Anda di halaman 1dari 15

Herdinrusli’s Weblog

Physiotherapy pada Penyandang Autism

herdinrusli
8 tahun yang lalu
Iklan

Oleh : H. Herdin S.Ft, Physio,M.Kes

Patologi Autism

1.Pengertian

Autism atau autis atau autisma berasal dari kata Auto (yunani) yang berarti berdiri sendiri.
Ditemukan pertama kali oleh Dr. Leo Kanner di tahun 1943 yang melihat anak-anak ini cenderung
acuh, menyendiri dan seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri.

Autisme atau biasa disebut Autistic Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan
perkembangan fungsi otak yang komplex dan sangat bervariasi (spektrum). Biasanya gangguan
perkembangan ini meliputi cara berkomunikasi, ber-interaksi sosial dan kemampuan ber-imajinasi.

2. Penyebab

Penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan autis disebabkan karena
multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain
berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri/jiwa. Ahli lainnya berpendapat
bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang
terkontaminasi zat-zat beracun yang mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang
mengakibatkan masalah dalam tingkah laku dan fisik termasuk autis.

Beberapa teori yang didasari beberapa penelitian ilmiah telah dikemukakan untuk mencari
penyebab dan proses terjadinya autis. Beberapa teori penyebab autis adalah : teori kelebihan
Opioid, teori Gulten-Casein (celiac), Genetik (heriditer), teori kolokistokinin, teori oksitosin Dan
Vasopressin, teori metilation, teori Imunitas, teori Autoimun dan Alergi makanan, teori Zat darah
penyerang kuman ke Myelin Protein Basis dasar, teori Infeksi karena virus Vaksinasi, teori
Sekretin, teori kelainan saluran cerna (Hipermeabilitas Intestinal/Leaky Gut), teori paparan
Aspartame, teori kekurangan Vitamin, mineral nutrisi tertentu dan teori orphanin Protein:
Orphanin

Walaupun paparan logam berat (air raksa) terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil
saja yang mengalami gejala autism. Hal ini mungkin berkaitan dengan teori genetik, salah satunya
berkaitan dengan teori Metalotionin. Beberapa penelitian anak autism tampaknya didapatkan
ditemukan adanya gangguan metabolisme metalotionin. Metalotionon adalah merupakan sistem
yang utama yang dimiliki oleh tubuh dalam mendetoksifikasi air raksa, timbal dan logam berat
lainnya. Setiap logam berat memiliki afinitas yang berbeda terhadap metalotionin. Berdasarkan
afinitas tersebut air raksa memiliki afinitas yang paling kuar dengan terhadam metalotianin
dibandingkan logam berat lainnya seperti tenbaga, perak atau zinc

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilaporkan para ahli menunjukkan bahwa gangguan
metalotianin disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah : defisiensi Zinc, jumlah logam
berat yang berlebihan, defisiensi sistein, malfungsi regulasi element Logam dan kelainan genetik,
antara lain pada gen pembentuk netalotianin

Perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada kemungkinan penyebab autis yang
disebabkan oleh vaksinasi anak. Peneliti dari Inggris Andrew Wakefield, Bernard Rimland dari
Amerika mengadakan penelitian mengenai hubungan antara vaksinasi terutama MMR (measles,
mumps rubella ) dan autisme. Banyak penelitian lainnya yang dilakukan dengan populasi yang
lebih besar dan luas memastikan bahwa imunisasi MMR tidak menyebabkan Autis. Beberapa
orang tua anak penyandang autisme tidak puas dengan bantahan tersebut. Bahkan Jeane Smith
seorang warga negara Amerika bersaksi didepan kongres Amerika : kelainan autis dinegeri ini
sudah menjadi epidemi, dia dan banyak orang tua anak penderita autisme percaya bahwa anak
mereka yang terkena autis disebabkan oleh reaksi dari vaksinasi

Banyak pula ahli melakukan penelitian dan menyatakan bahwa bibit autis telah ada jauh hari
sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi dilakukan. Kelainan ini dikonfirmasikan dalam
hasil pengamatan beberapa keluarga melalui gen autisme. Patricia Rodier, ahli embrio dari
Amerika bahwa korelasi antara autisme dan cacat lahir yang disebabkan oleh thalidomide
menyimpulkan bahwa kerusakan jaringan otak dapat terjadi paling awal 20 hari pada saat
pembentukan janin. Peneliti lainnya, Minshew menemukan bahwa pada anak yang terkena
autisme bagian otak yang mengendalikan pusat memory dan emosi menjadi lebih kecil dari pada
anak normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi pada
semester ketiga saat kehamilan atau pada saat kelahiran bayi

Saat ini, para pakar kesehatan di negara besar semakin menaruh perhatian terhadap kelainan autis
pada anak. Sehingga penelitian terhadap autism semakin pesat dan berkembang. Sebelumnya,
kelainan autis hanya dianggap sebagai akibat dari perlakuan orang tua yang otoriter terhadap
anaknya. Kemajuan teknologi memungkinkan untuk melakukan penelitian mengenai penyebab
autis secara genetik, neuroimunologi dan metabolik. Pada bulan Mei 2000 para peneliti di
Amerika menemukan adanya tumpukan protein didalam otak bayi yang baru lahir yang kemudian
bayi tersebut berkembang menjadi anak autisme. Temuan ini mungkin dapat menjadi kunci dalam
menemukan penyebab utama autis sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahannya

2. Anatomy Physiology

3. Patofisiolologi

Gangguan perkembangan motorik anak autisme disebabkan gangguan pada otak, yaitu adanya
kelainan anatomis pada lobus parietalis,cerebellum dan sistem limbiknya. Kelainan pada lobus
parietalis.menyebabkan anak tidak peduli terhadap lingkungannya, kelainan pada otak kecil
(cerebellum) terutama pada lobus VI dan VII menyebabkan proses sensoris, daya ingat, berpikir,
belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian) terganggu. Selain itu didapatkan jumlah sel
Purkinye di otak kecil yang sangat sedikit, sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan
dopamin, yang mengakibatkan gangguan atau kekacauan lalu-lalang di otak.

Daerah sistem limbik yang disebut hippocampus dan amygdala ditemukan juga kelainan khas
yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi control terhadap agresi dan emosi. Anak kurang
dapat mengendalikan emosinya,seringkali terlalu agresif atau sangat pasif. Amygdala juga
bertanggung jawab terhadap berbagai rangsang sensoris seperti pendengaran,
penglihatan,penciuman, perabaan, rasa dan rasa takut. Hippocampus bertanggung jawab terhadap
fungsi belajar dan daya ingat sehingga mengakibatkan kesulitan menyimpan informasi baru,
perilaku yang diulang-ulang, yang aneh dan hiperaktif (Handojo, 2004)

3. Epidemologi

4:1 laki dibanding perempuan

Approximately 80% exhibit signs of intellectual impairment as well

Approximately 6.5 per 1000 children diagnosed with ASDs

4. Gejala

Penyandang Autisma mempunyai karakteristik antara lain :

Selektif berlebihan terhadap rangsang

Kurangnya motivasi untuk memjelajahi lingkungan baru

Respon stimulasi diri sehingga mengganggu integrasi sosial

Respon unik terhadap imbalan (reinforcement),khususnya imbalan dari stimulasi diri

Perilaku autistik digolongkan dalam 2 jenis ,yaitu

Excessive (berlebihan) berupa tantrum, memukul, menggigit, mencakar, menyakiti diri sendiri/self
abuse

Deficit (Berkekurangan) berupa terlambat bicara, emosi tidak tepat, bermain tidak sesuai dengan
permainan, perilaku sosial kurang, sering dianggap kurang mendengar

5. Diagnosa
Dapat melibatkan:

Special educators/General educators

Child Psychiatrists/Psychologists

Speech pathologists

Occupational therapists

Physiotherapists

Physicians

Developmental and Behavioral Pediatricians

Geneticists and Pediatric neurologists

Symptoms are often measurable by 18 months of age

The main differentiating characteristics from other developmental disorders appear in the 20-
month to 36-month age range

Depends on involvement of cognitive impairment

6. Role of therapists and medical team

Early recognition and evaluation

Chronic management

Primary goals of treatment;

Maximize the child’s ultimate functional independence

Maximize quality of life

Minimizing the core ASD features

Dengan

Facilitating development and learning


Promoting socialization

Reducing maladaptive behaviors

n Educating and supporting families

7. Intervension

Multidisciplinary approach essential

Special educators/General educators

Child Psychiatrists/Psychologists

Speech pathologists

Occupational therapists

Physiotherapists

Physicians

Developmental and Behavioral Pediatricians

Geneticists

Pediatric neurologists

8.Indikator Autisma

Bhasa/Komunikasi Hubungan dengan Orang


1. Ekspresi wajah datar2. Tidak menggunakan bahasa/isyarat tubuh
3. Jarang memulai komunikasi

4. Tidak meniru suara/aksi

5. Tidak bicara atau sedikit bicara

6. Membeo

7. Intonasi bicara aneh

8. Tampak tidak mengerti kata-kata


9. Menggunakan kata secara terbatas

1. Tak responsif2. Tak ada senyum social


3. Tidak berkomunikasi dengan

mata

4. Kontak mata terbatas

5. Tampak asyik bila sendiri

6. Tidak melakukan permainan

giliran

7. Menggunakan tangan orang dewasa sebagai alat

Hubungan dengan Lingkungan Respon terhadap Indera/sensoris


1. Bermain diulang-ulang2. Marah atau tidak menghendaki perubahan
3. Berkembangnya rutinitas yang kaku

4. Memperlihatkan ketertarikan yang sangat dan tidak fleksibel

1. Kadang seperti tuli2. Panik atau sensitif terhadap suara


3. Bermain-main dengan cahaya/pantulan

4. Memainkan jari-jari didepan mata

5. Menolak untuk disentuh

6. Sangat tidak suka terhadap pakaian dan makanan tertentu

7. Sangat hiperaktif atau inaktif

8. Berputar, memutar atau membenturkan kepala serta menggigit pergelangan

9. Melompat-lompat atau mengepak-ngepakkan tangan

10.Tahan atau berespon aneh terhadap nyeri sakit

Perkembangan Perilaku
1. Kemampuan sangat baik atau sangat terlambat2. Mempelajari ketrampilan diluar urutan
normal seperti membaca tapi
tidak mengerti arti

3. Menggambar secara rinci, tapi tidak mampu mengancing baju

4. Pintar mengerjakan puzzle tapi sulit mengikuti perintah

5. Berjalan pada usia normal tetapi tidak mampu berkomunikasi

6. Lancar membeo tapi sulit memulai berbicara dari diri sendiri

7. Suatu waktu dapat melakukan sesuatu tetapi dilain waktu tidak

a mampu

9. Manajemen Autis

Ada dua cara penanganan Autis yaitu dengan medika (dengan obat-obatan) atau non medika.

Secara non medika, bisa dengan terapi yang konsisten dengan menggunakan Terapi perilaku
( ABA Method) ,Structured teaching model (TEACCH),dan Developmental model atau metode
lain yang diharapkan dapat membantu anak dalam perkembangan perilaku.

ABA Method yang dikembangkan oleh Prof. Ivar Lovaas adalah merupakan metode yang
terstruktur dan terukur sehingga dapat digunakan baik untuk anak normal maupun untuk anak-
anak kebutuhan khusus. Metode ini sebenarnya merupakan home base program yang digunakan
oleh Catherine Maurice yang telah berhasil melepaskan kedua anaknya dari Autis dengan materi
yang tercantum dalam buku tersebut. Buku ini berjudul Behavioural Intervention for Young
Children with Autism. Disamping itu, ABA Method termasuk mudah dilaksanakan juga mudah
dalam penilaian. Hanya saja program terapi ini bukanlah program yang singkat karena
membutuhkan waktu tahunan sehingga dibutuhkan pula keterlibatan seluruh anggota keluarga
untuk membantu anak-anak ini menjadi anak-anak yang “normal” seperti anak-anak pada
umumnya.

10. Clinical Reasoning Physio

Berbagai gangguan pada menyebabkan anak autisme sulit sekali mempelajari keterampilan baru,
contohnya keterampilan motorik. Keterampilan motorik sangat penting bagi anak autis untuk tetap
eksis dalam menjalani tantangan hidup

Banyak disiplin profesi yang perlu dilibatkan untuk meningkatkan kemampuan anak autis salah
satunya fisioterapi untuk mengoptimalkan kemampuan motorik kasar anak (Praptono, 2005)

8.Evidence Base Physiotherapy


Effects of Exercise Interventions on Stereotypic Behavioursin Children with Autism Spectrum
Disorder

Purpose: The purpose of this systematic review was to synthesize evidence from studies
examining the effect of exercise interventions on stereotypic

behaviours in children with autism spectrum disorder (ASD).

Methods: Only exercise-related physical therapy (PT) interventions were included. A multifaceted
search strategy identified studies published between

1980 and 2007. Quality was assessed using the American Academy of Cerebral Palsy and
Developmental Medicine (AACPDM) Study Quality Scale, the

Clinical Relevance Tool for Case Studies, and the Quality, Rigour or Evaluative Criteria tool.

Results: Seven studies (1982–2003) met our inclusion criteria; four of these used single-subject
research designs, two were group studies, and one was a

case study. Ages and behavioural characteristics of the children (N¼25) varied among the studies.
Levels of evidence ranged from II to V (of a possible

I–V). Study quality scores ranged from 2 to 5 (range: 0 to 7); mean ¼ 3.9, mode ¼ 5. Few studies
in this area of PT practice have been published, and

those identified scored low levels of rigour on the AACPDM criteria.

Conclusions: Research suggests that exercise provides short-term reductions of stereotypic


behaviours in children with ASD. Future research with stronger evidence levels, greater rigour,
and longer-term outcome assessment is required to determine specific exercise parameters

Rekomendasi Physiotherapy berbasis evidence Base

Jogging diawali 5 menit ditingkatkan sampai 20 menit


Hidrotherapy session 30 menit selama 8 minggu dapat mengurangi gerakan-gerakan stereotype
Melempar dan menangkap bola serta walking exercise tidak mengurangi gejala autism

Pengkajian Kasus

A.Pemeriksaan Physiotherapy

1. Anamnesis Umum
Nama : Ilhm

Umur : 3,7 tahun

Alamat : Jl.Mustafa perumahan Graha suranda no 10

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Hobby : Jenis barang elektronik

2.Anamnesis Khusus ( Heteroanamnesis )

Keluhan utama : Keterlambatan bicara dan kelainan perilaku dalam tidak seperti anak

Sebayanya,gangguan konsentrasi ,Hiperaktif,Dressing (- ),Toiletting(-)

Sifat keluhan : bersifat konstan

Rpp : Sejak usia 2 tahun anak hanya bisa menyebut kata “mama”,”papa”dan

Perkembangan fisik anak biasa seperti anak sebayanya,melewat fase

Merangkak

Riwayat kehamilan:Usia ibu 28 tahun,periksa teratur,di bidan,ibu selama hamil tidak pernah

Sakit-sakitan,tidak pernah minum obat-obatan.kecuali penambah darah

Dan vitamin.

Riwayat Persalinan : cukup bulan,spontan,BBL 3000 gr,langsung menangis

Riwayat Antenatal : Normal,kejang (-) demam pernah 1x.tidak sering muntah

Riwayat pernikahan keluarga: (-)

Riwayat Imunisasi : BCG 1 kali,DPT 2 kali,Hepatitis 2 kali,Campak (-),Polio 4 kali

Riwayat trauma : Pernah jatuh di tempat tidur usia 2 tahun dengan tinggi tempat tidur 50

cm sebanyak 2 kali.
3.Inspeksi

Anak terlihat acuh tak acuh saat memasuki ruangan terapi

Anak tidak menoleh ketika di panggil namanya

Anak tidak megeluarkan kata-kata atau bahasa yang dapat dimengerti

Anak tampak akan mengamuk jika pola atau kebiasaannya dirubah

,Anak tampak menangis tanpa alasan dan penyebab yang jelas kadang berteriak

Tampak anak berjalan tanpa kesulitan dan alat bantu.

Tampak anak mempunyai kesukaan aneh pada barang barang elektronik

Anak tidak meyukai kalau disentuh pada bagian mulutnya

4.Pemerksaaan Fungsi

Motorik kasar

Mampu duduk ,berdiri dan berjalan serta berlari

Pada saat duduk anak mempunyai kecendrungan untuk mencari sandaran

Anak tidak mampu menjaga keseimbangan selama 3 detik

Anak belum mampu melakukan gerakan meloncat dengan baik

Motor Planning

Sulit memulai suatu gerakan yang fungsional

Motorik Halus

Belum memiliki koodinasi gerakan halus yang baik sehingga anak nampak memiliki kesulitan
dalam menulis,menggambar,mewarnai

Anak memiliki kemampuan yang baik dalam hal meronce

Hasil tulisan acak-acakan karena spasi dan huruf yang belum konsisten
Pemeriksaan kekuatan otot

Adanya kelemahan pada otot –otot pada kelompok ekstesoren dengan nilai 5-

Secara umum anak memiliki kekuatan otot oktremitas atas dan bawah dengan nilai 5.tapi hasil ini
relatif karena pasien sulit berkonsentrasi pada saat dilakukan tes gerak dan inkonsisten

Pemeriksaan Tonus

Kesan hipotonus yang minimal pada otot-otot UE dan LE

Pemeriksaan Keseimbangan

Anak kadang-kadang mempertahankan keseimbangan duduk dan berdiri namun kadang acuh
tanpa ada upaya untuk mempertahankan posisi

Pemeriksaan koordinasi

Anak kesulitan untuk memegang benda kecil terutama pulpen,belum mampu menulis
lingkaran,persegi 3

Pemeriksaaan ADL

sulit Dressing {+},Menulis( + ) Toiletting (- + )

Pemeriksaan sensoris

Anak hipersensitif jika disentuh pada bagian mulut

Pemeriksaan refleks

KPR dan APR bilateral normal dan BPR /TCR bilateral normal

Pemeriksaan refleks patologis

Negatif

Pemeriksaan DDST

Speech Delay dan terdapat hasil yang fail pada beberapa item motorik dan kasar serta perilaku

Pemeriksaan lingkar kepala dalam rentang normocephalous

Pemeriksaan Spesifik DSM IV


Handojo (2003) juga mengemukakan beberapa gejala autisme masa kanak berdasarkan kriteria
DSM-IV, yaitu sebagai berikut:

A.Harus ada sedikitnya 6 dari (1), (2) dan (3), dengan minimal 2 gejala dari (1) dan masing-
masing gejala dari (2) dan (3).

1.Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal harus ada 2 gejala dari
gejala-gejala di bawah ini

a)Tidak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai; kontak mata sangat

kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang kurang tertuju

b)Tidak bisa bermain dengan teman sebaya

c)Tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain

d)Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik

2.Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi seperti ditunjukkan oleh minimal satu dari gejala-
gejala di bawah ini:

a)Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tidak berkembang (dan tidak ada usaha untuk

mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara.

b)Jika bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk komunikasi.

c)Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-diulang.

d)Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif dan kurang bisa meniru.

3.Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku, minat dan kegiatan. Sedikitnya
harus ada satu dari gejala di bawah ini:

a)Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebih-lebihan

b)Terpaku pada suatu gerakan yang ritualistik yang tidak ada gunanya

c)Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang

d)Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.


Pada anak tersebut memenuhi kriteria Autis dengan didapatkan 7 item perilaku yang positif

Diagnosa

Gangguan fungsional aktivitas akibat Autis Spectrum Disorder

Problematik

Kekuatan otot yang belum optimal

Motor kontrol yang inkonsisten

Aktivitas kehidupan sehari-hari

Gangguan perilaku

Gangguan wicara

Penataksanaaa terapi

Nomor Problematik Modalitas Dosis


1 Hypotonus Manual Therapy F : setiap hariI : Mild pressure 8xpengulangan
T : MMBTS

T : 5 Menit

2 Muscle power yang belum optimalStrenthening Exercise F : 1kali sehariI : 5 kali /fokus
T : Aktivitas physic ball

Trowing

Caching.Skipping,Hopping

Running

T : 20 menit

3 Gangguan Perilaku(Motor Behaviour Terapi ABA ModifiKASI F : 1 kali sehariI :


3-6 kali pengulangan
T : Modifikasi ABA &

PMA,Brain Gym

T : 45 menit
4 Sensor Integrasi Sensor Integrasi Program F : 1 sehariI : Masing-masing 8 x
pengulangan

T : Tactil stimulasi

Joint

Aproximasi,Vestibular

Propriosensor.Puzzle

game

T : 20 menit

5 Ganggual Adl compleks F : 1 kali sehariI : Fokus dan Task Activity


T : Dressing,Drawing,

Writing Toiletting

Training (- )

T : 20 menit

ADL : menulis,menggambar, dressing.

Kreativitas

ABA

Terapi bermain

Sensor integrasi

Brain Gym

Evaluasi

Sesaat
Evaluasi saat pelaksanaan terapi,dan setelah terapi berupa kepatuhan dan kontak matadan berkala

Setiap 3 bulan pelaksanaan terapi

Modifiksi Physiotherapy dari segi AFR

Aquatic Physio therapy


Terapi Musik
Dolphyn Therapy
Perceptual Motor Activity
Parenting dan Outbond
( Please Jangan Copi Paste untuk tujuan publikasi )

Iklan

Kategori: Fisioterapi/physiotherapy
Tinggalkan sebuah Komentar
Herdinrusli’s Weblog

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.


Kembali ke atas
Iklan

Anda mungkin juga menyukai