Anda di halaman 1dari 14

A.

Cfc
bDiagnosis diferensial
1. Prostatitis
a. Defenisi
Prostatitis adalah Peradangan pada kelenjar prostat pada pria.
Prostatitis adalah Istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan radang prostat. Prostatitis bukanlah suatu kondisi
tunggal tetapi sekelompok gangguan dengan gejala terkait.1,5

b. Klasifikasi
National Institute of Health memperkenalkan klasifikasi
prostatitis dalam empat kategori, yaitu :5,15
1. Kategori 1 : prostatitis bacterial akut
2. Kategori 2 : prostatitis bacterial kronis
3. Kategori 3 : prostatitis non bacterial atau dindroma pelvik
kronik. Pada kategori ini terdapat keluhan nyeri dan perasaan
tidak nyaman di daerah pelvis yang telahg berlangsung
paling sedikit 3 bulan. Kategori ini dibedakan dalam 2
subkategori, yaitu subkategori IIIA adalah sindroma pelvik
kronis dan inflamasi, dan kategori IIIB adalah sindroma
pelvik non inflamasi
4. Kategori 4 : prostatitis inflamasi asimtomatik
c. Etiologi2,3
1. Ideopatik
2. Striktur uretra
3. Hyperplasia prestatik
4. Agent infeksius (bakter,fungi, mikroplasma). Umunya
infeksi prostatitis disebabkan jenis bakteri; enereribakteri, E.
Coli, klebsiella, proteus, pseudomona, serratia, stafilokokus,
streptokokus

d. Faktor resiko2,4
1. Hubungan fisik yang terlalu sering atau berganti pasangan
2. Prosedur seperti sistoskopi ata kateterisasi

e. Tanda dan gejala


1. Gejala prostatitis bakteri akut biasanya terjadi begitu saja,
antara lain :1,2,3
a. Mengigil
b. Demam
c. Gangguan kencing
d. Nyeri sendi
e. Nyeri tulang belakang
f. Sakit pada otot
g. Merasa sakit ketika ejakulasi
h. Nyeri pada penis, testikel dan daerah sekitar skrotum dan
rectum
i. Perasaan sering ingin buang air kecil dan kerap diiringi
rasa sakit pada kandung kemih
2. Gejala pada Prostatitis bakterial kronis dan nonbakterial
adalah:
a. Sperma bercampur Darah (Hematospermia)
b. Perasaan tidak Nyaman di daerah Genital dan Perineum
c. Demam
d. Nyeri Tulang Belakang
e. Rasa Sakit pada Perut Bawah
f. Nyeri Ketika Ejakulasi
g. Sering Terkena Penyakit Infeksi pada Saluran Urine

f. Manifestasi klinis
Infeksi prostat menyebabkan nyeri diselangkangan, daerah
antara penis dan anus serta punggung bagian bawah. Infeksi juga
menyebabkan demam dan menggigil. Penderita sering berkemih dan
mengalami desakan untuk berkemih, air kemihnya mengandung darah.
Infeksi bakteri bisa menyebar ke skrotum (kantong zakar)
menyebabkan rasa nyeri yang hebat, pembengkakan, kemerahan, dan
jika disentuh akan terasa sangat nyeri. Karena nyeri, penderita juga
mengalami impotensi.2,4
Prostatitis bakterial akut adalah dapat menyebabkan demam
mendadak dan menggigil serta nyeri perineal, rektal dan pinggang.
Gejala – gejala seperti disuria, sering berkemih, dorongan untuk
berkemih dan noturia dapat terjadi. Meskipun demikian, beberapa
pasien tidak menunjukkan gejala atau asimptomatik.2,3
Sedangkan prostatitis bakterial kronis adalah penyebab utama
relaps infeksi saluran kemih pada pria. Gejala – gejala biasanya ringan
terdiri dari sering berkemih disuria dan kadang rabas uretral. Demam
tinggi dan menggigil adalah tidak lazim.2,3
g. Prognosis
Sebagian besar kasus prostatitis yang terjadi umumnya mudah
untuk untuk dikenali dan ditangani. Namun jika peradangan ini
dibiarkan berlarut – larut hingga skrotum membengkak, maka bisa
mengakibatkan penurunan fungsi alat reproduksi.3,4

h. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah.
Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter,
hidronefrosis, gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila
terjadi infeksi pada waktu miksic. Hernia / hemoroid. Karena selalu
terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batue.
Hematuriaf. Sistitis dan Pielonefritis.1,3,4

i. Tatalaksana
Pengobatan yang bisa diberikan pada pasien prostatitis bisa
berupa :1,3
a. Terapi antibiotic
b. Terapi suportif dengan istirahat di ranjang
c. Pemijatan pada area prostat (untuk prostatitis kronis)

Namun jika terapi yang dilakukan tidak berhasil, maka


penanganan yang diberikan bisa meliputi resesksi transuteral prostat,
yaitu pembuangan semua jaringan yang telah terinfeksi.

2. Urolithiasis
a. Defenisi
Urolitiasis adalah proses terbentuknya batu(kalkuli)pada
traktus urinarius. Kalkuli yang ditemukan pada ginjal disebut
nephrolitiasis dan kasus ini paling sering ditemukan. Jika kalkuli
ditemukan pada ureter dan vesica urinaria sebagian besar berasal dari
ginjal. Urolitiasisadalah penyebab umum adanya keluhan ditemukan
darah dalam urin dan nyeri di abdomen, pelvis, atau inguinal.
Urolitiasis terjadi pada 1 dari 20 orang pada suatu waktu dalam
kehidupan mereka.6,7,8
b. Etiologi
Etiologi urolithiasis belum diketahui secara pasti namun
peneliti banyak mengatakan bahwa pembentukan batu saluran kemih
disebabkan oleh hal-hal di bawah ini:10
1. Peningkatan pH urin (misalnya batu kalsium karbonat) atau
penurunan pH urin (misalnya batu asam urat)
2. Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu yang tinggi di
dalam darah dan urin serta kebiasaan makan atau obat
tertentu juga dapat merangsang pembentukan batu.
3. Segala sesuatu yang menghambat aliran urin dan statis urin
di bagian mana saja di saluran kemih meningkatkan
kemunginan pembentukan batu.
4. Obesitas dan kelebihan berat badan meningkatkan risiko batu
ginjal akibat peningkatan ekskresi kalsium,, oksalat, dan
asam urat yang berlebihan

c. Faktor resiko
Risiko menderita urolitiasis meningkat akibat dari faktor-faktor
apa pun yang menyebabkan terjadinya urin yang stasis yang berkaitan
dengan menurun atau tersumbatnya aliran urin. Faktor-faktor yang
menyebabkan tingginya angka insiden urolitiasis meliputi:7,8,9
1. Laki-laki: mengekskresi sedikit sitrat dan banyak
kalsium dibandingkan perempuan.
2. Etnis: Etnis Amerika, Afrika atau Israel memiliki risiko
tinggi menderita urolitiasis.
3. Riwayat keluarga: beberapa keluarga memiliki
kecenderungan memproduksi mukoprotein yang
berlebihan pada traktus urinariusnya, yang mana dapat
meningkatkan terjadinya urolitiasis.
4. Riwayat kesehatan: beberapa masalah kesehatan dapat
meningkatkan terjadinya urolitiasis meliputi penyakit di
saluran cerna, infeksi saluran kencing yang berulang
dan sistinuria
5. Diet: dehidrasi atau menurunnya intake cairan
meningkatkan terjadinya urolitiasis ditambah dengan
meningkatnya konsumsi sodium, oksalat, lemak,
protein, gula, karbohudrat kasar dan vitamin C
6. Lingkungan: beberapa daerah memiliki risiko tinggi
menderita urolitiasis seperti yang beriklim tropis,
pegunungan atau padang pasir.
7. Obat-obatan: bebrapa macam obat seperti ephedrin,
guifenesin, thiazid, indinavir dan allopurinol dapat
menyebabkan terjadinya urolitiasis.

d. Gejala dan tanda


Gejala pasti dari urolitiasis tergantung pada lokasi dan ukuran
kalkuli dalam traktus urinarius. Jika kalkuli berukuran kecil tidak
menunjukkan gejala. Namun perlahan keluhanakan dirasakan seiring
bertanbahnya ukuran kalkuli seperti :7,11,12
1. Nyeri atau pegal-pegal pada pinggang atau flank yang
dapat menjalar ke perut bagian depan, dan lipatan paha
hingga sampai ke kemaluan.
2. Hematuria:buang air kecil berdarah
3. Urin berisi pasir, berwarna putih dan berbau
4. Nyeri saat buang air kecil
5. ISK
6. Demam

e. Klasifikasi13,14
1. Berdasarkan etiologi : infeksi , non infeksi, genetic atau efek
samping obat .
2. Berdasarkan komplikasi dari batu : kalsium oksalat dihidrat,
kalsium phosphate, kalsium bikarbonat, asam urat, dll
3. Berdasarkan ukuran dan lokasi
4. Berdasarkan gambaran radiologis

3. Striktur utetra
a. Defenisi
Trauma pada uretra pada umumnya disebabkan oleh trauma
pelvik pada laki-laki.Trauma ini akan menyebabkan keadaan
komplikasi kronis berupa striktur uretra, impotensi,daninkontinensia
urin.
Striktur urethra lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan
wanita, striktur urethra dapat disebabkan oleh trauma atau infeksi.
Meskipun urethritis gonococcal sudah jarang menyebabkan striktur
urethra, namun infeksi masih merupakan penyebab utama. Yang
tersering adalah akibat pemakaian cateter dalam waktu lama sehingga
menyebabkan iskemia dan trauma interna. Trauma eksterna meliputi
trauma pelvik yang dapat menyebabkan kerusakan parsial atau komplit
pada membran urethra sehingga menimbulkan striktur.
Striktur uretra adalah suatu kondisi penyempitan umen uretra
yang menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran
berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan
urin keluar dari tubuh. Striktur uretra adalah penyempitan akibat dari
adanya pembentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada urethra
atau daerah uretra.15,16

b. Etiologi
Striktur uretra dapat terjadi secara :16
1. Kongenital
2. Didapat/trauma
3. Infeksi
4. Tumor

c. Manifestasi klinis17,18
1. Kekuatan pancaran urin berkurang
2. Pancaran air kencing bercabang
3. Frekuensi
4. Overflow inkontinensia
5. Dysuria dan hematuria
6. Retensi urin
7. Menimbulkan gejala infeksi seperti; sistitis, prostatitis dan
pielonefritis, karena striktur uretra sebabkan urin mengalir balik.

d. Derajat penyempitan uretra


1. Ringan : jika okulasi yang terjadi kurang dari 1/3 diametr lumen
2. Sedang : okulasi 1/3 s.d ½ diameter lumen uretra
3. Berat : okulasi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra
Ada derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus
spongiosum yang dikenal sengan spongiofibrosis.15,17
e. Pencegahan16,17
1. Menangani infeksi uretral dengan cepat
2. Hindari pemakaian kateter uretral dalam waktu lama
3. Harus melakukan perawatan menyeluruh pada setiap jenis alat
uretral termasuk kateterisasi.
f. Tatalaksana18,19
1. Filiform bougis untuk membuka jalan jika striktur menghambat
pemasangan kateter
2. Medikamentosa : analgetik non narkotik untuk kendalikan nyeri
dan medikasi antimicrobial untuk cegah infeksi
3. Pembedahan
g. Prognosis
Striktur urethra sering kali kambuh, sehingga pasien harus
sering menjalani pemeriksaan secara teratur ke dokter. Penyakit ini
dinyatakan sembuh bila setelah dilakukan observasi selama 1 tahun
tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.19

h. Komplikasi15,17
1. Gagal ginjal akut
2. Retensi urin
3. Batu kandung kemih

B. Diagnosis pasti
1. BPH (benign prostatic hyperthropy)
a. Defenisi
Istilah BPH sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu
adanya hiperplasia sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat. Banyak
faktor yang diduga berperan dalam proliferasi/ pertumbuhan jinak
kelenjar prostat. Pada dasarnya BPH tumbuh pada pria yang
menginjak usia tua dan memiliki testis yang masih menghasilkan
testosteron.20,21
Di samping itu, pengaruh hormon lain (estrogen, prolaktin),
pola diet, mikrotrauma, inflamasi, obesitas, dan aktivitas fisik diduga
berhubungan dengan proliferasi sel kelenjar prostat secara tidak
langsung. Faktor-faktor tersebut mampu memengaruhi sel prostat
untuk menyintesis growth factor, yang selanjutnya berperan dalam
memacu terjadinya proliferasi sel kelenjar prostat.20,21,23

b. Etiologi
Etiologi BPH sampai sekarang belum jelas namun terdapat
faktor resiko umum dan hormone androgen. Perubahan mikroskopik
pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan
mikroskopik ini berkembang, akan terjadi perubahan patologik
anatomi yang pada pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%,
usia 80 tahun sekitar 80% dan usia 90 tahun 100%.21,23
Etiologi yang belum jelas menimbulkan hipotesa yang
berbeda-beda sebagai hiperpiasia prostat, menurut Sjamsoehidajat dan
Jong tahun 1998, etiologi dari BPH adalah:24,25
1. Teori Dehidrotestoteron menyatakan bahwa peningkat 5 alfa
rduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan
stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasia.
2. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron
dan estrogen pada usia lanjut.
3. Peranan dari growth factor ( faktor pertumbuhan) sebagai
pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat
4. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena
berkurangnya sel yang mati.
5. Teori sel stemmenerangkan bahwa terjadi proliferasi
abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel strom
dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.

c. Faktor resiko
Faktor risiko yang paling berperan dalam BPH adalah usia,
selain adanya testis yang fungsional sejak pubertas (faktor hormonal).
Dari berbagai studi terakhir ditemukan hubungan positif antara BPH
dengan riwayat BPH dalam keluarga, kurangnya aktivitas fisik, diet
rendah serat, konsumsi vitamin E, konsumsi daging merah, obesitas,
sindrom metabolik, inflamasi kronik pada prostat, dan penyakit
jantung.21,22,24

d. Klasifikasi
Terdapat 4 derajat pembesaran kelenjar prostst yaitu sebagai
berikut :27
1. Derajat rektal
Derajat rektal digunakan sebagai ukuran dari pembesaran
kelenjar prostat kea rah rectum. RT dikatakan normal, jika batas atas
teraba konsistensi elastis, dapat digerakan, tidak ada nyeri bila ditekan
dan permukaan rata. RT pada hipertropi prostat dapat batas atas teraba
menonjol lebih dari 1 cm dan berat prostat diatas 35 gram. Ukuran dari
pembesaran kelenjar prostat dapat menentukan derajat rectal yaitu
sebagai berikut :
a. Derajat 0 : ukuran 0-1 cm
b. Derajat 1 : ukuran 1-2 cm
c. Derajat 2 : ukuran 2-3 cm
d. Derajat 3 : ukuran 3-4 cm
e. Derajat 4 : ukuran lebih dari 4 cm
2. Derajat klinik
Berdasar kepada residu urin. Pasien diminta BAK
sampai selesai dan puas, kemudian dilakukan kateterisasi.
Urine yang keluar dari kateter disebut sisa urin atau residual
urin. Residual urin dibagi berapa derjat yaitu :
a. Normal sisa urin adalah 0
b. Derajat 1 sisa urin 0-50 ml
c. Derajat 2 sisa urine 50-100 ml
d. Derajat 3 sisa urine 100-150 ml
e. Derajat 4 telah terjadi retensi total, atau pasien tidak
dapat BAK sama sekali.
3. Derajat intra vesical
Derajat ini ditentukan dengan foto rontgen atau
cyctogram panendoscopy. Bila lobus medialis melewati
muara uretra, berarti telah sampai pada stadium tiba derajat
intra vesical. Gejala yang timbul pada stadium ini adalah sisa
urin sudah mencapai 50-150 ml, kemungkinan terjadi infeksi
semakin hebat ditandai dengan peningkatan suhu tubuh,
menggil dan nyeri daerah pinggang serta kemungkinan telah
terjadi pyelitis dan trabekulasi bertambah.
4. Derajat intra uretral
Derajat ini ditentukan dengan menggunakan
panedoscopy untuk melihat sampai seberapa jauh lobus
lateralis menonjol keluar lumen uretra. Pada stadium ini telah
terjadi retensio urine total.

e. Manifestasi klinik
Obstruksi dapat menimbulkan keluhan saluran kemih maupun
keluhan diluar saluran kemih. Tanda dan gejala dari BPH yaitu :
keluhan pada saluran kemih bagian bawah, keluhan saluran kemih
bagian atas dan di luar saluran kemih.24,25,27
Tahapan perkembangan penyakit BPH berdasrkan
perkembangan penyakitnya secara klinis dibagi dalam 4 gradiasi
yaitu :
a. Derajat 1 : apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada
colok dubur ditemukan penonjolan prostat, batas atas
mudah teraba dan sisa urin kurang dari 50 ml.
b. Derajat 2 : ditemukan penonjolan prostat lebih jelas pad
acolok dubur dan bats atas dapat dicapai, sedangkan sisa
volume urn 50-100 ml
c. Derajat 3 : pada saat colok dubur batas atas prostat tidak
dapat diraba san sisa volume urin lebih dari 100 ml
d. Derajat 4 : apabila sudah terjadi retensi urine total

f. Patofisiologi
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, retensi
pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor
menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel.
Fase penebalan destrusor disebut fase kompensasi, keadaan lanjutan,
maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi
dan tak mampu lagi berkontraksi sehingga retensi urin. Pasien tak
dapat mengkonsongkan vesika urinaria dengan sempurna, maka akan
terjadi statis urin. Urin yang statis akan menjadi alkali dan sangat baik
untuk pertumbuhan bakteri.26,27
Obtruksi yang berkembang secara perlahan-lahan dapt
mengakibatkan aliran urin tidak deras dan sesudah berkemih masih
ada sisa uin yang menetes, kencing terputus, dan adanya obstruksi
pasien mengalami kesulitan berkemih. Gejala iritasi juga menyerati
obstruksi.26,27
Tekanan vesika yang tinggi dari tekanan spingter dan
obstruksi, akan terjadi inkontinentia paradox. Retensi kronik sebabkan
refluks vesiko ureter, hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal.
Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu
miksi penderita harus mengejan sehingga lama kelamaan
menyebabkan hernia atau hemoroid. Karena sisa urin maka akan
terjadi endapan dan mejnjadi batu, batu ini dapat menyebabkan
keluhan ititasi dan timbul hematuria. Batu ini dapt juga menyebabkan
sistitis dan bila terjadi refluks akan mengakibatkan pielonefritis.26,27

g. Komplikasi27
1. Retensi urin
2. ISK
3. Involusi kontraksi kandung kemih
4. Refluks kandung kemih
5. Gagal ginjal
6. Hematuria
7. Hernia
8. Hidroureter dan hidronefrosis
Sumber :
1. Hedayati T, MD, Prostatitis, American Academy ofEmergency Medicine,
2007. (http://www.emedicine.com/emerg/topic488.htm).
2. Naber KG, Weidner W. Chronic Prostatitis aninfectious diseases. J of
Antimier Chemister 2000; 46(2):157–61.
3. Koullis HJ and Lam HT, Prostatitis: A Reviewof Clinical Management, US.
Pharmacy, Chicago,2006.
(http://www.uspharmacist.com/print.asp?page=ce/105301/default.htm)
4. Prostatitis, Prostatitis FAQ, The Prostatitis Foundation.
(http://www.prostatitis.org/prosfaq.htm)
5. Krieger JN, Nyberg L Jr, Nickel JC. NIH consensus definition and
classification of prostatitis. JAMA. 1999. 282:236-7.
6. Armed Forces Health Surveillance Center. Urinary Stones, Active
Component, U.S. Armed Forces, 2001-2010. Medical Surveillance Monthly
Report (MSMR). 2011. December; Vol 18(No12):6-9.
7. Kidney stones in adults. National Institute of Diabetes and Digestive and
Kidney Diseases. https://www.niddk.nih.gov/health-information/urologic-
diseases/kidney-stones/definition-facts. Accessed Jan. 16, 2018.
8. Medical Definition of Urolithiasis. Medicine.Net.com.
https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=6649. Accessed
Jan. 16, 2018.
9. Yolanda S. What is Urolithiasis. News Medical Life Sciences.
https://www.news-medical.net/health/What-is-Urolithiasis.aspx. Accessed
Jan. 16, 2018.
10. Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Ed.3. Jakarta: EGC
11. Skandalakis, John E., Panajiotis N. Skandalakis, Lee John Skandalakis, and
SpringerLink (Online service).Surgical Anatomy and Technique: A Pocket
Manual. New York, NY: Springer US, 1995.
12. Dave C. 2017. Nephrolithiasis. Medscape.
https://emedicine.medscape.com/article/437096-overview. Dec 12. 2017.
Accessed Jan. 16, 2018.
13. Turk C, Knoll T, PterickA et al. Guidelines on Urolithiasis. European
Association of Urology 2015. March 2015.
14. Kim SC, Burns EK, Lingeman JE, et al. Cystine calculi: correlation of CT-
visiblestructure,CT number, and stonemorphology with fragmentation by
shock wave lithotripsy. Urol Res 2007 Dec;35(6):319-24.
15. Basuki B. purnomo, Dasar-Dasar Urologi, Malang, Fakultas kedokteran
Brawijaya,2000
16. Jordan G, Chapple C, Heyns C. 2010. Urethral Stricture. An International
Consultation on Urethral Strictures Marrakech, Morocco : Société
Internationale d’Urologie
17. Shadab, Pankaj Deepak. 2016. A study type of Urethral Strictur and Their
18. Tanagho EA., MCAninch JW. Urethral Stricture. In: Smith`s General
Urology. Lange
19. Medical Books/McGraw-Hill. New York. 670 – 72.Management.
Departement of General Surgery. India. 2016 Nov;3(4)1906-1910
20. Roehrborn CG. BPH progression: concept and key learning from MTOPS,
ALTESS, COMBAT, and ALF-ONE. BJU Int. 2008;101(suppl 3):17-21.
21. Parsons JK: Benign Prostatic Hyperplasia and Male Lower Urinary Tract
Symptoms: Epidemiology and Risk Factors. Curr Bladder Dysfunct Rep.
2010;5:212–18.
22. Pintarelli VL, Gomes LF, Lorenzetti F, Neto JT, Dambros M. Elderly men's
quality of life and lower urinary tract symptoms: an intricate relationship. BJU
Int. 2011.
23. Roehrborn CG. Benign Prostatic Hyperplasia: Etiology, pathophysiology,
epidemiology, and natural history. Dalam: Campbell's urology, edisi ke 10.
Editor: Walsh PC, Retik AB,Vaughan ED, dan Wein AJ. Philadelphia: WB
Saunders Co. 2012.hal.2570-91.
24. Nandeesha H. Benign Prostatic Hyperplasia: dietary and metabolic risk
factors. ntI Urol Nephrol (2008) 40: 649-56.
25. Mansjoer, Arif (ed). 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media
Aesculapius
26. Sjamsuhidajat & de jong.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC
27. Purnomo, B.B. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai