Anda di halaman 1dari 93

BAB I

DIODE DAYA

1.1. Pendahuluan
1.Elektronika daya dapat didefinisikan sebagai penerapan semikonduktor (elektronika
daya solid state) untuk :
a. Pengendalian tenaga listrik
b. Konversi tenaga listrik
2. Elektronika daya bersandar terutama pada proses : “ Pensaklaran elektrik
(switching) pada peralatan semikonduktor”.
3. Aplikasi dari elektronika daya : hampir ditemui dalam semua bidang kehidupan
4. Rating daya divais elektronika daya tersedia secara komersial didasarkan pada :
a. Rating daya
b. Rating tegangan
c. Rating arus dan
d. Rating kecepatan pensaklaran (frekuensi).
5. Konverter daya meliputi :
a. Penyearah dioda (ac – dc)
b. Penyearah terkendali (ac – dc)
c. Kontroller tegangan ac (ac – ac)
d. Dc chopper (dc – dc)
e. Inverter (dc – ac)
f. Saklar/swicth statis
6. Modul-modul cerdas dapat diakses di
a. Fuji Electric/ Collmer Semiconductor, Inc
b. Hitachi Ltd
c. International Rectifier
d. Mitsubishi Electric Corp
e. Motorola, Inc
f. National Semiconductor, Inc dsb
7. Konferensi dan Journal Elektronika daya
- IEEE Transaction on Industrial Electronics
- IEEE Transaction on Industrial Application
- IEEE Transaction on Electric Power, dsb
1.2. Dioda Semikonduktor Daya
1. Dioda daya dapat diasumsikan sebagai saklar ideal untuk kebanyakan aplikasi,
tapi dalam prakteknya berbeda dengan karakteristik ideal dan memiliki
batasan yang cukup berarti
2. Dioda daya mirip dengan dioda sinyal pn-Junction
3. Dioda daya memiliki daya besar
- Kemampuan menangani tegangan > dioda sinyal
- Kemampuan menangani arus > dioda sinyal
- Respon frekuensi (kecepatan pensaklaran) < dioda sinyal

Potensial Anode positip terhadap Katoda a) dioda bertindak bias maju


b) dioda konduksi
c) draop tegangan maju relatif kecil
Potensial Katode positip terhadap Anoda a) dioda bertindak bias mundur
b) arus mundur kecil
(disebut arus bocor) dalam atau
mA
1.3. Rangkaian Diode dan Penyearah
Penggunaan diode untuk konversi daya ac ke dc yang dikenal dengan penyearah
(rectifier), dan diode penyearah menyediakan tegangan keluaran dc yang pasti.
a) Diode dengan beban RC dan RL

Ketika saklar ditutup pada t = 0, arus i mengalir melalui kapasitor. Persamaan


loop tertutup memberikan

(1.1)
Dengan transformasi Laplace dihasilkan

(harga tegangan awal)

atau

(1.2)
Dengan mengambil invers transformasi Laplace dihasilkan arus kapasitor

(1.3)
Tegangan kapasitor adalah
(1.4)
atau
dimana = konstanta waktu beban
Kecepatan perubahan tegangan kapasitor adalah

(1.5)
Laju awal perubahan tegangan kapasitor adalah (pada t = 0)

(1.6)

Tugas I
Sebuah rangkaian penyearah diode dengan beban RL ditunjukkan dalam Gambar 4,
tentukan : (a) arus induktor , (b) tegangan induktor , (c) Kecepatan

perubahan tegangan induktor dan (d) laju awal perubahan tegangan induktor

Khusus untuk rangkaian diode dengan beban RL ini, harus dilengkapi dengan diode
freewheeling ( ) sebagai pengaman dari letupan api ketika saklar dibuka
secara tiba-tiba.
1.4. Parameter Unjuk Kerja (dari penyearah)
Tegangan keluaran penyearah adalah dc, bentuknya tidak kontinyu dan mengandung
harmonisa. Kwalitas pemroses daya penyearah memerlukan arus masukan, tegangan
keluaran, dan arus keluaran dengan kandungan harmaonisa yang pasti (perlu
dihitung), untuk menentukan besarnya harmonisa pada tegangan dan arus dapat
dihitung menggunakan ekspansi deret Fourier.
Kinerja penyearah biasanya dihitung dengan parameter-parameter berikut :
- Nilai rata-rata tegangan keluaran (beban),
- Nilai rata-rata arus keluaran (beban),
- Keluaran daya dc,
(1.7)
- Nilai rata-rata rms tegangan keluaran,
- Nilai rata-rata rms arus keluaran,
- Keluaran daya ac,
(1.8)
Efisiensi sebuah penyearah adalah

(1.9)
Tegangan keluaran merupakan gabungan dari dua komponen :
(1) Komponen dc (2) Komponen ac
- Nilai effektip (rms) komponen ac tegangan keluaran
(1.10)
Faktor bentuk (Form Factor) yang mengukur bentuk tegangan keluaran

(1.11)
Faktor ripple (ripple Factor) yang mengukur kandungan ripple

(1.12)
atau

(1.13)
Faktor kegunaan trafo (Transformer Utilization Factor)

(1.14)
dan adalah tegangan rms dan arus rms trafo skunder
Displacement faktor (DF) didefinisikan

(1.15)
dimana : adalah sudut dispalcement angle, yang dibentuk antara komponen arus
fundamental dan tegangan masukan.
Faktor harmonis (harmonic factor) dari arus masukan adalah

(1.16)
= arus komponen dasar dari arus masukan
Faktor daya masukan
(1.17)
Crest Factor, CF, yang mengukur arus masukan puncak (puncak) dibandingkan
dengan nilai rms-nya, digunakan untuk menspesifikasikan rating arus puncak
komponen dan divais.

(1.18)
Catatan :
1. Faktor harmonis HF adalah ukuran distorsi bentuk gelombang dan biasanya
disebut total harmonic distortion (THD).
2. Bila arus masukan berupa sinusuida murni, dan faktor daya PF
sama dengan faktor displacement DF.
3. Faktor displacement DF sering disebut pula displacement power factor (DFP)
4. Penyearah ideal mempunyai , RF = 0, TUF = 1, HF
= THD = 0, dan PF = 1.

Contoh soal 1.1


Sebuah penyearah pada Gambar 1.6 (a), memliki beban resistip murni R. Tentukan (a)
Efisiensi (b) faktor bentuk, (c) Faktor ripple, (d) Faktor kegunaan trafo, (e)
tegangan balik puncak (PIV) diode , dan (f) CF untuk arus masukan.
Penyelesaian :
Tegangan keluaran rata-rata adalah

Dalam Gambar 1.6 terlihat bahawa tegangan , maka

Nilai rms tegangan keluaran adalah

(Catatan : ).
Keluaran daya dc adalah

Keluaran daya ac adalah

(a) Efisiensi dari penyearah adalah

(b) Faktor bentuk adalah

(c) Faktor ripple adalah

(d) Tegangan rms trafo sisi skunder adalah

Nilai arus rms trafo sisi skunder adalah

(atau sama dengan arus rms keluaran)

Rating volt-ampere (VA) dari trafor adalah

Faktor kegunaan trafo adalah

(e) Tegangan balik puncak pada diode adalah PIV = (lihat Gambar 1.6(b))
Arus puncak adalah

(e) Crest faktor adalah

Catatan :
- menyatakan bahwa trafo harus lebih besar 3.496 kali
pada saat digunakan untuk mengirimkan daya dari tegangan sumber ac murni.
- Penyearah ini mempunyai faktor ripple yang tinggi, 121%.
- Efisiensi dari penyearah ini adalah rendah, 40.5%.
- Faktor kegunaan trafo yang buruk (rendah), TUF = 0.286.

Gambar 1.7(a) Model simulasi Penyearah ½ gelombang

Gambar 1.7(b) Bentuk respon arus dan teg. beban tanpa dan dengan filter L

1.5. Penyearah Gelombang Penuh Satu Fasa


a. Rangkaian penyearah dengan tap trafo
- Rangkaian penyearah jenis ini menggunakan trafo tap tengah, dimana tiap bagian
trafo dengan diaode yang berfungsi sebagai penyearah setengah gelombang.
- Tegangan balik puncak diode adalah .
- Rangkaian penyearah dan keluaran penyearah gelombang penuh ditunjukkan dalam
Gambar 1.8(a) dan (b).
Gambar 1.8. Penyearah gelombang penuh dengan trafo tap tengah

Tegangan keluaran rata-rata adalah

(1.19)
Sedang nilai rms tegangan output adalah akar kwadrat dari persamaan tegangan rms
ouput penyearah setengah gelombang satu phasa adalah

(1.20) Model Simulink-Matlab untuk penyearah gelombang penuh satu phasa dengan
tap trafo dengan rangkaian dasar dari Gambar 1.8 ditunjukkan dalam Gambar 1.9
berikut dengan tegangan rms keluaran (beban R murni) dan tegangan balik puncak
diode.
Gambar 1.9. Penyearah gelombang penuh (Tap Trafo) dan Tegangan Beban

Gambar 1.10. Penyearah Jembatan Gelombang Penuh 1 phasa

b. Rangkaian dengan menggunakan empat buah diode


Rangkaian penyearah ini menggunakan empat buah diode yang ditunjukkan dalam
Gambar 1.10. Selama tegangan masukan mencapai setengah siklus positip, daya
disuplai ke beban melalui konduksi.
Untuk setengah siklus negatip, konduksi. Sedang tegangan balik puncak
diode adalah .
Rangkaian ini dikenal dengan jembatan penyearah, banyak digunakan dalam aplikasi
industri.Tegangan keluaran rata-rata sama dengan persamaan (1.19) yang merupakan
kelipatan dua dari tegangan dc keluaran penyearah ½ gelombang satu phasa. Model
simulasi Simulink Matlab dengan rangkaian dasar Gambar 1.10 ditunjukkan dalam
Gambar 1.11(a) dan hasil simulasi untuk tegangan keluaran (beban) tahanan murni
dengan filter kapasitor ditunjukkan dalam Gambar 1.11(b).
Nilai rms tegangan keluaran sama dengan persamaan (1.20) karena bentuk gelombang
tegangan rms dan tegangan dc untuk kedua jenis penyearah gelombang penuh satu
phasa adalah sama.
Faktor harmonisa tegangan keluaran (beban) dihitung berdasarkan persamaan (1.16)

(1.21)
Dimana tegangan searah telah didapatkan

Harga tegangan rms (beban) untuk gelombang Gambar 1.10 dihitung dengan rumus

(1.22)

Maka tegangan rms (beban) dalam deret Fourier adalah

Tegangan rms fundamental (n = 1) adalah

Tegangan rms (beban) telah didapat sebelumnya (persamaan 1.20) adalah

== atau = 61.8%


Gambar 1.11(a). Model Simulasi Penyearah Jembatan gelombang penuh

Gambar 1.11(b). Teganan Beban (filter C)

c. Jembatan Penyearah Tiga fasa


Sebum membahas tentang jembatan penyearah 3 phasa gelombang penuh,
ditampilkan model simulasi untuk ½ gelombangnya sebagai pembanding, tetapi tidak
disertakan analisanya. Rangkaian penyearah ini dan bentuk gelombang tegangan
keluarannya ditunjukkan dalam Gambar 1.12(a) dan (b)
Sedang rangkaian jembatan penyearah gelombang penuh 3 phasa sering digunakan
dalam aplikasi industri daya tinggi, ditunjukkan dalam Gambar 1.13.
Penyearah jenis ini dapat dioperasikan dengan atau tanpa trafo, dengan keluaran enam
pulsa, gelombang penuh. Pasangan diode diantara pasangan jalur sumber yang
mempunyai tegangan sesaat line-line tertinggi yang akan konduksi. Tegangan line-
line adalah tegangan fasa sumber tiga fasa hubungan wye. sedang urutan diode
konduksi adalah 12, 23, 34, 45, dan 56. Dimana tiap sudut untuk tiap konduksinya
adalah .
Bentuk tegangan keluaran rata-rata ditentukan dari

(1.20)
dimana adalah tegangan fasa puncak. Tegangan keluaran rms adalah

(1.21)

Gambar 1.12(a). Disain smulasi penyearah ½ gelombang 3 phasa

Gambar 1.12(b). Bentuk gelombang tegangan, arus beban dan dioda penyearah ½
gelombang 3 phasa
Gambar 1.13(a). Penyearah Jembatan 3 phasa

Gambar 1.13(b). Bentuk gelombang sumber tegangan dan waktu penyalaan


Gambar 1.14 Model Simulasi Penyearah Jembatan 3 phasa (Beban R-murni)

1.6. Disain Rangkaian Penyearah


- Dalam mendisain penyearah melibatkan penentuan rating diode semikonduktor.
Rating diode biasanya ditentukan dalam arus rata-rata, arus rms, arus puncak,
tegangan balik puncak diode.
- Tidak ada prosedur yang baku untuk mendisain penyearah. Penentuan harga-harga
diatas diperlukan untuk menentukan bentuk gelombang arus dan tegangan diode.
- Keluaran dari penyearah mengandung harmonis. Untuk menghilangkan harmonis
tegangan dan arus keluaran penyearah digunakan filter dc maupun ac, yang masing-
masing ditunjukkan dalam Gambar 1.13 dan 1.14.

Gambar 1.13. Rangkaian Filter dc


Gambar 1.14. Rangkaian Filter ac
BAB II
THYRISTOR

2.1. Karakteristik Thyristor


Thyristor merupakan divais semikonduktor 4 lapisan berstruktur pnpn dengan tiga
junction. Divais ini mempunyai tiga terminal ; anode, katode dan gerbang. Gambar
2.1. memprlihatkan simbol thyristor dan bagan dari tiga pn-junction.

- Ketika tegangan anoda lebih positip terhadap katode, sambungan dalam


kondisi bias maju dan bias mundur. mengalir arus bocor kecil anatara
anoda dan katode (atau disebut arus bocor maju).
- Tegangan anoda-katode ( ) dinaikan secara perlahan mencapai tegangan
(forward breakdown vaoltage) sambungan bocor, mengalir arus
anoda yang besar. Thyristor dalam keadaan ini disebut pada keadaan konduksi atau
keadaan hidup.
- Arus (Latching current) adalah arus anoda minimum yang diperlukan agar dapat
membuat thyristor tetap pada kondisi hidup begitu thyristor telah dihidupkan dan
sinyal gerbang dihilangkan.
Karakteristik v-i umum dari thyristor ditunjukkan dalam Gambar 2.2.
- Jika tegangan katode lebih positip dari anoda, terbias maju,
terbias mundur thyristor dalam kondisi bloking mundur, dan arus bocor
mundur (atau disebut reverse current), mengalir melalui divais.
- Thyristor dapat dihidupkan dengan meningkatkan tegangan maju diatas
akan tetapi kondisi ini akan merusak thyristor.
Gambar 2.2. Rangkain thyristor dan karaktreistik v - i

- Dalam prakteknya, tegangan maju harus dipertahankan dibawah tegangan dan


thyristor dihidupkan dengan memberikan tegangan positip antara gerbang terhadap
katode (lihat pada garis putus-putus Gambar 2.2 dan arus anode lebih besar dari arus
holding ( ) thyristor dalam kondisi hidup (terus), bahkan jika sinyal
penggerbangan dihilangkan.

2.2. Model Thyristor Dua Transistor


Thyristor dapat dianggap sebagai dua transistor yang komplementer, satu
dan yang lainnya ditunjukkan dalam Gambar 2.3. Arus kollector adalah

(2.1)
dimana :
- adalah arus sambungan kolektor-base.
- adalah penguatan arus common-collector,
- adalah arus emiter.
Untuk transistor ( dengan , = penguatan arus, dan = arus bocor
), maka

(2.2)
Untuk transistor (dengan = penguatan arus, dan = arus bocor ),
maka

(2.3)
(2.4)
Untuk arus penggerbangan , persamaann (2.4) menjadi

(2.5)

2.3. Menyalakan Thyristor


Jika suatu thyristor mendapat tegangan bias maju, injeksi arus gerbang dengan
tegangan gerbang positip antara terminal gerbang dan katode akan membuat thyristor
on. Ketika arus gerbang ditingkatkan, tegangan bloking maju akan menurun seperti
ditunjukkan dalam Gambar 2.4.
Bentuk gelombang arus anode dan penerapan arus gerbang dipelihatkan dalam
Gambar 2.5. Waktu tunda yang dikenal dengan turn-on-time antara penerapan
sinyal gerbang dan konduksi sebuah thyristor. didefinisikan sebagai interval
waktu antara 10% nilai arus gerbang keadaan tunak (0.1 ) dan 90% dari arus on-
state thyristor keadaan tunak (0.9 ). adalah jumlah waktu tunda dan waktu
mulai . didefinisikan sebagai interval waktu antara 10% arus gerbang (0.1 )
dan 10% arus keadaan on thyristor (0.1 ). adalah waktu yang diperlukan agar
arus anode meningkat dari 10% arus keadaan on (0.1 ) ke 90% arus keadaan on
thyristor (0.1 ). Semua waktu tersebut diatas diperlihatkan dalam Gambar 2.5.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merancang rangkaian kendali gerbang :
1. Sinyal gerbang harus dihilangkan setelah thyristor dihidupkan. Suatu sinyal
penggerbangan kontinyu akan meningkatkan daya yang terbuang disambungan
gerbang.
2. Ketika thyristor dalam kondisi reverse bias, tidak boleh ada sinyal gerbang, jika ada
sinyal gerbang thyristor akan rusak karena peningkatan arus bocor.
3. Lebar pulsa gerbang harus lebih lama dari waktu yang diperlukan untuk arus
anode meningkat ke nilai arus holding . Secara praktis, lebar pulsa biasanya
diambil lebih dari waktu turn-on dari thyristor.

2.4. Proteksi terhadap


Jika peningkatan arus anode lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan penyebaran
dari proses turn-on, titik-titik pemanasan akan terjadi pada divais karena adanya
daerah-daerah dengan kepadatan arus yang tinggi dan divais akan rusak sebagai
akibat dari peningkatan suhu yang berlebihan.
Dalam prakteknya, divais harus diproteksi terhadap yang tinggi. Contoh
sebuah analisis ditunjukkan dalam Gambar 2.6. Dalam keadaan tunak,
tersambung ketika thyristor off. Jika dihidupkan (fired) ketika masih
tersambung, akan sangat tinggi dan terbatas hanya oleh induktansi stay dari
rangkaian.
Dalam prakteknya, dibatasi dengan menambahkan suatu induktor seri ,
seperti tampak dalam Gambar 2.6. Harga bias maju akan

(2.6)
dengan adalah induktansi seri yang mencakup sembarang induktansi stray.

2.5. Proteksi Terhadap


Jika saklar pada Gambar 2.7(a) ditutup pada t = 0, suatu tegangan step akan
diberikan sepanjang thyristor dan akan cukup tinggi untuk membuat
divais on. dapat dibatasi dengan menambah kapasitor , seperti Gambar
2.7(a). Ketika thyristor dihidupkan, arus pembuangan dari kapasitor dibatasi oleh
resistor pada Gambar 2.7(b).
Dengan rangkaian yang dikenal dengan rangkaian snubber, tegangan pada
thyristor akan meningkat secara eksponensial seperti pada Gambar 2.7(c) dan
rangkaian dapat diberikan secara pendekatan sebagai

(2.7)
Nilai konstanta waktu rangkaian snubber dapat ditentukan dari persamaan
(2.7) untuk nilai yang diketahui. Nilai dapat diperoleh dari arus
pengosongan

(2.8)
Untuk lebih dari satu resistor untuk dan pengosongan, terlihat pada Gambar
2.7(d). Nilai dibatasi oleh dan . Dan membatasi arus
pengosongan sehingga

(2.9)

Beban dapat membentuk rangkaian seri dengan rangkaian snubber pada Gambar
2.7(e). Rasio redaman dari persamaan orde dua adalah

(2.10)
dengan adalah induktansi stray, L dan R adalah induktansi dan resistensi beban.
Untuk membatasi tegangan puncak overshoot yang terjadi sepanjang thyristor, rasio
damping yang digunakan harus berada pada daerah 0.5 sampai 1.0. Jika induktansi
beban tinggi, dapat dibuat tinggi dan dapat dibuat kecil untuk membuat rasio
damping berada pada daerah yang diinginkan. Nilai yang tinggi akan mengurangi
arus pengosongan, dan nilai yang rendah akan mengurangi daya hilang pada
rangkaian snubber. Rangkaian Gambar 2.7 harus secara keseluruhan dianalisis untuk
menentukan nilai rasio damping yang dikehendaki untuk membatasi ke nilai
yang diinginkan. Begitu rasio damping diketahui dan dapat ditentukan.
Rangkaian snubber RC yang sama biasanya digunakan baik untuk proteksi
maupun untuk menekan transien, karena waktu pemulihan balik.

2.6. Penyearah Terkendali


Tegangan keluaran penyearah thyristor bervariasi bargantung pada sudut penyalaan
dari thyristor. Thyristor yang dikendalikan fasanya dinyalakan dengan memberikan
sinyal pendek pada gerbangnya dan dimatikan melalui komutasi natural atau
komutasi line; dan pada kasus bebang yang sangat induktip, thyristor dimatikan
dengan menyalakan thyristor lain pada penyearah pada setengah masa negatip
tegangan masukan.
Penyearah thyristor fasa terkendali merupakan penyearah yang sderhana dan lebih
murah, dan efisiensi penyearah ini diatas 95%. Aplikasi dalam industri terutama pada
variable speed drives dengan daya beberapa ratus Watt hingga megaWatt.
Konvereter fasa terkendali diklasifikasikan dalam dua tipe bergantung pada suplai
masukan : (1) Konverter satu fasa, dan (2) Konverter tiga fasa. Setiap tipe konverter
dibagi lagi menjadi (a) semikonvereter, (b) konverter penuh, dan (d) dual konvereter.
Semikonverter merupakan konverter satu kwadran dan hanya memiliki satu polaritas
tegangan dan arus keluaran. Konverter penuh merupakan konverter dua kwadran yang
dapat memiliki tegangan keluaran positip maupun negatip. Sedangkan keluaran arus
hanya berharga positip. Dual konverter akan beroprasi pada empat kwadran yang
dapat menghasilkan tegangan maupun arus keluaran berharga positip maupun negatip.
Dalam aplikasi, konverter-konverter dapat dihubungkan secara seri agar dapat
beroperasi pada tegangan yang lebih tinggi serta meningkatkan faktor daya masukan.

2.7. Prinsip Operasi Konverter Thyristor


Selama setengah siklus positip dari tegangan masukan, anoda thyristor positip
terhadap katode sehingga thyristor disebut terbias maju. Ketika thyristor
dinyalakan pada , thyristor tersambung dan tegangan masukan akan
muncul dibeban. Ketika tegangan masukan mulai negatip pada , anoda
thyriator akan negatip terhadap katodenya dan thyristor disebut terbias mundur;
dan dimatikan. Waktu setelah tegangan masukan mulai positip hingga thyristor
dinyalakan pada disebut delay atau sudut penyalaan .
Gambar 2.8.(b) memperlihatkan daerah operasi dari konverter dengan tegangan dan
arus keluaran memiliki polaritas tunggal. Gambar 2.8(c) memperlihatkan bentuk
gelombang tegangan masukan, tegangan keluaran, arus rms beban dan tegangan
sepanjang thyristor . Thyristor ini tidak bisa dugunakan dalam aplikasi industri
karena keluarnya memilki ripple yang tinggi dan frekuensi riple yang rendah.
Sedang Gambar 2.9 memperlihatkan model simulasi Simulink-Matlab dari rangkaian
Gambar 2.8 dengan beban R murni untuk sudut penyalaan atau 0.005 detik.
Gambar 2.8. Konverter thyristor satu fasa beban resistif

Jika adalah tegangan puncak masukan, tegangan keluaran rata-rata didapat dari

(2.11)
Tegangan keluaran maksimum akan menjadi

(2.12)
Normalisasi tegangan keluaran terhadap , didapat tegangan keluaran
ternormalisasi menjadi
(2.13)
Tegangan keluaran rms didapat dari

(2.14)

Gambar 2.9. Model simulasi penyearah terkendali ½ gel. 1 phasa

Contoh soal 2.1.


Sebuah konverter Gambar 2.1(a) dengan beban tahanan murni R, sudut penyalaan
, tentukan : (a) efisiensi penyearah, ; (b) faktor bentuk, FF; (c) faktor
ripple, RF; (d) faktor kegunaan trafo, TUF; dan (e) tegangan balik puncak, PIV
thyristor.
Penyelesaian :
Dari persamaan (2.11)

Dari persamaan (2.12)

Dari persamaan (2.13)


Dari persamaan (1.9)

(a)

(b) FF =

(c) RF =
(d) tegangan rms trafo skunder
Arus rms trafo skunder, = arus beban =
Rating Volt-Amper trafo = VA =

TUF = dan

(e) tegangan balik puncak , PIV =

2.8. Semikonverter Satu Fasa


Model simulasi rangkaian semikonverter satu fasa ditunjukkan dalam Gambar 2.10
dengan beban resistip murni dengan sudut penyalaan thyristor masing-masing
atau . Sedang rangkaian Gambar
2.11 menampilkan semikonverter satu phasa untuk beban induktip tinggi..
Selama ½ siklus positip, thyristor terbias maju dan dinyalakan pada ,
beban dihubungkan dengan sumber melalui dan dalam interval .
Selama periode , tegangan masukan negatip dan diode freewheeling
terbias maju dan tersambung sehingga memberikan arus kontinyu pada
beban induktif. Arus beban ditransfer dari dan ke . dan
dimatikan. Selama periode negatip tegangan masuk, terbias maju dan dinyalakan
pada dan terbias mundur. dimatikan dan beban dihubungkan ke
sumber.
Tegangan output rata-rata dicari dengan
(2.15)

dapat diatur dari 2 sampai 0 dengan mengatur sudut dari 0 sampai


atau 180 derajat. Tegangan output rata-rata maksimum adalah

Tegangan output rata-rata yang dinormalisasi

(2.16)
Tegangan output rms dicari dari

(2.17)
Gambar 2.10. Model simulasi konverter 1 phasa dan respon tegangan beban
Gambar 2.11. Semikonverter satu phasa

2.9. Konverter Penuh Satu Fasa


Rangkaian konverter penuh satu fasa ditunjukkan dalam rangkaian Gambar 2.12
dengan beban sangat induktif sehingga arus beban bersifat kontinyu dan tanpa ripple.
Selama ½ siklus positip, thyristor terbias maju; dan dinyalakan secara
bersamaan pada , beban akan terhubung dengan sumber melalui .
Adanya beban bersifat induktip, thyristor akan tersambung saat waktu telah
melewati , walaupun tegangan masukan telah negatip.
Selama ½ siklus negatip tegangan masukan, thyristor akan terbias maju dan
penyalaan akan memberikan tegangan suplai sebagai tegangan bias mundur
bagi . akan dimatikan melalui komutasi line (komutasi natural) dan
arus beban akan ditransfer dari ke
Selama periode ke , tegangan masukan dan arus masukan akan positip;
daya akan mengalir dari sumber ke beban. Saat ini konverter berada pada mode
operasi penyearahan. Selama periode ke , tegangan akan negatip,
sedang arus akan positip; sehingga akan terdapat aliran daya balik dari beban ke
sumber. Saat ini konverter berada pada operasi inverse. Aplikaasi konverter ini pada
industri pada rating daya 15 kW. Tergantung pada sudut penyalaan , tegangan
keluaraan rata-rata dapat positip maupun negatip dan beroperasi pada dua kwadran.
Gambar 2.12. Konverter penuh satu fasa

Tegangan keluaran rata-rata ditentukan dari

(2.18)
Tegangan dapat bervariasi dari ke – dengan mengubah
antara 0 s/d . Tegangan keluaran rata-rata maksimum adalah dan
tegangan rata-rata ternormalisasi adalah

(2.19)
Harga rms tegangan keluaran adalah
(2.20)
Untuk menghasilkan bentuk gelombang tegangan beban sebagaimana ditunjukkan
dalam Gambar 2.12(b) maka model simulasi disusun sesuai dengan rangkaian dasar
konverter penuh satu phasa dalam Gambar 2.13.. Thyristor dinyalakan
bersamaan pada sudut dt pada frekuensi sumber 50 Hz, disusul
kemudian dengan sudut penyalaan detik.

Gambar 2.12. Model simulasi konverter penuh satu fasa beban induktip

Contoh soal 2.3


Semikonverter Gambar 2.12(a) dihubungkan dengan sumber 120 V, 60 Hz. Arus
beban dianggap kontinyu dan ripple diabaikan. Perbandingan transformasi trafo
adalah satu. (a) Tuliskan arus input dalam deret Fourier, tentukan faktor harmonik HF
arus input; faktor displasmen, DF; faktor daya input, PF. (b) jika sudut delay,
, hitunglah .
Penyelesaian :
(a) Untuk bentuk gelombang arus input ditunjukkan Gambar 2.12(c) dan arus sesaat
input dinyatakan dengan deret Fourier adalah

(2.21)
Dimana
=0 untuk n = 2,4,6, ...

=0 untuk n = 2,4,6, ...


Karena = 0 maka persamaan (2.21) dapat ditulis sebagai

(2.22)
Dimana

(2.23)
Harga rms komponen harmonik ke-n arus input adalah

(2.24)
Dari persamaan (2.24) harga rms arus fundamental adalah

(2.25)
Arus input rms dihitung dengan persamaan (2.21) sebagai

Atau dapat juga dihitung dengan


(2.26)
Dengan persamaan (1.16) faktor harmonik adalah

Dengan persamaan 1.15 faktor displasmen adalah

(2.27)
Dengan persamaan 1.17, faktor daya adalah

(2.28)
(b) untuk ,

2.10 Konverter Penuh Tiga Fasa


Konverter 3 fasa ini telah banyak digunakan dalam industri dengan daya hingga 120
kW. Gambar 2.14 menunjukkan rangkaian konverter 3 fasa dengan beban induktip
tinggi. Thyristor dinyalakan dalam interval . Frekuensi tegangan ripple output
adalah 6f, dan membutuhkan penyaringan lebih kecil daripada semikonverter 3 fasa.
Selama interval , thyristor konduksi dan
tegangan line-to-line, melalui beban. Jika thyristor-thyristor dalam
Gambar 2.14(a) dinyalakan secara berurutan 12, 23, 34, 45, 56, 61, maka bentuk
gelombang yang dihasilkan ditunjukkan dalam Gambar 2.14(b) adalah tegangan
input, tegangan output, arus input, dan arus yang melalui thyristor.
Jika tegangan line-neutral didefinisikan sebagai

Tegangan line-to-line adalah

Tegangan output rata-rata adalah

(2.29)

Tegangan output rata-rata maksimum untuk adalah

Tegangan output rata-rata dinormalisa si adalah

(2.30)
Tegangan output rms adalah
(2.31)
Gambar 2.14. Konverter Penuh Tiga Fasa
Gambar 2.15. Konverter Penuh Tiga Fasa

Contoh Soal
Sebuah konverter penuh tiga fasa Gambar 2.13(a) yang dioperasikan dari sumber 208
V, 50 Hz, hubungan bintang (Y) dengan beban R = 10 Ohm. Konverter tersebut
diharapkan menghasilkan tegangan output rata-rata 50% dari tegangan output
maksimum, hitunglah : (a) sudut delay, ; (b) arus rata-rata dan rms; (c) arus rata-
rata dan rms dari thyristor; (d) efisiensi penyearah; (e) faktor kegunaan trafo, TUF;
dan (f) faktor daya input, PF.
Penyelesaian :
Tegangan fasa adalah
. Tegangan output maksimum adalah

Tegangan output rata-rata adalah,


(a) untuk resistensi beban, arus beban adalah kontinyu jika dari
persamaan (2.32) memberikan . Untuk beban resistip
dan output 50%, arus beban adalah kontinyu. Dari persamaan (2.30)
dan sudut penyalaan .
(b) Arus output rata-rata , . Dari persamaan
(2.31), dan arus beban rms, .
2.10. Konverter Dual Satu Fasa
Susunan konverter dual satu fasa sama dengan dua buah konverter penuh satu fasa
yang dihubungkan terbalik (back to back) yang ditunjukkan dalam Gambar 2.16.
Kedua tegangan dan arus keluaran (beban) dapat dibalik.
Aplikasi : digunakan pada variabel speed drive.
adalah sudut penyalaan konverter 1 dan 2, saat yang satu konverter beroperasi
sebagai penyearah dan yang lain beroperasi sebagai inverter. Kedua konverter
menghasilkan tegangan keluaran rata-rata yang sama Gambar 2.16(b).
Tegangan keluaran rata-rata adalah

(2.29)

(2.30)
Satu konverter beroperasi sebagai penyearah dan yang lain melakukan proses
inverting.
atau
sehingga
Tegangan keluaran sesaat kedua konverter berbeda fasa, maka akan timbul perbedaan
tegangan sesaat dan akan menghasilkan arus berputar diantara kedua konverter.
Arus berputar tidak dapat melalui beban dan dibatasi dengan circulating current ractor
Gambar 2.16(a)

(2.31)
Rangkaian dasar Gambar 2.16 (a) dibuatkan model simulasinya dalam Gambar
2.17(a) dengan konverter pertama (sebagai penyearah) urutan penyalaan sudut
penyalaan untuk interval selama ½ siklus positip tegangan
sumber 220 V, 50 Hz dengan beban tahanan R = 20 Ohm seri terhadap induktansi L =
0.9 H. Sedang dinyalakan pada sudut untuk interval
selama siklus negatip tegangan sumber. Dalam konverter kedua
(sebagai inverter) urutan penyalaan sudut penyalaan atau
kebalikan dari untuk interval selama ½ siklus positip
tegangan sumber . Pada thyristor dinyalakan pada sudut untuk
interval selama siklus negatip tegangan sumber. Respon
tegangan sumber, pulsa trigger dan tegangan beban ditunjukkan dalam Gambar
2.17(b).
Gambar 2.16. Dual konverter satu fasa

Gambar 2.17(a). Model simulasi dual konverter satu fasa


Gambar 2.17(b). Tegangan sumber, pulsa triger dan tegangan beban

2.11. Konverter Penuh Seri Satu Fasa


Konverter jenis ini dipakai pada aplikasi tegangan tinggi dengan membuat susunan
dua atau lebih konverter dihubung seri dan sekaligus akan memperbaiki faktor daya.
Prinsip kerja konverter ini ditunjukkan dalam Gambar 2.14(a) dimana kedua trafo
memiliki jumlah lilit yang sama dengan perbandingan trnsformasi adalah .
Jika adalah sudut penyalaan konverter 1 dan 2, tegangan output maksimum
dihasilkan jika .
Konverter seri ini mengoperasikan satu konverter yang menghasilkan tegangan output
dari 0 s/d dan konverter lainnya di bypass melalui diode freewheelingnya.
Untuk menghasilkan tegangan output dari s/d , satu konverter
dinyalakan penuh (dengan ) dan diubah-ubah. Gambar 2.14(b)
menunjukkan tegangan output, arus input ke konverter dan arus input dari sumber
ketika konverter sedang beroprasi.
Dari persamaan (2.15) tegangan output rata-rata ke-dua semikonvereter adalah

Gambar 2.14 Konverter penuh-seri

Jumlah tegangan output konverter tersebut adalah

(2.32)
Tegangan output rata-rata maksimum pada adalah
Jika konverter 1 beroperasi; dan , maka

(3.33)
Dan tegangan output rata-rata yang dinormalisasi adalah

(3.34)
Jika kedua konverter beroperasi : , maka

(3.35)
Dan tegangan output rata-rata yang dinormalisasi adalah

(3.36)
Jika diode freewheeling ditiadakan akan mengakibatkan kedua konverter beroperasi
secara bersamaan.

Contoh soal 2.4.


Sebuah konverter seri dengan arus beban kontinyu dan kandungan ripple
diabaikan. Perbandingan transformasi trafo adalah . Dalam mode
penyearah-an . (a) Ekspresikan arus input sumber dalam deret
Fourier, tentukan faktor harmonik dari arus input, HF; faktor displasmen, DF; dan
faktor daya input, PF. (b) jika sudut penyalaan dan tegangan puncak input

Penyelesaian :
Arus input sesaat dalam deret Fourier adalah

dimana
komponen harmonik ke-n harga rms dari arus input ditulis sebagai

(3.37)
Dari persamaan (3.37) harga rms arus fundamental adalah

(3.38)
Arus input rms dihitung dengan persamaan (3.37) sebagai

dapat juga dihitung dari

(3.39)

Factor harmonic

Atau (3.40)

2.10. Konverter ½ Gelombang 3 Fasa


Konverter (penyearah) dari jenis ini menyediakan tegangan rata-rata output yang
besar, disamping itu menghasilkan faktor ripple yang lebih tinggi dibanding dengan
penyearah 1 fasa. Untuk memfilter atau menghaluskan arus beban output adalah
sangat mudah. Diagram rangkaian konverter ini diperlihatkan dalam Gambar 2.10.
Disain rangkaian penyearah ½ gelombang 3 fasa untuk keperluan simulasi
ditunjukkan dalam Gambar 2.10. Diagram rangkaian konverter ini diperlihatkan
dalam Gambar 2.11. Besarnya tegangan rata-rata output ditentukan dengan mengatur
sudut penyalaan atau lebar pulsa trigger masing-masing thyristor sebagaimana
telah ditunjukkan hasilnya dalam Gambar 2.11(b) dan (c).
BAB III
PENGONTROL TEGANGAN AC

3.1. Pendahuluan
Aliran energi pada pengontrol tegangan ac dilakukan dengan variasi nilai rms
tegangan ac yang dipakai beban. Aplikasi pengontrol tegangan ac adalah : pemanas
industri, pengubah tap trafo pada trafo beban, kontrol lampu, pengontrol kecepatan
motor induksi fasa banyak dan pengontrol magnet ac. Terdapat dua jenis pengontrol
ac :
1. Kontrol on-off
2. Kontrol sudut fasa.
Kontrol on-off, saklar thyristor menghubungkan beban dengan sumber ac selama
beberapa putaran (siklus) tegangan masukan dan diputus selama beberapa putaran
yang lain. Pada kontrol fasa, saklar thyristor menghubungkan beban dengan sumber
ac untuk setiap bagian dari putaran tegangan masukan. Pengontrol tegangan ac lebih
banyak menggunakan piranti TRIAC.

3.2. Prinsip Kontrol On-off


Prinsip kontrol on-off ditunjukkan dalam Gambar 3.1. Saklar thyristor
menghubungkan sumber ac dengan beban untuk waktu , saklar ditutup dengan
sebuah gerbang pulsa untuk waktu . Waktu on, biasanya terdiri dari sejumlah
integral siklus. Thyristor akan on pada tegangan nol melalui tegangan masukan ac.
Jenis kontrol ini diterapkan pada aplikasi yang memiliki inersia mekanis yang tinggi
dan konstanta waktu termal yang ditimbulkan oleh saklar dikurangi.
Untuk tegangan masukan sinusuida . Jika tegangan
masukan dihubungkan pada beban untuk siklus n dan diputus untk siklus m, tegangan
keluaran rms (atau beban) ditentukan melalui
(3.1)
dimana k = n/(n + m) dan k disebut duty cycle, adalah tegangan fasa rms

3.3. Prinsip Kontrol Fasa


Kontrol tegangan dengan prinsip kontrol fasa ditunjukkan dama Gambar 6.2. Aliran
energi ke beban dikontrol dengan penyalaan thyristor . Tegangan keluaran dan
arus masuk tidak simetri dan mengandung komponen dc. Aplikasi untuk beban
resistip rendah, seperti pemanas dan pencahayaan. Jika
adalah tegangan masukan. Sudut tunda thyristor adalah . Tegangan
keluaran rms adalah

(3.2)
Harga tegangan keluaran rata-rata adalah :
(3.3)
Contoh Soal 3.1.
Kontrol tegangan ac satu fasa dalam Gambar 3.2(a) mempunyai beban resistip R = 10
Ohm dan tegangan input , 60 Hz. Sudut penyalaan thyristor ,
. Tentukan (a) Tegangan output rms, ; (b) Faktor daya, PF; dan (c) Arus
rata-rata input.
Penyelesaian :

(a) Dari persamaan (32), tegangan output rms adalah

(b) Arus rms beban,

Faktor daya

Karena arus input sama dengan arus beban, rating volt-amper (VA) adalah

Faktor daya input,

(lag)

(c) Dari persamaan (3.3) tegangan output rata-rata

Arus rata-rata output

3.4. Pengontrol Tegangan AC Gelombang Penuh Satu Fasa


Pengontrol tegangan ac gelombang penuh satu fasa dengan beban resistip ditunjukkan
dalam Gambar 3.3(a) dan (b) adalah bentuk gelombang tegangan input, tegangan
output, pulsa gerbang .
Jika tegangan input dan sudut penyalaan thyristor ,
tegangan rms output adalah

(3.4)
Dengan mengatur dari 0 s/d , maka dapat diatur dari . Sudut
penyalaan kedua thyristor berbeda 180

Contoh Soal 3.2.


Pengontrol tegangan ac gelombang penuh satu fasa dengan beban resistip R = 10 Ohm
dan tegangan input , 60 Hz. Sudut penyalaan adalah
. Tentukan (a) tegangan rms output, ; (b) Faktor daya input, PF; (c)
Arus rata-rata thyristor, ; dan (d) Arus rms thyristor, .
Penyelesaian :

(a). Tegangan rms output adalah


(b). Arus rms beban , dan daya beban

. Karena arus input sama dengan arus beban,

rating volt-amper input adalah

Faktor daya input adalah

(lagging).

(c). Arus rata-rata thyristor,

(d). Arus rms thyristor,

3.5. Pengontrol Tegangan AC Gelombang Penuh Tiga Fasa


Diagram rangkaian dasar pengontrol tegangan ac gelombang penuh tiga fasa
ditunjukkan dalam Gambar 3.4. Pengontrol jenis ini biasanya digunakan dalam sistem
pengemudian motor ac. Urutan penyalaan thyristor adalah
Tegangan fasa masukan beraturan adalah

Tegangan antar fasa masukan sesaat adalah


Tegangan keluaran rms untuk beban terhubung wye sebagai berikut.
Untuk

(3.5)

Untuk

(3.6)

Untuk
(3.7)

Contoh Soal 3.3.


Pengontrol tegangan ac gelombang penuh tiga fasa dalam Gambar 3.4, dengan suplai
hubungan Y (bintang) dihubungkan dengan beban R = 10 Ohm dan tegangan line-to-
line 208 V, 60 Hz. Sudut penyalaan . Tentukan tegangan fasa rms output
; (b) Faktor daya input, PF; (c) ekspresi harga sesaat tegangan fasa a output.
Penyelesaian :
Dari persamaan (3.35) tegangan rms output

(a).

(b) Arus rms beban , dan daya output

Karena beban dihubung Y (bintang), arus fasa sama dengan arus line,
. Rating volt-amper ,
. Faktor daya,

(lagging)

(c) Jika tegangan fasa diambil sebagai referensi, maka


, tegangan sesaat line input adalah

Tegangan fasa sesaat input, tergantung jumlah komponen yang aktip


Untuk
3.6. Pengubah Tap Trafo Satu Fasa
Pengubah tap trafo dengan saklar statis thyristor memiliki keuntungan diantaranya
pensaklaran (switching) sangat cepat, pengontrolan dilakukan dalam keadaan
berbeban dan hasilnya halus (smooth). Diagram rangkaian pengubah tap trafo satu
fasa ditunjukkan dalam Gambar 3.5. Jika tegangan sesaat sisi primer adalah

Tegangan sesaat sisi skunder adalah

Pengubah tap banyak digunakan pada beban pemanas resistip. Untuk tegangan
, maka thyristor yang dinyalakan hanya .
Dan jika dikehendaki tegangan penuh , maka thyristor yang dinyalakan
hanya .
Tegangan rms beban dapat diatur dengan sudut penyalaan yang memiliki tiga
kemungkinan yaitu :

Ring pengontrol 1 : , thyristor . Dengan dioperasikan


sebagai pengontrol tegangan ac satu fasa. Tegangan dan arus sesaat pada beban
untuk beban resistip ditunjukkan dalam Gambar 3.16(c). Dan tegangan rms
beban dari persamaan (3.4) dinyatakan dengan
(3.8)
Dengan ring sudut penyalaan .
Ring pengaturan , dipadamkan. Thyristor
dioperasikan sebagai pengontrol tegangan ac satu fasa. Gambar 3.16(d) menunjukkan
tegangan dan arus beban resistip. Maka tegangan rms beban adalah

(3.9)

Dengan ring sudut penyalaan .


Ring pengontrol . Thyristor dinyalakan pada ,
tegangan di sisi skunder melintasi beban. Jika dinyalakan pada ,
terbias mundur tegangan , sehingga padam. Tegangan melintasi beban
. Pada , terjadi pemadaman sendiri, menyala. Tegangan
skunder melintasi beban selama menyala pada . Jika
dinyalakan pada . padam akibat tegangan balik dan tegangan
beban adalah . Pada , komutasi diri dan menyala lagi,
dan proses berulang lagi. Tegangan dan arus sesaat pada beban ditunjukkan dalam
Gambar 3.16(e) untuk beban resistip. Tegangan rms beban adalah

(3.10)
Untuk beban induktip L, maka arus beban adalah

Dimana

3.7. Cyclokonverter
Pengatur tegangan ac dapat dihasilkan dengan bagian ac yang tetap dengan mengatur
bagian dc nya (yaitu : inverter, penyearah) dan mengatur bagian dc dengan bagian ac
melalui frekuensi yang diatur (yaitu : yaitu inverter). Cyclokonverter pengubah
frekuensi langsung yang mengubah daya ac pada suatu rekuensi ke daya ac pada
frekuensi yang lain.
Sebagaian besar cycloconverter adalah komutasi alamiah dan frekuensi output
maksimum yang dibatasi oleh suatu harga diatas frekuensi sumber. Aplikasi
cyclokonverter pada pengemudian motor ac (kecepatan rendah) dalam ring 15.000
kW dengan frekuensi dari 0 s/d 20 Hz.

3.8. Cyclokonverter Satu Fasa


Prinsip cyclokonverter satu fasa dijelaskan dalam Gambar 3.7.(a). Pengatur tegangan
ac dua fasa yang dioperasikan penyearah jembatan. Tegangan output konverter satu
(konverter P, tegangan positip) sama besar dan berlawanan dengan konverter yang
lain (konverter N, tegangan negatip), yaitu :

(3.11)
Jika sudut penyalaan konverter positip , sudut penyalaan konverter negatip adalah

Sama dengan konverter dual satu fasa dan tiga fasa, dengan kedua tegangan output
sesaat yang tidak sama. Tetapi ia menghasilkan arus harmonik tinggi yang
bersirkulasi dalam konverter tersebut.
Arus sirkulasi dapat dihilangkan dengan menekan pulsa gerbang kekonverter
sehingga tidak mengirimkan arus beban. Atau dengan alternatip lain konverter fasa
tunggal dengan tap tengah trafo yang dipasang reaktor antar group yang ditunjukkan
dalam Gambar 3.8.
Gambar 3.7. Cyloconverter satu fasa

Contoh Soal 3.
Sebuah cycloconverter dengan tegangan input 120 V, 60 Hz. Resistensi beban 5 Ohm
dan induktansi beban L = 40 mH. Frekuensi tegangan output 20 Hz. Jika konverter
beroperasi sebagai semikonverter dengan dan sudut penyalaan ,
tentukan : (a) Tegangan rms output, ; (b) Arus rms tiap thyristor, ; dan (c)
Faktor daya input, PF.
Penyelesaian :
(a). untuk dari persamaan (3.4)

(b). dan . Arus rms beban,


.
Arus rms melalui setiap konverter, . Arus yang melintasi
setiap thyristor, .
(c) Arus rms input, . Rating Volt-Amper , daya
output, Dari persamaan (3.4), faktor daya input,

PF = (lagging).

Contoh Soal 3.
Sebuah pengontrol tegangan ac gelombang pebuh satu fasa dengan beban RL dengan
sumber 120 V, 60Hz. (a) Gunakan metode deret Fourier untuk tegangan dan arus
sesaat sebagai fungsi sudut penyalaan (b) Tentukan sudut penyalaan
untuk jumlah maksimum harmonik terendah dari arus beban. (c) Jika R = 5 Ohm, L =
10mH, dan = tentukan nilai arus rms harmonik ke-3 (d) Jika kapasitor
dihubugkan melintasi beban, tentukan nilai C untuk menurunkan arus harmonik ke-3,
10% dari arun beban.
Penyelesaian :
Harga tegangan sesaat dalam deret Fourier sebagai

(3.12)
Dimana
n=3,

5, . . .

(3.13)

n = 3, 5, . .
(3.14)

(3.15)

(3.16)
Impedansi beban,

Dengan membagi tegangan terhadap

impedansi dan menyederhanakan fungsi sinus dan cosinus menghasilkan arus sesaat
sebagai

(b) Harmonik ke-3 adalah harmonik orde terendah. Perhitungan harmonik ke-3 untuk
berbagai sudut penyalaan mempunyai harga maksimum pada sudut = .
(c) untuk = , L = 10 mH, R = 5 Ohm, = (60) = 377 rd/s, 120
V.
Arus rms harmonik ke-3 adalah

(d) Gambar 3.9 menunjukkan rangkaian ekivalen arus harmonik. Dengan pembagi
tegangan, arus harmonik yang melintasi beban

Gambar 3.9. Rangkaian ekivalen arus harmonik

Dimana untuk n = 3 dan = 377.

Dengan atau 1.134. Karena tidak dapat berharga negatip,


BAB IV
DC CHOPPER

4.1. Pendahuluan
Dc chopper diperlukan untuk mengubah sumber tegangan dc tetap menjadi sumber
tegangan dc yang bersifat variabel, sebagaimana pada trafo untuk menaikkan dan
menurunkan sumber tegangan.
Penggunaan dc chopper secara luas untuk kontrol motor traksi pada automobil
elektris, mobil trolly, kapal pengangkut, truck forklift, dan pekerjaan tambang. Secara
khusus digunakan untuk pengereman regeneratif pada motor-motor dc untuk
mengembalikan energi pada sumber, yang menghasilkan penghematan energi untuk
sistim transformasi dengan adanya pengereman (atau penghentian) yang sering
dilakukan. Disamping itu digunakan untuk regulator tegangan dc, membengkitkan
sumber arus dc pada pembalik arus.

4.2. Prinsip Kerja Step-down Chopper


Prinsip step-down chopper ditunjukkan dalam Gambar 4.1. Ketika saklar s ditutup
pada waktu , tegangan masukan muncul pada beban. Bila saklar off selama
, tegangan melalui beban adalah nol. Bentuk gelombang tegangan keluaran dan
arus beban ditunjukkan dalam Gambar 4.1(b). Saklar chopper dapat implementasikan
dengan menggunakan : (1) BJT daya (2) MOSFET daya (3) GTO dan (4) thyristor
komutasi paksa. Dalam Gambar 4.1b, output beban R diskontinu dan mengandung
harmonic. Factor ripple dikurangi dengan filter LC.
Tegangan keluaran rata-rata adalah

(4.1)
Arus beban rata-rata adalah

adalah duty cycle chopper. Nilai rms tegangan keluaran adalah

(4.2)
Dengan asumsi tidak ada rugi-rugi pada chopper maka daya masukan pada chopper
sama dengan daya keluaran yang diberikan, yaitu

(4.3)
Resistensi masukan efektif dilihat dari sisi sumber adalah

(4.4)
Tegangan keluaran dapat divariasi dari 0 sampai dengan mengatur k, dan
aliran daya dapat diatur.
(1) Operasi pada frekuensi konstan. Frekuensi chopping f (atau periode chopping T)
dijaga tetap dan waktu on divariasikan. Jenis kontrol ini dikenal dengan PWM
(pulse width modulation).
(2) Operasi pada frekuensi yang variabel. Frekuensi chopping f bervariasi. Pada
waktu on atau pada waktu off dijaga tetap. Jenis kontrol ini dikenal dengan
modulasi frekuensi.

Contoh soal 4.1.


Sebuah chopper Gambar 4.1. dengan beban resistif dengan tegangan
masukan . Bila saklar chopper tetap on, tegangan jatuhnya adalah
dan frekuensi f = 1 kHz. Bila duty cycle adalah 50%, tentukan (a) tegangan
keluaran rata-rata (b) Tegangan keluaran rms , (c) efisiensi chopper , (d)
Resistensi masukan efektif chopper dan (e) nilai rms tegangan harmonis keluaran
fundamental.

Penyelesaian :
(a) dari persamaan (4.1),
(b) dari persamaan (4.2),
(c) daya keluaran ditentukan melalui

(4.5)
(d) daya masukan ke chopper ditentukan melalui

(4.6)
Efisiensi chopper adalah
(d) dari persamaan (4.4),
(e) Tegangan keluaran dari Gambar 4.1(b) dinyatakan dalam deret Fourier adalah

(4.7)
Komponen fundamental (atau n = 1) harmonis tegangan keluaran ditentukan dengan
perasamaan (4.7) adalah

(4.8)
dan nilai rmsnya adalah

Contoh soal 4.2.


Sebuah step-down chopper beban RL ditunjukkan dalam Gambar 4.2. Prinsip kerja
chopper terdiri dari dua mode. Selama mode 1, chopper akan on dan mengalrkan arus
dari sumber ke beban. Selama mode 2, chopper akan off dan arus beban mengalir
melewati diode freewheeling . Rangkaian ekivealen dalam mode 1, 2 dan bentuk
gelombang arus beban dan keluaran tegangan ditunjukkan dalam Gambar 4.3(a) dan
(b).

Gambar 4.2. Step-down chopper beban RL

Mode1.
Untuk ( ), arus beban ditentukan melalui

(4.9)
Arus mula (pada t = 0) arus beban dihasilkan

(4.10)
Mode 2.
Untuk ( pada ) arus beban ditentukan melalui

(4.11)
Arus mula (pada t = 0), pada awal mode didapatkan

(4.12)
Dan pada akhir mode 2, arus beban menjadi
(pada )
(4.13)
Diakhir mode 2, chopper kembali on pada siklus berikutnya setelah waktu
.
Dalam persamaan (4.10) dan (4.11) memberikan nilai arus untuk

(4.14)
Gambar 4.3. Rangkaian ekivalen dan bentuk gelombang beban RL

Dari persamaan (4.13) dan (4.14), menghasilkan

(4.15)
Arus ripple puncak ke puncak adalah

dan dengan menyederhanakan didapatkan hasil

(4.16)
Kondisi untuk ripple maksimum

(4.17)
didapatkan hasil

atau
Arus ripple puncak ke puncak (untuk k = 0.5) adalah

(4.18)
Untuk dan arus ripple minimum menjadi

(4.19)
Untuk arus beban yang tidak kontinu, , persamaan (4.10) menjadi

Persamaan (4.13) untuk sehingga (pada )


menghasilkan

Contoh 4.2
Sebuah chopper mencatu sebuah beban RL ditunjukkan dalam Gambar 4.4, dengan
220 V, R = 5 Ohm, L = 7.5 mH, f = 1 kHz, k = 0.5 dan E = 0 V. Tentukan (a)
Arus beban minimum sesaat , (b) Arus beban maksimum sesaat , (c) Harga
rata-rata arus beban, (d) Arus rms beban (e) Resistensi masukan efektif,
dilihat dari sumber dan (f) Arus rms chopper, .
Penyelesaian : 220 V, R = 5 Ohm, L = 7.5 mH, f = 1 kHz, k = 0.5 dan E = 0 V.
Dengan persamaan (4.14), dan dari persamaan (4.15)
didapat
(a)
(b)
(c) dan dari persamaa (4.18)
dan dari persamaan (4.19) menghasilkan

(d) Arus beban rata-rata

(e) jika diasumsikan arus beban meningkat dari ke secara linier, maka arus
beban sesaat dinyatakan sebagai
untuk

Nilai rms arus beban dapat dihitung melelaui

(f) Arus sumber rata-rata

Dan resistensi masukan efektif


(g) Arus rms chopper adalah

4.3. Step-up Dc Chopper


Chopper dapat digunakan untuk menaikkan tegangan dc. Proses kerja untuk operasi
step-up chopper ditunjukkan dalam Gambar 4.4(a). Bila saklar s ditutup selama waktu
, arus induktor menjadi naik dan energi akan disimpan pada induktor, L. Bila
saklar dibuka selama waktu , energi yang tersimpan pada induktor akan
dipindahkan ke beban melalui diode dan arus induktor menjadi jatuh. Dengan
asumsi arus yang mengalir adalah konstan, dan bentuk gelombang untuk arus induktor
ditunjukkan dalam Gambar 4.4(b).
Bila chopper dinyalakan (di-on kan), tegangan yang melalui induktor adalah

Arus ripple puncak ke puncak pada induktor adalah

(4.20)
Tegangan keluaran sesaat adalah

(4.21)
Dari persamaan (4.21), tegangan keluaran pada beban dapat dinaikan dengan
memvariasikan duty-cycle, k, dan tegangan keluaran minimum adalah pada k =
0.

Gambar 4.4. Prinsip kerja operasi step-up chopper

Aplikasi prinsip operasi ini dapat diterapkan untuk memindahkan energi dari satu
sumber ke sumber yang lain seperti dalam Gambar 4.5(a). Mode operasi ditunjukkan
Gambar2 4.5(b) dan bentuk gelombang arus dalam Gambar 4.5(c). Arus induktor
mode 1 dinyatakan

dengan mengambil nilai arusnya

(4.22)
Dimana adalah arus awal mode 1.

atau

(4.23)
Arus mode 2 diberikan
penyelesaian arus ini menghasilkan

(4.24)
Dimana adalah arus awal mode 2. Untuk sistim yang stabil, arus menurun

atau

(4.25)
Jika persamaan (4.25) tidak dipenuhi, maka kondisi tidak stabil. Oleh karena itu
tegangan berada diantara

(4.26)

Gambar 4.5. Susunan Pemindahan Energi

4.4.Regulator Mode Switching


Dc chopper dapat digunakan sebagai regulator mode switching untuk memindahkan
tegangan dc yang umumnya tidak diatur, menjadi tegangan output yang diatur.
Pengaturan ini dicapai dengan modulasi lebar pulsa (PWM) pada frekuensi tetap
dengan piranti switching umumnya BJT daya atau MOSFET. Susunan dasar regulator
mode switching ditunjukkan Gambar 4.6. regulator switching secara komersial
terdapat dalam bentuk IC. Terdapat empat topologi regulator switching :
(1) Buck regulator
(2) Boost regulator
(3) Buck-boost regulator
(4) Cuk regulator

Klasifikasi Chopper
Pembagian chopper ini didasarkan arah arus dan tegangan yang mengalir, sehingga
chopper dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis :
Chopper kelas A
Chopper kelas B
Chopper kelas C
Chopper kelas D
Chopper kelas E
Chopper klas A, arus mengalir ke beban. Kedua tegangan dan arus beban adalah
positip, Gambar 4.5(a)
BAB V
INVERTER

5.1. Pendahuluan
Fungsi inverter adalah mengubah tegangan dc input menjadi tegangan ac out put dan
frekuensi yang diinginkan. Bentuk gelombang inverter ideal adalah sinusuida. Sedang
bentuk gelombang inverter dalam keperluan praktis tidak sinusuida dan mengandung
harmonisa dimana hampir semua aplikasi inverter tegangan harmonik mempengaruhi
performance sistim.
Aplikasi daya tinggi memerlukan bentuk gelombang sinusuida cacat/distorsi rendah.
Aplikasi inverter dalam industri meliputi :
(a) Pengemudian motor ac (AC drive motor variabel), (b) Pemanas industri, (c) Power
suplai (cadangan), (d) sebagai power suplai tetap.
Inverter dikelompokkan menjdi dua jenis : (a) inverter single phase dan (b) inveter
tiga phase. Masing-masing inverter dibagi menjadi : (a) PWM inverter (b) Resonan
inverter (c) inverter komutasi bantu dan (d) inverter komutasi komplementer.

5.2. Jenis-jenis Inverter


Gambar 5.1(a), memperlihatkan prinsip dasar inveter ½ jembatan single phase. Untuk
½ periode pertama (T/2) saklar yang aktip secara bersamaan adalah dan ,
sementara untuk ½ periode kedua (T/2) saklar yang aktip adalah dan
sebagaimana masing-masing ditunjukkan dalam Gambar 5.1 (b) dan (c).
Operasi rangkaian daya inverter ½ jembatan dapat dijelaskan dengan rangkaian
Gambar 5.2 dengan beban RLC seri yang menghasilkan bentuk gelombang persegi
V/2 dalam setiap ½ periodenya beserta urutan penyalaannya.
Tegangan output rms dicari dengan

(7.1)
Tegangan output sesaat dinyatakan dalam deret Fourier sebagai

(7.2)

Gambar 5.1. Prinsip operasi inverter satu fasa (a) Rangkaian dasar (b) Arah arus beban
mode 1 (c) Arah arus beban mode 2
Dimana adalah frekuensi tegangan output dalam rad/s. Jika n = 1, maka
persamaan (7.2) merupakan nilai rms komponen dasar sebagai :

= 0.225

(7.3)

5.3. Inverter 3 Fasa


Prinsip kerja inverter 3 fasa ditunjukkan dalam Gambar 5.3 dengan beban tiga fasa
seimbang hubungan bintang. Urutan penyalaan thyristor dengan kombinasi tiga
thyristor menyala (on) yang terbagi dalam 6 mode setiap periode operasi. Mode
pertama dua thyristor bagian atas dan satu thyristor bagian bawah dinyalakan secara
bersamaan, misal kombinasinya 126 dimana kombinasi bagian atas dan bawah tidak
boleh terjadi penyalaan secarara bersamaan dengan posisi kedua thyristor berada
dalam satu garis lurus. Mode kedua, dua thyristor bagian bawah dan satu thyristor
bagian atas secara menyilang sebagaimana pada mode kesatu, misal 156. Demikian
seterusnya siklus berulang seperti semula.
Gb 5.3, Inverter tiga fasa beban hubungan bintang

Gb 5.3(c) Rangkaian pengganti beban setiap mode


Tegangan sesaat antar phasa (line to line) dinyatakan dalam deret Fourier
( merupakan fungsi simetri ganjil) sebagai :

Dan tegangan ; dengan beda phasa 120 dan 240 masing-masing adalah :
Gambar 54. Model simulasi inverter 3 phasa

Gambar 55. Bentuk gelombang arus


Gambar 56. Respon Torsi MS

Gambar 57. Tegangan output dan pulsa penyalaan

Bentuk gelombang arus, tegangan dapat diuraikan dengan analisis berikut ini. Pada
mode I, kombinasi thyristor on 126, dimana katode terhubung dengan beban fasa-
a, katode terhubung dengan beban fasa-c dengan kedua thyristor terhubung
dengan kutub positip sumber . Sedang anode terhbung beban fasa-b dan
thyristor ini terhubung dengan kutub negatip sumber sebagaimana terlihat dalam
Gambar 5.3(c). Tegangan fasa van menerima positip (1/3) . Untuk mode II,
tegangan fasa van menerima positip (2/3) . Untuk mode III, tegangan fasa van
menerima positip (1/3) , dan seterusnya sampai mode VI sebagaimana terlihat
dalam Gambar 5.3(b).

5.4. Parameter-parameter Performance


Keluaran inverter praktis mengandung harmonisa dan kwalitas sebuah inverter
umumnya ditentukan dengan performa berikut.
(a) Faktor harmonisa.
Faktor harmonisa merupakan ukuran sumbangan harmonisa yang didefinisikan
sebagai

(5.4)
Dimana adalah nilai rms komponen dasar dan nilai komponen harmonisa
ke-n.
(b) Total harmonik distorsi (THD)
Adalah ukuran cacad bentuk diantara sebuah bentuk gelombang dan komponen
dasarnya, yang didefinisikan sebagai

(5.5)
Shorting pulse combinator

Gambar Generator PWM penyalaan analog Inverter Sumber Arus 3 phasa

BAB VIII
TEKNIK KOMUTASI THYRISTOR

8.1. Pendahuluan
Ketika sebuah thyristor dalam mode konduksi, drop tegangannya sangat rendah, dari
0.25 V s/d 2 V dalam analisa diabaikan. Komutasi adalah proses pemadaman sebuah
thyristor dan untuk penyalaan kembali harus menggunakan sinyal penyalaan kembali.
Rangkaian komutasi umumnya menggunakan komponen tambahan untuk
pemadaman.
Beberapa teknik komutasi sebuah thyristor yang, dikelompokkan menjadi dua jenis :
(1) Komutasi alamiah
(2) Komutasi paksa.

8.2. Komutasi Alamiah


Jika tegangan sumber (atau input) adalah tegangan ac, maka arus thyristor akan nol
(padam) secara alamiah ketika tegangan terbias mundur melintasi thyristor. Hal ini
dikenal sebagai komutasi alamiah atau komutasi saluran. Dalam prakteknya, thyristor
di-trigger bersamaan dengan trunnya tegangan input positip menuju nol dalam setiap
siklus pengontrol daya. Jenis komutasi ini dipakai dalam pengontrol tegangan ac,
penyearah terkendali phasa, dan cycloconverter. Gambar 8.1(a) menunjukkan
rangkaian komutasi alamiah dan Gambar 8.1(b) menunjukkan bentuk gelombang
tegangan dan arus dengan sudut delay = 0. Sudut delay adalah didefinisikan
sebagai sudut (selisih) diantara tengangan input dan saat thyristor dinyalakan.
8.3. Komutasi Paksa
Jika tegangan input adalah dc dan tegangan maju thyristor dipaksa nol dengan
rangkaian tambahan yang disebut rangkaian komutasi untuk pemadaman thyaristor.
Teknik ini dikenal dengan komutasi paksa dan umumnya diaplikasikan dalam dc-dc
converter (chopper) dan dc-ac converter (inverter). Komutasi paksa dikelompokkan
menjadi tujuh, yaitu :
(1) Komutasi sendiri
(2) Komutasi impulse
(3) Komutasi impulse resonansi
(4) Komutasi Komplementer
(5) Komutasi pulsa eksternal
(6) Komutasi beban
(7) Komutasi saluran (line)

contoh soal
sebuah inverter fasa tunggal mempunyai beban resistif , tegangan dc input
. Tentukan (a) tegangan rms output pada frekuensi dasar, (b) daya
output (c) arus puncak dan rata-rata tyristor (d) tegangan blok mundur tiap thyristor
(e) Total harmaonis distorsi THD.
Penyelesaian :
,

(a) = 0.225(48)= 10.8 V


(b) 960 W

(c) arus puncak thyristor . Arus rata-rata tyristor = 50% Ip =

10 A.
(d) tegangan blok mundur thyristor = Vo = 48 V

(e) = 48.34%.

Gambar : Pembanding 2 sinyal dan tampilan satu sumbu


Gambar : (a) 3 pulsa menjadi 6 pulsa, (b) Pembanding >=, dan (c) Bolean

Gambar : Teknik membuat pulsa

Gambar : PWM dari sin dan konstanta (3) dan (0)


Tugas diselesaikan hari ini

(1) Buatlah model rangkaian inverter 3 phasa untuk sumber tegangan dc 500 Volt.
Gambarkan arus line to line untuk beban 3 phasa seimbang R = 10 Ohm

(2) Buatlah model rangkaian dc chopper step down untuk menghasilkan tegangan
rms out put 200 Volt, f = 50 Hz dengan metode pengaturan modulasi
frekuensi, jika tegangan input dc adalah 400 Volt, R = 5 Ohm.

(3) Buatlah model rangkaian pengatur tegangan ac 1 phasa. Tampilkan untuk


harga rms out put 380 Volt jika tengan input 500 Volt, frekuensi 50 Hz, R = 1
Ohm.
Kontrol Tegangan dari Inverter Satu Phasa
Dalam banyak industri, pengontrolan tegangan out-put dari invereter meliputi : (1)
mengubah tegangan dc input (2) pengaturan tegangan dari inverter dan (3) untuk
mendapatkan tegangan atau frekuensi tetap. Teknik yangdigunakan untuk
pengontrolan ini meliputi :
1. Modulasi lebar pulsa tunggal
2. Modulasi lebar pulsa ganda
3. Modulasi lebar pulsa sinusuida
4. Modulasi lebar pulsa sinusuida modifikasi
5. Kontrol displacement-phase

Modulasi Lebar Pulsa Tunggal


Dalam modulasi lebar pulsa, terdapat hanya satu pulsa setiap setengah siklus (1/2
gelombang) dan lebar pulsa untuk mengatur tegangan output inverter. Gambar 9.1.
menunjukkan pembangkitan dari sinyal gerbang dan tegangan out-put dari inverter
jembatan penuh satu phasa. Sinyal gerbang dihasilkan dengan membandingkan
sebuah sinyal referensi kotak amplitudo , dengan sebuah gelombang pembawa
(carrier) segi tiga, amplitudo . Perbandingan dan adalah variabel
pengontrol, yang didefinisikan sebagai indek modulsi (the modulation index)
dinyatakan :

Tegangan out-put rms dinyatakan sebagai


Deret Fourier dari tegangan out-put adalaah

Model simulasi matlab untuk pembangkitan pwm dengan sinyal carrier segi-tiga dan
sinyal referensi. Format pengisian sinyal segi-tiga adalah time values (waktu-step)
dan out-put values (nilai keluaran) berbentuk vektor matriks. Hasil keluaran pwm
untuk relasi >= , not , < dan blok kotak dialog masing-masing ditunjukkan dalam
Gambar 9.1 dan 9.2.

Gambar 9.1. Model pembankitan sinyal PWM tunggal

Anda mungkin juga menyukai