Anda di halaman 1dari 10

Definisi Anak Autistik

Autism merupakan salah satu kelompok dari gangguan dan keterlambatan dalam bidang

koginif, komunikasi, ketertarikan pada interaksi sosial dan perilakunya.

Autism berasal dari bahasa Yunani autos yang

”sendiri” anak autistik seolah-olah hidup didunianya sendiri, mereka menghindari / tidak

merespon terhadap kontak sosial dan lebih senang menyendiri.

Autism adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya

gangguan dan keterlambatan dalam bidang komunikasi, gangguan dalam bermain, bahasa,

perilaku, gangguan perasaan dan emosi, interaksi sosial, perasaan sosial dan gangguan dalam

perasaan sensoris.

Autism adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang anak sejak lahir atau pun saat

masa balita yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi

yang normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam

dunia revetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen ,1993 ). 3 Autism adalah

gangguan dalam perkembangan neorologis berat yang mempengaruhi cara seseorang untuk

berkomunikasi dan berelasi ( berhubungan ) dengan orang lain di sekitarnya secara wajar

(Sutadi, 2002).

B. Penyebab Autism

Penyebab autisim belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autism

disebabkan karena multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapjan terdapat gangguan biokimia,

ahli lain berpendapat bahwa autism disebabkan oleh psikiatri / jiwa. Ahli lainnya berpendapat

bahwa disebabkan oleh kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-

zat yang beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah

pada tingkah laku dan fisik termasuk autism.


Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilaporkan para ahli menunjukkan bahwa

gangguan metalotianin disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah : defisiensi Zinc,

jumlah logam berat yang berlebihan, defisiensi sistein, malfungsi regulasi element Logam dan

kelainan genetik, antara lain pada gen pembentuk netalotianin. Beberapa teori yang didasari

beberapa penelitian ilmiah telah dikemukakan untuk mencari penyebab dan proses terjadinya

autism. Beberapa teori penyebab autism adalah : teori kelebihan Opioid, teori Gulten-Casein

(celiac), Genetik (heriditer), teori kolokistokinin, teori oksitosin Dan Vasopressin, teori

metilation, teori Imunitas, teori Autoimun 4 dan Alergi makanan, teori Zat darah penyerang

kuman ke Myelin Protein Basis dasar, teori Infeksi karena virus Vaksinasi, teori Sekretin, teori

kelainan saluran cerna (Hipermeabilitas Intestinal/Leaky Gut), teori paparan Aspartame, teori

kekurangan Vitamin, mineral nutrisi tertentu dan teori orphanin Protein: Orphanin. Walaupun

paparan logam berat (air raksa) terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil saja yang

mengalami gejala autism.

Hal ini mungkin berkaitan dengan teori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori

Metalotionin. Beberapa penelitian anak autism tampaknya didapatkan ditemukan adanya

gangguan metabolisme metalotionin. Metalotionon adalah merupakan sistem yang utama yang

dimiliki oleh tubuh dalam mendetoksifikasi air raksa, timbal dan logam berat lainnya. Setiap

logam berat memiliki afinitas yang berbeda terhada metalotionin. Berdasarkan afinitas tersebut

air raksa memiliki afinitas yang paling kuar dengan terhadam metalotianin dibandingkan logam

berat lainnya seperti tenbaga, perak atau zinc. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah

dilaporkan para ahli menunjukkan bahwa gangguan metalotianin disebabkan oleh beberapa hal

di antaranya adalah : defisiensi Zinc, jumlah logam berat yang berlebihan, defisiensi sistein,

malfungsi regulasi element Logam dan kelainan genetik, antara lain pada gen pembentuk

netalotianin . Perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada kemungkinan penyebab

autism yang disebabkan oleh vaksinasi anak. Peneliti dari Inggris 5 Andrew Wakefield, Bernard

Rimland dari Amerika mengadakan penelitian mengenai hubungan antara vaksinasi terutama

MMR (measles, mumps rubella ) dan autism. Banyak penelitian lainnya yang dilakukan dengan

populasi yang lebih besar dan luas memastikan bahwa imunisasi MMR tidak menyebabkan

Autism. Beberapa orang tua anak penyandang autistik tidak puas dengan bantahan tersebut.
Bahkan Jeane Smith seorang warga negara Amerika bersaksi didepan kongres Amerika :

kelainan autism dinegeri ini sudah menjadi epidemi, dia dan banyak orang tua anak penderta

autistik percaya bahwa anak mereka yang terkena autism disebabkan oleh reaksi dari vaksinasi.

Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentunya lebih bisa dipercaya dibandingkan laporan

beberapa kasus yang jumlahnya relatif tidak bermakna secara umum. Namun penelitian secara

khusus pada penderita autistik, memang menunjukkan hubungan tersebut meskipun bukan

merupakan sebab akibat. Saat ini, para pakar kesehatan di negara besar semakin menaruh

perhatian terhadap kelainan autism pada anak. Sehingga penelitian terhadap autism semakin

pesat dan berkembang.

Sebelumnya, kelainan autism hanya dianggap sebagai akibat dari perlakuan orang tua

yang otoriter terhadap anaknya. Kemajuan teknologi memungkinkan untuk melakukan penelitian

mengenai penyebab autism secara genetik, neuroimunologi dan metabolik. Pada bulan Mei 2000

para peneliti di Amerika menemukan adanya tumpukan protein didalam otak bayi yang baru

lahir yang kemudian bayi tersebut 6 berkembang menjadi anak autistik. Temuan ini mungkin

dapat menjadi kunci dalam menemukan penyebab utama autis sehingga dapat dilakukan tindakan

pencegahannya.

C. Karakteristik Anak Autistik

Secara umum, anak autistik mengalami kelainan dalam berbicara, mereka juga

mengalami gangguan pada kemampuan intelrktualnya serta fungsi syarafnya. Karena dilihat

adanya keganjilan perilaku dan ketidakmampuan berinteraksi de ngan lingkungan masyarakat

sekelilingnya.

1. Kelainan berbicara Pada anak-anak autistik adanya keterlambatan dalam

penyimpangan dalam berbicara menyebabkan mereka sukar berkomunikasi serta tidak mampu

menangkap pembicaraan orng lain di dirinya. Pada sebagian besar anak autistik kelihatnnya bisu

dan bahkan tidak mampu menggunakan isyarat gerak dalam komunikasi (Schwartz & Jonhson,

1981 ). Suara mereka sering terdengar aneh. Mereka cenderung meniru-niuru dalam berbicara,

terlihat menghapal kata-kata sehingga kita menganggapnya anak autistik ini berkemampuan

dalam menghapal kata-kata akan tetapi sebenarnya mereka kurang mampu berkomunikasi.

Mereka cenderung mengulang-ulang kata sambil bergumam berkepanjangan, kelihatannya 7


mereka mengerti padahal mereka hanya membeo dalam mengungkapkan apa yang mereka

dengar.

2. Interaksi Sosial Karakteristik yang sangat menonjol pada anak-anak autistik ini adalah

terisolasinya dia dari lingkungan hidupnya ( Cantwell, Baker & Rutter, 1979 ). Anak autistik

akan terlihat tidak ceria dalam hidupnya sebagai layaknya anak-anak yang se-usianya yang

masih gemar bermain. Mereka tidak pernah menaruh perhatian atau menaruh keinginannya untuk

menghargai perasaan orang lain ( Rutter & Schopler, 1978 : Schwartz & johnson, 1981 ). Anak

autistik ini akaan selalu menghidar terhadap orang sekitarnya dan akan berusaha menghindarkan

pertemuan dengan orangorang yang tidak dikenalnya, sekalipun itu saudaranya sendiri. Dengan

kata lain bahwa kehidupan sosial anak –anak autistik ini selalu aneh dan kelihatannya sepeti

orang yang selalu sakit.

3. Perilaku dan Minat Anak autistik seringkali menunjukan perilaku ganjil yang tidak

pernah dilakukan oleh anak-anak yang normal atau anak-anak bekelainan lainnya ( Freeman,

Ritvo, Tonick, et.al,1981 ), contohnya anak autistik mudah sekali marah bila ada perubahan pada

lingkungannya walau sekicil apapun perubahannya, karena mereka tergantung pada terhadap

sesuatu benda yang sedang dia sukai. The National Autistic Society mengemukakan 8 ada tiga

karakter utama yang menunjukkan seseorang menderita autism yakni : Social interaction –

kesulitan dalam melakukan hubungan sosial, Social communication – kesulitan dengan

kemampuan komuniskasi secara verbal dan nion verbal, sebagai contoh tidak mengetahui arti

gerak isyarat, ekspresi wajah ataupun penekanan suara. Imagination – kesulitan untuk

mengembangkan mainan dan imajinasinya, sebagai contoh memiliki keterbatasan aktifitas yang

membutuhkan imajinasi
Retardasi Mental

Retardasi mental adalah gangguan perkembangan otak yang ditandai dengan nilai IQ di

bawah rata-rata dan ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti orang

normal. Retardasi mental juga dikenal dengan istilah gangguan intelektual.

Retardasi mental dapat terjadi kapan saja, bahkan sebelum anak lahir. Namun, gejala

gangguan ini biasanya baru terlihat ketika anak memasuki masa perkembangan, yaitu di usia

kurang dari 18 tahun.

Penderita retardasi mental biasanya mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan

kondisinya sendiri. Akibatnya, penderita butuh banyak waktu dan keterlibatan banyak pihak agar

dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal.

Penyebab dan Faktor Risiko Retardasi Mental

Retardasi mental terjadi akibat gangguan pada perkembangan otak. Akan tetapi, pada

kasus tertentu, penyebab terjadinya retardasi mental tidak diketahui secara pasti.

Beberapa kondisi yang dapat mengakibatkan gangguan pada perkembangan otak anak

adalah:

Cedera, misalnya karena kecelakaan lalu lintas atau olahraga

Kelainan genetik,

seperti sindrom Down atau sindrom fragile X
Penyakit yang memengaruhi fungsi otak,

misalnya infeksi otak (seperti meningitis), lumpuh otak (cerebral palsy), atau tumor otak

Gangguan saat kehamilan,

seperti kekurangan nutrisi selama hamil, infeksi, konsumsi minuman beralkohol ketika hamil,

penggunaan obat-obatan, atau preeklamsia

Gangguan saat melahirkan,

seperti kekurangan oksigen pada bayi atau bayi terlahir prematur

Gejala Retardasi Mental

Gejala retardasi mental pada tiap penderita dapat berbeda-beda, mulai dari ringan hingga berat.

Gejala tersebut antara lain:

Kesulitan berbicara, Kemampuan untuk duduk, merangkak, atau berjalan sendiri yang lebih

lambat dicapai bila dibandingkan dengan anak-anak lain

Kesulitan dalam mempelajari kegiatan sehari-hari, seperti berpakaian atau makan

Kesulitan dalam mengendalikan emosi, seperti mudah marah

Ketidakmampuan memahami konsekuensi atas tindakan yang diambil

Penalaran yang buruk dan sulit memecahkan suatu masalah

Daya ingat yang buruk

Gejala lain juga dapat timbul pada penderita retardasi mental yang berat, seperti kejang,

gangguan penglihatan, gangguan pengendalian gerak tubuh, atau gangguan pendengaran.

Selain itu, nilai IQ penderita juga dapat menunjukkan tingkat keparahan kondisi yang diderita.

Berikut tingkat keparahan retardasi mental berdasarkan nilai IQ penderita:

Ringan, dengan nilai IQ sekitar 50–69

Sedang, dengan nilai IQ sekitar 35–49

Berat, dengan nilai IQ sekitar 20–34

Sangat berat, dengan nilai IQ di bawah 20


Pengertian ADHD

ADHD alias Attention-deficit hyperactivity disorder adalah istilah medis untuk gangguan

mental yang ditandai dengan perilaku impulsif dan hiperaktif.

ADHD adalah gangguan yang menyerang anak-anak dan membuat pengidapnya

kesulitan untuk memusatkan perhatian pada satu hal dalam satu waktu. Kondisi ini memang

menyerang anak-anak, tetapi gejala yang ditimbulkan bisa bertahan hingga remaja bahkan

dewasa. 

ADHD dikelompokkan menjadi 3 subtipe, di antaranya: 

Dominan Hiperaktif-impulsif 

Anak-anak yang mengidap ADHD tipe ini umumnya memiliki masalah hiperaktivitas yang

dibarengi dengan perilaku impulsif. (impulsif itu sendiri memiliki arti bersifat cepat bertindak

secara tiba-tiba menurut gerak hati. Sehingga apabila perilaku seseorang yang tiba-tiba berubah,

tiba-tiba di luar rencana, atau sebuah sikap yang tidak didukung alasan yang kuat. Dan pada

umumnya sikapnya tergolong irrasional)

Dominan Inatentif

Pengidap gangguan ADHD tipe ini memiliki ciri sulit untuk menaruh perhatian penuh pada satu

hal dalam satu waktu. Anak-anak dengan kondisi ini cenderung tidak bisa memperhatikan

dengan baik. 

Kombinasi Hiperaktif-impulsif dan Inatentif 

Tipe ketiga ini merupakan kombinasi dari semua gejala. Pada tipe ini, anak menunjukkan ciri

hiperaktif, impulsif, dan tidak dapat memperhatikan dengan baik.

Gejala ADHD
Gejala ADHD pada masa kanak-kanak dan remaja mudah dikenali, sedangkan pada

orang dewasa lebih sulit dideteksi. Meskipun begitu, gejala ADHD pada orang dewasa

sebenarnya merupakan tanda yang sudah terbentuk sejak kanak-kanak. Ada beberapa gejala

umum dari kondisi ini, antara lain: 

Tidak memperhatikan 

Gejala ini meliputi mudah terdistraksi, pelupa, tidak menghiraukan lawan bicara, tidak mengikuti

petunjuk, tidak dapat menyelesaikan pekerjaan atau tugas di sekolah, mudah teralihkan,

kehilangan fokus, memiliki masalah dengan keteraturan, serta menghindari tugas yang

membutuhkan perhatian yang panjang.

Hiperaktif 

Gejala ini meliputi selalu tampak bersemangat, berbicara berlebihan, sulit dalam menunggu

giliran, tidak dapat duduk tenang, menghentakkan tangan atau kaki, selalu gelisah, tidak dapat

diajak duduk untuk waktu lama, berlarian atau memanjat di situasi yang tidak sesuai, tidak dapat

bermain dengan tenang, sulit untuk bersantai, sering mengganggu orang lain, dan selalu memberi

jawaban sebelum pertanyaan diselesaikan.

Impulsif

Gejala ini ditandai dengan perilaku berisiko tanpa memikirkan konsekuensi dari tindakannya.

Penyebab ADHD

Penyebab pasti ADHD belum diketahui dengan pasti sampai saat ini. Namun, kondisi ini diduga

bisa muncul akibat ada ketidakseimbangan senyawa kimia (neurotransmitter) di dalam otak.

Selain itu, ada beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan kondisi ini, seperti: 

Faktor genetik.

Karena dapat diturunkan, risiko menderita ADHD meningkat jika memiliki anggota keluarga

yang mengalami penyakit yang sama atau penyakit mental lainnya.

Faktor lingkungan. Diduga berkaitan dengan paparan timah yang banyak ditemukan dalam cat.

Kelahiran prematur, yaitu kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu, atau bayi dengan

berat badan lahir rendah.


Ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang, mengonsumsi alkohol, atau merokok selama masa

kehamilan.

Kerusakan atau cedera otak yang dapat terjadi selama masa kehamilan atau pada usia dini.

Ketidakseimbangan senyawa otak (neurotransmitter) dalam otak atau gangguan dalam kinerja

otak

Diagnosis ADHD

Tidak semua anak yang terlihat sangat aktif dapat didiagnosis menderita ADHD. Ada

beberapa langkah yang akan dilakukan dokter untuk mendiagnosis ADHD.

Menggali riwayat perjalanan penyakit pengidap, riwayat penyakit pada keluarga, serta catatan

sekolah pengidap.

Melakukan serangkaian pemeriksaan fisik dan psikologis yang akan dilakukan oleh dokter ahli

terhadap pengidap.

Melakukan wawancara atau kuesioner terhadap anggota keluarga, guru, pengasuh, atau orang

yang mengenal baik pengidap.

Melakukan beberapa tes gambar dan tes laboratorium untuk mencari penyebab lain.

Pengobatan ADHD

ADHD hingga saat ini memang belum dapat disembuhkan. Namun, penanganan perlu

segera dilakukan untuk membantu pengidap beradaptasi dengan penyakitnya sehingga memiliki

kualitas hidup yang lebih baik. Beberapa upaya pengobatan ADHD, antara lain:

Obat-obatan yang umum digunakan untuk mengatasi ADHD. Obat-obatan ini digunakan untuk

membantu pengidap lebih tenang dan mengurangi sikap impulsif sehingga dapat lebih

memusatkan perhatian.

CBT (cognitive behavioural therapy). Terapi ini dilakukan untuk menolong pengidap mengubah

pola pikir dan perilaku saat mengalami masalah dalam hidupnya.

Terapi psikologi. Terapi ini bertujuan supaya pengidap ADHD dapat menemukan solusi untuk

mengatasi gejala penyakitnya.

Pelatihan interaksi sosial. Pelatihan ini bertujuan untuk menolong pengidap dalam memahami

perilaku sosial yang dapat diterima dalam masyarakat.


Selain pengidap, orang tua dan keluarga juga sebaiknya menjalani beberapa terapi supaya dapat

beradaptasi dan menerima gejala pengidap ADHD.

Terapi perilaku. Terapi ini bertujuan supaya orang tua atau pengasuh dapat memiliki strategi

untuk menolong pengidap dalam menjalani kehidupan sehari-hari atau mengatasi keadaan yang

sulit.

Pelatihan untuk orang tua pengidap ADHD. Pelatihan ini bertujuan supaya orang tua lebih

memahami perilaku pengidap dan memberikan bimbingan bagi orang tua untuk menjalani hidup

dengan pengidap ADHD.

Pencegahan ADHD

Tidak ada pencegahan spesifik terhadap ADHD. Namun, risiko gangguan ini bisa

dikurangi, dimulai dari masa kehamilan. Ibu hamil disarankan untuk tidak merokok, tidak

mengonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan terlarang, serta sebisa mungkin menjauhkan

anak dari asap rokok dan paparan zat beracun yang bisa membahayakan kesehatan. 

Anda mungkin juga menyukai