Anda di halaman 1dari 10

Diterima: 12 Desember 2022

Direvisi: 22 dan 26 Desember 2022


Disetujui: 28 Desember 2022

Pengaruh Terapi Bermain Kelompok Terhadap Konsep Diri Anak Thalasemia Di


Kota Bogor

Yuliastati1*, Ita Pursitasari1, Siti Nur Halimah1, Camalia S Sahat1


1
Poltekkes Bandung Prodi Keperawatan Bogor
Jl Dr Sumeru No 116 Bogor
*
Email: yuliastati@gmail.com
Abstrak
Thalasemia merupakam salah satu penyakit kelainan darah genetik yang cukup banyak
di derita oleh masyarakat di dunia. Kurang lebih sebanyak 7% dari penduduk dunia
memiliki gen thalasemia dimana angka kejadian tertinggi mencapai 40% kasusnya di
Asia. Berdasarkan data IDAI pada tahun 2016, prevalensi thalasemia mayor di Indonesia
sebanyak 9.121 orang dan di Kota Bogor sendiri berdasarkan data Perhimpunan Orang
Tua Penderita Thalasemia (POPTI), jumlah anak dengan thalassemia sebanyak 400
orang pada tahun 2019. Tindakan transfusi darah dan pengobatan yang terus menerus
berdampak pada aspek psikososial anak dengan thalasemia. Reaksi yang muncul biasanya adalah
malas, hilangnya nafsu makan, sulit berkonsentrasi, susah tidur, mudah capek, gangguan
mood, merasa tidak punya harapan, perubahan citra diri, konsep diri dan percaya
diri, perubahan peran sosial dan life style. Reaksi psikososial yang terjadi
menyebabkan munculnya sikap rendah diri pada anak yang mempengaruhi konsep
dirinya sehingga diperlukan intervensi untuk meningkatkan konsep diri. Salah satunya
adalah dengan melakukan therapi bermain kelompok (TBK). Tujuan penelitian ini adalah
diperolehnya gambaran pengaruh terapi bermain kelompok terhadap konsep diri anak
dengan thalasemia di Kota Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif
dengan disain kuasi eksperimental pre test–post test control group design untuk
membandingkan hasil intervensi dua kelompok: kelompok intervensi yaitu anak
thalasemia yang mendapatkan terapi bermain kelompok dan kelompok kontrol yaitu anak
thalasemia yang tidak mendapatkan terapi bermain kelompok. Jumlah sampel penelitian
35 responden untuk masing-masing kelompok intervensi dan kontrol. Analisis data
dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
pengaruh yang signifikan antara terapi bermain kelompok (TBK) terhadap konsep diri
anak thalasemia di Kota Bogor dengan P Value=0.000 pada alpha <0.05. Simpulan:
terapi bermain kelompok (TBK) dapat meningkatkan konsep diri anak dengan
thalasemia di Kota Bogor. Saran: TBK dapat dijadikan alternatif intervensi keperawatan
pada anak untuk meningkatkan konsep diri anak dengan thalassemia dan perlu
dilakukan secara kontinyu dengan tetap memperhatikan keadaan umum anak dan
respon terhadap pengobatan/perawatan.
Kata Kunci: Konsep diri; Terapi Bermain Kelompok; Thalasemia
The Effect Of Group Play Therapy On The Self-Concept Of Children With Thalassemia
In Bogor City
Abstract
Older people experience a decrease in physical, biological, psychological conditions, as
well as changes in social and economic conditions. These changes will affect all aspects
Thalassemia is one of the most common genetic blood disorders in the world, approximately 7%
of the world's population has the thalassemia gene where the highest incidence rate reaches 40%

https://jurnal.ruangide.org/JKMD JKMD.2022, 1(2): 140-149 140


of cases in Asia. Based on IDAI data for 2016, the prevalence of thalassemia major in Indonesia
is 9,121 people. In Bogor, the number of children with thalassemia is 400 people based on data
from the association of parents of Children with thalassemia 1n 2019. Treatment of blood
transfusions and continuous medication have an impact on the psychosocial aspects of children
with thalassemia. Reactions that appear usually include laziness, loss of appetite, difficulty
concentrating, difficulty sleeping, fatigue, mood disturbances, feeling hopeless, changes in self-
image, self-concept and self-confidence, changes in social roles and life style. Psychosocial
reactions that occur lead to the emergence of low self-esteem in children which affects their self-
concept so that intervention is needed to improve self-concept. One of the effort is to do group
play therapy. The purpose of this study was to obtain an overview of the effect of group play
therapy on the self-concept of children with thalassemia in Bogor City. The research method used
was quantitative with a quasi-experimental design pretest–post test control group design to
compare the results of the two intervention groups: the intervention group, children with
thalassemia who received group play therapy and the control group, children with thalassemia
who did not receive group play therapy. The number of research samples was 35 respondents for
each of the intervention and control groups. Data analysis was performed using univariate and
bivariate. The results showed that there was a significant effect between group play therapy on
the self-concept of thalassemia children in Bogor City with P Value = 0.000 at alpha <0.05.
Conclusion: group play therapy can improve the self-concept of children with thalassemia in
Bogor City. Suggestion: group play therapy can be used as an alternative nursing intervention
for children to improve the self-concept of children with thalassemia and needs to be carried out
continuously with regard to the child's general condition and response to treatment.

Keywords: Self-concept; Group Play Therapy; Thalassemia

PENDAHULUAN sedangkan berdasarkan data Yayasan


Salah satu penyakit kelainan Talasemia Indonesia atau Perhimpunan
darah yang diturunkan dari orangtua Orang Tua Penderita Thalassemia
kepada anaknya yaitu thalasemia. Indonesia (POPTI) tahun 2018 sebanyak
Thalasemia merupakan penyakit yang 9.028 (Kemenkes, 2019). Di Kota Bogor
disebabkan karena berkurangnya atau sendiri berdasarkan laporan POPTI,
tidak terbentuknya protein pembentuk jumlah anak dengan thalasemia sebanyak
hemoglobin utama manusia sehingga 400 orang (Kota Bogor, 2019).
eritrosit mudah pecah dan menyebabkan Anak dengan thalasemia akan
pasien menjadi pucat karena kekurangan mendapatkan transfusi darah seumur
darah (anemia) (Kemenkes RI, 2017). hidupnya. Transfusi darah yang diberikan
Thalasemia merupakam salah satu bertujuan untuk mempertahankan kadar
penyakit kelainan darah genetik yang hemoglobin 9 sampai 10 g/dl (Halina,
cukup banyak di derita oleh masyarakat di 2012). Menurut Safitri et al (2015),
dunia. Indonesia merupakan salah satu kepatuhan menjalani transfusi darah
negara yang masuk dalam ‘sabuk secara teratur dan rutin pada pasien
talasemia” dunia, artinya negara dengan dengan thalasemia akan menjaga
frekuensi gen (angka pembawa sifat) kesehatan dan stamina, sehingga anak
thalasemia yang tinggi. Menurut data dengan thalasemia tetap bisa menjalankan
IDAI tahun 2016 prevalensi thalasemia aktivitasnya. Pemberian transfusi darah
mayor di Indonesia sebanyak 9.121orang, yang terus menerus akan menyebabkan

https://jurnal.ruangide.org/JKMD JKMD.2022, 1(2):140 -149 141


terjadinya penumpukan besi yang tinggi mengalami beban yang bertambah berat.
pada parenkim hati dan disertai dengan Keadaan ini beresiko tinggi
kadar serum besi yang tinggi selain juga mempengaruhi kesehatan mentalnya. Jika
dapat mengakibatkan rusaknya organ tubuh pasien gagal beradaptasi dengan
seperti hati, limpa, ginjal, jantung, tulang penyakitnya dan pengobatan yang
dan pankreas (Safitri et al., 2015). dijalankan selama masa anak ini, maka
Anemia pada anak dengan mereka akan menghadapi komplikasi
thalasemia bisa menyebabkan parah yang secara signifikan akan
terganggunya pertumbuhan. Berdasarkan mempengaruhi kehidupannya. Penyakit
penelitian yang dilakukan oleh Mariani yang diderita dianggap menjadi sumber
(2011), anemia dan masalah endokrin stres, dimana komplikasi dan kekambuhan
dapat mengakibatkan terganggunya menjadi krisis besar bagi pasien dan
pertumbuhan anak seperti postur tubuh keluarganya sehingga dapat mempegaruhi
yang pendek. Pada kasus yang lebih berat aspek psikologisnya. Anak dengan
pasien thalasemia menunjukan gejala klinis thalasemia memiliki tingkat depresi lebih
berupa hepatosplenomegali, kerapuhan, tinggi dan konsep diri yang rendah (Tomaj
penipisan tulang dan anemia. et al., 2016).
Tindakan perawatan dan Dampak penyakit thalassemia
pengobatan yang dilakukan secara terus sangat dirasakan oleh anak-anak terutama
menerus pada pasien dengan thalasemia usia prasekolah dan sekolah dimana
akan berdampak pada psikososialnya. pada masa ini mereka sedang mencari
Menurut Mulyani & Fahrudin (2011), pada kebebasan. Dengan kondisi yang
penderita thalasemia mayor yang dialaminya, anak akan membandingkan
menjalani transfusi secara rutin seringkali dengan anak lain dan kelompok sebayanya
menunjukkan reaksi psikososial seperti terutama keadaan fisiknya yang berbeda
malas, hilangnya nafsu makan, sulit seperti penampilan wajah, pertumbuhan
berkonsentrasi, susah tidur, mudah capek, terhambat, kelainan bentuk tulang dan
gangguan mood, merasa tidak punya keadaan fisik yang lemah. Keadaan
harapan, perubahan citra diri, konsep diri kesehatan yang fluktuatif membuat anak
dan percaya diri, perubahan peran sosial sering mengalami rawat inap karena sakit
dan life style. Reaksi psikososial yang atau mendapatkan transfuse. Karena
terjadi akan menyebabkan munculnya sakitnya, anak menjadi sering bolos
sikap rendah diri pada anak, sehingga sehingga prestasi sekolah menjadi
mempengaruhi terhadap konsep diri anak. menurun. Keadaan ini membuat anak
Anak dengan thalasemia akan menjadi stress dan respon stress setiap
menjalani pengobatan terus menerus anak berbeda tergantung pada karakteristik
sepanjang kehidupannya. Menurut Tomaj pribadi mereka, usia, tahap perkembangan
et al (2016), lamanya penyakit dan kognitif, kemampuan beradaptasi dan
pengobatan yang harus dijalani sepanjang penyakit sebelumnya (Koutelekos &
hidupnya serta komplikasi penyakit yang Haliasos, 2013).
diderita, membuat anak dengan thalassemia

https://jurnal.ruangide.org/JKMD JKMD.2022, 1(2):140 -149 142


Kondisi fisik yang dialami oleh memelihara konsep dirinya secara
anak dengan thalassemia akan berdampak positif. Perkembangan konsep diri yang
terhadap psikologisnya. Menurut positif pada usia dini menjadikan anak
Koutelekos & Haliasos, (2013), kondisi- merasa kompeten, mencoba hal-hal baru
kondisi psikologis yang dialami anak dan berjuang untuk sukses (Calm, 2020).
thalasemia akan berakibat buruk pada Tingginya tingkat stress dan
harga diri anak, perkembangan dampak yang ditimbulkan dari
kepribadian dan kesehatan emosionalnya. penyakitnya membuat anak dengan
Akibatnya, anak akan mengembangkan thalasemia mempunyai konsep diri yang
pikiran negatif tentang hidup mereka, rendah sehingga diperlukan upaya untuk
mengalami perasaan kesepian, isolasi diri meningkatkan konsep dirinya. Salah satu
dan menderita penyakit psikiatris yang upaya yang dapat dilakukan untuk
membuat mereka semakin sulit meningkatkan konsep diri pada anak
beradaptasi dengan lingkungan sosial dengan thalasemia adalah terapi bermain
terutama dengan teman sebaya. kelompok. Terapi bermain kelompok
Terganggunya rutinitas sehari-hari merupakan suatu kegiatan yang
pada anak dengan penyakit kronis, dilakukan oleh kelompok kecil anak-anak
komplikasi yang terjadi, intervensi medis dengan masalah yang sama melalui
yang menyakitkan, berulang kali keluar kegiatan semi terstruktur dalam lingkungan
masuk rumah sakit dan seringnya terjadi yang aman dan hangat yang disediakan
perpisahan terutama dengan orang yang oleh terapis. Terapis dilatih untuk
mereka cintai, lingkungan sosial dan memberikan dukungan positif kepada
sekolah dapat menimbulkan reaksi anak dan memungkinkan dinamika
psikologis seperti depresi, kecemasan, kelompok berkembang secara dinamis
penurunan harga diri dan distorsi citra sehingga dapat mendukung dalam
tubuh mereka yang pada akhirnya dapat pemecahan masalah.
mengakibatkan konsep diri negatif pada Kelompok bermain diatur
anak (Kyritsi et al., 2007). berdasarkan beberapa latar belakang yang
Konsep diri dapat didefinisikan sama seperti usia dan jenis kelamin,
sebagai pandangan seseorang tentang kesulitan masalah atau pengalaman yang
dirinya dan kemampuannya. Konsep diri sama terhadap penyakit. Pelaksanaan
seorang anak mulai berkembang saat lahir terapi bermain biasanya dibagi menjadi 6
dan bergantung dari bagaimana orang sesi dengan tiap sesi berlangsung selama
dewasa merespons. Orang tua dan 40 menit atau lebih (tergantung pada usia
pengasuh yang menciptakan ikatan dan kebutuhan anak). Fokus bermain di
emosional yang positif dengan bayi melalui diarahkan pada bagaimana cara mengatasi
interaksi yang hangat dan penuh perhatian masalah, mengelola kecemasan,
dapat membuat konsep diri anak menjadi meningkatkan hubungan teman sebaya,
positif. Ketika anak tumbuh, mengurangi stress, adaptasi dan
kemampuannya untuk berinteraksi secara penerimaan.
sukses dengan lingkungannya dapat

https://jurnal.ruangide.org/JKMD JKMD.2022, 1(2):140 -149 143


Beberapa studi menyatakan bahwa Bermain Kelompok (TBK). Child Self-
terapi bermain terbukti dapat meningkatkan View Questionnair (CSVQ) yang
adaptasi dan konsep diri anak. Tomaj et dikembangkan oleh Eder (1990)
al (2016), menyatakan bahwa bermain digunakan untuk mengukur konsep diri
membantu anak-anak yang bermasalah anak sebelum dan setelah therapi
secara psikologis karena mereka dapat bermain kelompok yang terdiri dari 60
mengekspresikan perasaannya. Tomaj et al pertanyaan yang mengukur 9 dimensi,
(2016), mengatakan bahwa terapi bermain yaitu pencapaian, agresi, keterasingan,
bisa digunakan sebagai sarana komunikasi menghindari bahaya, kedekatan sosial,
antara anak dan terapis, membantu anak potensi sosial, reaksi terhadap stress,
keluar dari masalahnya, berkomunikasi tradisionalism dan dimensi kebahagiaan.
dengan dunia luar dan berinteraksi dengan TBK merupakan intervensi yang
lingkungan mereka. Penelitian ini digunakan untuk memberikan dukungan
menunjukan defisit perhatian pada anak positif kepada anak dan memungkinkan
hiperaktif berkurang setelah terapi dinamika kelompok berkembang secara
bermain. Pada studi yang dilakukan oleh dinamis sehingga dapat mendukung dalam
Tomaj et al (2016), menyatakan bahwa pemecahan masalah. Instrumen yang
terapi bermain berkelompok berdampak digunakan adalah buku panduan TBK.
signifikan terhadap kesadaran diri, Responden dibagi menjadi 2 kelompok
pengaturan diri, interaksi sosial, empati dan yaitu kelompok Intervensi dan kelompok
kemampuan adaptasi anak. kontrol. Kelompok intervensi diberikan
TBK seminggu 1 kali selama enam
BAHAN DAN METODE minggu, sedangkan kelompok kontrol
Penelitian ini bertujuan untuk tidak diberikan TBK tetapi diberikan
mengetahui pengaruh terapi bermain informasi tentang konsep diri dan bermain
kelompok terhadap konsep diri anak menggunakan media leaflet. Setelah
dengan talasemia di kota Bogor. Populasi selesai intervensi kemudian dilakukan
dalam penelitian ini adalah seluruh anak pengukuran kedua konsep diri untuk kedua
talasemia yang melakukan kunjungan ke kelompok.
klinik talasemia di Rumah Sakit PMI Kota
Bogor. Sedangkan sampel dalam HASIL DAN BAHASAN
penelitian ini adalah anak thalasemia usia Berdasarkan tabel di atas dapat
sekolah yang mendapatkan transfusi darah dilihat bahwa distribusi usia responden
secara berkala di R. Thalasemia RS PMI bervariasi dari usia 6 sampai 12 tahun baik
Kota Bogor dengan kondisi hemodinamik di kelompok intervensi maupun kontrol.
yang stabil, keadaan umum baik dan Pada kelompok intervensi, jumlah
kooperatif. Jumlah sampel sebanyak 35 responden terbanyak adalah usia 10 tahun
responden untuk masing-msing kelompok yaitu sebanyak 7 orang (20%) dan
intervensi dan control. Instrumen yang responden paling sedikit adalah usia 12
digunakan yaitu Child Self-View tahun (5.71%). Sedangkan pada kelompok
Questionnair (CSVQ) dan Therapy kontrol, jumlah responden terbanyak

https://jurnal.ruangide.org/JKMD JKMD.2022, 1(2):140 -149 144


adalah usia 11 tahun yaitu 7 orang (20%) Konsep Diri

dan responden paling sedikit adalah usia 10 Konsep


Diri Pre
tahun yaitu 3 orang (8.57%).
Kelompok Positif 0 0
Tabel1. Distribusi Usia, Jenis kelamin intervensi
Negatif 35 100
dan Konsep Diri Anak Thalasemia
Sebelum dnn Sesudah TBK Pada 35 35
Kelompok Intervensi dan Kontrol di Jumlah
Kota Bogor. Kelompok Positif 0 0
Oktober-November 2021 (n=70) control
Negatif 35 100
Variabel n %
35 100
Usia Jumlah

Kelompok 6 Tahun 4 11,43 Konsep


Intervensi Diri Post
7 Tahun 7 20
Kelompok Positif 33 94,3
8 Tahun 6 17,14 intervensi
Negatif 2 5,7
9 Tahun 4 11,43
35 100
Jumlah
10 Tahun 7 20
Kelompok Positif 3 8,6
11 Tahun 5 14,29
Kontrol
Negatif 32 91,4
12 Tahun 2 5,71
Jumlah
35 100
35 100 Jumlah

Kelompok 6 Tahun 4 11,43


Kontrol Berdasarkan jenis kelamin,
7 Tahun 6 17,14 responden pada kelompok intervensi
8 Tahun 6 17,14 diketahui lebih dari setengahnya berjenis
9 Tahun 5 14,29
kelamin perempuan yaitu sebanyak 23
orang (65.7%). Sedangkan pada
10 Tahun 3 8,57
kelompok kontrol, lebih dari setengahnya
11 Tahun 7 20
responden berjenis kelamin laki-laki yaitu
Jumlah
12 Tahun 4 11,43 sebanyak 22 orang (62.5%).
35 100% Berdasarkan konsep diri anak
thalassemia sebelum dilakukan TBK baik
Jenis
Kerlamin pada kelompok intervensi maupun
Kelompok Laki-laki 12 34.3
kelompok kontrol seluruhnya negatif.
Intervensi
Perempuan 23 65,7
Sedangkan konsep diri anak thalassemia
35 100
setelah dilakukan terapi bermain
Jumlah
kelompok (TBK) pada kelompok
intervensi hampir seluruhnya responden
Kelompok Laki-laki 22 62.9
Kontrol yaitu 33 orang (94.3%) mempunyai
Perempuan 13 37,1
Jumlah
konsep diri positif sedangkan sebagian
35 100
kecilnya mempunyai konsep diri yang

https://jurnal.ruangide.org/JKMD JKMD.2022, 1(2):140 -149 145


negatif yaitu sebanyak 2 orang (5.7%). disimpulkan bahwa tidak terdapat
Pada kelompok kontrol hasil pengukuran perbedaan yang signifikan antara konsep
kedua menunjukkan bahwa dari 35 diri anak dengan thalasemia sebelum dan
responden, hampir seluruhnya yaitu 32 sesudah pemberian leaflet.
orang (91.4%) mempunyai konsep diri
Tabel 3. Distribusi Konsep Diri Anak
negatif dan hanya sebagian kecil yaitu 3 dengan Thalasemia Setelah TBK
orang (8.6%) mempunyai konsep diri Antara Kelompok Intervensi dan
positif. Kelompok Kontrol di Kota Bogor
Oktober-November 2021 (N=70)
Tabel 2. Distribusi Konsep Diri anak
Thalasemia Sebelum dan Sesudah TBK Variabel Kelom Rerat SD SE P n
pok a valu
Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok e
Kontrol di Kota Bogor TBK Interve 1.94 0.2 0.4 0.00 35
Oktober-November 2021 (N=70) nsi 36 0 1
Non-TBK 35
Variabel Mean SD P value (leaflet) Kontro 1.09 0.2 0.4
l 84 8
Konsep
Kelompok Diri
Sebelum 1.00 0.001 0.000
intervensi Sesudah
1.94 0.236 Hasil analisis didapatkan rerata
Kelompok Sebelum 1.00 0.001 0.083
kontrol Sesudah konsep diri anak dengan thalasemia pada
1,09 0.284
Hasil analisis didapatkan rerata kelompok intervensi setelah dilakukan
konsep diri anak dengan thalasemia pada TBK adalah 1.94 dengan standar deviasi
kelompok intervensi sebelum TBK adalah 0.236. Sedangkan rerata konsep diri anak
1.00 dengan standar deviasi 0.001. Pada dengan thalasemia pada kelompok kontrol
akhir intervensi, rerata konsep diri anak adalah 1.09 dengan standar deviasi 0.284.
dengan thalasemia mengalami kenaikan Hasil uji statistik didapatkan nilai P value
menjadi 1.94 dengan standar deviasi 0.236. = 0.001, berarti pada α < 0.05 dapat
Hasil uji statistik didapatkan nilai P value disimpulkan ada perbedaan yang
= 0.000, pada α < 0,05. Dengan demikian signifikan rerata konsep diri anak dengan
maka dapat disimpulkan terdapat thalasemia antara kelompok intervensi
perbedaan yang signifikan antara konsep dengan kelompok kontrol.
diri anak dengan thalasemia sebelum dan
sesudah TBK. BAHASAN
Sedangkan pada kelompok kontrol,
Berdasarkan hasil analisis
hasil analisis didapatkan rerata konsep diri
didapatkan bahwa terdapat perbedaan
anak dengan thalasemia sebelum TBK
yang signifikan antara konsep diri anak
adalah 1.00 dengan standar deviasi 0.001.
dengan thalasemia sebelum dan sesudah
Pada pengukuran kedua, rerata konsep diri
diberikan TBK selama 6 minggu dengan P
anak dengan thalasemia menjadi 1.09
value = 0.000, α < 0.05. Terjadi
dengan standar deviasi 0.284. Hasil uji
peningkatan rerata sebanyak 0.94 pada
statistik didapatkan nilai P value = 0.083,
akhir intervensi TBK.
pada α <0,05. Dengan demikian dapat

https://jurnal.ruangide.org/JKMD JKMD.2022, 1(2):140 -149 146


Konsep diri didefinisikan sebagai masyarakat di sekitarnya. Pelayanan
identitas diri seseorang, suatu skema yang kesehatan anak perlu mengupayakan
terdiri dari keyakinan dan perasaan tentang optimalisasi kemampuan fungsional anak
diri sendiri, sebagai identitas siapa “saya” dan kualitas hidupnya agar anak dengan
dan penilaian kognitif dari fisik, sosial dan thalasemia dapat bertumbuh menjadi
kompetensi akademik. Tindakan perawatan dewasa yang produktif.
dan pengobatan yang dilakukan secara terus Salah satu upaya yang dapat
menerus pada pasien dengan thalasemia dilakukan untuk mendukung pertumbuhan
akan berdampak pada psikososialnya. Pada dan perkembangan anak dengan
penderita thalasemia mayor yang thalassemia serta meningkatkan konsep
menjalani transfusi secara rutin seringkali dirinya adalah dengan terapi bermain
menunjukkan reaksi psikososial seperti kelompok (TBK). Terapi bermain
malas, hilangnya nafsu makan, sulit kelompok merupakan suatu kegiatan
berkonsentrasi, susah tidur, mudah capek, yang dilakukan oleh kelompok kecil anak
gangguan mood, merasa tidak punya dengan masalah yang sama melalui
harapan, perubahan citra diri, konsep diri kegiatan semi terstruktur dalam
dan percaya diri, perubahan peran sosial lingkungan yang aman dan hangat yang
dan life style. Reaksi psikososial yang disediakan oleh terapis. Terapis dilatih
terjadi akan menyebabkan munculnya untuk memberikan dukungan positif
sikap rendah diri pada anak, sehingga kepada anak dan memungkinkan
mempengaruhi terhadap konsep diri anak dinamika kelompok berkembang secara
(Mulyani dan Fahrudin, A, 2011). dinamis sehingga dapat mendukung dalam
Hasil studi juga menunjukkan pemecahan masalah.
bahwa lamanya penyakit yang diderita Hasil penelitian yang dilakukan Ria
berdampak besar pada masalah Setia Sari, Rita (2021) menyatakan bahwa
psikososial terutama perasaan cemas terapi bermain berpengaruh secara signifikan
yang dirasakan lebih besar oleh anak terhadap konsep diri terutama dalam
perempuan dibandingkan dengan anak menurunkan kecemasan pada anak
laki- laki. Selain itu anak-anak yang thalassemia yang sedang menjalani transfusi
menderita penyakit kronis termasuk darah. Hasil penelitian ini juga sejalan
thalasemia memiliki pandangan negatif dengan penelitian yang dilakukan Winda
terhadap penampilan fisik mereka, (2017) yang menyatakan bahwa terapi
bermasalah baik di rumah dan di sekolah bermain dapat menurunkan kecemasan pada
terutam berhubungan dengan prestasi anak pra sekolah yang sedang menjalankan
sekolah (Kyritsi H, et all. 2019). kemoterapi di ruang kemoterapi RS Ulin
Banjarmasin.
Upaya mengoptimalkan tumbuh
kembang termasuk aspek psikososial anak Terapi bermain dapat disarankan sebagai
dengan thalasemia memerlukan perhatian salah satu terapi non farmakologi untuk
dan kerja sama dari banyak pihak, menurunkan kecemasan pada anak dan
termasuk orangtua, tenaga kesehatan, meningkatkan konsep dirinya. Karena
pendidik, pihak sekolah, maupun dengan terapi bermain anak bisa

https://jurnal.ruangide.org/JKMD JKMD.2022, 1(2):140 -149 147


mengembangkan kreatifitas dan https://pusdatin.kemkes.go.id/resourc
mengekspresikan perasaan yang tidak es/download/pusdatin/infodatin/infod
bisa disampaikan melalui bermain. atin-reproduksi-
remaja.pdf%0Ahttps://www.kemkes.
go.id/download.php?file=download/p
usdatin/infodatin/infodatin
SIMPULAN
reproduksi remaja-ed.pdf
Terapi bermain kelompok (TBK) Koutelekos, J., & Haliasos, N. (2013).
berpengaruh secara signifikan terhadap Depression and Thalassemia in
konsep diri anak dengan thalasemia children, adolescents and adults.
dengan P value = 0.000, pada α < 0,05. Health Science Journal, 7(3), 239–
246.
Dengan demikian dapat disimpulkan Kyritsi, H., Matziou, V., Papadatou, D.,
bahwa terapi bermain kelompok (TBK) Evagellou, E., Koutelekos, G., &
dapat meningkatkan konsep diri anak Polikandrioti, M. (2007). Self
dengan thalasemia di Kota Bogor. TBK concept of children and adolescents
dapat dijadikan alternatif intervensi with cancer. Health Science Journal,
keperawatan pada anak untuk 1(3), 1–12.
https://www.hsj.gr/medicine/self-
meningkatkan konsep diri anak dengan
concept-of-children-and-adolescents-
thalassemia dan perlu dilakukan secara with-
kontinyu dengan tetap memperhatikan cancer.php?aid=3685%0Ahttps://ww
keadaan umum anak dan respon w.hsj.gr/abstract/self-concept-of-
terhadap pengobatan/perawatan. children-and-adolescents-with-
cancer-3685.html
Referensi Mariani, D. (2011). Universitas Indonesia
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Calm, (2020) 10 ways to nurture your Kualitas Hidup Anak Thalasemia
child’s self-concept: di unduh dari Beta Mayor.
https://calm4kids.org/10-ways- Mulyani, & Fahrudin, A. (2011). Reaksi
to-nurture-your-childs-self psikososial terhadap penyakit di
concept/#:~:text=Self%2Dconce kalangan anak penderita talasemia
pt%20can%20be%20defined,thro mayor di kota Bandung. Informasi,
ugh 16(03), 157–176.
Safitri, R., Juniar, E., & Karim, D. (2015).
%20warm%20and%20caring%2 Hubungan Kepatuhan Transfusi dan
0interactions. Kepatuhan Konsumsi Kelasi Besi
Halina, R. (2012). Faktor-faktor yang terhadap Pertumbuhan Anak dengan
Mempengaruhi Performa Sekolah Talasemia. JOM, 2(34), 129–152.
Pada Anak dengan Thalasemia yang https://doi.org/10.12816/0027279
Menjalani Transfusi di RSUPN Dr. Tomaj, O. K., Estebsari, F., Taghavi, T.,
Cipto Mangunkusumo. Universitas Nejad, L. B., Dastoorpoor, M., &
Indonesia. Ghasemi, A. (2016). The effects of
Kemenkes RI. (2017). Situasi Kesehatan group play therapy on self-concept
Reproduksi Remaja. In Situasi among 7 to 11 year-old children
Kesehatan Reproduksi Remaja (Issue suffering from thalassemia major.
Remaja, p. 1). Iranian Red Crescent Medical

https://jurnal.ruangide.org/JKMD JKMD.2022, 1(2):140 -149 148


Journal, 18(4). https://doi.org/10.5812/ircmj.35412

https://jurnal.ruangide.org/JKMD JKMD.2022, 1(2):140 -149 149

Anda mungkin juga menyukai