Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.

S DENGAN DIAGNOSA MEDIS THALASEMIA DI RUANG


ASTER RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Disusun oleh :
Eka Natalia
2020-01-14201-054

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYASEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI
S1 KEPERAWATAN TAHUN
AJARAN 2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Asuhan Keperawatan ini disusun oleh:


Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eka Natalia


NIM : 2020-01-14201-054
Program : S1 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan pada Nn. S Dengan Diagnosa
medis Thalasemia di ruang Aster RSUD dr.Doris
Sylvanus Palangka Raya

Telah melaksanakan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktek Klinik Keperawatan III Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Eka Harap Palangka Raya.

Pembimbing Akademik, Pembimbing Lahan

Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners Ria Puji Hastuty, S.Kep.,Ners


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kasih dan karunianya Laporan Asuhan Keperawatan Pada Nn. S Dengan Diagnosa
Medis Thalasemia ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan Laporan
Asuhan Keperawatan ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, baik meteri, moral, maupun Spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulisan menggucapkan terima kasih kepada :
Asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku ketua Stikes Eka Harap
Palangka Raya

2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku ketua Program Studi Ners Stikes
Eka Harap Palangka Raya

3. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini

4. Kak Ria Puji Hastuty, S.Kep.,Ners selaku pembimbing klinik yang telah
memberikan izin, informasi dan membantu dalam pelaksanaan praktik
manajemen keperawatan

5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan


pengabdian kepada masyarakat ini

Saya menyadari bahwa asuhan keperawatan ini mungkin terdapat kesalah dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan asuhan keperawatan ini
dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua

Palangka Raya, 18 Maret 2023

Eka Natalia
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................i


KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4
2.1 Konsep Dasar Penyakit............................................................................4
2.1.1 Definisi ...................................................................................................4
2.1.2 Etiologi ...................................................................................................5
2.1.3 Klasifikasi................................................................................................5
2.1.4 Patofisiologi (WOC)...............................................................................6
2.1.5 Manifestasi Klinis....................................................................................8
2.1.6 Komplikasi..............................................................................................8
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang...........................................................................9
2.1.8 Penatalaksanaan Medis............................................................................9
2.2 Asuhan Keperawatan Teori ....................................................................10
2.2.1 Pengkajian................................................................................................10
2.2.2 Analisis Data............................................................................................11
2.2.3 Diagnosa Keperawatan............................................................................12
2.2.4 Intervensi..................................................................................................13
2.2.5 Implementasi dan Evaluasi......................................................................15
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................16
BAB 4 PENUTUP...........................................................................................20
4.1 Kesimpulan................................................................................................20
4.2 Saran..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................21
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Thalassemia merupakan penyakit kronik yang diturunkan secara
autosomal resesif dari orang tua kepada anaknya yang disebabkan oleh
defisiensi sintesis rantai polipeptida yang mempengaruhi sumsum tulang
produksi hemoglobin dengan manifestasi klinis anemia berat. Pada anak
dengan talasemia, beberapa perubahan terjadi baik fisik maupun psikologis.
Secara fisik, anak mengalami anemia kronik yang menyebabkan harus
menjalani tindakan transfusi yang rutin dan juga terapi kelasi untuk
mengurangi penimbunan zat besi, dan oleh karenanya harus menjalani diet
rendah zat besi. Secara psikologis anak dengan talasemia akan merasa dirinya
berbeda dengan orang lain, merasa aktivitasnya terbatas, prestasi akademiknya
cenderung rendah, juga penurunan kepercayaan diri (Safitri, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit thalasemia
merupakan penyakit genetik terbanyak di dunia yang saat ini sudah
dinyatakan sebagai masalah kesehatan dunia. Kurang lebih 7% dari penduduk
dunia mempunyai gen Thalasemia dimana angka kejadian tertinggi sampai
dengan 40% kasusnya, di Asia dan Indonesia merupakan negara yang
termasuk dalam kelompok beresiko tinggi untuk penyakit Thalasemia (Dahnil
& Mardhiyah, 2017).
Pada tahun 2016, prevalensi Thalasemia mayor di Indonesia berdasarkan
data UKK Hematologi Ikatan Dokter Anak Indonesia mencapai jumlah 9.121
orang. Berdasarkan data Yayasan Thalasemia Indonesia/Perhimpunan Orang
Tua Penderita (YTI/POPTI) diketahui bahwa penyandang Thalasemia di
Indonesia mengalami peningkatan dari 4.896 penyandang di tahun 2012
menjadi 9.028 penyandang pada tahun 2018 (Kemenkes RI, 2019)
Thalassemia adalah salah satu jenis penyakit kelainan darah yang
mengakibatkan gangguan hemoglobin. Hemoglobin adalah zat dalam sel
darah merah yang memiliki fungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke
seluruh tubuh manusia dan memberi zat warna merah pada sel darah merah.
Penderita thalassemia memproduksi sel darah merah lebih banyak
dibandingkan orang normal, namun sel darah merah yang diproduksi tidak
mencapai 120 hari. Sedangkan darah yang baru belum terbentuk maka
mengakibatkan tubuh kekurangan darah (Karimah et al., 2015). Anemia
kronik yang dialami oleh anak dengan thalassemia membutuhkan transfuse
darah yang berulang-ulang. Pemberian transfusi yang terus menerus ini dapat
menimbulkan komplikasi hemosiderosis dan hemokromatosis, yaitu
menimbulkan penimbunan zat besi dalam jaringan tubuh sehingga dapat
mengakibatkan kerusakan organ-organ tubuh seperti hati, limpa, ginjal,
jantung, tulang dan pankreas (Isworo et al, 2017). Belum ada obat untuk
menyembuhkan pasien thalasemia. Menurut Wong (2009) terapi supportif
bertujuan mempertahankan kadar Hb yang cukup untuk mencegah ekspansi
sumsum tulang dan deformitas tulang yang diakibatkannya, serta
menyediakan eritrosit dalam jumlah yang cukup untuk mendukung
pertumbuhan dan aktifitas fisik yang normal. Transfusi darah diberikan jika
kadar Hb kurang dari 6 gr/dl atau bila anak terlihat lemah dan tidak nafsu
makan (Ulfa & Wibowo, 2017) Anak juga harus mengkonsumsi obat zat besi
seperti deferoxamine dan deferasirox yang bertujuan untuk mengurangi
kelebihan zat besi akibattranfusi darah yang dilakukan secara rutin dalam
jangka waktu yang lama. Hal ini berarti anak harus datang ke rumah sakit dan
kadang-kadang membutuhkan waktu perawatan satu hari dirumah sakit.
Perawatan yang dijalani anak dengan thalasemia juga memberikan dampak
dalam bentuk perubahan fisik maupun psikologis.
Perawatan anak dengan thalasemia tidak hanya menimbulkan masalah
bagi anak, tapi juga bagi orangtua. Seharusnya orang tua memiliki
pengetahuan tentang, kenapa, bagaimana, dan apa tindakan yang sesuai
dengan kondisi anak, agar orangtua lebih mudah dalam melakukan hal yang
sesuai dengan kondisi anak yang menderita thalassemia (Marnis et al, 2018).
Ada beberapa peran perawat dalam memberikan Asuhan keperawatan dimana
peran dan fungsi perawat yang pertama adalah promotif dimana perawat
mampu memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua dengan gangguan
hematologi terutama pada thalassemia.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah studi


kasus ini adalah penulis membatasi penelitian bagaimana pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Thalasemia di ruangan
Aster RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

1.3 Tujuan
Tujuan Umum :
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan
pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis Thalasemia di ruang
Aster RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka raya.

Tujuan Khusus :

1. Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa


keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
diberikan.
2. Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
3. Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan
yang diberikan.
1.4 Manfaat
Manfaat Teori :
Sebagai sumber bacaan tentang Tonsilitis dan asuhan keperawatannya
Manfaat Praktik :
Agar dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan
menerapkan proses keperawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan
diagnose medis Tonsilitis melalui asuhan keperawatan yang dilaksanakan
secarakomprehensif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Thalasemia


2.1.1 Definisi

Thalasemia adalah sekelompok heterogen anemia hipopkromik


dengan berbagai derajat keparahan. Efek genetik yang mendasari meliputi
delesi total atau parsial gen rantai globin dan substitusi, delesi atau insersi
nukloetida (Behrman, 2012).

Thalasemia adalah suatu gangguan darah yang diturunkan dan


ditandai oleh defesiensi produk rantai globin pada hemoglobin (Suriadi,
2016). Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan
kondisi sel darah merah mudah rusak atau umumnya lebih pendek dari sel
darah normal (120 hari). Akibatnya penderita thalasemia akan mengalami
gejala anemia diantaranya pusing, muka pucat, badan sering lemas, sukar
tidur, nafsu makan hilang dan infeksi berulang (Hidayat, 2017). Dari
beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit thalasemia
adalah sekelompok heterogen anemia hipopkromik yang diturunkan dan
ditandai oleh defisiensi produk rantai globin pada hemoglobin.

2.1.2 Etiologi

Menurut Yuliastati & Nining (2016) Sebagian besar penderita


thalassemia terjadi karena faktor turunan genetik pada sintesis hemoglobin
yang diturunkan oleh orang tua (Suriadi, 2006). Sementara menurut
Ngastiyah (2006) penyebab kerusakan tersebut karenahemoglobin yang tidak
normal (Hemoglobinopatia) dan kelainan hemoglobin ini karena adanya
gangguan pembentukkan yang disebabkan oleh gangguan structural
pembentukkan hemoglobin (Hemoglobin abnormal) misalnya pada Hbs,
HbF, HbD dan sebagainya, selain itu gangguan jumlah (Salah satu/beberapa)
rantai globin seperti pada thalassemia.
Tanda dan gejala thalasemia:
1. Kelesuan.

2 Bibir, lidah, tangan, kaki dan bahagian lain berwarna pucat.

3. Sesak nafas.

4. Hilang selera makan dan bengkak di bagian abdomen.

5. Hemoglobin yang rendah yaitu kurang daripada 10g/dl.

Pada thalasemia mayor gejala klinik telah terlibat sejak umur kurang dari
1 tahun. Gejala yang tampak ialah anak lemah, pucat, perkembangan fisik
tidak sesuai dengan umur berat badan kurang. Pada anak yang besar sering
dijumpai adanya gizi buruk, perut membuncit, karena adanya pembesaran
limfa dan hati yang diraba. Adanya pembesaran hati dan limfa tersebut
mempengaruhi gerak sipasien karena kemampuannya terbatas. Limfa yang
membesar ini akan mudah rupture karena trauma ringan saja.Gejala ini adalah
bentuk muka yang mongoloid, hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak
antara kedua mata lebar dan tulan dahi juga lebar. Hal ini disebabkan karena
adanya gangguan perkembangan kerulang muka dan tengkorak, gambaran
radiologis tulang memperhatikan medulla yang lebar korteks tipis dan
trabekula besar. Keadaan kulit pucat kekuning-kuningan, jika pasien telah
sering mendapatkan transfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi
akibat penimbunan besi dalam jaringan kulit. Penimbunan besi
(hemosiderosis) dalam jaringan tubuh seperti pada hepar, limfa, jantung akan
mengakibatkan gangguan faal alat-alat tersebut (hemokromatosis).
2.1.3 Klasifikasi

Klasifikasi dari penyakit thalasemia, yaitu:

a. Thalassemia alfa

Thalassemia alfa merupakan jenis thalassemia yang mengalami


penurunan sintesis dalam rantai alfa.

b. Thalassemia beta

Thalassemia beta merupakan jenis thalassemia yang mengalami


penurunan pada rantai beta. Sedangkan berdasarkan jumlah gen yang
mengalami gangguan. Hockenberry & Wilson (2012) mengklasifikasikan
Thalasemia menjadi

1) Thalasemia Minor

Thalasemia minor merupakan keadaan yang terjadi pada seseorang yang


sehat namun orang tersebut dapat mewariskan gen Thalasemia pada
anak-anaknya. Thalasemia trait sudah ada sejak lahir dan tetap akan ada
sepanjang hidup penderita. Penderita tidak memerlukan transfusi darah
dalam hidupnya.

2) Thalasemia Intermedia

Thalasemia intermedia merupakan kondisi antara Thalasemia mayor dan


minor. Penderita Thalasemia ini mungkin memerlukan transfusi darah
secara berkala, dan penderita Thalasemia jenis ini dapat bertahan hidup
sampai dewasa.

3) Thalasemia Mayor

Thalasemia jenis ini sering disebut Cooley Anemia dan terjadi apabila
kedua orangtua mempunyai sifat pembawa Thalasemia (Carrier). Anak-
anak dengan Thalasemia mayor tampak normal
2.1.4 Patofisiologi (WOC)

Penyakit thalassemia disebabkan oleh adanya kelainan perubahan mutasi


pada gen globin alpha atau gen globin beta sehingga produksi rantai globin
tersebut berkurang atau tidak ada. Didalam sumsum tulang mutasi thalasemia
menghambat pematangan sel darah merah sehingga eritropoiesis dan
mengakibatkan anemia berat. Akibatnya produksi Hb berkurang dan sel darah
merah mudah sekali rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal
(120 hari).

(Kliegman,2012) Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dengan


polipeptida rantai alpa dan dua rantai beta. Pada beta thalasemia yaitu tidak
adanya atau kurangnya rantai beta thalasemia yaitu tidak adanya atau
kekurangan rantai beta dalam molekul hemoglobin yang mana ada gangguan
kemampuan ertrosit membawa oksigen. Ada suatu kompensator yang
meningkat dalam rantai alpa, tetapi rantai heta memproduksi secara terus
menerus sehingga menghasilkan hemoglobin defictive. Ketidak seimbangan
polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi. Hal ini
menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan menimbulkan anemia
dan atau hemosiderosis. Kelebihan pada rantai alpa ditemukan pada talasemia
beta dan kelebihan rantai beta dan gama ditemukan pada talasemia alpa.

Kelebihan rantai polipeptida ini mengalami presipitäsi, yang terjadi


sebagai rantai polipeptida alpa dan beta, atau terdiri dari hemoglobin tak
stabil badan heint, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis.
Reduksi dalam hemoglobin menstimulasi yang konstan pada bone marrow,
produksi RBC diluar menjadi eritropik aktif. Kompensator produksi RBC
secara terus menerus pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi
RBC,menimbulkan tidak edukatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan
produksi dan edstruksi RBC menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan
mudah pecah atau rapuh.
WOC THALASEMIA

Penyebab primer : Penyebab sekunder :

- Sintesis Hb A << - Defisiensi asam folat


- Eritropoisis tidak efektif - Hemodelusi
- Destruksi eritrosit intramedular - Destruksi eritrosit oleh s. Retikuloendetelial

Mutasi DNA

Produksi rantai alfa dan beta Hb berkurang

Kelainan pada eritrosit

Pengikatan O2 berkurang

Kompensator meningkat pada rantai A

Rantai B produksi terus menerus

Hb defektif

Ketidak seimbangan polipeptida MK : Resiko infeksi

Eritrsit tidak stabil


Anemia Transfusi darah
Hemolisis berat berulang

Suplai O2 <<
Hemosiderosis

Ketidakseimbangan suplai O2 Suplai O2 ke jaringan perifer


Penumpukan besi
dan kebutuhan <<

Hipoksia MK : Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
Dyspneu

Pengunaan otot Endokrin Jantung Hepar Limpa Kulit


bantu nafas menjadi
pucat
Tumbang terganggu Gagal Jantung Hepatomegali Splenomegali
Kelelahan

MK : MK : Resiko
MK :
Keterlambatan cidera MK : Nyeri MK : Kerusakan
intoleransi
pertumbuhan dan akut integritas kulit
aktifitas
perkembangan

Malas makan

MK :
Intake nutrisi ketidakseimbangan
<< nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2.1.5 Manifestasi Klinis

Pada penderita thalasemia, menurut James dan Ashwill akan


ditemukan beberapa kelainan diantaranya:
1) Anemia dengan gejala seperti pucat, demam tanpa penyebab
yang jelas, tidak nafsu makan, infeksi berulang dan pembesaran
limpa/hati.
2) Anemia progresif yang ditandai dengan hipoksia kronis seperti
nyeri kepala, nyeri precordial, tulang, penurunan toleransi
terhadap latihan, lesu dan anorexia
3) Perubahan pada tulang, tulang akan mengalami penipisan dan
kerapuhan akibat sumsum tulang yang bekerja keras untuk
memenuhi kebutuhan kekurangan hemoglobin dalam sel darah.
Hal ini terjadi pada tulang kepala, frontal, parietal, molar yang
menjadi lebih menonjol, batang hidung menjadi lebih datar
atau masuk ke dalam dengan tulang pipi yang menonjol.
Keadaan ini disebut facies cooley, yang merupakan ciri khas
thalasemia mayor.

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada Klien Dengan Thalasemia

1) Fraktur patologis

2) Hepatosplenomegali

3) Gangguan tumbuh kembang

4) Disfungsi organ

5) Gagal jantung

6) Hemosiderosis

7) Hemokromatosis
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Untuk memastikan diagnosa thalasemia maka pemeriksaan yang


dapat dilakukan diantaranya:
1) Laboratorium meliputi hematologi rutin (mengetahui kadar Hb
dan ukuran sel-sel darah), gambaran darah tepi (melihat bentuk,
warna, dan kematangan sel-sel darah), feritin/ serum iron
(melihat status/kadar besi), dan analisis hemoglobin
(menegakkan diagnosis dan menentukan jenis thalasemia).
2) Pemeriksaan DNA, untuk mendiagnosis kelainan genetik
prenatal pada janin.
3) Bone Marrow Punction (BMP), akan memperlihatkan
perubahan sel-sel darah berdasarkan jumlah, ukuran dan bentuk
yang akan membantu membedakan jenis thalasemia yang
diderita pasien.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis

Pengobatan untuk menyembuhkan thalasemia belum


ditemukan, namun secara umum penatalaksaan untuk penyakit
thalasemia adalah :
1. Transfusi darah (TD) Transfusi darah dilakukan secara teratur
dan rutin, untuk menjaga kesehatan dan stamina penderita
thalasemia, sehingga penderita tetap bisa beraktivitas. Tranfusi
akan memberikan energi baru kepada penderita karena darah dari
transfusi mempunyai kadar hemoglobin normal yang mampu
memenuhi kebutuhan tubuh penderita. Transfusi dilakukan
apabila kadar hemoglobin penderita <7 mg/dL (Dubey, Parakh &
Dublish, 2008), dan dilakukan untuk mempertahankan kadar
hemoglobin diatas 9,5 gr/dL (Hockenberry & Wilson, 2009).
Durasi waktu antar transfusi darah antara 2-4 minggu, tergantung
pada berat badan anak, usia, dan aktivitas anak.
2. Konsumsi obat kelasi besi
Obat kelasi besi diberikan untuk mengeluarkan zat besi
dari tubuh penderita yang terjadi akibat transfusi darah secara
teratur dan rutin dalam jangka waktu lama. Obat kelasi besi yang
umum digunakan adalah desferal (Morris, Singer & Walters,
2006 dalam Hockenberry dan Wilson, 2009), yang diberikan
secara sub kutan (dibawah kulit) bersamaan atau setelah transfusi
darah.
3. Cangkok sumsum tulang
Pencangkokan sumsum tulang dilakukan untuk meminimalisasi
kebutuhan seumur hidup penderita thalasemia terhadap transfusi
darah (Potts & Mandleco, 2007). Dengan melakukan
pencangkokan sumsum tulang maka jaringan sumsum tulang
penderita diganti dengan jaringan sumsum donor yang cocok,
yang biasanya adalah saudara kandung atau orangtua penderita.
Pencangkokan sumsum tulang ini sebaiknya dilakukan sedini
mungkin, yaitu pada saat anak belum mengalami kelebihan kadar
zat besi akibat transfusi darah, karena transfusi darah akan
memperbesar kemungkinan untuk terjadinya penolakan terhadap
jaringan sumsum tulang donor.
2.2 Asuhan Keperawatan Teori
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Berisi biodata pasien yaitu : nama, umur, jenis kelamin, tanggal
lahir, agama, suku bangsa, nomor rekam medik, serta alamat.
Thalasemia banyak dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah
(mediterania). Seperti turki, yunani, Cyprus, dll. Di Indonesia
sendiri, thalassemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan
merupakan penyakit darah yang paling banyak diderita.
Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala
tersebut telah terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun.
Sedangkan pada thalasemia minor yang gejalanya lebih ringan,
biasanya anak baru datang berobat pada umur sekitar 4 ‐ 6
tahun.
2. Riwayat kesehatan anak
Anak cenderung mudah terkena infeksi saluran napas bagian atas
infeksi lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb
yang berfungsi sebagai alat transport.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Karena merupakan penyakit keturunan, maka perlu dikaji apakah


orang tua yang menderita thalassemia. Apabila kedua orang tua
menderita thalassemia, maka anaknya berisiko menderita
thalassemia mayor. Oleh karena itu, konseling pranikah
sebenarnya perlu dilakukan karena berfungsi untuk
mengetahui adanya penyakit yang mungkin disebabkan karena
keturunan.

4. Pertumbuhan dan perkembangan

Sering didapatkan data mengenai adanya kecenderungan


gangguan terhadap tumbuh kembang sejak anak masih bayi,
karena adanya pengaruh hipoksia jaringan yang bersifat kronik.
Hal ini terjadi terutama untuk thalassemia mayor. Pertumbuhan
fisik anak adalah kecil untuk umurnya dan ada keterlambatan
dalam kematangan seksual, seperti tidak ada pertumbuhan rambut
pubis dan ketiak. Kecerdasan anak juga dapat mengalami
penurunan. Namun pada jenis thalasemia minor sering terlihat
pertumbuhan dan perkembangan anak normal.

5. Riwayat ibu saat hamil (Ante Natal Core ‐ ANC)

Selama Masa Kehamilan, hendaknya perlu dikaji secara


mendalam adanya faktor risiko thalassemia. Sering orang tua
merasa bahwa dirinya sehat. Apabila diduga faktor resiko, maka
ibu perlu diberitahukan mengenai risiko yang mungkin dialami
oleh anaknya nanti setelah lahir. Untuk memestikan diagnosis,
maka ibu segera dirujuk ke dokter.

6. Pola makan

Karena adanya anoreksia, anak sering mengalami susah makan,


sehingga berat badan anak sangat rendah dan tidak sesuai dengan
usianya.

7. Pola aktivitas

Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak usianya. Anak


banyak tidur / istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak
normal mudah merasa lelah

8. Data keadaan fisik anak thalassemia yang sering


didapatkan diantaranyaadalah:

a) Keadaan umum: Anak biasanya terlihat lemah dan


kurang bergairah serta tidak selincah aanak
seusianya yang normal.

b) Kepala dan bentuk muka: Anak yang belum/tidak


mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk khas,
yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya adalah
mongoloid, yaitu hidung pesek tanpa pangkal
hidung, jarak kedua mata lebar, dan tulang dahi
terlihat lebar.

c) Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan

d) Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman

e) Dada : Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri


menonjol akibat adanya pembesaran jantung yang
disebabkan oleh anemia kronik.

f) Perut : Kelihatan membuncit dan pada perabaan


terdapat pembesaran limpa dan hati
( hepatosplemagali).
g) Pertumbuhan fisiknya terlalu kecil untuk umurnya
dan BB nya kurang dari normal. Ukuran fisik anak
terlihat lebih kecil bila dibandingkan dengan anak-
anak lain seusianya.

h) Pertumbuhan organ seks sekunder untuk anak pada


usia pubertas Ada keterlambatan kematangan
seksual, misalnya, tidak adanya pertumbuhan rambut
pada ketiak, pubis, atau kumis. Bahkan mungkin
anak tidak dapat mencapai tahap adolesense karena
adanya anemia kronik.

i) Kulit : Warna kulit pucat kekuning- kuningan.


Jika anak telah sering mendapat transfusi darah,
maka warna kulit menjadi kelabu seperti besi akibat
adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit
(hemosiderosis).
2.2.2 Diagnosis
1. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi
hemoglobin (SDKI, Hal: 37)
2. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis (SDKI, Hal : 172)
3. Intoleransi Aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (SDKI, Hal : 128)
2.2.3 Intervensi

No Diagnose Slki Siki


1 Perfusi Setelah dilakukan tindakan Observasi
perifer keperawatan 3 x 24jam 1) Periksa sirkulasi
tidak diharapkan perfusi perifer perifer
efektif membaik dengan keriteria 2) Identifikasi faktor
hasil: resiko
(SLKI, Hal:84) 3) Monitor
1) Kekuatan nadi panas,kemerahan,
perifer meningkat nyeri, ataubengkak
2) Penyembuhan pada ekstremitas
luka meningkat Terapiutik
3) Warna kulit pucat 1) Hindari pemasangan
menurun infusatau pengambilan
4) Edema perifer darahdi area
keterbatasanperfusi
menurun
2) Lakukan
5) Nyeri ekstermitas
pengukurantekanan
menurun
darah padaekstremitas
6) Kelemahan otot denganketerbatasan
menurun perfusi
7) Kram otot 3) Hindari pemasangan
menurun danpenekanan
8) Akral membaik torniquet padaarea
9) Turgor kulit yang cedera
membaik 4) Lakukan
10) TD Sistol dan pencegahaninfeksi
Diastol membaik 5) Lakukan perawatan
kakidan kuku
6) Lakukan hidrasi
Edukasi
1) Anjurkan
berhentimerokok
2) Anjurkan
berolahragarutin
3) Anjurkan mengecek
airmandi untuk
menghindarikulit
terbakar
4) Anjurkan
penggunaanobat
penurun tekanandarah,
antikoagulan,
danpenurun kolesterol,
jikaperlu
5) Anjurkan meminum
obatpengontrol
tekanan darahsecara
teratur
6) Anjurkan
menghindariobat
penyekat beta
7) Anjurkan
melakukanperawatan
kulit yangtepat
8) Anjurkan program
2 Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri
keperawatan selama 3 x 24 Observasi
jam diarapkan tingkat nyeri 1) Identifikasi
menurun dengan kriteria : lokasi,
(SLKI, Hal : karakteristik,
145) durasi,
1) Keluhan nyeri frekuensi,
menurun kualitas,
2) Meringis intensitas nyeri
menurun 2) Identifikasi
3) Sikap protektif skala nyeri
menurun 3) Identifikasi
4) Gelisah respon nyeri
menurun non verbal
5) Kesulitan tidur 4) dentifikasi
menurun faktor yang
6) Anoreksia memperberat
menurun dan yang
7) Mual menurun memperingan
8) Frekuensi nadi nyeri
membaik Terapiutik
9) Tekanan darah
membaik 1) Berikan teknik
10) Nafsu makan nonfarmakologi
membaik s pereda nyeri
Edukasi
2) Jelaskan
strategi pereda
nyeri
3) Anjurkan
menggunakan
teknik
nonfarmakologi
Kaloborasi
1) Kolaborasi
pemberian
analgetik

3 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi (SIKI,


Aktivitas intervensi keperawatan Hal : 176)
Observasi
selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi
diharapkan Intoleransi gangguan
fungsi tubuh
Aktivitas meningkat
yang
dengan kriteria : (SLKI, mengakibatkan
Hal : 149) kelelahan
2. Monitor pola
1. Kemudahan dan jam tidur
melakukan Terapeutik
aktivitas 1. Sediakan
sehari-hari lingkungan
meningkat nyaman dan
2. Keluhan lelah rendah stimulus
menurun (misalnya
3. Warna kulit cahaya,suara)
membaik
Edukasi
4. TD membaik
5. Saturasi 2. Latihan rentang
oksigen gerak pasif/aktif
membaik 3. Berikan
6. Frekuensi napas aktivitas
membaik distraksi yang
menyenangkan
4. Anjurkan tirah
baring
5. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap

2.2.4 Implementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah di susun pada tahap
pencanaan.
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus-menerus dengan
melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal
ini diperlukan pengetahuan tentang kesehatan, patofisiologi, dan strategi
evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan
dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk
melakukan pengkajian ulang.
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. DATA UMUM
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Nn. R
Umur : 19 Tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Bukit batu
Tanggal Masuk : 25 Maret 2022
Tanggal Pengkajian : 27 Maret 2022
No. Register : 40.33.47
Diagnose medis : Gastristis

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Rodianto
Umur : 28 Tahun
Hub. Dengan pasien : Suami pasien
Pekerjaan : Petani
Alamat : Jl. Bukit batu
2. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama (saat MRS dan Saat ini)
Pasien mengatakan nyeri perut, muntah, mual, sakit tenggorokan
nafsu makan berkurang.
2) Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan saat ini
Pasien datang ke RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya pada
tanggal 25/3/2023, pasien datang diantar oleh suaminya, pasien
datang ke IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya karena
pasien mengeluh nyeri perut, muntah, dan sakit tenggorokan
tidak bisa makan. Pada saat di IGD pasien mendapatkan terapi
pemasangan infus Nacl 0,9 % dan pemberian terapi inj.
Lansofrazole 30 mg, inj. Odr 3x 8 mg, dan PO. Paracetamol 500
mg,sulralfat syo 3x 15 ml, pro cek UL, Pro cek MDT +, hasil (-),
J 20 40. Hasil TTV : TD : 90/60 mmhg, N : 113x/menit RR: 23
x/menit S: 38,5 C, SPO2: 99%. Dengan hasil lab HB : 13.1,
kemudian pasien dipindahklan ke ruang Aster untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.

3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


Memberikan injeksi obat sesuai dengan kondisi pasien sekarang
b. Status kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat Gastristis
2) Pernah dirawat
Belum pernah dirawat
3) Alergi
Tidak ada alergi obat maupun makanan.
4) Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol dll)
Tidak Ada.
c. Riwayat penyakit keluarga
Tidak Ada
d. Diagnose medis dan therapy
Gastristis
I. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
1. Pola persepsi dan Pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan sedikit cemas dengan penyakit yang dideritanya,
karena pasien mengalami nyeri perut. Pasien tampak pucat dan
lemah, pasien mengatakan jika nyeri perut, mual pasien selalu
mengontrol dan memeriksakan kesehatannya ke klinik kesehatan.
2. Pola nutrisi dan metabolic
Pasien mengatakan nafsu makan baik, makanan yang diberikan
rumah sakit dapat dihabiskan, pasien makan sendiri, serta pasien
tidak makan makanan sampingan/makanan dari luar rumah sakit.
Pasien minum habis 5 gelas/hari.
3. Pola eliminasi
Pasien mengatakan BAB dan BAK lancar, pasien tidak terpasang
kateter, warna urine kuning dan bau khas urine.
4. Pola aktivitas dan Latihan
1) Aktivitas
Kemampuan Penilaian:
0 1 2 3
Perawatan diri 0: Mandiri
1: Kergantungan minimal
Makan dan minum √ 2: Keteragntungan parsial
3: Ketergantungan total
Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Berpindah √

2) Latihan
Pasien mengatakan mudah lelah setelah beraktivitas. Aktivitas
pasien sebagian dibantu suaminya.
Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas

5. Pola kognitif dan perseptual sensori


Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, pandangan pasien baik dan
jelas, pasien dapat menjawab pertanyaan perawat, Pasien
mengatakan selalu memperhatikan penyakit yang dialaminya.
6. Pola persepsi diri dan Konsep diri
 Identitas diri : Pasien mampu mengenali dirinya sebagai
seorang anak dari 2 bersaudara.
 Gambaran diri : Pasien merasa kalau dirinya sakit dan
memerlukan pertolongan.
 Ideal diri : Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan dapat
berkumpul dengan keluarganya dirumah.
 Harga diri : Pasien tidak merasa minder dengan keadaan yang
sekarang dan tampak selalu kooperatif terhadap perawat yang
merawatnya.
 Peran diri : Selama ini pasien berperan sebagai seorang istri
7. Pola istirahat tidur
Pasien mengatakan tidur nyenyak dimalam hari, pasien tidur dari
pukul 21.00-05.00, dan pasien tidur siang 1-2 jam
8. Pola peran hubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan pasien mampu berinteraksi dan mengenal
lingkungan dengan baik, pasien ramah dengan keluarga dan
lingkungan sekitarnya,
9. Pola seksual-reproduksi:
Tidak dikaji
10. Pola mekanisme koping:
Pasien mengatakan pasien bila ada masalah selalau membicarakan
dengan keluarga, pasien tampak cemas dan takut dengan penyakit
yang di deritanya.
11. Pola nilai dan kepercayaan:
Pasien mengatakan selalu sholat 5 waktu dan tampak selalu berdoa
atas kesembuhannya.

II. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan umum:
Tingkat kesadaran: Composmentis
GCS : Mata: 4 Verbal: 6 Motorik: 5
b. Tanda-tanda vital
Nadi : 113 x/menit
Suhu : 36,6°C
TD : 90/60
RR : 23 x/menit
Spirometri : 99 %
a. Keadaan fisik
1) Kepala dan leher: (kepala,rambut,hidung,telinga,mata,mulut dan
leher)
- Kepala, pada saat melakukan pengkajian pemeriksaan fisik
bagian kepala pada pasien Nn. R di ruang Aster, keadaan
kulit kepala bersih, Pasien mengalami adanya peradangan,
tidak ada benjolan di bagian kepala.
Lain-lain : tidak ditemukan benjolan pada kulit kepala
- Mata, pada saat melakukan pengkajian pemeriksaan fisik
bagian mata pada pasien Nn. R di ruang Aster, mata tampak
simetris, konjuntiva berwarna pucat ,sklera kuning, reflek
pupil normal , isokor normal , pupil mengecil saat di
rangsang cahaya, tidak ada oedem pada palpebra, ketajaman
penglihatan baik.
Masalah Keperawatan : Perfusi perifer tidak efektif
- Telinga, pada saat melakukan pengkajian pemeriksaan fisik
bagian telinga pada pasien Nn. R di ruang Aster, telinga
berbentuk simetris, tidak ada serumen/secret, tidak terjadi
adanya peradangan, ketajaman pendengaran pasien menoleh
dan merespon saat di panggil Namanya.
Lain-lain : tidak ada kelainan pada telinga
- Hidung, pada saat melakukan pengkajian pemeriksaan fisik
bagian hidung pada pasien Nn. R di ruang Aster, tidak ada
seruman/secret, tidak terpasang O2 .
Lain-lain: tidak ada kelainan pada hidung.
- Mulut, pada saat melakukan pengkajian pemeriksaan fisik
bagian mulut pada pasien Nn. R di ruang Aster, bibir tidak
mengalami intak, tidak stenosis, bibir dalam keadaan kering,
palatum keras, membrane mukosa berwarna pucat.
Lain-lain: tidak ada kelainan pada mulut
- Leher dan tengorokan, pada saat melakukan pengkajian
pemeriksaan fisik bagian leher dan tenggorokan pada pasien
Nn. R di ruang Aster, bentuk dalam keadaan simetris, reflek
menelan pasien agak susah meminum dengan lancer dan
menelan bubur, tidak ada tampak vena jugularis, tidak ada
benjolan.
Lain-lain : masalah keperawatan susah menelan
2) Dada:
Paru:
Inspeksi : Bentuk dada normal chest, frekuensi nafas 21
x/menit.
Palpasi : Ekspansi dada kanan dan kiri seimbang, tidak ada
nyeri tekan.
Perkusi : Sonor pada semua lapang paru, tidak terdengar
adannya penimbunan cairan.
Auskultasi: Bunyi nafas vesikuler, tidak terdengar bunyi nafas
tambahan.
Jantung:
Inspeksi : Dada tampak simetris
Palpasi : Tidak teraba benjolan
Perkusi : Pekak
Auskultasi: Tidak ada suara jantung tambahan, Tekanan Darah
90/60 mmHg, Nadi 113x/menit
3) Payudara dan ketiak:
Inspeksi : Payudara tampak simetris kanan dan kiri, bentul
payudara bulat
Palpasi : Tidak ada benjolan pada payudara
4) Abdomen:
Inspeksi : Kulit bersih tidak ada luka pada daerah abdomen
Auskultasi : Paristaltik usus 12x/menit
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada daerah abdomen
Perkusi : Suara timpani
5) Genetalia :
Tidak ada benjolan di daerah kelamin
6) Integument:
Inspeksi : Tidak ditemukan jaundice, kulit nampak lembab.
Palpasi : Tidak terdapat lesi, kulit lembut dan elastis.
7) Ektremitas :
1. Atas : Anggota gerak lengkap pada kedua tangan kanan
dan kiri, pergerakan bebas, pasien terpasang infus NaCl 0,9%
pada tangan kiri, keadaan area daerah infus bersih.
2. Bawah : Anggota gerak lengkap pada kaki kanan dan kiri,
dan tidak terdapat edema pada kaki kanan dan kiri.
8) Neurologis:
1. Status mental dan emosi: (tingkat kesadaran, orientasi,
memori, suasana hati dan afek, nyeri, intelektual, bahasa).
Tingkat kesadaran pasien compos mentis, ekpresi wajah
pasien tampak gelisah, bentuk badan pasien simetris, posisi
berbaring terlentang, pasien berbicara kurang jelas, suasana
hati pasien sedih, penampilan pasien cukup rapi, pasien
mengetahui waktu pagi, siang dan malam dapat
membedakan antara perawat dan keluarga serta mengetahui
dirinya sedang dirawat di rumah sakit, insigt pasien baik,
dan mekanisme pertahanan diri pasien adaptif.
2. Pengkajian saraf cranial:
- Nervus Kranial I (Olvaktori) : Pasien dapat membedakan
bau-bauan seperti : minyak kayu putih atau alkohol.
- Nervus Kranial II (Optik) : Pasien dapat melihat dengan
jelas orang yang ada disekitarnya.
- Nervus Kranial III (Okulomotor) : Pupil Pasien dapat
berkontraksi saat melihat cahaya.
- Nervus Kranial IV (Trokeal) : Pasien dapat menggerakan
bola matanya ke atas dan ke bawah.
- Nervus Kranial V (Trigeminal) : Pasien dapat
mengunyah makanan seperti : nasi, kue, buah.
- Nervus Kranial VI (Abdusen) : Pasien dapat melihat
kesamping kiri ataupun kanan.
- Nervus Kranial VII (Fasial) : Pasien dapat tersenyum.
- Nervus Kranial VIII (Auditor) : Pasien dapat perkataaan
dokter, perawat dan keluarganya.
- Nervus Kranial IX (Glosofaringeal) : Pasien dapat
membedakan rasa pahit dan manis.
- Nervus Kranial X (Vagus) : Pasien dapat berbicara
dengan jelas.
- Nervus Kranial XI (Asesori) : Pasien dapat mengangkat
bahunya.
- Nervus Kranial XII (Hipoglosol) : Pasien dapat
menjulurkan lidahnya.
III. DATA PENUNJANG
1) Data laboratorium yang berhubungan:
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
WBC 2.25- [10^3/uL] (4.00 – 11.00)
RBC 4.49 [10^6/uL] (2.50 – 5.50)
HGB 13.1 [g/dL] (12.0 – 15.0)
HCT 37.5 [%] (26.0 – 50.0)
MCV 83.5 [fL] (86.0 – 110.0)
MCH 29.2 [pg] (26.0 – 38.0)
MCHC 34.9 [g/dL] (31.0 – 37.0)
PLT 156 [10^3/uL] (150 – 400)
RDW-SD 41.9 [fL] (37.0 – 54.0)
RDW-CV 13.4 [%] (11.0 – 16.0)
PDW 8.7 [fL] (9.0 – 17.0)
MPV 8.7 [fL] 9.0 – 13.)
P-LCR 14.2 [%]
PCT 0.14 [%]

2) Pemeriksaan radiologi
Tidak ada
3) Terapi farmakologi:
N Jenis obat Indikasi Dosis rute
O

1 Lansoprazole Lansoprazole adalah obat untuk mengatasi 2x30 mg iv


kondisi yang berkaitan dengan
peningkatan asam lambung. Obat ini
umum digunakan pada penderita tukak
lambung, GERD (gastro esophageal
reflux disease), esofagitis erosif,
dan sindrom Zollinger-Ellison.

2 Ondansetron Digunakan untuk meredakan gejala mual 2x30 mg iv


dan muntah akibat efek samping dari
kemoterafi dan radioterapi serta sebagai
pencegah mual dan muntah pada
pascaoperasi.
3 Paracetamol Obat ini digunakan untuk meredakan 3x8 mg Iv
nyeri ringan hingga sedang seperti sakit
kepala, sakit gigi, nyeri otot, serta
menurunkan demam.
4 Sukralfat Adalah obat untuk mengatasi tukak 3x15 ml oral
lambung, ulkus duodenum, gastristis
kronis.

4) Pemeriksaan penunjang diagnostik lain


Tidak ada
B. ANALISA DATA
No Data Interpretasi Masalah

1 DS: Agen cidera


Pasien mengatakan nyeri bagian fisiologis
Nyeri akut b.d
perut kanan. Pengkajian PQRST
peningkatan
O(onzel) : pasien mengatakan nyeri Agen pencedera fisik
asam
yang di rasakan sekarang dan mulai
5 hari sebelum masuk RS lambung( agen

Nyeri akut cedera biologis,


P(provocative): pasien mengatakan iritasi mukosa
nyeri yang dirasakan terus menerus
lambung )

Q(Quality) : pasien mengatakan


nyeri seperti di remas-remas.

R(Region) : pasien mengatakan


nyeri di rasakan di bagian perut
bawah kanan

S(Scale): pasien mengatakan skala


4

DO:
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak gelisah
- Wajah pasien tampak
meringis
- TTV
Suhu/T : 36,60C
Nadi/HR : 113 x/mnt
Pernapasan/RR : 23 x/mnt
Tekanan Darah/BP : 90/60
mmHg
- Hb : 13.1 g/dL
- (normal Hb : L= 12.0 –
15.0)
Infeksi saluran
pencernaan
2 DS: Risiko

Pasien mengatakan badan lemas kekurangan


Peristalitis
dan mudah lelah volume cairan
DO:
- Pasien tampak lemah
Malabsorbsi
- Mukosa bibir kering,
telapak tanganteraba kering
- Hb: 13. 1 g/dL
Banyak cairan yang
- TTV
keluar
Suhu/T : 36,60C
Nadi/HR : 113 x/mnt
Tekanan Darah/BP : 90/60
Kekuranga volume
mmHg
cairan
- (normal Hb : L= 12.0 –
15.0)

Diagnosa keperawatan

No Hari/tanggal Diagnosa Keperawatan


1 Senin, 26 Maret Nyeri akut b.d peningkatan asam lambung( agen cedera biologis,
2023 iritasi mukosa lambung )

2 Senin, 26 Maret Risiko kekurangan cairan b.d mual muntah.


2023
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Rencana Perawatan
No
Hari/ tgl Ttd
Diagno
Tujuan dan kriteria
Intervensi Rasional
hasil
Selasa, 1. (SLKI) Perawatan sirkulasi (SIKI) 1) Mempermudah perawat Sera Estra
27 Maret Tujuan : dalam menangani nyeri dan Perdana
2023 Observasi
Setelah dilakukan untuk tindakan selanjutnya.
-identifikasi lokasi,
tindakan keperawatan
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
selama 1x 7 jam
diharapkan kondisi pasien intensitas nyeri.

membaik dengan kriteria -Identifikasi respon nyeri non verbal


hasil : -Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri -Identifikasi factor yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
- Meringis -Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
menurun tentang nyeri
- Gelisah -Monitor keberhasilan terapi-terapi
menurun komplementer yang sudah diberikan
- Frekuensi nadi -Monitor efek samping
menuirun penggunaan analgetic
-Terapeuti :
- Berikan terapi nonfarmakolo gis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri
- Fasilitas istirahat dan tidur
- Pertimbangka n jenis dari sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Ajarkan teknik
nonfarmakolo gis
Kolaborasi :
-kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Selasa, 2. Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (SIKI) 1) Mengidentifikasi gangguan
27 Maret (SLKI) Observasi fungsi tubuh yang
2023
Setelah dilakukan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh mengakibatkan kelelahan
tindakan keperawatan
yang mengakibatkan kelelahan 2) Memonitor kelelahan fisik
selama 1x 7 jam maka,
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional dan emosional
toleransi aktivitas
Terapeutik 3) Menyediakan lingkungan
meningkat meningkat
1. Sediakan lingkungan nyaman dan nyaman dan rendah
dengan kriteria hasil :
rendah stimulus ( mis. Cahaya, suara, stimulus ( mis. Cahaya,
- Keluhan lelah
dan kunjungan ) suara, dan kunjungan )
menurun (5)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif 4) Melakukan latihan rentang
- Perasaan lemah
dan/atau aktif gerak pasif dan/atau aktif
menurun (5)
3. Berikan aktivitas distraksi yang 5) Memberikan aktivitas
- Frekuensi nadi
menenangkan distraksi yang menenangkan
membaik (5)
Edukasi 6) Menganjurkan tirah baring
1. Anjurkan tirah baring 7) Menganjurkan melakukan
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara aktivitas secara bertahap
bertahap 8) Mengajarakan strategi
3. Ajarakan strategi koping untuk koping untuk mengurangi
mengurangi kelelahan kelelahan
Kolaborasi 9) Berkolaborasi dengan ahli
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang gizi tentang cara
cara meningkatkan asupan makanan meningkatkan asupan
makanan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/tgl/ No
No Tindakan Keperawatan Evaluasi Proses Ttd
Jam Dx
identifikasi lokasi, S : px masih mengeluh nyeri dan tidak nyenyak Sera Estra
Selasa, 27/3/2023 1 karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, tidur Perdana
07.30 IB intensitas nyeri. O : pasien tampak lemah, gelisah dan wajahnya
-mIdentifikasi respon nyeri non verbal meringis
-mengidentifikasi skala nyeri A : nyeri akut
-mengidentifikasi factor yang memperberat P : 1. Identifikasi
dan memperingan nyeri karakteristik nyeri
-mengidentifikasi pengetahuan dan 2. observasi k/u dan ttv
keyakinan tentang nyeri 3. ajarkan terapi nonfarmakologis
-Monitor keberhasilan terapi-terapi 4. kolaborasi obat analgetik
komplementer yang sudah diberikan 5. control lingkungan
-Monitor efek samping I : 1. Mengidentifikasi karakteristik nyeri
penggunaan analgetic 2. mengobservasi k/u dan ttv
3. mengajarkan terapi nonfarmakologis
4. berkolaborasi untuk obat analgetik
E : masalah belum teratasi
S : pasien masih nyeri
O : skala nyeri 4 (menurun dengan obat)
R : lanjutkan intervensi 1-4

1) Mengidentifikasi gangguan fungsi S:


Selasa, 21/3/2023 2. tubuh yang mengakibatkan - Pasien mengatakan badan lemas dan merasa
07.30 WIB kelelahan lelah berkurang
2) Memonitor kelelahan fisik dan O:
emosional - Pasien tampak pucat dan lemas
3) Menyediakan lingkungan nyaman - Pasien hanyar berbaring ditempat tidur
dan rendah stimulus ( mis. Cahaya, - Pemeriksaan Lab Hb : 13.1 g/dL post

suara, dan kunjungan ) tranfusi PRC 1 Kolf.

4) Menganjurkan melakukan aktivitas TTV

secara bertahap Suhu/T : 36,60C

5) Berkolaborasi dengan ahli gizi Nadi/HR : 113x/mnt


tentang cara meningkatkan asupan Pernapasan/RR : 23 x/mnt
makanan
Tekanan Darah/BP : 90/60 mmHg
A:
Masalah teratasi sebagian
P:

Lanjutkan Intervensi

EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/
No No Dx Evaluasi Ttd
Jam
1. S:
Selasa, 27/3/2023 - Pasien mengatakan nyeri berkurang
1.
07.30 WIB O:
- Pasien tampak gelisah
- Pemeriksaan Lab Hb : 13.1 g/dL,
TTV
Suhu/T : 360C
Nadi/HR : 113x/mnt
Pernapasan/RR : 23 x/mnt
Tekanan Darah/BP : 110/90 mmHg
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi
2. Selasa, 14/3/2023 2. S:
07.30 WIB - Pasien mengatakan badan lemas dan rasa lelah berkurang
O:
- Pasien tampak pucat dan lemas
- Pasien mulai bisa duduk dan melakukan sebagian aktivitas
- Pemeriksaan Lab Hb : 13.1 g/dL,
TTV
Suhu/T : 36,0C
Nadi/HR : 97x/mnt
Pernapasan/RR : 21 x/mnt
Tekanan Darah/BP : 110/90 mmHg
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saat ini penyakit lambung/maag sudah banyak timbul di masyarakat dengan
keluhan perut yang sakit, perih, atau kembung. Namun penyakit maag tidak
seperti yang diketahui masyarakat. Maag memiliki berbagai macam penyakit
dan yang paling sering terjadi adalah gastritis (radang lambung). Seringkali
penyakit gastritis dianggap ringan oleh masyarakat karena dapat sembuh tanpa
pengobatan. Hasil survei membuktikan bahwa mahasiswa kelompok usia 18-
25 tahun yang sering tidur larut malam banyak mengkonsumsi kopi dengan
jumlah berlebih sehingga berakhir dengan peradangan lambung.
B. Saran
Dengan adanya Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini
disarankan dan diharapkan Mahasiswa dapat melakukan pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan Evaluasi terkhususnya pada kasus tonsilitis.
Demikian Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan yang telah saya
susun, semoga dengan ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa
memahami tentang pokok bahasan ini bagi para pembacanya. Saya menyadari
dalam penyusunan ini masih jauh dari kata sempurna oleh sebab itu saya
menerim kritikan dan saran dari pembaca agar Laporan Penyuluhan dan Asuhan
Keperawatan ini jauh lebih baik kedepannya. Saya ucapkan Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, M. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
DIVA Press Billota, K. A. J. (2012). Nurses Quick Check: Diseases
(2nd ed.). (terjemahan

Barrarah Bariid). Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.


Vol. 2. (terjemahan Monica Ester). Jakarta: EGC

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar Herdman, T. Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Klasifikasi

2012-2014. (terjemahan Made Sumarwati & Nike Subekti). Jakarta:


EGC Jhonson, L., & Leny, R. (2010). Keperawatan Keluarga: plus
contoh askep

keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika

Komang, Ayu. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.


Jakarta:

Sagung Seto

Misnadiarly. (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis


(Dyspepsia atau maag), Infeksi Mycobacteria pada Ulcer
Gastrointestinal. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha


Medika

Profil Kesehatan Semarang. (2011). Data Seputar Penyakit Maag.


http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KAB_KOTA_2011/P.JA
TE NG_Kota%20Semarang_11.pdf, diunduh 18 Mei 2014.

Rahma, M., Ansar, J., Rismayanti. (2012). Faktor Risiko Kejadian


Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampili Kabupaten Gowa.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5489/JURNA
L%2 0MKMI.pdf?sequence=1, diunduh 8 Juni 2014.

Ratu, A. R., & Adwan, G. M. (2013). Penyakit Hati, Lambung, Usus


dan Ambeien. Yogyakarta: Nuha Medika

Rendi, M. C., & Margareth, TH. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Sudoyo Aru, dkk. (2009). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. (jilid 1). Jakarta: EGC

Sulastri, Siregar, M.A., Siagian, A. (2012). Gambaran Pola Makan


Penderita Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampar Kiri Hulu
Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten Kampar Riau.
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/download/1051, diunduh 11
Mei 2014.

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori


Pada Praktik Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV. Trans Info
Media

Wim de Jong, et al. (2005). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa.

KEGIATAN BIMBINGAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

No Hari/Tgl/waktu Catatan Pembimbing Paraf


Pembimbing Mahasiswa

Anda mungkin juga menyukai