Pengaruh Terapi Bermain Kelompok Terhadap Konsep Diri Anak Thalasemia Di
Kota Bogor
Yuliastati1*, Ita Pursitasari1, Siti Nur Halimah1, Camalia S Sahat1
1 Poltekkes Bandung Prodi Keperawatan Bogor Jl Dr Sumeru No 116 Bogor * Email: yuliastati@gmail.com Abstrak Thalasemia merupakam salah satu penyakit kelainan darah genetik yang cukup banyak di derita oleh masyarakat di dunia. Kurang lebih sebanyak 7% dari penduduk dunia memiliki gen thalasemia dimana angka kejadian tertinggi mencapai 40% kasusnya di Asia. Berdasarkan data IDAI pada tahun 2016, prevalensi thalasemia mayor di Indonesia sebanyak 9.121 orang dan di Kota Bogor sendiri berdasarkan data Perhimpunan Orang Tua Penderita Thalasemia (POPTI), jumlah anak dengan thalassemia sebanyak 400 orang pada tahun 2019. Tindakan transfusi darah dan pengobatan yang terus menerus berdampak pada aspek psikososial anak dengan thalasemia. Reaksi yang muncul biasanya adalah malas, hilangnya nafsu makan, sulit berkonsentrasi, susah tidur, mudah capek, gangguan mood, merasa tidak punya harapan, perubahan citra diri, konsep diri dan percaya diri, perubahan peran sosial dan life style. Reaksi psikososial yang terjadi menyebabkan munculnya sikap rendah diri pada anak yang mempengaruhi konsep dirinya sehingga diperlukan intervensi untuk meningkatkan konsep diri. Salah satunya adalah dengan melakukan therapi bermain kelompok (TBK). Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya gambaran pengaruh terapi bermain kelompok terhadap konsep diri anak dengan thalasemia di Kota Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan disain kuasi eksperimental pre test–post test control group design untuk membandingkan hasil intervensi dua kelompok: kelompok intervensi yaitu anak thalasemia yang mendapatkan terapi bermain kelompok dan kelompok kontrol yaitu anak thalasemia yang tidak mendapatkan terapi bermain kelompok. Jumlah sampel penelitian 35 responden untuk masing-masing kelompok intervensi dan kontrol. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara terapi bermain kelompok (TBK) terhadap konsep diri anak thalasemia di Kota Bogor dengan P Value=0.000 pada alpha <0.05. Simpulan: terapi bermain kelompok (TBK) dapat meningkatkan konsep diri anak dengan thalasemia di Kota Bogor. Saran: TBK dapat dijadikan alternatif intervensi keperawatan pada anak untuk meningkatkan konsep diri anak dengan thalassemia dan perlu dilakukan secara kontinyu dengan tetap memperhatikan keadaan umum anak dan respon terhadap pengobatan/perawatan. Kata Kunci: Konsep diri; Terapi Bermain Kelompok; Thalasemia The Effect Of Group Play Therapy On The Self-Concept Of Children With Thalassemia In Bogor City Abstract Older people experience a decrease in physical, biological, psychological conditions, as well as changes in social and economic conditions. These changes will affect all aspects Thalassemia is one of the most common genetic blood disorders in the world, approximately 7% of the world's population has the thalassemia gene where the highest incidence rate reaches 40%
of cases in Asia. Based on IDAI data for 2016, the prevalence of thalassemia major in Indonesia is 9,121 people. In Bogor, the number of children with thalassemia is 400 people based on data from the association of parents of Children with thalassemia 1n 2019. Treatment of blood transfusions and continuous medication have an impact on the psychosocial aspects of children with thalassemia. Reactions that appear usually include laziness, loss of appetite, difficulty concentrating, difficulty sleeping, fatigue, mood disturbances, feeling hopeless, changes in self- image, self-concept and self-confidence, changes in social roles and life style. Psychosocial reactions that occur lead to the emergence of low self-esteem in children which affects their self- concept so that intervention is needed to improve self-concept. One of the effort is to do group play therapy. The purpose of this study was to obtain an overview of the effect of group play therapy on the self-concept of children with thalassemia in Bogor City. The research method used was quantitative with a quasi-experimental design pretest–post test control group design to compare the results of the two intervention groups: the intervention group, children with thalassemia who received group play therapy and the control group, children with thalassemia who did not receive group play therapy. The number of research samples was 35 respondents for each of the intervention and control groups. Data analysis was performed using univariate and bivariate. The results showed that there was a significant effect between group play therapy on the self-concept of thalassemia children in Bogor City with P Value = 0.000 at alpha <0.05. Conclusion: group play therapy can improve the self-concept of children with thalassemia in Bogor City. Suggestion: group play therapy can be used as an alternative nursing intervention for children to improve the self-concept of children with thalassemia and needs to be carried out continuously with regard to the child's general condition and response to treatment.
Keywords: Self-concept; Group Play Therapy; Thalassemia
PENDAHULUAN sedangkan berdasarkan data Yayasan
Salah satu penyakit kelainan Talasemia Indonesia atau Perhimpunan darah yang diturunkan dari orangtua Orang Tua Penderita Thalassemia kepada anaknya yaitu thalasemia. Indonesia (POPTI) tahun 2018 sebanyak Thalasemia merupakan penyakit yang 9.028 (Kemenkes, 2019). Di Kota Bogor disebabkan karena berkurangnya atau sendiri berdasarkan laporan POPTI, tidak terbentuknya protein pembentuk jumlah anak dengan thalasemia sebanyak hemoglobin utama manusia sehingga 400 orang (Kota Bogor, 2019). eritrosit mudah pecah dan menyebabkan Anak dengan thalasemia akan pasien menjadi pucat karena kekurangan mendapatkan transfusi darah seumur darah (anemia) (Kemenkes RI, 2017). hidupnya. Transfusi darah yang diberikan Thalasemia merupakam salah satu bertujuan untuk mempertahankan kadar penyakit kelainan darah genetik yang hemoglobin 9 sampai 10 g/dl (Halina, cukup banyak di derita oleh masyarakat di 2012). Menurut Safitri et al (2015), dunia. Indonesia merupakan salah satu kepatuhan menjalani transfusi darah negara yang masuk dalam ‘sabuk secara teratur dan rutin pada pasien talasemia” dunia, artinya negara dengan dengan thalasemia akan menjaga frekuensi gen (angka pembawa sifat) kesehatan dan stamina, sehingga anak thalasemia yang tinggi. Menurut data dengan thalasemia tetap bisa menjalankan IDAI tahun 2016 prevalensi thalasemia aktivitasnya. Pemberian transfusi darah mayor di Indonesia sebanyak 9.121orang, yang terus menerus akan menyebabkan
terjadinya penumpukan besi yang tinggi mengalami beban yang bertambah berat. pada parenkim hati dan disertai dengan Keadaan ini beresiko tinggi kadar serum besi yang tinggi selain juga mempengaruhi kesehatan mentalnya. Jika dapat mengakibatkan rusaknya organ tubuh pasien gagal beradaptasi dengan seperti hati, limpa, ginjal, jantung, tulang penyakitnya dan pengobatan yang dan pankreas (Safitri et al., 2015). dijalankan selama masa anak ini, maka Anemia pada anak dengan mereka akan menghadapi komplikasi thalasemia bisa menyebabkan parah yang secara signifikan akan terganggunya pertumbuhan. Berdasarkan mempengaruhi kehidupannya. Penyakit penelitian yang dilakukan oleh Mariani yang diderita dianggap menjadi sumber (2011), anemia dan masalah endokrin stres, dimana komplikasi dan kekambuhan dapat mengakibatkan terganggunya menjadi krisis besar bagi pasien dan pertumbuhan anak seperti postur tubuh keluarganya sehingga dapat mempegaruhi yang pendek. Pada kasus yang lebih berat aspek psikologisnya. Anak dengan pasien thalasemia menunjukan gejala klinis thalasemia memiliki tingkat depresi lebih berupa hepatosplenomegali, kerapuhan, tinggi dan konsep diri yang rendah (Tomaj penipisan tulang dan anemia. et al., 2016). Tindakan perawatan dan Dampak penyakit thalassemia pengobatan yang dilakukan secara terus sangat dirasakan oleh anak-anak terutama menerus pada pasien dengan thalasemia usia prasekolah dan sekolah dimana akan berdampak pada psikososialnya. pada masa ini mereka sedang mencari Menurut Mulyani & Fahrudin (2011), pada kebebasan. Dengan kondisi yang penderita thalasemia mayor yang dialaminya, anak akan membandingkan menjalani transfusi secara rutin seringkali dengan anak lain dan kelompok sebayanya menunjukkan reaksi psikososial seperti terutama keadaan fisiknya yang berbeda malas, hilangnya nafsu makan, sulit seperti penampilan wajah, pertumbuhan berkonsentrasi, susah tidur, mudah capek, terhambat, kelainan bentuk tulang dan gangguan mood, merasa tidak punya keadaan fisik yang lemah. Keadaan harapan, perubahan citra diri, konsep diri kesehatan yang fluktuatif membuat anak dan percaya diri, perubahan peran sosial sering mengalami rawat inap karena sakit dan life style. Reaksi psikososial yang atau mendapatkan transfuse. Karena terjadi akan menyebabkan munculnya sakitnya, anak menjadi sering bolos sikap rendah diri pada anak, sehingga sehingga prestasi sekolah menjadi mempengaruhi terhadap konsep diri anak. menurun. Keadaan ini membuat anak Anak dengan thalasemia akan menjadi stress dan respon stress setiap menjalani pengobatan terus menerus anak berbeda tergantung pada karakteristik sepanjang kehidupannya. Menurut Tomaj pribadi mereka, usia, tahap perkembangan et al (2016), lamanya penyakit dan kognitif, kemampuan beradaptasi dan pengobatan yang harus dijalani sepanjang penyakit sebelumnya (Koutelekos & hidupnya serta komplikasi penyakit yang Haliasos, 2013). diderita, membuat anak dengan thalassemia
Kondisi fisik yang dialami oleh memelihara konsep dirinya secara anak dengan thalassemia akan berdampak positif. Perkembangan konsep diri yang terhadap psikologisnya. Menurut positif pada usia dini menjadikan anak Koutelekos & Haliasos, (2013), kondisi- merasa kompeten, mencoba hal-hal baru kondisi psikologis yang dialami anak dan berjuang untuk sukses (Calm, 2020). thalasemia akan berakibat buruk pada Tingginya tingkat stress dan harga diri anak, perkembangan dampak yang ditimbulkan dari kepribadian dan kesehatan emosionalnya. penyakitnya membuat anak dengan Akibatnya, anak akan mengembangkan thalasemia mempunyai konsep diri yang pikiran negatif tentang hidup mereka, rendah sehingga diperlukan upaya untuk mengalami perasaan kesepian, isolasi diri meningkatkan konsep dirinya. Salah satu dan menderita penyakit psikiatris yang upaya yang dapat dilakukan untuk membuat mereka semakin sulit meningkatkan konsep diri pada anak beradaptasi dengan lingkungan sosial dengan thalasemia adalah terapi bermain terutama dengan teman sebaya. kelompok. Terapi bermain kelompok Terganggunya rutinitas sehari-hari merupakan suatu kegiatan yang pada anak dengan penyakit kronis, dilakukan oleh kelompok kecil anak-anak komplikasi yang terjadi, intervensi medis dengan masalah yang sama melalui yang menyakitkan, berulang kali keluar kegiatan semi terstruktur dalam lingkungan masuk rumah sakit dan seringnya terjadi yang aman dan hangat yang disediakan perpisahan terutama dengan orang yang oleh terapis. Terapis dilatih untuk mereka cintai, lingkungan sosial dan memberikan dukungan positif kepada sekolah dapat menimbulkan reaksi anak dan memungkinkan dinamika psikologis seperti depresi, kecemasan, kelompok berkembang secara dinamis penurunan harga diri dan distorsi citra sehingga dapat mendukung dalam tubuh mereka yang pada akhirnya dapat pemecahan masalah. mengakibatkan konsep diri negatif pada Kelompok bermain diatur anak (Kyritsi et al., 2007). berdasarkan beberapa latar belakang yang Konsep diri dapat didefinisikan sama seperti usia dan jenis kelamin, sebagai pandangan seseorang tentang kesulitan masalah atau pengalaman yang dirinya dan kemampuannya. Konsep diri sama terhadap penyakit. Pelaksanaan seorang anak mulai berkembang saat lahir terapi bermain biasanya dibagi menjadi 6 dan bergantung dari bagaimana orang sesi dengan tiap sesi berlangsung selama dewasa merespons. Orang tua dan 40 menit atau lebih (tergantung pada usia pengasuh yang menciptakan ikatan dan kebutuhan anak). Fokus bermain di emosional yang positif dengan bayi melalui diarahkan pada bagaimana cara mengatasi interaksi yang hangat dan penuh perhatian masalah, mengelola kecemasan, dapat membuat konsep diri anak menjadi meningkatkan hubungan teman sebaya, positif. Ketika anak tumbuh, mengurangi stress, adaptasi dan kemampuannya untuk berinteraksi secara penerimaan. sukses dengan lingkungannya dapat
Beberapa studi menyatakan bahwa Bermain Kelompok (TBK). Child Self- terapi bermain terbukti dapat meningkatkan View Questionnair (CSVQ) yang adaptasi dan konsep diri anak. Tomaj et dikembangkan oleh Eder (1990) al (2016), menyatakan bahwa bermain digunakan untuk mengukur konsep diri membantu anak-anak yang bermasalah anak sebelum dan setelah therapi secara psikologis karena mereka dapat bermain kelompok yang terdiri dari 60 mengekspresikan perasaannya. Tomaj et al pertanyaan yang mengukur 9 dimensi, (2016), mengatakan bahwa terapi bermain yaitu pencapaian, agresi, keterasingan, bisa digunakan sebagai sarana komunikasi menghindari bahaya, kedekatan sosial, antara anak dan terapis, membantu anak potensi sosial, reaksi terhadap stress, keluar dari masalahnya, berkomunikasi tradisionalism dan dimensi kebahagiaan. dengan dunia luar dan berinteraksi dengan TBK merupakan intervensi yang lingkungan mereka. Penelitian ini digunakan untuk memberikan dukungan menunjukan defisit perhatian pada anak positif kepada anak dan memungkinkan hiperaktif berkurang setelah terapi dinamika kelompok berkembang secara bermain. Pada studi yang dilakukan oleh dinamis sehingga dapat mendukung dalam Tomaj et al (2016), menyatakan bahwa pemecahan masalah. Instrumen yang terapi bermain berkelompok berdampak digunakan adalah buku panduan TBK. signifikan terhadap kesadaran diri, Responden dibagi menjadi 2 kelompok pengaturan diri, interaksi sosial, empati dan yaitu kelompok Intervensi dan kelompok kemampuan adaptasi anak. kontrol. Kelompok intervensi diberikan TBK seminggu 1 kali selama enam BAHAN DAN METODE minggu, sedangkan kelompok kontrol Penelitian ini bertujuan untuk tidak diberikan TBK tetapi diberikan mengetahui pengaruh terapi bermain informasi tentang konsep diri dan bermain kelompok terhadap konsep diri anak menggunakan media leaflet. Setelah dengan talasemia di kota Bogor. Populasi selesai intervensi kemudian dilakukan dalam penelitian ini adalah seluruh anak pengukuran kedua konsep diri untuk kedua talasemia yang melakukan kunjungan ke kelompok. klinik talasemia di Rumah Sakit PMI Kota Bogor. Sedangkan sampel dalam HASIL DAN BAHASAN penelitian ini adalah anak thalasemia usia Berdasarkan tabel di atas dapat sekolah yang mendapatkan transfusi darah dilihat bahwa distribusi usia responden secara berkala di R. Thalasemia RS PMI bervariasi dari usia 6 sampai 12 tahun baik Kota Bogor dengan kondisi hemodinamik di kelompok intervensi maupun kontrol. yang stabil, keadaan umum baik dan Pada kelompok intervensi, jumlah kooperatif. Jumlah sampel sebanyak 35 responden terbanyak adalah usia 10 tahun responden untuk masing-msing kelompok yaitu sebanyak 7 orang (20%) dan intervensi dan control. Instrumen yang responden paling sedikit adalah usia 12 digunakan yaitu Child Self-View tahun (5.71%). Sedangkan pada kelompok Questionnair (CSVQ) dan Therapy kontrol, jumlah responden terbanyak
adalah usia 11 tahun yaitu 7 orang (20%) Konsep Diri
dan responden paling sedikit adalah usia 10 Konsep
Diri Pre tahun yaitu 3 orang (8.57%). Kelompok Positif 0 0 Tabel1. Distribusi Usia, Jenis kelamin intervensi Negatif 35 100 dan Konsep Diri Anak Thalasemia Sebelum dnn Sesudah TBK Pada 35 35 Kelompok Intervensi dan Kontrol di Jumlah Kota Bogor. Kelompok Positif 0 0 Oktober-November 2021 (n=70) control Negatif 35 100 Variabel n % 35 100 Usia Jumlah
Kelompok 6 Tahun 4 11,43 Konsep
Intervensi Diri Post 7 Tahun 7 20 Kelompok Positif 33 94,3 8 Tahun 6 17,14 intervensi Negatif 2 5,7 9 Tahun 4 11,43 35 100 Jumlah 10 Tahun 7 20 Kelompok Positif 3 8,6 11 Tahun 5 14,29 Kontrol Negatif 32 91,4 12 Tahun 2 5,71 Jumlah 35 100 35 100 Jumlah
Kelompok 6 Tahun 4 11,43
Kontrol Berdasarkan jenis kelamin, 7 Tahun 6 17,14 responden pada kelompok intervensi 8 Tahun 6 17,14 diketahui lebih dari setengahnya berjenis 9 Tahun 5 14,29 kelamin perempuan yaitu sebanyak 23 orang (65.7%). Sedangkan pada 10 Tahun 3 8,57 kelompok kontrol, lebih dari setengahnya 11 Tahun 7 20 responden berjenis kelamin laki-laki yaitu Jumlah 12 Tahun 4 11,43 sebanyak 22 orang (62.5%). 35 100% Berdasarkan konsep diri anak thalassemia sebelum dilakukan TBK baik Jenis Kerlamin pada kelompok intervensi maupun Kelompok Laki-laki 12 34.3 kelompok kontrol seluruhnya negatif. Intervensi Perempuan 23 65,7 Sedangkan konsep diri anak thalassemia 35 100 setelah dilakukan terapi bermain Jumlah kelompok (TBK) pada kelompok intervensi hampir seluruhnya responden Kelompok Laki-laki 22 62.9 Kontrol yaitu 33 orang (94.3%) mempunyai Perempuan 13 37,1 Jumlah konsep diri positif sedangkan sebagian 35 100 kecilnya mempunyai konsep diri yang
negatif yaitu sebanyak 2 orang (5.7%). disimpulkan bahwa tidak terdapat Pada kelompok kontrol hasil pengukuran perbedaan yang signifikan antara konsep kedua menunjukkan bahwa dari 35 diri anak dengan thalasemia sebelum dan responden, hampir seluruhnya yaitu 32 sesudah pemberian leaflet. orang (91.4%) mempunyai konsep diri Tabel 3. Distribusi Konsep Diri Anak negatif dan hanya sebagian kecil yaitu 3 dengan Thalasemia Setelah TBK orang (8.6%) mempunyai konsep diri Antara Kelompok Intervensi dan positif. Kelompok Kontrol di Kota Bogor Oktober-November 2021 (N=70) Tabel 2. Distribusi Konsep Diri anak Thalasemia Sebelum dan Sesudah TBK Variabel Kelom Rerat SD SE P n pok a valu Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok e Kontrol di Kota Bogor TBK Interve 1.94 0.2 0.4 0.00 35 Oktober-November 2021 (N=70) nsi 36 0 1 Non-TBK 35 Variabel Mean SD P value (leaflet) Kontro 1.09 0.2 0.4 l 84 8 Konsep Kelompok Diri Sebelum 1.00 0.001 0.000 intervensi Sesudah 1.94 0.236 Hasil analisis didapatkan rerata Kelompok Sebelum 1.00 0.001 0.083 kontrol Sesudah konsep diri anak dengan thalasemia pada 1,09 0.284 Hasil analisis didapatkan rerata kelompok intervensi setelah dilakukan konsep diri anak dengan thalasemia pada TBK adalah 1.94 dengan standar deviasi kelompok intervensi sebelum TBK adalah 0.236. Sedangkan rerata konsep diri anak 1.00 dengan standar deviasi 0.001. Pada dengan thalasemia pada kelompok kontrol akhir intervensi, rerata konsep diri anak adalah 1.09 dengan standar deviasi 0.284. dengan thalasemia mengalami kenaikan Hasil uji statistik didapatkan nilai P value menjadi 1.94 dengan standar deviasi 0.236. = 0.001, berarti pada α < 0.05 dapat Hasil uji statistik didapatkan nilai P value disimpulkan ada perbedaan yang = 0.000, pada α < 0,05. Dengan demikian signifikan rerata konsep diri anak dengan maka dapat disimpulkan terdapat thalasemia antara kelompok intervensi perbedaan yang signifikan antara konsep dengan kelompok kontrol. diri anak dengan thalasemia sebelum dan sesudah TBK. BAHASAN Sedangkan pada kelompok kontrol, Berdasarkan hasil analisis hasil analisis didapatkan rerata konsep diri didapatkan bahwa terdapat perbedaan anak dengan thalasemia sebelum TBK yang signifikan antara konsep diri anak adalah 1.00 dengan standar deviasi 0.001. dengan thalasemia sebelum dan sesudah Pada pengukuran kedua, rerata konsep diri diberikan TBK selama 6 minggu dengan P anak dengan thalasemia menjadi 1.09 value = 0.000, α < 0.05. Terjadi dengan standar deviasi 0.284. Hasil uji peningkatan rerata sebanyak 0.94 pada statistik didapatkan nilai P value = 0.083, akhir intervensi TBK. pada α <0,05. Dengan demikian dapat
Konsep diri didefinisikan sebagai masyarakat di sekitarnya. Pelayanan identitas diri seseorang, suatu skema yang kesehatan anak perlu mengupayakan terdiri dari keyakinan dan perasaan tentang optimalisasi kemampuan fungsional anak diri sendiri, sebagai identitas siapa “saya” dan kualitas hidupnya agar anak dengan dan penilaian kognitif dari fisik, sosial dan thalasemia dapat bertumbuh menjadi kompetensi akademik. Tindakan perawatan dewasa yang produktif. dan pengobatan yang dilakukan secara terus Salah satu upaya yang dapat menerus pada pasien dengan thalasemia dilakukan untuk mendukung pertumbuhan akan berdampak pada psikososialnya. Pada dan perkembangan anak dengan penderita thalasemia mayor yang thalassemia serta meningkatkan konsep menjalani transfusi secara rutin seringkali dirinya adalah dengan terapi bermain menunjukkan reaksi psikososial seperti kelompok (TBK). Terapi bermain malas, hilangnya nafsu makan, sulit kelompok merupakan suatu kegiatan berkonsentrasi, susah tidur, mudah capek, yang dilakukan oleh kelompok kecil anak gangguan mood, merasa tidak punya dengan masalah yang sama melalui harapan, perubahan citra diri, konsep diri kegiatan semi terstruktur dalam dan percaya diri, perubahan peran sosial lingkungan yang aman dan hangat yang dan life style. Reaksi psikososial yang disediakan oleh terapis. Terapis dilatih terjadi akan menyebabkan munculnya untuk memberikan dukungan positif sikap rendah diri pada anak, sehingga kepada anak dan memungkinkan mempengaruhi terhadap konsep diri anak dinamika kelompok berkembang secara (Mulyani dan Fahrudin, A, 2011). dinamis sehingga dapat mendukung dalam Hasil studi juga menunjukkan pemecahan masalah. bahwa lamanya penyakit yang diderita Hasil penelitian yang dilakukan Ria berdampak besar pada masalah Setia Sari, Rita (2021) menyatakan bahwa psikososial terutama perasaan cemas terapi bermain berpengaruh secara signifikan yang dirasakan lebih besar oleh anak terhadap konsep diri terutama dalam perempuan dibandingkan dengan anak menurunkan kecemasan pada anak laki- laki. Selain itu anak-anak yang thalassemia yang sedang menjalani transfusi menderita penyakit kronis termasuk darah. Hasil penelitian ini juga sejalan thalasemia memiliki pandangan negatif dengan penelitian yang dilakukan Winda terhadap penampilan fisik mereka, (2017) yang menyatakan bahwa terapi bermasalah baik di rumah dan di sekolah bermain dapat menurunkan kecemasan pada terutam berhubungan dengan prestasi anak pra sekolah yang sedang menjalankan sekolah (Kyritsi H, et all. 2019). kemoterapi di ruang kemoterapi RS Ulin Banjarmasin. Upaya mengoptimalkan tumbuh kembang termasuk aspek psikososial anak Terapi bermain dapat disarankan sebagai dengan thalasemia memerlukan perhatian salah satu terapi non farmakologi untuk dan kerja sama dari banyak pihak, menurunkan kecemasan pada anak dan termasuk orangtua, tenaga kesehatan, meningkatkan konsep dirinya. Karena pendidik, pihak sekolah, maupun dengan terapi bermain anak bisa
mengembangkan kreatifitas dan https://pusdatin.kemkes.go.id/resourc mengekspresikan perasaan yang tidak es/download/pusdatin/infodatin/infod bisa disampaikan melalui bermain. atin-reproduksi- remaja.pdf%0Ahttps://www.kemkes. go.id/download.php?file=download/p usdatin/infodatin/infodatin SIMPULAN reproduksi remaja-ed.pdf Terapi bermain kelompok (TBK) Koutelekos, J., & Haliasos, N. (2013). berpengaruh secara signifikan terhadap Depression and Thalassemia in konsep diri anak dengan thalasemia children, adolescents and adults. dengan P value = 0.000, pada α < 0,05. Health Science Journal, 7(3), 239– 246. Dengan demikian dapat disimpulkan Kyritsi, H., Matziou, V., Papadatou, D., bahwa terapi bermain kelompok (TBK) Evagellou, E., Koutelekos, G., & dapat meningkatkan konsep diri anak Polikandrioti, M. (2007). Self dengan thalasemia di Kota Bogor. TBK concept of children and adolescents dapat dijadikan alternatif intervensi with cancer. Health Science Journal, keperawatan pada anak untuk 1(3), 1–12. https://www.hsj.gr/medicine/self- meningkatkan konsep diri anak dengan concept-of-children-and-adolescents- thalassemia dan perlu dilakukan secara with- kontinyu dengan tetap memperhatikan cancer.php?aid=3685%0Ahttps://ww keadaan umum anak dan respon w.hsj.gr/abstract/self-concept-of- terhadap pengobatan/perawatan. children-and-adolescents-with- cancer-3685.html Referensi Mariani, D. (2011). Universitas Indonesia Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Calm, (2020) 10 ways to nurture your Kualitas Hidup Anak Thalasemia child’s self-concept: di unduh dari Beta Mayor. https://calm4kids.org/10-ways- Mulyani, & Fahrudin, A. (2011). Reaksi to-nurture-your-childs-self psikososial terhadap penyakit di concept/#:~:text=Self%2Dconce kalangan anak penderita talasemia pt%20can%20be%20defined,thro mayor di kota Bandung. Informasi, ugh 16(03), 157–176. Safitri, R., Juniar, E., & Karim, D. (2015). %20warm%20and%20caring%2 Hubungan Kepatuhan Transfusi dan 0interactions. Kepatuhan Konsumsi Kelasi Besi Halina, R. (2012). Faktor-faktor yang terhadap Pertumbuhan Anak dengan Mempengaruhi Performa Sekolah Talasemia. JOM, 2(34), 129–152. Pada Anak dengan Thalasemia yang https://doi.org/10.12816/0027279 Menjalani Transfusi di RSUPN Dr. Tomaj, O. K., Estebsari, F., Taghavi, T., Cipto Mangunkusumo. Universitas Nejad, L. B., Dastoorpoor, M., & Indonesia. Ghasemi, A. (2016). The effects of Kemenkes RI. (2017). Situasi Kesehatan group play therapy on self-concept Reproduksi Remaja. In Situasi among 7 to 11 year-old children Kesehatan Reproduksi Remaja (Issue suffering from thalassemia major. Remaja, p. 1). Iranian Red Crescent Medical