran air menuju ke rumah pembangkit.
Lay-out Sistem PLTMH
Lay out sebuah sistem PLTMH merupakan rencana dasar untuk
pembangunan PLTMH. Pada lay out dasar digambarkan rencana untuk
mengalirkan air dari intake sampai ke saluran pembuangan akhir.
Air dari intake dialirkan ke turbin menggunakan saluran pembawa air berupa
kanal dan pipa pesat (penstock). Penggunaan pipa pesat memerlukan biaya yang
iebih besar dibandingkan pembuatan kanal terbuka, sehingga dalam membuat lay
out perlu diusahakan agar menggunakan pipa pesat sependek mungkin. Pada
lokasi.tertentu yang tidak memungkinkan pembuatan saluran pembawa,
penggunaan pipa pesat yang panjang tidak dapat dihindari.
Pendekatan dalam membuat lay out sistem PLTMH adalah air dari intake
dialirkan melalui penstok sampai ke turbin. Jalur pemipaan mengikuti aliran air,
paralel dengan sungai (gbr 5.3, long penstock following river). Metoda ini dapat
dipilih seandainya pada medan yang ada tidak memungkinkan untuk dibuat
kanal, seperti sisi sungai berupa tebing batuan. Perlu diperhatikan bahwa
penstock harus aman terhadap banjir.
Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa bisa berupa bangunanpembawa bertekanan (pipa
pesat) danjuga saluran terbuka.
Pipa Pesat (Penstock)
Pipa pesat (penstock) adalah pipa yang yang berfungsi untuk mengalirkan
air dari bak penenang (forebay tank).Perencanaan pipa pesat mencakup
pemilihan material, diameter penstock, tebal dan jenis sambungan
(coordination point).Pemilihan material berdasarkan pertimbangan kondisi
operasi, aksesibility, berat, sistem penyambungan dan biaya. Diameter pipa
pesat dipilih dengan pertimbangan keamanan, kemudahan proses
pembuatan, ketersediaan material dan tingkat rugirugi (fiction losses)
seminimal mungkin. Ketebalan penstock dipilih untuk menahan tekanan
hidrolik dan surge pressure yang dapat terjadi.
1. Diameter pipa pesat
Diameter ekonomis pipa pesat dapatdihitung dengan persamaan
Sarkaria formula :
( )
2 0,25
Q
D=3,55 ×
2× g × H
ESHA formula:
( )
2 2 0,1875
10,3× n ×Q
D=
hf
Dimana:
D : diameter pipa (m)
n : koefisien kekasaran pipa
Q : debit pada pipa (m3/dt)
Hf : kehilangan tinggi tekan total padapipa (m)
H : tinggi jatuh (m)
ESHA (Penche,20004) :
REZKI AWAL | 105811124417 18
PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
PD
e= + es
2× σ × kf
Barlow’s Formulae (Varshney,1971):
0,002+σ × t
H=
D+ 0,002t
Dimana:
H : Tinggi tekan maksimum ( m )
: tekanan statis + tinggi tekan akibatpukulan air
σ : tegangan baja yang digunakan(ton/m2 )
D : diameter pipa pesat ( m )
t : tebal pipa pesat ( m )
P : tekan hidrostatis pipa (kN/mm2)
kf :efisiensi ketahanan0.9 untuk pengelasan dengan inspeksi x-ray, 0.8
untuk pengelasan biasa
es : tebal jagaan untuk sifat korosif (mm)
3. Kebutuhan terhadap tangki gelombang
Pipa pesat membutuhkan tangkigelombang jika L > 4H
4. Kedalaman minimum pipa pesat
Kedalaman minimum akan berpengaruhterhadap gejala vortex,
kedalaman minimumdapat dihitung dengan persamaan(Penche,2004):
Ht > s
s=c × V × √ D
Dimana:
c : 0,7245 untuk inlet asimetris
0,5434 untuk inlet simetris
V : kecepatan masuk aliran (m/dt)
D : diameter inlet pipa pesat (m)
( )
0,5
10−3 K
C=
K× D
1+
E×t
Dimana :
K = modulus bulk air, 2.1 x 10' N/m2
E = modulus elastilk material, untuk welded steel 2.1 x 11C N/m2
D = diameter pipa (mm)
t = tebal pipa (mm)
6. Sistem Pengambilan Melalui Pipa
Pesat (Inlet)Sistem pengambilan pada mulut pipapesat perlu
diperhitungkan dengan tujuanuntuk mengatur sistem regulasi debit airyang
masuk ke dalam turbin baik saatkondisi operasional maupun
kondisiperawatan ,intake pipa pesat biasanyadidesain dengan menggunakan
sistemkatup (valve), Tipe katup yang seringdiaplikasikan adalah :
a. Gate valve
b. Butterfly valve
c. Needle valve
Bangunan Pembuang
Bangunan pembuang digunakan untukmengalirkan debit setelah melalui
turbinmeuju ke sungai, bangunan pembauang sendiri bisa rencanakan sesuai
REZKI AWAL | 105811124417 20
PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
dimana:
hf : kehilangan tinggi tekan
V : kecepatan masuk (m/dt)
g : percepatan gravitasi (m/dt2)
L : panjang saluran tertutup / pipa (m)
D : diameter pipa (m)
f : koefisien kekasaran(moody diagram)
ξ : keofisien berdasarkan jenis kontraksi
F. Perencanaan Peralatan Mekanik Dan Elektrik
Perencanaan peralatan mekanik danelektrik meliputi:
Turbin Hidraulik
Turbin dapat diklasifikasikan berdasarkantabel berikut (Ramos,2000):
Tabel 1. Klasifikasi Jenis Turbin :
Ns=n×
√P
5/4
H
120 f
n=
P
dimana:
Ns : Kecepatan spesifik turbin (mkW)
n : kecepatan putar/sinkron (rpm)
P : daya (kW)
H : tinggi jatuh effektif (m)
f : frekuensi generator (Hz)
p : jumlah kutub generator
nilai n bisa didapatkan dengan melakukannilai coba-coba dengan persamaan:
Untuk turbin francis:
2334 1553
n' = atau n' =
√H √H
Untuk Turbin propeller :
2088 2702
n' = atau n' =
√H √H
REZKI AWAL | 105811124417 23
PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA)
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2. Dimensi turbin
Dimensi turbin reaksi meliputi:Dimensi runner turbin, dimensi
wicketgate, dimensi spiral case dan dimensidraft tube.
3. Effisiensi turbin
ηg : effisiensi generator
ηt : efisiensi turbin
n : jumlah hari dalam satu periode.
G. Analisa Perhitungan Mikro Hidro
~ Perhitungan Daya dan Energi Listrik
Daya Poros Turbin
Pt =9,81× Q× H × nt