Kelompok 3
Kesejahteraan Sosial 5A
Aura Sekar S Michelle Celsilia S
11200541000004
Anggota 11200541000013
Kelompok
Miranda Aulia M Ahmad Febrian F
11200541000014 11200541000033
Kompetensi Interkultural
Bagi Praktek Pekerjaan
Sosial
Definisi Kompetensi Inter-kultural
Kompetensi/pemahaman lintas budaya (intercultural competence), menjadi suatu hal
yang penting karena pada dasarnya manusia melakukan praktik berbudaya terutama
melalui bahasa. Pemaknaan terhadap konsep intercultural competence ini memang
cukup beragam.
Dari definisi di atas, terdapat dua elemen penting yaitu pengetahuan dan
keterampilan. Kedua elemen tersebut harus dilatih sebagai sebuah kecakapan oleh
seorang pekerja sosial. National Association of Social Workers(NASW), sebuah
organisasi pekerja sosial profesional di Amerika Serikat, telah mengeluarkan standar-
standar bagi kompetensi inter-kultural dalam praktek pekerjaan sosial. Standar dan
indikator tersebut diharapkan menjadi dasar dan pegangan bagi para pekerja sosial
ketika dengan situasi lapangan yang beragam.Standar-standar tersebut menjadi
sebuah tuntutan sebagaimana seorang pekerja sosial dihadapkan pada tanggung
jawab etis untuk menjadi seorang yang kompeten secara kultural
Di bidang pendidikan pekerjaan sosial, kompetensi
inter-kultural telah banyak dibahas dalam kurikulum
pendidikan pekerjaan sosial, walaupun belum disusun
secara sistematis sebagai pedoman bagi pekerja sosial
profesional di Indonesia.Pekerja sosial diharapkan telah
dibekali kompetensi ini sebelum turun ke lapangan baik
secara formal maupun informal.Pengetahuan informal
bisa diperoleh lewat relasi dengan yang berbeda latar
belakang Di sisi lain, hingga kini belum banyak penelitian
maupun evaluasi tentang implementasi kompetensi
kultural terutama dalam konteks Indonesia yang
majemuk dan beranekaragam
Cultural
Awareness
Definisi Cultural Awareness
Vacc (2003), Kesadaran budaya adalah kemampuan seseorang untuk melihat ke luar
dirinya sendiri dan menyadari akan adanya nilai, kebiasaan atau budaya yang masuk.
Proses selanjutnya, seseorang dapat menilai apakah kebudayaan itu dapat diterima
atau dianggap tidak lazim oleh budaya lain.
Data dan 1 3 5
informasi Cultural competence
Cultural Knowledge Taraf tertinggi yang
mengetahui 2 pelatihan khusus
4 masuk pada culture
kode-kode
untuk membuka adhesive
budaya dalam Cultural consideration Cultural understanding
lingkungan. pemahaman
Muncul Pelatihan lanjutan agar
budaya lebih
pertimbangan mengarah pada
dalam
untuk memaknai kesadaran dan
konsep dari kode- membantu proses
kode yang ada pengambilan keputusan
Tingkatan Cultural Awareness
Tingkatan Cultural Awareness lainnya disebutkan oleh Robert Hanvey yang membagi dalam
4 tingkat yaitu:
Praktek pekerjaan sosial melibatkan 2 subjek manusia yakni pekerja sosial dan klien,
yang masing-masing membawa identitas budaya yang berbeda, dan biasanya rentan terjadi
ketegangan. Pekerja Sosial yang kompeten secara budaya diharapkan mampu memiliki
setidaknya 4 aspek: pengetahuan, keterampilan, pembelajaran induktif, dan kesadaran
budaya.
mereka
secara sadar menghindari bias yang dibawanya kepada proses pelayanan. Dengan memiliki
kompetensi atau kesadaran terhadap budaya dapat menunjukkan tingkat profesionalitas
dan tanggung jawab seorang praktisi pekerjaan sosial. Dalam hal ini, terdapat 2 strategi:
Mengontrol budaya dan menggunakan budaya.
Cultural Awareness Dalam Pekerjaan Sosial
Mengontrol Budaya Menggunakan Budaya
Refleksivitas
3 Seorang pekerja sosial yang kompeten secara Menyadari bahwa klien dari kelompok yang
budaya bersedia mempertanyakan pandangan 4 termarjinalkan terkadang menganggap
dunianya sendiri dan bersedia untuk memahami dan sertifikasi pekerja sosial tidak memadai.
mengatasi stereotip kelompok lain