RSKIA Kota Bandung menyusun Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Renstra
RSKIA Kota Bandung Tahun 2013 – 2018 berdasarkan hasil Reviu Renstra yang memuat
visi, misi, tujuan, sasaran, indikator kinerja sasaran, strategi, arah kebijakan dan
program/kegiatan serta penganggarannya. RSKIA Kota Bandung juga telah menyusun
perjanjian kinerja yang berisikan janji dari kepala SKPD kepada Walikota Bandung
sebagai Kepala Daerah mengenai capaian kinerja yang akan dicapai dalam satu
periode beserta penganggarannya, pada tahun 2017 RSKIA Kota Bandung telah
menetapkan 2 (dua) sasaran dan 6 (enam) indikator kinerja. Dengan terbitnya Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : 53 Tahun
2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara
Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka dilakukan penyelarasan yang
menetapkan 2 (dua) sasaran strategis dan 6 (enam) indikator kinerja sasaran.
Setelah menetapkan IKU dan perjanjian kinerja, maka hal selanjutnya yaitu
menilai capaian kinerja beserta analisis dari capaian tersebut. Penilaian capaian kinerja
harus transparan dan akuntabel untuk mewujudkan instansi pemerintah yang
berdayaguna dan berhasilguna. Pada tahun 2017 capaian indikator kinerja hasil
penyelarasan adalah dari 6 indikator yang diukur, sebanyak 2 (dua) indikator (33.33%)
mencapai atau melebihi target, sebanyak 3 (tiga) indikator (50.00%) mencapai sesuai
target dan 1 (satu) indikator (16.67%) kurang mencapai target. Berikut diagram
pencapaian Perjanjian Kinerja RSKIA Kota Bandung Tahun 2017 :
Tercapai Melebihi
33.33% 25.00% Target
Tercapai Sesuai Target
41.67%
Tercapai Kurang/Tidak
Mencapai Target
i
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GRAFIK v
DAFTAR DIAGRAM vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1 Gambaran Umum 1
1.2 Tugas Pokok dan Fungsi 2
1.3 Landasan Hukum 4
1.4 Issue Strategis 5
1.5 Sistematika 6
BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 7
2.1 Issue Starategis 7
2.1.1 Visi dan Misi RSKIA Kota Bandung 7
2.1.2 Tujuan & Sasaran Strategis RSKIA Kota Bandung 8
2.1.3 Indikator Kinerja Utama RSKIA Kota Bandung 9
2.1.4 Strategi RSKIA Kota Bandung 11
2.1.5 Kebijakan RSKIA Kota Bandung 12
2.1.6 Rencana Kinerja Tahunan RSKIA Kota Bandung 13
2.1.7 Perjanjian Kinerja Tahun 2017 RSKIA Kota Bandung 14
2.1.8 Program Kegiatan dan Anggaran Tahun 2017 RSKIA Kota
Bandung 15
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA 16
3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama 16
3.2 Pengukuran, Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja 18
3.3 Pencapaian Indikator Kinerja Nyata Direktur RSKIA 41
3.4 Perbandingan Pencapaian Indikator Pelayanan Dengan Rumah 44
Sakit Sejenis Lainnya di Indonesia
3.5 Akuntabilitas Keuangan 49
3.6 Prestasi / Penghargaan 52
BAB IV. PENUTUP 53
4.1 Kesimpulan 53
4.2 Saran 53
BAB VI. PENUTUP
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Nama Tabel Hal
Target SPM RSKIA Kota Bandung yang ditetapkan menjadi
Tabel 2.1 10
Indikator Renstra
SPM yang dijadikan Indikator Kinerja Utama (IKU) RSKIA
Tabel 2.2 10
Kota Bandung Tahun 2017
Tabel 2.3 Program Kegiatan dan Anggaran Tahun 2017 15
Tabel 3.1 Capaian lndikator Kinerja Utama RSKIA Kota Bandung
17
Tahun 2017
Capaian lndikator Kinerja Utama RSKIA Kota Bandung Tahun
Tabel 3.2 18
2017
Analisis Pencapaian Sasaran 1 Meningkatnya kualitas
Tabel 3.3 pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berhasil guna dan 19
berdaya guna menuju rumah sakit terstandarisasi kelas dunia
Tabel 3.4 Pencapaian IKM RSKIA Kota Bandung 20
Tabel 3.5 Nilai Per Unsur Pelayanan pada IKM RSKIA Kota Bandung 22
Tabel 3.6 Nilai Per Unsur Pelayanan pada IKM RSKIA Kota Bandung 22
Tabel 3.7 Kematian pasien > 48 jam di Rawat Inap 28
Tabel 3.8 Presentase Peresepan Obat Sesuai Formularium 30
Tabel 3.9 Persentase Baku Mutu Limbah 31
Tabel 3.10 Hasil Pemeriksaan Baku Mutu LimbahTahun 2017 32
Tabel 3.11 Cakupan Pelayanan Pasien Keluarga Miskin 33
Pencapaian Indikator Sasaran 1 dibandingkan Target Akhir
Tabel 3.12 35
Renstra RSKIA Kota Bandung
Analisis Pencapaian Sasaran 2 Meningkatnya Akuntabilitas
Tabel 3.13 36
Kinerja Rumah Sakit
Tabel 3.14 Nilai LKIP RSKIA Kota Bandung 37
Pencapaian Indikator Sasaran 2 Dibandingkan Target Akhir
Tabel 3.15 40
Renstra RSKIA Kota Bandung
Indikator Kinerja Nyata Kepala Perangkat Daerah RSKIA Kota
Tabel 3.16 41
Bandung Triwulan 1 – 4 Tahun 2017
Tabel 3.17 Capaian Kinerja Nyata Kepala Perangkat Daerah 42
Pencapaian IKM di RSKIA Kota Bandung s.d Triwulan IV Tahun
Tabel 3.18 43
2017
Pencapaian Indikator Pelayanan RSKIA Kota Bandung Tahun
Tabel 3.19 45
2014 – 2017
Perbandingan Pencapaian Indikator Pelayanan Tahun 2017
Tabel 3.20 46
Dengan Rumah Sakit Sejenis Lainnya
Perbandingan Pencapaian SPM RSKIA Kota Bandung Tahun
Tabel 3.21 47
2014 – 2017
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal RS RSKIA Kota
Tabel 3.22 48
Bandung Tahun 2017
Pagu dan Realisasi Anggaran RSKIA Kota Bandung Tahun
Tabel 3.23 49
2017
Pagu dan Realisasi Program dan Kegiatan RSKIA Kota Bandung
Tabel 3.24 50
selaku SKPD Tahun 2017
Pagu dan Realisasi Program dan Kegiatan RSKIA Kota Bandung
Tabel 3.25 51
selaku BLUD Tahun 2017
Pagu dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung RSKIA Kota
Tabel 3.26 52
BandungBerdasarkan Sasaran Tahun 2017
iv
DAFTAR GRAFIK
v
DAFTAR DIAGRAM
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1.1 Gambaran Umum
Terwujudnya suatu tata pemerintahan yang baik dan akuntabel
merupakan harapan semua pihak. Berkenaan harapan tersebut diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat,
jelas, terukur dan “legitimate” sehingga penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasilguna,
bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN). Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28
tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, maka di terbitkan Inpres Nomor 7 tahun
1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan
diperbaharuidengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Dalam Bab 3 pasal 3 (tiga) undang-undang tersebut menyatakan bahwa
azas-azas umum penyelenggaraan negara meliputi kepastian hukum, azas
tertib penyelenggaraan negara, azas kepentingan umum, azas
keterbukaan, azas proporsionalitas dan profesionalitas serta akuntabilitas.
Azas akuntabilitas adalah kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggara negara yang harus dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban
suatu instansi pemerintah dalam mempertanggung jawabkan tingkat
keberhasilan pelaksanaan visi dan misi organisasi untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggung jawaban secara
periodik. Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung (RSKIA) Kota
Bandung selaku SKPD berbentuk lembaga teknis daerah, dituntut selalu
melakukan pembenahan kinerja untuk meningkatkan peran serta dan fungsi
sebagai sub-sistem dari sistem Pemerintah Daerah
1
dalam memenuhi aspirasi masyarakat. Dalam perencanaan pembangunan kesehatan daerah Kota
Bandung, capaian tujuan dan sasaran pembangunan yang dilakukan tidak hanya mempertimbangkan
visi dan misi daerah, melainkan harus diselaraskan dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
pada lingkup Pemerintah Provinsi, Nasional dan Global.
Sehubungan dengan hal tersebut RSKIA Kota Bandung diwajibkan untuk menyusun Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP). Penyusunan LKIP RSKIA Kota Bandung Tahun 2017 dimaksudkan
sebagai perwujudan akuntabilitas penyelenggaraan kegiatan yang dicerminkan dari pencapaian visi,
misi,indikator kinerja utama, sasaran dan target yang telah ditetapkan.
2
3
1.3 Landasan Hukum
LKIP RSKIA Kota Bandung ini disusun berdasarkan beberapa landasan hukum sebagai berikut :
1. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2006 tentang Kesehatan.
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
5. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
7. Praturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2017 Tentang Tata Cara Perencanaan,
Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
8. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah.
9. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 14 Tahun 2009 tentang Pembentukan Dan Susunan Organisasi
Rumah Sakit Khusus Ibu Dan Anak Kota Bandung.
10. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 3 Tahun 2014 tentang RPJMD Kota Bandung.
11. Peraturan Walikota Bandung Nomor 493 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah
(RKPD) Kota Bandung Tahun 2014
12. Keputusan Direktur RSKIA Kota Bandung Nomor: 050/374-RSKIA Tahun 2014 tentang Rencana Strategis
RSKIA Kota Bandung Tahun 2013 – 2018.
4
1.3 Issue Starategis
RSKIA Kota Bandungdapat mengidentifikasi issue-issue strategis yang harus dihadapi dalam
pelaksanaan pengembangan RSKIA Kota Bandung dalam lima tahun kedepan yang bernuansakan
terwujudnya Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak yang memberikan pelayanan kesehatan yang
bermutu, profesional dan terjangkau. Adapun issue-issue tersebut adalah meliputi :
5
yang dibayarkan pemerintah. RSKIA Kota Bandung telah memberikan pelayanan kesehatan telah
melakukan implementasi SJSN sejak tertanggal 1 Januari 2014.
1. Pendahuluan
Dalam bab ini membahas gambaran umum, tugas dan fungsi RSKIA Kota
Bandung, issue strategis, landasan hukum dan sistematika penyusunan
3. Akuntabilitas Kinerja
Pada bab ini membahas capaian kinerja yang terdiri dari capaian Indikator
Kinerja Utama (IKU), pengukuran, evaluasi, analisis capaiankinerja, akuntabilitas
keuangan dan prestasi atau penghargaan RSKIA Kota Bandung Tahun 2017
4. Penutup
6
2.1 Issue Strategis
Rencana Strategis RSKIA Kota Bandung adalah merupakan dokumen yang disusun melalui
proses sistematis dan berkelanjutan serta merupakan penjabaran dari pada Visi dan Misi Kepala
Daerah terpilih dan terintegrasi. Rencana Strategis RSKIA Kota Bandung ditetapkan melalui Surat
Keputusan Direktur RSKIA Kota Bandung Nomor : 050/374-RSKIA Tahun 2014 tentang Rencana
Strategis RSKIA Kota Bandung Tahun 2013 – 2018, yang kemudian mengalami perubahan
sebagaimana hasil reviu dengan pihak Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi.
Penyusunan Renstra RSKIA Kota Bandung telah melalui tahapan-tahapan yang sistematis
dengan proses penyusunan RPJMD Kota Bandung Tahun 2013-2018 dengan melibatkan
stakeholders pada saat dilaksanakannya Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
RPJMD, Forum SKPD, sehingga Rencana Strategis RSKIA Kota Bandung merupakan hasil
kesepakatan bersama RSKIA Kota Bandung dan stakeholders.
Visi adalah gambaran kondisi ideal yang diinginkan pada masa mendatang olehpimpinan dan
seluruh staff RSKIA Kota Bandung, visi juga berarti suatu pernyataan tentang gambaran keadaan dan
karakteristik yang ingin dicapai pada suatu lembaga dimasa yang akan datang, pernyataan visi
tersebutharus selalu berlaku pada setiap kemungkinan perubahan yang mungkin terjadi sehingga
suatu visi harus bersifat fleksible. Adapun visi RSKIA Bandung Tahun 2013-2018 adalah sebagai
berikut :
7
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh lembaga dalam usahanya
mewujudkan visi. Dalam upaya tersebut maka RSKIA Kota Bandung menetapkan misi tahun 2013-
2018 sebagai berikut :
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1(satu) sampai
5 (lima) tahunan. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta
didasarkan pada isu-isu dan analisa strategis. Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata
oleh instansiPemerintah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih
pendek dari tujuan. Sebagaimana Visi dan Misi yang telah ditetapkan, untuk keberhasilan tersebut
perlu ditetapkan tujuan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandungsebagai berikut:
SASARAN
8
2.13 Indikator Kinerja Utama RSKIA Kota Bandung
9
Tabel 2.1 Target SPM RSKIA Kota Bandung yang ditetapkan menjadi Indikator
Renstra
Berikut adalah tabel lndikator Kinerja Utama RSKIA Kota Bandung tahun 2017 sebagai berikut
No Nama Indikator
10
2.14 Strategi RSKIA Kota Bandung
Untuk mewujudkan sasaran yang hendak dicapai harus dipilih strategi yang tepat, agar
sasaran tersebut dapat tercapai. Strategi RSKIA Kota Bandung mencakup penentuan kebijakan,
program dan kegiatan. Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah
disepakati pihak-pihak terkait dan ditetapkan oleh yang berwenang untuk dijadikan pedoman,
pegangan atau petunjuk bagi setiap kegiatan agartercapai kelancaran dan keterpaduan dalam
upaya mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Strategi jangka menengah RSKIA Kota Bandung merupakan perumusan
perencanaan komprehensif tentang bagaimana rumah sakit dalam mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan dengan efektif dan efisien. Strategi RSKIA Kota Bandung adalah
sebagai berikut :
1. Relokasi rumah sakit
2. Pemenuhan akreditasi rumah sakit dengan versi terbaru secara berkesinambungan
3. Penambahan pelayanan yang bersertifikat ISO
4. Pengembangan SIMRS
5. Peningkatan sarana prasarana untuk mencapai SPM RS
6. Pengembangan program preventif dan promotif kesehatan rumah sakit
7. Mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak
8. Pengembangan kompetensi SDM, baik internal maupun eksternal
11
2.15 Kebijakan RSKIA Kota Bandung
12
2.16 Rencana Kinerja Tahunan RSKIA Kota Bandung
13
2.17 Perjanjian Kinerja Tahun 2017 RSKIA Kota Bandung
14
2.18 Program Kegiatan dan Anggaran Tahun 2017 RSKIA Kota Bandung
JUMLAH
NO SASRAN STRATEGIS ANGGARAN (Rp)
PROGRAM/KEGIATAN
1 Meningkatnya kualitas
pelayanankesehatan ibu
dan anak yang berhasil
guna dan berdaya guna
menuju rumah sakit 9 Program 16
215.124.910.830.00
terstandarisasi kelas Kegiatan
dunia
Meningkatnya
akuntabilitas kinerja
rumah sakit
15
Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang
telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara
terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi
pemerintah yang disusun secara periodik. Akuntabilitas kinerja tersebut memberikan gambaran
penilaian tingkat pecapaian target masing-masing indikator sasaran srategis yang ditetapkan
dalam dokumen Renstra Tahun 2013-2018, IKU dan Perjanjian Kinerja Tahun 2016.Sesuai
dengan ketentuan tersebut, pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran yang ditetapkan untuk
mewujudkan misi dan visi pemerintah.
Dalam upaya untuk meningkatkan akuntabilitas, RSKIA Kota Bandung melakukan reviu
terhadap lndikator Kinerja Utama denganmemperhatikan capaian kinerja, permasalahan dan isu-
isu strategis yang sangatmempengaruhi keberhasilan organisasi. Hasil pengukuran atas indikator
kinerjautama RSKIA Kota Bandung tahun 2017 adalah sebagai berikut :
16
Tabel 3.1
Capaian lndikator Kinerja Utama RSKIA Kota Bandung
Tahun 2017
TARGET REALISASI
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SAT TAHUN
2017 2017 %
1. Meningkatnya kualitas 1. Indeks Kepuasan Masyarakat Nilai 80 81.93 102.41
pelayanan kesehatan ibu
dan anak yang berhasil 2. Kematian pasien > 48 jam di rawat % 99 160.00 161.62
guna dan berdaya guna inap ≤ 2.5/1000
menuju rumah sakit
terstandarisasi kelas dunia 3. Persentase peresepan obat sesuai % 100 100.00 100.00
formularium
Dari tabel tersebut terlihat bahwa tingkat pencapaian IKU RSKIA Kota Bandung adalah
sebagai berikut :
Dari 3 (tiga) indikator yang dijadikan IKU, kinerja yang dicapai menunjukan bahwa 2 (dua)
indikator atau 66.67% telah mencapai melebihi target, 1 (satu) indikator mencapai 100%. Secara
keseluruhan, RSKIA Kota Bandung telah berhasil dalam pencapaian IKU pada tahun 2017.
17
Diagram 3.1
Pencapaian Indikator Kinerja Utama RSKIA
Kota Bandung Tahun 2017
Tabel 3.2
Capaian lndikator Kinerja Utama RSKIA Kota Bandung Tahun 2017
Pengukuran kinerja terhadap indikator kinerja yang telah dicapai pada tahun 2017 dan
membandingkan antara target dan realisasi pada indikator sasaran dengan membandingkan dengan
tahun sebelumnya. Analisis pencapaian kinerja per sasaran dalam pelaksanaan program dan kegiatan
secara rinci dapat dilihat sebagai berikut :
18
Tabel 3.3
Analisis Pencapaian Sasaran 1
Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berhasil guna dan
berdaya guna menuju rumah sakit terstandarisasi kelas dunia
TAHUN 2017
TAHUN TAHUN TAHUN
INDIKATOR KINERJA SAT
2014 2015 2016 TARGET REALISASI %
1. Indeks Kepuasan Masyarakat Nilai 76.01 80.80 80.12 80 81.93 102.41
2. Kematian pasien > 48 jam di rawat % 84.65 96.14 75.03 99 160.00 161.62
inap ≤ 2.5/1000
3. Persentase peresepan obat % N.A 80.00 99.21 100 100.00 100.00
sesuai formularium
4. Persentase nilai baku mutu % N.A 100.00 100 100.00 100.00
limbah
5. Cakupan pelayanan pasien % 100.00 100.00 100.00 100 100.00 100.00
keluarga miskin
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pencapaian Sasaran 1 Meningkatnya kualitas pelayanan
kesehatan yang terstandarisasi kelas dunia. Terdiri dari 5 (lima) indikator sasaran, 2 (dua) indikator
sasaran telah tercapai melebihi target (40%), 3 (tiga) indikator sasaran tercapai sesuai target (60%).
Diagram 3.2
Pencapaian Sasaran 1 RSKIA Kota Bandung
Adapun analisis dari capaian indikator kinerja sasaran tersebut adalah sebagai berikut :
19
1. Indeks Kepuasan Masyarakat
Adapun pencapaian IKM yang dilaksanakan psds tahun 2014 sampai dengan tahun 2017
dapat dilihat grafik sebagai berikut :
Grafik 3.1
Pencapaian IKM RSKIA Kota Bandung Tahun 2017
81.93
80.80 80.30
76.01
Terlihat pada grafik diatas fluktuatif hasil IKM RSKIA Kota Bandung pada setiap tahunnya,
pada tahun 2014 dan 2015 terdapat kenaikan nilai IKM sebanyak 4.79 point. Tetapi pada tahun 2016
terdapat penurunan sebesar 0.50 point, dan kembali mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada
tahun 2017 sebesar 1.63 pont.
20
1. Persyaratan
Persyaratan adalah syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan, baik
persyaratan teknis maupun administratif.
2. Prosedur
Prosedur adalah tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan,
termasuk pengaduan.
3. Waktu pelayanan
Waktu pelayanan adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses
pelayanan dari setiap jenis pelayanan.
4. Biaya/Tarif
Biaya/Tarif adalah ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam mengurus
dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang besarnya ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara penyelenggara dan masyarakat.
5. Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan
Produk spesifikasi jenis pelayanan adalah hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk pelayanan ini merupakan hasil dari setiap
spesifikasi jenis pelayanan.
6. Kompetensi Pelaksana
Kompetensi Pelaksana adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pelaksana meliputi
pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan pengalaman.
7. Perilaku Pelaksana
Perilaku Pelaksana adalah sikap petugas dalam memberikan pelayanan.
8. Maklumat Pelayanan
Maklumat Pelayanan adalah merupakan pernyataan kesanggupan dan kewajiban
penyelenggara untuk melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan.
9. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan
Penanganan pengaduan, saran dan masukan, adalah tata cara pelaksanaan penanganan
pengaduan dan tindak lanjut.
Hasil perhitungan nilai persepsi total dari 150 responden yang terjaring dalam Survei Kepuasan
Pelanggan/IKM di lingkungan RSKIA Kota Bandung tahun 2017 menghasilkan nilai IKM 81.93. Dengan
demikian berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan mutu pelayanan
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak kota Bandung mendapat kategori B dan kinerja unit pelayanan
BAIK. Berikut tabel nilai per unsur pada IKM:
21
Tabel 3.5
Nilai Per Unsur Pelayanan pada IKM RSKIA Kota Bandung
Jumlah nilai 489 489 502 500 493 501 509 488 498
perunsur
NRR perunsur 3,26 3,26 3,35 3,33 3,29 3,34 3,39 3,25 3,32
NRR tertimbang 0,36 0,36 0,37 0,37 0,36 0,37 0,37 0,36 0,37 3.28
Jika dilakukan analisis lebih rinci atas masing-masing unsur Triwulan 4 tahun 2017, maka
diperoleh nilai yang beragam. Untuk memperoleh informasi rinci, data nilai rata-rata atau NRR
masing-masing unsur U1 sampai dengan U9 dinilai secara mandiri untuk mengukur mutu
pelayanan sebagaimana disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3.6
Nilai Per Unsur Pelayanan pada IKM RSKIA Kota Bandung
NILAI UNSUR
No. UNSUR PELAYANAN PELAYANAN KATEGORI
(NRR)
1 Persyaratan Pelayanan ( U1 ) 3,26 BAIK
22
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa hasil penilaian IKM per-unsur dari 9 (sembilan) unsur
penilaian Kepuasan Masyarakat terdapat 1 (satu) unsur yang mendapatkan kategori mutu pelayanan
sangat baik yaitu pada unsur Biaya/tarif. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan pelayanan RSKIA
Kota Bandung bahwa hampir semua unsur pelayanan mendapatkan kategori B dengan mutu
pelayanan BAIK.
Dalam peningkatan kualitas pelayanan, diprioritaskan pada unsur yg mempunyai nilai paling rendah,
sedangkan unsur yang mempunyai nilai cukup tinggi harus tetap dipertahankan, berikut kesimpulan
awal dari hasil penilaian IKM pada tahun 2017 :
a. Nilai dalam kelompok paling rendah yang harus ditingkatkan yaitu pada unsur pelayanan sebagai
berikut : Maklumat Pelayanan
b. Nilai dalam kelompok paling tinggi yang harus tetap dipertahankan yaitu unsur pelayanan sebagai
berikut : Perilaku Pelaksana
23
sedangkan pada Triwulan Tiga tahun 2017 nilai rata-rata sebesar 3,22. Sama hal nya dengan
persyaratan pelayanan, Prosedur pelayanan pun masih termasuk dalam tiga unsur terendah di
bandingkan dengan delapan unsur lainnya, namun demikian prosedur pelayanan dikategorikan
Sangat Baik. Akan tetapi masih ada responden yang mengatakan bahwa ketidak jelasan prosedur
sehingga pasien bayi baru lahir tidak bisa ditanggung oleh BPJS.
Rencana tindak lanjut yang harus tetap dilaksanakan untuk meningkatkan nilai unsur prosedur
pelayanan adalah dengan tetap berkoordinasi dengan komite mutu, komite medik, komite
keperawatan, dan komite umum untuk selalu mengevaluasi dan merivew kesesuaian SPO/ Standar
Prosedur Operasional dengan perkembangan terbaru dan mengevaluasi kepatuhan karyawan
terhadap SPO/ Standar Prosedur Operasional yang berkooardinasi dengan Seksi.
3. Waktu pelayanan
Nilai Unsur kesesuaian waktu pelayanan mengalami kenaikan sebesar 0,16 pada triwulan Empat
(Periode Oktober-Desember) tahun 2017, nilai rata-rata untuk unsur kesesuaian waktu pelayanan
sebesar 3,35 sedangkan pada triwulan Tiga tahun 2017 nilai rata-rata unsur kesesuaian waktu
pelayanan sebesar 3,19, hal ini menggambarkan kenaikan unsur kesesuaian waktu pelayanan
yang sangat signifikan dan tidak lagi menjadi unsur pelayanan terendah bahkan unsur pelayanan
waktu pelayanan dikategorikan sangat baik, walaupun demikian sangat diharapkan koordinasi
perawat bidan jaga harus tetap selalu mengupdate waktu kedatangan dokter yang disampaikan
kepada pasien, terutama pada rawat jalan. Bahasa yang digunakan harus mengggunakan bahasa
komunikasi yang ramah dan jelas.
Rencana tindak lanjut yang harus tetap dilakukan adalah dengan berkoordinasi dengan komite
mutu, komite medik dan komite keperawatan terutama dalam hal kepatuhan jam kerja, perawat
bidan selalu meng update keberadaan dokter terutama untuk kedatangan rawat jalan dan DPJP
untuk visite, serta berkoordinasi dengan Rekam medik untuk proses alur pengambilan status
pasien yang lebih jelas dan terkoordinasi sehingga tidak menghambat pelaksanaan waktu
pelayanan.
4. Biaya/Tarif
Nilai Unsur Kesesuaian biaya pelayanan mengalami penurunan sebesar 0,04 pada triwulan Empat
(periode Oktober-Desember) tahun 2017, Nilai rata-rata untuk unsur kesesuaian biaya pelayanan
sebesar 3,33 sedangkan pada triwulan Tiga tahun 2017 nilai rata-rata unsur kesesuaian biaya
pelayanan sebesar 3,37. Walaupun demikian nilai unsur kesesuaian biaya/tarif masih dikategorikan
sangat baik, Hal ini mengakibatkan unsur biaya/tarif tidak lagi menjadi unsur yang memiliki nilai
tertinggi diantara delapan unsur lainnya, hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar pasien tidak
lagi melakukan pembayaran secara langsung karena hampir sebagian besar pasien yang datang
adalah peserta BPJS/JKN sehingga besar kecil nya biaya tidak berdampak pada pasien secara
langsung.
24
Rencana Tindak lanjut untuk unsur Biaya tarif yang harus tetap dilakukan adalah tetap
berkoordinasi dengan tim JKN/BPJS dan kasir/keuangan untuk lebih memudahkan pasien dalam
melengkapi persyaratan pengklaiman penyelesaian administrasi JKN/BPJS sehingga tidak
mempersulit pasien dalam pembayaran, berkoordinasi dengan tim tarif untuk mengetahui
perubahan tarif sehingga bisa di informasikan kepada pasien terutama peserta umum non
JKN/BPJS.
5. Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan
Nilai unsur Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan mengalami penurunan sebesar 0,03 pada triwulan
Empat (periode Oktober-Desember) tahun 2017, nilai rata-rata untuk produk spesifikasi jenis
pelayanan sebesar 3,29 sedangkan pada triwulan Tiga tahun 2017 unsur produk spesifikasi jenis
pelayanan sebesar 3,32 dan tetap dikategorikan memberikan pelayanan dengan kategori Sangat
Baik, penurunan ini mungkin dikarenakan jenis pelayanan di rumah sakit khusus ibu dan anak kota
bandung sudah sangat jelas dan mudah di ketahui oleh masyarakat luas yang berfokus pada
pelayanan ibu dan anak.
Rencana tindak lanjut yang harus tetap dilakukan adalah dengan berkoordinasi dengan instalasi
PKRS dan seksi pelayanan untuk menginventarisir jenis-jenis pelayanan yang dapat dilakukan di
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung serta dibuatkan banner, poster, leaflet dan di
muat di web www.rskiakotabandung.com sehingga masyarakat luas bisa mengetahui pelayanan
yang bisa dilakukan di Rumah sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung, berkoordinasi dengan
komite mutu, komite medik, komite keperawatan dan komite umum untuk selalu meng update
kemampuan RSKIA Kota Bandung dalam memberikan jenis pelayanan RSKIA Kota Bandung.
6. Kompetensi Pelaksana
Nilai Unsur kompetensi pelaksana pelayanan mengalami penurunan sebesar 0,06 pada triwulan
empat (periode oktober-desember) tahun 2017, Nilai rata-rata unsur kompetensi pelaksana
pelayanan sebesar 3,34. Sedangkan pada triwulan tiga tahun 2017 nilai rata-rata unsurnya sebesar
3,40, dengan demikian unsur kompetensi pelaksana pelayanan pada triwulan Empat (Periode
oktober-desember) tahun 2017 mengalami penurunan namun tetap dikategorikan Sangat Baik, hal
ini mungkin dikarenakan rskia sudah terakreditasi paripurna sehingga prosedur pelayanan dan spo
sudah teruji dan terlaksana dengan baik. Namun demikian masih ada responden yang memberikan
masukan kepada petugas pendaftaran untuk lebih teliti.
Rencana tindak lanjut yang harus tetap dilakukan adalah berkoordinasi dengan komite mutu,
komite medik, komite keperawatan dan komite umum untuk selalu mengevaluasi dan melakukan
kridensial kemampuan kompetensi pelaksana pegawai Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota
Bandung terutama pelaksana pemberi asuhan. Berkoordinasi dengan instalasi DikLat untuk
menginventarisir pelatihan dan melakukan koordinasi pelatihan kemampuan kompetensi
pelaksana.
25
7. Perilaku Pelaksana
Nilai Unsur perilaku pelaksana pelayanan mengalami kenaikan sebesar 0,06 pada triwulan empat
(periode Oktober-Desember) tahun 2017, Nilai rata-rata unsur perilaku pelaksana pelayanan
sebesar 3,39 sedangkan pada triwulan tiga tahun 2017 nilai rata-rata unsurnya sebesar 3,33
dengan demikian unsur Perilaku pelaksana pelayanan pada triwulan Tiga tahun 2017 memiliki
kualitas pelayanan kategori Sangat Baik dan menjadi unsur tertinggi di bandingkan dengan
delapan unsur lainnya, namun demikian masih ada responden yang menyampaikan masih ada
perawat yang kurang ramah, namun demikian perilaku pelaksana harus tetap menjadi prioritas
utama dalam memberikan evaluasi karena perilaku pelaksana menjadi hal utama dalam penilaian
untuk memberikan pelayanan, sama hal nya dengan kompetensi pelaksana, Hal ini harus dijadikan
tantangan buat RSKIA untuk mempertahankan kualitas pelayanan dalam kategori Sangat baik dan
terus meningkatkan perilaku pelaksana pelayanan yang kooperatif, ramah dan penuh senyum.
Rencana tindak lanjut yang tetap harus dilakukan adalah berkoordinasi dengan komite mutu,
komite medik, komite keperawatan dan komite umum untuk mengevaluasi perilaku setiap pegawai
RSKIA Kota Bandung termasuk security dan cleaning service. Berkoordinasi dengan diklat untuk
melakukan pelatihan komunikasi efektif dan service exelent. Berkoordinasi dengan setiap seksi
untuk melakukan pembinaan pegawai yang berada di bawah seksi nya agar perilaku pelaksana
tetap ramah sesuai dengan nilai-nilai RSKIA.
8. Maklumat Pelayanan
Nilai unsur Maklumat Pelayanan mengalami penurunan sebesar 0,04 pada triwulan empat
(periode oktober-desember) tahun 2017, nilai rata-rata untuk Maklumat Pelayanan sebesar 3,25
sedangkan pada triwulan tiga tahun 2017 unsur maklumat pelayanan sebesar 3,29, dan
dikategorikan memberikan pelayanan dengan kategori Baik, hal ini menjadikan unsur maklumat
pelayanan menjadi unsur dengan nilai terendah, maklumat pelayanan RSKIA kota bandung adalah
“ dengan ini kami pegawai rumah sakit khusus ibu dan anak kota bandung menyatakan akan
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan mengutamakan kenyamanan secara Ikhlas,
empati dengan 5s (senyum, salam, sapa, sentuh, sayang) dan memberikan pelayanan yang efektif
dan efisien serta disiplin melalui peningkatan kinerja”, dan sudah di tempel di ruang tunggu rawat
jalan. Dan setiap kegiatan pelayanan sudah di sahkan dalam bentuk pedoman, panduan, dan spo
yang di tandatangani direktur (dimaklumatkan).
Rencana tindak lanjut yang harus tetap dilakukan adalah berkoordinasi dengan kasubag TU dan
PKRS untuk memperbanyak poster maklumat pelayanan dan disimpan ditempat yang banyak
dilihat oleh pengunjung rumah sakit, berkoordinasi dengan komite mutu, komite medik, komite
keperawatan dan komite umum untuk mensosialisasi kan secara langsung kepada seluruh
pegawai RSKIA Kota bandung, serta menerapkan maklumat pelayanan tersebut menjadi perilaku
dalam memberikan pelayanan.
26
9. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan
Nilai unsur Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan tidak mengalami perubahan nilai unsur
pada triwulan empat (periode oktober-desember) tahun 2017 dengan nilai rata-rata 3,32 dan
kualitas pelayanan masih dikategorikan Sangat Baik. Hal ini dimungkinkan karena sarana
pengaduan, saran dan masukan sudah sangat memadai, baik secara langsung baik secara media
sosial dan telefon, serta respon pengaduan yang dirasakan sangat cepat.
Rencana tindak lanjut yang tetap dapat dilakukan adalah dengan berkoordinasi dengan seksi
pelayanan, seksi sarana dan prasarana serta kasubag TU, untuk menggunakan ruangan tertentu
apabila ada tindak lanjut komplain pasien karena keterbatasan sarana prasarana untuk
pengaduan pelanggan berada di ruang terbuka yang berada di ruang tunggu pendaftaran sehingga
apabila ada yang melakukan pengaduan terkadang menjadi konsumsi publik. Berkoordinasi
dengan petugas pengaduan untuk selalu melakukan update SPO sesuai dengan standar terbaru,
dan meng evalusi alur pengaduan secara berkala. Berkoordinasi dengan PKRS untuk meminta
laporan pengaduan yang melewati kotak saran, karena selama ini pengaduan yang melewati kotak
saran dikelola oleh PKRS.
Grafik 3.2
Pencapaian Nilai IKM di 3 Rumah Sakit
Pemerintah Kota Bandung
85.00 81.93
80.00
75.41 78.00
75.00
70.00
RSKIA Kota
Bandung RSUD Kota
Bandung RSKGM Kota
Bandung
Kejadian kematian pasien di rawat inap menjadi indikator yang ditetapkan RSKIA Kota
Bandung, hal ini dikarenakan merupakan indikator dari SPM rumah sakit yang harus dicapai seluruh
rumah sakit karena menggambarkan kemampuan sumber daya manusia dalam penanganan pasien
yang membutuhkan life saving dan merupakan pencapaian kinerja pelayanan rumah sakit. Berikut tabel
target dan realisasi kematian pasien kematian pasien > 48 jam di rawat inap :
27
Tabel 3.7
Kematian pasien > 48 jam di Rawat Inap
RENCANA AKHIR
INDIKATOR TAHUN 2017 RENSTRA TAHUN
TAHUN TAHUN TAHUN
NO KINERJA SAT 2018
2014 2015 2016
SASARAN
TARGET REALISASI % TARGET %
Pada tahun 2014 - 2017 capaian kinerja pada indikator ini mengalami naik turun. Berikut grafik
cakupan keberhasilan dalam menurunkan kejadian kematian pasien > 48 jam :
Grafik 3.3
Cakupan Keberhasilan dalam Menurunkan
Kejadian Kematian Pasien > 48 Jam ≤ 2.5%
(dalam persen)
160.00
96.14
84.65 75.03
Pada tahun 2017 jumlah pasien yang meninggal dari indikatorini adalah sebanyak 9 orang
adalah pasien ibu dan sisanya adalah pasien bayi dengan mayoritas BBLR dari perbandingan jumlah
pasien rawat inap sebesar 9.943 pasien. sehingga pencapaianya melebihi 100% karena masih ada
dibawah angka target sebesar atau sama dengan 2.5/1000. Banyaknya kasus kematian ini
dikarenakan semakin kompleknya jenis penyakit yang ada dan beberapa pasien menolak untuk dirujuk
pada kasus – kasus yang tidak dapat ditangani di RSKIA Kota Bandung.
Dengan pengelolaan dan penanganan pasien yang baik melalui profesionalisme pegawai dan didukung
fasilitas peralatan lesehatan/kedokteran yang cukup dapat membantu upaya penurunan jumlah
kematian pasien di rawat inap.
28
Faktor Pendukung :
1) Kemampuan SDM yang berkompetensi tinggi menjadi faktor pendukung dalam keberhasilan
menangani kasus ibu dan anak yang membutuhkan penanganan pasien life saving.
2) Ketersediaan peralatan kesehatan dan kedokteran yang mumpuni menjadi faktor yang
menentukan dalam mendukung penurunan kejadian kematian ibu dan bayi.
3) Pengelolaan pada pasien rawat inap tidak lepas dari komitmen pegawai yang tulus dan profesional
dalam memberikan pelayanan sehingga tidak terjadi lost observation.
Permasalahan :
1) Kejadian kematian ibu dan bayi di rawat inap > dari 48 jam dikarenakan semakin kompleknya jenis
penyakit yang ada dan beberapa pasien menolak untuk dirujuk pada kasus – kasus yang tidak
dapat ditangani di RSKIA Kota Bandung.
2) Kejadian kematian lebih banyak terjadi pada bayi dengan kasus berat badan bayi lahir sangat
rendah.
Solusi
1) Melengkapi ketersediaan fasilitas ruangan, SDM profesional dengan mengembangkan kompetensi
melalui pendidikan dan pelatihan ter update sesuai keprofesian, peralatan kesehatan dan
kedokteran yang dapat mendukung penurunan kejadian kematian ibu dan bayi.
2) Kerjasama dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang menjadi jejaring RSKIA Kota
Bandung.
3) Implementasi sistem rujukan yang tepat dapat menurunkan terjadinya resiko kematian pasien >48
jam.
29
indikator kinerja utama. Standarnya seluruh peresepan harus sesuai dengan formularium. Pada
periode bulan Oktober – Desember 2017 telah mencapai target sebesar 100.00% dari target yang telah
ditetapkan sebesar 100% pada triwulan ini atau 100.00% sehingga mencapai sesuai target.
Berikut tabel target dan realisasi indikator tersebut :
Tabel 3.8
Presentase Peresepan Obat Sesuai Formularium
RENCANA AKHIR
INDIKATOR TAHUN 2017 RENSTRA TAHUN
TAHUN TAHUN TAHUN
NO KINERJA SAT 2018
2014 2015 2016
SASARAN
TARGET REALISASI % TARGET %
Berikut grafik perbandingan capaian presentase peresepan obat sesuai formularium tahun
2014 sampai dengan 2017 dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Grafik 3.4
Perbandingan Capaian Presentase Peresepan
Obat Sesuai Formularium
99.21 100.00
80.00
Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2014 tidak terdapat data pencapaian
pada indikator ini, atau dengan kata lain N.A. Pengukuran pada indikator ini dimulai pada tahun 2015 –
sampai dengan tahun ini, dan tampak kenaikan capaian setiap tahunnya. Pencapaian akhir pada tahun
2017 sebesar 100%.
30
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal dibawah ini :
Faktor Pendukung :
1) RSKIA Kota Bandung telah menggunakan formularium obat sesuai Permenkes RI No
HK.02.02/MENKES/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Pemerintah.
Permasalahan :
1) Masih terdapat jenis obat yang tidak ada didalam formularium tapi sangat dibutuhkan oleh pasien.
Solusi
1) Adaya koordinasi antara PFT dengan KSM untuk menyusun formularium rumah sakit sebagai
pedoman utama bagi para dokter dalam memberi terapi kepada pasien dan melakukan pemilihan
obat untuk dimasukkan ke dalam formularium berdasarkan kebutuhan pasien,evaluasi terhadap
efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi produk obat yang
sama.
2) Adanya sosialisasi revisi formularium yang telah disepakati sebelumnya antara PFT dan KSM.
Tabel 3.9
Persentase Baku Mutu Limbah
RENCANA
AKHIR
INDIKATOR TAHUN 2017
TAHUN TAHUN TAHUN RENSTRA
NO KINERJA SAT TAHUN 2018
2014 2015 2016
SASARAN
TARGET REALISASI % TARGET %
31
Berikut tabel jumlah peserta JKN pada rawat inap tahun 2017 di RSKIA Kota Bandung :
Tabel 3.10
Hasil Pemeriksaan Baku Mutu Limbah
Tahun 2017
No Uraian Nilai Standar Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sep Okt Nov Des
1 COD < 80 mg/L 13 24.19 136.85 69.35 40.81 10.18 29.54 25.86 21.6 27.59 47.53 35.21
2 BOD < 50 mg/L 8.58 15.34 73.35 46.40 26.12 6.63 9.72 9.98 6.93 17.25 16.49 11.8
3 TSS < 30 mg/L 7 16 27.00 24.00 29.00 11.00 16.00 27.00 29.00 11.00 10.00 14.00
4 PH 6-9 7.76 6.99 7.38 6.55 6.48 7.19 6.78 6.65 6.63 6.69 6.97 7.24
Berikut ini grafik hasil Persentase Baku Mutu Limbah di RSKIA Kota Bandung pada tahun 2017:
Grafik 3.5
Persentase Baku Mutu Limbah di RSKIA Kota
Bandung Tahun 2014 - 2017
Faktor Pendukung :
1) Ketersediaan instalasi IPAL di RSKIA Kota Bandung yang dinilai telah sesuai standarisasi.
2) Pemeriksaan baku mutu limbah secara berkala setiap bulan.
3) Pemeliharaan Instalasi IPAL secara rutin/berkala tiap tahunnya.
4) Sumber daya manusia yang kompeten di bidangnya.
Permasalahan :
1) Hasil pemeriksaan baku mutu limbah yang dilaksanakan rutin tiap bulan masih ada kenaikan dan
penurunan hasil tetapi masih sesuai dengan standarisasi pemeriksaan.
32
Solusi
1) Pelaksanaan pemeriksaan baku mutu limbah secara rutin tiap bulan untuk mengkontrol adanya
keanikan atau penurunan hasil pemeriksaan.
2) Pemeliharaan Instalasi IPAL yang dilaksanakan secara rutin tiap tahun nya.
Tabel 3.11
Cakupan Pelayanan Pasien Keluarga Miskin
RENCANA AKHIR
INDIKATOR TAHUN 2017 RENSTRA TAHUN
TAHUN TAHUN TAHUN
NO KINERJA SAT 2018
2014 2015 2016
SASARAN
TARGET REALISASI % TARGET %
33
Grafik 3.6
Perbandingan Jumlah Pelayanan Masyarakat
Miskin yang Dilayani di RSKIA Kota Bandung
Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2015 menjadi 7.964 pasien, pada
tahun 2016 sebesar 7.908 pasien dan padatahun 2017 melayani pasien masyarakat miskin sebanyak
7.960 masyarakat miskin yang dilayani di RSKIA Kota Bandung. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal
dibawah ini :
a. Pada tahun 2014 merupakan tahun pertama pemberlakuan JKN yang dikelola oleh sebuah badan
yang disebut BPJS, sehingga seluruh pembiayaan yang termasuk pada jaminan masyarakat miskin
dan bukan masyarakat miskin yang menjadi peserta JKN, dikelola oleh badan tersebut.
b. Kebijakan yang berlaku pada tahun 2013 seperti Jaminan Persalinan (Jampersal) yang berlaku
nasional, pada tahun 2014 sudah tidak berlaku lagi.
c. Kurangnya sosialisasi kebijakan Jampersal pada tahun 2017
Faktor Pendukung :
1) RSKIA Kota Bandung sebagai rumah sakit rujukan milik Pemerintah Kota Bandung berkewajiban
untuk melayani masayarakat miskin dan memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
kesehatan ibu dan anak.
2) Ketersediaan peralatan kesehatan dan kedokteran, sumber daya manusia yang profesional
menjadi pendukung dalam melayani masyarakat.
3) Komitmen dalam melayani masyarakat tanpa diskriminasi dan membedakan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang optimal.
4) RSKIA Kota Bandung melayani pasien tidak hanya dari wilayah Kota Bandung saja tetapi lintas
wilayah pun tetap dilayani.
Permasalahan :
1) Banyaknya masayarakat miskin belum mempunyai jaminan pelayanan kesehatan sehingga belum
masuk dalam data based.
34
2) Masih adanya masyarakat yang mendadak miskin untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
secara gratis padahal termasuk dalam kategori keluarga mampu.
3) Banyaknya FKTP yang belum memahami system rujukan untuk masyarakat miskin sehingga
terkesan asal rujuk ke PPK II.
4) Kurangnya sosialisasi kebijakan Jampersal yang merupakan program Pemerintah Pusat pada
tahun 2017.
5) Keterbatasan tempat tidur dan pemanfaatannya menjadi penyebab tingginya nilai BOR dan LOS di
RSKIA Kota Bandung.
Solusi
1) Pelaksanaan sosialisasi secara meluas kepada masyarakat melalui media elektonik dan cetak.
2) Koordinasi dengan pihak terkait lainnya seperti kelurahan dan kecamatan.
3) Melakukan kerjasama dengan BPJS dalam mensosialisasikan prosedur pelayanan untuk
msyarakat miskin di rumah sakit.
4) Melakukan pertemuan rutin dengan jejaring atau FKTP dalam pelaksanaan sistem rujukan yang
tepat.
5) Penambahan fasilitas dan jumlah tempat tidur
Berikut tabel pencapaian indikator sasaran 1 dibandingkan dengan target akhir renstra tahun 2018
RSKIA Kota Bandung.
Tabel 3.12
Pencapaian Indikator Sasaran 1
dibandingkan Target Akhir Renstra RSKIA Kota Bandung
35
Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa realisasi sampai dengan tahun 2017
dibandingkan dengan rencana Renstra Tahun 2018 yang merupakan tahun ke-4 capaian kinerja untuk
sasaran 1 Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna menuju
rumah sakit terstandarisasi kelas dunia terdapat 2 (dua) indikator yang mencapai melebihi target, 3
(tiga) indikator yang mencapai sesuai target.
Berikut diagram pencapaian kinerja pada sasaran 1 dibandingkan dengan target akhir renstra RSKIA
Kota Bandung Tahun 2018 :
Diagram 3.3
Pencapaian Sasaran 1 RSKIA Kota Bandung
dibandingkan dengan Target Akhir Renstra Tahun
2018
Pencapaian sasaran ke-2 yang telah ditetapkan RSKIA Kota Bandung dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 3.13
Analisis Pencapaian Sasaran 2
Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja Rumah Sakit
TAHUN 2017
TAHUN TAHUN TAHUN
INDIKATOR KINERJA SAT
2014 2015 2016
TARGET REALISASI %
1. Nilai Evaluasi Akuntabilitas Nilai 72.28 72.31 74.70 80 74.99 93.74
Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP)
Adapun analisis capaian indikator kinerja sasaran tersebut adalah sebagai berikut :
1. Nilai evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP)
36
Berikut tabel hasil penilaian LKIP RSKIA Kota Bandung pada tahun 2017 untuk dokumen LKIP
Tahun 2016 :
Tabel 3.14
Nilai LKIP RSKIA Kota Bandung
NILAI
PENCAPAIA
KOM PONEN PENILAIAN STANDAR HASIL (%)
N (%)
(%)
1. Perencanaan Kinerja 35 24.93 71.23
Penilaian dari Inspektorat untuk dokumen LKIP tahun 2017 pada dokumen LKIP Tahun 2016
adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan kinerja memperoleh nilai 24.93 atau 71.23%
Pada komponen ini terdiri dari beberapa komponen di bawahnya yaitu sebagai berikut :
a. Perencanaan strategis memperoleh nilai 7.53
Bahwa RSKIA Kota Bandung dalam pemenuhan dokumen renstra memperoleh 1.72 dengan
penjelasan bahwa pada dokumen renstra tersebut telah ditetapkan oleh kepala SKPD berupa
surat keputusan dan sudah dibentuk pula surat keputusan mengenai pembentukan tim
penyusunan yang ditetapkan pula oleh kepala SKPD. Dokumen tersebut telah memuat visi,
misi, tujuan, sasaran, program, indikator sasaran, IKU dan target tahunan. Untuk kualitas
dokumen renstra memperoleh nilai 4.06 dengan penjelasan bahwa dalam dokumen tersebut
telah berorientasi hasil dengan indikator hasil (outcome), program/kegiatan merupakan cara
untuk mencapai tujuan/sasaran/hasil program/hasil kegiatan. Indikator kinerja tujuan dan
sasaran telah memenuhi kriteria indikator kinerja yang baik, target kinerja ditetapkan cukup
baik, dokumen Renstra cukup selaras dengan dokumen RPJMD, dokumen tersebut telah
menetapkan hal-hal yang seharusnya ditetapkan. Dalam hal implementasi dari dokumen
renstra tersebut memperoleh nilai 1.75, dengan penjelasan bahwa dokumen tersebut telah
digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan tahunan RSKIA Kota
Bandung, dokumen tersebut kurang direviu secara berkala.
b. Perencanaan kinerja tahunan memperoleh nilai 17.40 dengan penjelasan bahwa dalam
pemenuhan perencanaan kinerja tahunan memperoleh nilai 3.50 bahwa dalam dokumen
37
tersebut telah memuat sasaran, program dan indikator kinerja sasaran dokumen PK telah ada
dan telah disusun setelah anggaran disetujui, telah memuat sasaran, program, indikator kinerja
dan target jangka pendek serta dokumen PK telah menyajikan IKU. Dalam hal kualitas
perencanaan kinerja tahunan memperoleh nilai 10.00 dengan penjelasan bahwa sasaran telah
berorientasi hasil kegiatan merupakan cara untuk mencapai sasaran, indikator kinerja yang
baik dan target kinerja tealh ditetaapkan dengan baik, dokumen PK telah selaras dengan
dokumen PK atasannya dan dokumen Renstra serta telah menetapkan hal-hal yang
seharusnya ditetapkan. Dalam hal implementasi perencanaan kinerja tahunan memperoleh
nilai 3.90 dengan penjelasan bahwa target kinerja yang diperjanjikan cukup digunakan untuk
mengukur keberhasilan, PK telah dimonitor pencapaiannya secara berkala dan telah
dimanfaatkan dalam pengarahan dan pengorganisasian kegiatan.
2. Pengukuran kinerja memperoleh nilai 18.44
Pemenuhan pengukuran memperoleh nilai 5.00 bahwa telah memuat IKU dan terdapat mekanisme
pengumpulan data kinerja yang memadai kaarena telah terdapat indikator dan telah dijadikan
ukuran kinerja secara formal serta ukuran kinerja tingkat eselon III danIV sebagai turunan kinerja
atasannya. Dalam kualitas pengukuran memperoleh nilai 10.00 dapat dijelaskan bahwa IKU dapat
diukur secara objektif, IKU telah menggambarkan hasil, IKU telah relevan dengan kondisi yang
akan diukur, IKU telah cukup untuk mengukur kinerja, IKU telah diukur realisasinya,indikator kinerja
sasaran dapat diukur secara obyektif, menggambarkan hasil, relevan dengan sasaran yang akan
diukur, indikator kinerja sasaran telah diukur realisasinya dan telah selaras dengan indikator kinerja
Kota dan pengumpulan data kinerja cukup dapat diandalkan . Secara implementasi pengukuran
memperoleh nilai 3.44 dapat dijelaskan bahwa IKU telah dimanfaatkan dalam dokumen-dokumen
perencanaan dan pengannggaran serta telah dimanfaatkan penilaian kinerja, tetapi IKU kurang
direviu secara berkala dan pengukuran kinerja belum digunakan sepenuhnya untuk pengendalian
dan pemantauan kinerja secara berkala.
3. Pelaporan kinerja memperoleh nilai 10.15
Dalam penilaian komponen ini dapat dijelaskan bahwa pelaporan memperoleh nilai 2.81 bahwa
LKIP RSKIA Kota Bandung telah disusun dan telah menyajikan informasi mengenai pencapaian
IKU serta disampaikan tepat waktu. Penyajian informasi kinerja memperoleh 4.46 dapat dijelaskan
bahwa LKIP RSKIA Kota Bandung telah menyajikan informasi pencapaian sasaran yang
berorientasi outcome dan telah menyajikan informasi mengenai kinerja yang telah diperjanjikan,
LKIP RSKIA Kota bandung telah menyajikan evaluasi dan analisis mengenai capaian kinerja dan
menyajikan pembandingan data kinerja yang memadai antara realisasi tahun ini dan tahun
sebelumnya, LKIP RSKIA Kota bandung telah menyajikan informasi keuangan yang terkait dengan
pencapaian kinerja dan informasi dalam dokumen tersebut dapat diandalkan. Dalam hal
pemanfaatan informasi kinerja memperoleh 2.70 dapat dijelaskan bahwa informasi yang disajikan
38
telah digunakan dalam perbaikan perencanaan, informasi yang disajikan telah digunakan untuk
menilai dan memperbaiki pelaksanaan program dan kegiatan organisasi, informasi yang disajikan
telah digunakan untuk peningkatan kinerja serta informasi yang disajikan telah digunakan untuk
penilaian kinerja.
4. Evaluasi internal memperoleh nilai 5.12
Penjelasan dari berbagai sub komponen dapat dijelaskan bahwa pemenuhan evaluasi memperoleh
nilai 1.42, kualitas evaluasi memperoleh nilai 2.58 dan pemanfaatan evaluasi memperoleh nilai
1.13.
5. Pencapaian sasaran/kinerja organisasi memperoleh nilai 16.34
Nilai komponen tersebut di bagi menjadi kinerja yang dilaporkan memperoleh nilai 5.00 dan kinerja
yang dilaporkan memperoleh nilai 11.34 dengan penjelasan bahwa target dapat dicapai, capaian
kinerja lebih baik dari tahun sebelumnya dan informasi mengenai kinerja dapat diandalkan.
Sebagai bahan perbandingan pencapaian nilai LKIP pada tahun 2017 antara rumah sakit milik
Pemerintah Kota Bandung adalah sebagai berikut :
Grafik 3.7
Pencapaian Nilai LKIP di 3 Rumah Sakit
Pemerintah Kota Bandung
74.99
76.00
74.00 73.17
72.00 72.19
70.00
RSKIA Kota
Bandung RSUD Kota
Bandung RSKGM Kota
Bandung
Dapat disimpulkan bahwa RSKIA Kota Bandung dengan perolehan nilai LKIP 74.99 paling
tinggi diantara ke-3 rumah sakit tersebut, diikuti oleh RSUD Kota Bandung dengan nilai 73.17 dan
terakhir RSKGM Kota Bandung 72.19.
Faktor Pendukung :
1) RSKIA Kota Bandung mendukung upaya dalam mewujudkan SAKIP Juara di Kota Bandung .
2) Dalam mewujudkan hal tersebut upaya lain yang dilakukan adalah koordinasi dengan pihak lainnya
(ORPAD, Bappeda dan Inspektorat).
39
Permasalahan :
1) Seluruh SKPD di Kota Bandung termasuk RSKIA Kota Bandung sedang dalam masa transisi
berupaya mewujudkan SAKIP Juara.
2) Masih kurangnya pemahaman pembuatan dokumen LKIP yang berkualitas.
Solusi
1) Koordinasi dengan pihak lainnya seperti ORPAD, Bappeda, Inspektorat dan Kementerian
Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi dalam melaksanakan reviu, pra evaluasi sampai
dengan evaluasi terhadap Renstra, IKU dan Perjanjian Kinerja serta dokumen LKIP SKPD.
2) Salah satu metode dalam mewujudkan SAKIP Juara dibuat suatu sistem yang bernama SILAKIP.
3) Mereviu secara berkala indikator kinerja sasaran, IKU dan perjanjian kinerja.
Berikut tabel pencapaian indikator sasaran 2 dibandingkan dengan target akhir renstra tahun
2018 RSKIA Kota Bandung :
Tabel 3.15
Pencapaian Indikator Sasaran 2
Dibandingkan Target Akhir Renstra RSKIA Kota Bandung
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pencapaian Sasaran 2 Meningkatnya akuntabilitas
kinerja rumah sakit dengan 1 (satu) indikator sasaran, 1 (satu) indikator sasaran tercapai belum
mencapai target dan diperlukan evaluasi kembali mengenai target yang ditetapkan untuk target yang
akan datang.
40
3.3 Pencapaian Indikator Kinerja Nyata Direktur RSKIA Kota Bandung
Pada tahun 2017 telah ditetapkan kinerja nyata pimpinan per triwulan sebagai berikut :
Tabel 3.16
Indikator Kinerja Nyata Kepala Perangkat Daerah
RSKIA Kota Bandung Triwulan 1 – 4 Tahun 2017
Q1 Q2 Q3 Q4
Indikator Sat Target Keterangan Indikator Sat Target Keterangan Indikator Sat Target Keterangan Indikator Sat Target Keterangan
Indeks Nilai 80 IKM adalah data dan Indeks Nilai 80 IKM adalah data dan Indeks Nilai 80 IKM adalah data dan Indeks Nilai 80 IKM adalah data dan
Kepuasan informasi tentang Kepuasan informasi tentang tingkat Kepuasan informasi tentang tingkat Kepuasan informasi tentang
Masyarakat tingkat kepuasan Masyarakat kepuasan masyarakat Masyarakat kepuasan masyarakat Masyaraka tingkat kepuasan
masyarakat yang yang diperoleh dari hasil yang diperoleh dari hasil t masyarakat yang
diperoleh dari hasil pengukuran secara pengukuran secara diperoleh dari hasil
pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif kuantitatif dan kualitatif pengukuran secara
kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat atas pendapat kuantitatif dan kualitatif
atas pendapat dalam memperoleh masyarakat dalam atas pendapat
masyarakat dalam pelayanan di rumah sakit memperoleh pelayanan masyarakat dalam
memperoleh pelayanan di rumah sakit memperoleh pelayanan
di rumah sakit di rumah sakit
Rata-rata menit 5 Rata-rata lama waktu Rata-rata menit 5 Rata-rata lama waktu Rata-rata menit 5 Rata-rata lama waktu Rata-rata menit 5 Rata-rata lama waktu
lama Waktu tanggap adalah waktu lama Waktu tanggap adalah waktu lama Waktu tanggap adalah waktu lama tanggap adalah waktu
tanggap yang dibutuhkan mulai tanggap yang dibutuhkan mulai tanggap yang dibutuhkan mulai Waktu yang dibutuhkan mulai
pelayanan pasien datang di IGD pelayanan pasien datang di IGD pelayanan pasien datang di IGD tanggap pasien datang di IGD
Dokter di sampai dengan Dokter di sampai dengan Dokter di sampai dengan pelayanan sampai dengan
IGD mendapatkan pelayanan IGD mendapatkan pelayanan IGD mendapatkan pelayanan Dokter di mendapatkan pelayanan
Dokter Dokter Dokter IGD Dokter
Rata-rata menit 30 Rata-rata lama waktu Rata-rata menit 30 Rata-rata lama waktu Rata-rata menit 30 Rata-rata lama waktu Rata-rata menit 30 Rata-rata lama waktu
lama Waktu tunggu pelayanan obat lama Waktu tunggu pelayanan obat lama Waktu tunggu pelayanan obat lama tunggu pelayanan obat
tunggu adalah tenggang waktu tunggu adalah tenggang waktu tunggu adalah tenggang waktu Waktu adalah tenggang waktu
pelayanan mulai pasien pelayanan mulai pasien pelayanan mulai pasien tunggu mulai pasien
obat menyerahkan resep obat menyerahkan resep obat menyerahkan resep pelayanan menyerahkan resep
sampai dengan sampai dengan menerima sampai dengan menerima obat sampai dengan
menerima obat obat obat menerima obat
41
Tabel 3.17
Capaian Kinerja Nyata Kepala Perangkat Daerah
Tahun 2017
Indikator Sasaran
Capaian
No. Sasaran (Outcome)/Indikator Target Satuan Realisasi Keterangan Formulasi Pengukuran
Kinerja (%)
Capaian Program
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Meningkatnya kualitas Indeks Kepuasan 80 Nilai 81.93 102.41 Pada triwulan 4 Pencapaian IKM di Total dari nilai persepsi per unsur
pelayanan kesehatan Masyarakat RSKIA Kota Bandung mencapai dibagi dengan nilai total unsur
ibu dan anak yang 81.93 atau sama dengan nilai A, yang terisi dikali nilai penimbang
berhasil guna dan hal ini mengalami kenaikan
berdaya guna menuju sebesar 0.22 poin dibandingkan
rumah sakit dengan triwulan 3 yakni 81.71.
terstandarisasi kelas
dunia Rata-rata lama Waktu 5 menit 0.027 199.46 Semakin rendah pencapaian Jumlah Kumulatif waktu yang
tanggap pelayanan realisasi waktu tanggap pelayanan diperlukan sejak kedatangan
Dokter di IGD Dokter IGD, maka semakin baik semua pasien yang disampling
capaian kinerja. Sehingga pada secara acak sampai dilayani dokter
pencapaian indikator ini melebihi dibagi dengan Jumlah Seluruh
100%, seluruh pasien dilayani Pasien yang disampling, dengan
kurang dari 5 menit. nilai standar minimal yaitu < 5
Menit
Rata-rata lama Waktu 30 menit 16.14 146.20 Semakin rendah pencapaian Jumlah Kumulatif waktu tunggu
tunggu pelayanan obat realisasi waktu tanggap pelayanan pelayanan obat jadi pasien yang
obat di rawat jalan, maka semakin disurvei dalam bulan tersebut
baik capaian kinerja. Sehingga dibagi dengan Jumlah Pasien yang
pada pencapaian indikator ini disurvei dalam bulan tersebut,
melebihi 100%, seluruh resep dengan nilai standar minimal
terlayani kurang dari 30 menit. yaitu < 30 Menit
42
RSKIA Kota Bandung melaksanakan penilaian IKM Kepmenpan Nomor : 25 Tahun 2004 tentang
Indeks Kepuasan Masyarakat. Pada triwulan IV atau periode bulan oktober - desember 2017 ini
hasil penilaian IKM adalah sebesar 81.93%. Pencapaian IKM RSKIA Kota Bandung adalah sebagai
berikut :
Tabel 3.18
Pencapaian IKM di RSKIA Kota Bandung
s.d Triwulan IV Tahun 2017
NILAI UNSUR
No. UNSUR PELAYANAN PELAYANAN
(NRR)
1 Persyaratan Pelayanan ( U1 ) 3.26
2 Prosedur Pelayanan ( U2 ) 3.26
3 Waktu pelayanan ( U3 ) 3.35
4 Biaya Tarif ( U4 ) 3.33
5 Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan ( U5 ) 3.29
6 Kompetensi Pelaksana ( U6 ) 3.34
7 Perilaku Pelaksana ( U7 ) 3.39
8 Maklumat Pelayanan ( U8 ) 3.25
9 Penanganan Pengaduan, saran dan masukan ( U9 ) 3.32
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kepuasan masyarakat, jumlah nilai pada unit pelayanan
diperoleh jumlah nilai rata-rata setiap unsur pelayanan. Sedangkan nilai indeks komposit
(gabungan) untuk setiap unit pelayanan, merupakan jumlah nilai rata-rata dari setiap unsur
pelayanan dikalikan dengan penimbang yang sama, yaitu 0.11 atau maka untuk mengetahui nilai
indeks unit pelayanan dihitung dengan cara sebagai berikut : (3.26 x 0.11) + (3.26 x 0.11) + (3.35 x
0.11) + (3.33 x 0.11) + (3.29 x 0.11) + (3.34 x 0.11) + (3.39 x 0.11) + (3.25 x 0.11) + (3.32 x 0.11) =
81.93
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pencapaian IKM pada triwulan IV tahun 2017 adalah
81.93 atau ada dalam kategori SANGAT BAIK dengan mutu pelayanan nilai A.
43
Waktu tanggap pelayanan dokter di Instalasi Gawat Darurat pada triwulan IV tahun 2017 adalah
0.027 menit ( 199 % ) sehingga pencapaian indikator waktu tanggap pelayanan dokter di Instalasi
Gawat Darurat tahun 2017 adalah 0,0866 menit (198 %). Kondisi gawat darurat adalah keadaan
klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan lebih lanjut (Pasal 1 UU RI No. 44 tahun 2009). Pasien yang masuk ke IGD
RS tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat untuk itu perlu adanya standar dalam
memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga
dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan respontime yang cepat dan penanganan
yang tepat. Standar Waktu tanggap pelayanan dokter di IGD berdasarkan Kementerian Kesehatan
adalah kurang dari 5 menit, rata - rata respon time pasien yang datang ke IGD RSKIA adalah 0.1
detik, yang artinya adalah begitu pasien masuk ke IGD pasien akan langsung diberikan
pertolongan pertama sesuai dengan kriteria kegawatdaruratan yang dialami oleh pasien tersebut.
3. Rata-rata Waktu Tunggu Pelayanan Obat
Waktu tunggu pelayanan obat jadi pada triwulan IV tahun 2017 adalah 16 menit 14 detik ( 146 % ),
sehingga pencapaian indikator waktu tunggu pelayanan obat selama tahun 2017 adalah 15 menit
89 detik (147 %). Perncapaian ini sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Kemenkes
kurang dari 30 menit. Waktu tunggu dihitung mulai dari pasien menyerahkan resep sampai pasien
mendapatkan obatnya. Tujuan dilakukan evaluasi terhadap waktu tunggu pelayanan resep di
instalasi farmasi adalah meningkatkan kepuasan pasien yaitu pelayanan resep yang cepat dan
tepat (tidak terjadi medication error) dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dapat
memperlama pelayanan resep, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan dalam rangka
meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan resep. Dispensing yang baik adalah suatu
proses yang memastikan bahwa suatu bentuk yang efektif dari obat yang benar dihantarkan
kepada pasien yang benar, dalam dosis dan kuantitas yang tertulis, dengan instruksi yang jelas
dan dalam suatu kemasan yang memelihara potensi obat. Kecepatan pemberian obat kepada
pasien harus seiring dengan ketepatan pemberian obat, tidak adanya kesalahan identitas pasien,
serta edukasi yang tepat kepada pasien mengenai obat tersebut.
44
4. GDR (Gross Death Rate) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar.
5. NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk 1000 penderita
keluar.
Berikut tabel pencapaian indikator pelayanan selama 3 (tiga) tahun terakhir di RSKIA Kota
Bandung :
Tabel 3.19
Pencapaian Indikator Pelayanan
RSKIA Kota Bandung Tahun 2014 – 2017
Terlihat pada tabel diatas peningkatan secara terus menerus pada indikator pelayanan, hal
tersebut berdampak jelek terhadap kinerja rumah sakit. Semakin melebihi atau semakin kecil dari
standar yang telah ditetapkan, maka pihak rumah sakit harus menjadi perhatian dan dijadikan bahan
evaluasi stakeholder di rumah sakit untuk pemecahan masalah yang timbul diakibatkan dari tingginya
atau rendahnya pencapaian indikator tersebut.
Berikut tabel perbandingan pencapaian indikator pelayanan antara RSKIA Kota Bandung
dengan rumah sakit sejenis lainnya :
45
Tabel 3.20
Perbandingan Pencapaian Indikator Pelayanan Tahun 2017
Dengan Rumah Sakit Sejenis Lainnya
RS SAYANG RSIA
URAIAN STANDAR RSKIA IBU PERTIW I
BALIKPAPAN M AKASAR
BOR (Bed Occupancy Ratio) 60-85% 96.4 51 72.75
Dari tabel diatas tampak bahwa RSKIA Kota Bandung dengan indikator pelayanan rumah sakit
yang tinggi bisa mengakibatkan pemberian pelayanan yang tidak maksimal kepada masyarakat. Dapat
dijelaskan bahwa :
BED OCCUPANCY RATE (BOR) adalah tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit atau ratio
rata-rata pemanfaatan tempat tidur yang terisi dalam 1 (satu) tahun adalah sebesar 96.4%, angka ini
sesuai dari standar yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI sebesar 60-85%. Bila ratio sudah
melebihi 85% maka harus ada pengembangan dan penambahan sarana untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit. Apabila hal tersebut tidak dilaksanakan maka akan berdampak pada
banyaknya pasien yang harus dipulangkan dalam waktu singkat.
LENGTH OF STAY (LOS) atau angka rata-rata lamanya pasien dirawat adalah sebesar 2 hari , angka
ini jauh lebih rendah dari standar Departemen Kesehatan RI sebesar 6-9 hari, rendahnya angka LOS
dapat mengurangi masa pemantauan pasien oleh rumah sakit dan hal ini berisiko meningkatkan
kematian ibu pasca melahirkan.
TURN OVER INTERVAL (TOI) atau angka rata-rata tempat tidur tidak terisi adalah sebesar 0.09,
angka ini juga jauh lebih rendah dari standar yang telah ditetapkan sebesar 1-3 hari. Rendahnya angka
TOI akan menyebabkan peningkatan resiko infeksi yang ditularkan di rumah sakit (infeksi nosokomial).
GROSS DEATH RATE (GDR) adalah angka kematian yang terjadi setiap 1000 penderita keluar
sebesar 11%
NET DEATH RATE (NDR) adalah angka kematian setelah dirawat 48 jam yang terjadi setiap 1000
penderita keluar. Indikator ini menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit sebesar 3%.
46
Indikator lainnya yang diukur adalah mengenai pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah
Sakit, pada tahun 2017 terdapat kenaikan dalm pencapaiannya dibanding dengan tahun 2014,
pencapaiaan SPM RS dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.21
Perbandingan Pencapaian SPM
RSKIA Kota Bandung Tahun 2014 – 2017
2014 85 61 71.76
47
Berikut tabel pencapaian SPM tahun 2017 secara rinci :
Tabel 3.22
Pencapaian Standar Pelayanan Minimal RS
RSKIA Kota Bandung Tahun 2017
Pada tabel perbandingan pencapaian SPM dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017
terdapat kenaikan pencapaian SPM. Pada tahun 2017 pencapaian SPM Rumah Sakit adalah sebesar
80.00%, ada penurunan 5.00% dari tahun sebelumnya pada tahun 2016 yaitu sejumlah realisasi yang
tidak mencapai target pada jenis layanan Intensive, Gizi, Transfusi darah, Adimistrasi dan IPSRS.
48
Faktor Pendukung :
1) Ketersediaan fasilitas ruang dan peralatan kesehatan rawat inap ibu, bayi dan rawat anak di RSKIA
Kota Bandung .
2) Pegawai dengan kompetensi sesuai dengan profesinya.
Permasalahan :
1) Tingginya angka BOR, AvLos, TOI, GDR dan NDR di RSKIA Kota Bandung dapat menimbulkan
berbagai masalah pelayanan kesehatan.
2) Pengembangan fasilitas pelayanan yang sudah tidak dapat dilakukan lagi karena keterbatasan
lahan saat ini.
Solusi
1) Pengembangan fasilitas pelayanan di rumah sakit baru.
Tabel 3.23
Pagu dan Realisasi Anggaran RSKIA Kota Bandung
Tahun 2017
49
Secara rinci pagu dan realisasi program dan kegiatan RSKIA KotaBandung tahun 2017 selaku
SKPD dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.24
Pagu dan Realisasi Program dan Kegiatan
RSKIA Kota Bandung selaku SKPD Tahun 2017
50
IV Program Obat dan Perbekalan 539,329,142 339,797,974 63.00
Kesehatan
1 Pengadaan obat dan perbekalan 539,329,142 339,797,974 63.00
kesehatan
V Program Promosi Kesehatan dan 170,200,000 129,344,300 76.00
Pemberdayaan M asyarakat
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pencapaian/realisasi program dan kegiatan RSKIA
Kota Bandung selaku SKPD pada tahun 2017 mencapai 91.23%, ada beberapa kegiatan yang
mengalami efisiensi anggaran.
Secara rinci pagu dan realisasi program dan kegiatan RSKIA Kota Bandung tahun 2017 selaku BLUD
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.25
Pagu dan Realisasi Program dan Kegiatan
RSKIA Kota Bandung selaku BLUD Tahun 2017
51
Dengan menggunakan ambang batas sebesar 20%, maka realisasi pada BLUD RSKIA Kota
Bandung melebihi target pagu anggaran yang telah ditetapkan. Besaran peresentase ambang batas
merupakan besaran persentase perubahan anggaran bersumber pendapatan operasional yang
diperkenankan dan ditentukan dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLUD.
Dalam mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran unit organisasi, tidak luput dari program kegiatan yang
dilaksanakan oleh unit organisasi tersebutyang harus mendukungnya.Tetapi adapula program atau
kegiatan yang tidak/kurang mendukung pencapaian tersebut dan hanya sebatas penunjang karena
tidak berpenagruh langsung terhadap pencapaian indikator kinerja unit organisasi.
Berikut tabel pagu dan realisasi anggaran RSKIA Kota Bandung Tahun 2017 berdasarkan sasaran
RSKIA Kota Bandung :
Tabel 3.26
Pagu dan Realisasi Anggaran Belanja Langsung
RSKIA Kota Bandung
Berdasarkan Sasaran Tahun 2017
JUM LAH
SASARAN STRATEGIS PROGRAM ANGGARAN REALISASI %
/KEGIATAN
1. Meningkatnya kualitas 9 Program dan 16 215,124,910,830.00 202,899,774,320.00 94.32
pelayanan kesehatan ibu Kegiatan
dan anak yang berhasil
guna dan berdaya guna
menuju rumah sakit
terstandarisasi kelas
dunia
2. Meningkatnya
akuntabilitas kinerja
rumah sakit
3.6 Prestasi/Penghargaan
RSKIA Kota Bandung tidak meraih prestasi atau penghargaan dari tingkat Pemerintah
Kota/Propinsi/Pusat, tetapi ada beberapa hal yang bisa dijadikan kebanggaan di lingkungan RSKIA
Kota Bandung pada tahun 2017 adalah sebagai berikut :
1. Penghargaan dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat dalam Kategori Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Properda Jabar
2016 -2017 dengan Peringkat Biru.
2. Re- Survey Akreditasi rumah sakit dengan hasil yang sangat memuaskan PARIPURNA.
52
EStrr+
4.1 KESIMPULAN
Tahun 2017 merupakan tahun kedua penilaian kinerja dalam Renstra RSKIA Kota Bandung
Tahun 2013-2018, penilaian kinerja tersebut dijabarkan dalam Laporan Kinerja lnstansi Pemerintah
{LKIP) RSKIA Kota Bandung. Dalam penyelerasan hasil reviu Rencana Strategis RSKIA Kota Bandung
Tahun 2013 - 2018 telah ditetapkan 2 {dua} sasaran dengan fi (enam) indikator, Yang dijadikan
lndikator Kinerja Utama (lKU) dan Perjanjian Kinerja (PK) RSKIA Kota Bandung Tahun 2017 ada 3
{tiga} indikator. Dari 6 indikator yang diukur, sebanyak 2 (dua) indikator {33.33%) mencapai atar.r
melebihi target, sebanyak 3 (tiga) indikator (50.00%) mencapai sesuai target dan 1 (satu) indikator
{16.S7Yo} kurang mencapai target. Adapun permasalahan yang masih dihadapi RSKIA Kota Bandung di
1. Pembangunan rumah sakit lanjutan yang pada tahun 2017 memasukipembangunan tahap 1
Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka RSKIA Kota Bandung melakukan upaya-upaya
yang dijadikan solusisebagai berikut :
2. Pemenuhan fasilitas pelayanan kesehatan dan sarana prasarana lainnya serta sumber daya
manusia,
4.2 SARAN
Dalam rangka menunjang pencapaian kinerja OPD yang optimal dalam penetapan IKU dan
Perjanjian Kinerja harus disesuaikan dengan tugas, pokok, fungsi dan kewenangan OPD, sehingga
proses pencapaian IKU sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
wErgT+
PBMERINTAH KOTA BANDUNG
+4+
RUMAH SAIfiT KHUSUS IBU DAN ANAK
\".^-J
\+w
Jl. Astanaanyar Nomor. 22471p. {022) 5201139 Fax. (O22\ 5221531 Bandung 44242
.E_---- Fi- 7 Email : sekretariat@skiakotabandung. com
GEM4!1EPA! I"!?AI14!!E!
-__-] lfebsite .' www.rskiakotabandung.com
KEFUTUSAIT
DIRTKTUR RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAII KOTA BANDUNG
NoMoR I WO/tL+ l'9Ki lltrtAl t / 2oig
TEI{TANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan
PERTAMA Keputusan Direktur tentang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
{LKIP) Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung Ta}run
20t7.
KEDUA Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Rumah Sakit Khusus
Ibu dan Anak Kota Bandung Tahun 2A17 tercantum dalarn
lampiran yang tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur ini.
KETIGA Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.
DITETAPKAN DI : Bandung
PADATANGGAL :fu-l-zot$
DIREKTUR RS KHUSUS IBU DAN ANAK
NDUNG
IAH R, M.KKK
TKI
NrP. 19621010 199011 1 003
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK
Jl. Astanaanyar Nomor. 224Tlp. {022} 52O1139 Fax. {O22\ 5221531Bandung 402+2
*
'ffi ;#Xffi K*:::::::r#J*ffi ;::ff
KEPUTUSAN
DIRPKTUR RUMATI SAKIT KHUSUS IBU DAN ANATT KOTA BAIIDUIYG
rroMoR t ow/t/sv/ RsFrn 7 t/2o$
TENTAIIG
MTMUTUSKAI{
Menetapkan
PERTAMA Keputusan Direktur tentang Pembentukan Tim Penyusun Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah TLKIP) Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak Kota Bandung Tahun 2A17.
KEDUA Susunan Tim Penyusun Laporan Kineq'a Instansi Pemerintah {LKIP}
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung Tahun 2Ol7
tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dari Keputusan
Direktur ini.
KETIGA Keputusanini berlaku mulai tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan akan dilakukan perbaikan
sebagaimana mestinya.
DITETAPKAN DI : Bandung
PADA TANGGAL :
RE DIAH R, M.KNK
bina Tk I
NrP. 19621010 199011 1003
I"arnpiran
Keputusan Direktur Rumah Sakit Khusus Ibu
Dan Anak Kota Bandung
Nnmor : 09ol | / g9l F9FrA,/ t/Wfi
Tanggal : ZI^AV eOlS
SUSUITAITTIM PETTYUSUil
LAPORATI KINER.TA IITSTAIST FEMERII{TAII (LKrPl
RT'TtilAH SATilT KIIUSUS IBU DAIS AIITAI( KOTA BANDTIITG TAHUIT 2OL7
DITETAPKAN DI : Bandung
PADA TANGGAL
IAH R, M.KKK
Pihak Pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai
lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah
seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan. Keberhasilan dan
kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung jawab kami.
Pihak Kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan
evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan
yang diperlukan dalam rangka pemberian penghargaan dan sanksi.
ffi9 ,Pembina Tk I
Nip: rgozrolo 199011 1 oo3
r--------1.. PEMtrRINTAH KOTA BANDUNG
l_t
l6ffil
6.ISruI.HG
i:# RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK
\_ Jl. Astanaanyar No. 224Tlp. (O22) 5201139 Fax. (O22) 5221531
t_:-/
\< -rl Email : sekretariat@rskiakotabandung.com Bandung 40242
2-- lceq41 ryqrygqrya uqlf----! Website : www.rskiakotabanduns.com
KEPUTUSAN
DIREKTUR. RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAI1I ANAK KOTA BANDUNG
Nomor : 050/61lSK/RSKIAIIII I 2Ol7
TENTANG
- INDII(ATOR KINERJA UTAMA (IKU}
RS KHUSUS IBU DAN ANAK KOTA BANDUNG TAHUN 2OL7
MEMUTUSI{AN:
Menetapkan:
PERTAMA Keputusan tentang Penetapan Indikator Kinerja
Utama di Lingkungan Rumah Sakit Khusus ibu dan
Anak Kota Bandung Tahun 2017.
KEDUA Indikator Kinerja Utama sebagaimana tercantum
dalam lampiran surat keputusan ini merupakan
acuan kinerja yang digunakan oleh Rumah Sakit
Khusus Ibu dan Anak Kota Bandung, untuk
menetapkan rencana kinerja tahunan,
menyampaikan rencana kineda dan anggaran,
men)rusun dokumen penetapan kinerja, menyusun
laporan akuntabilitas kinerja serta melakukan
evaluasi pencapaian kineda sesuai dengan dokumen
Rencana Strategis Rumah Sakit Khusus Ibu dan
Anak Kota Bandung.
KETIGA indikator Kinerja Utama sebagaimana dimaksud
pada diktum PERTAMA, disusun dengan mengacu
kepada Indikator Kinerja Strategis Pemerintah Kota
Bandung.
KEEMFAT Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan,
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan {alam Keputusan ini maka akan
diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di : Bandung
pada tanggal : 29 Maret2CIl7'
KHUSUS IBU DAN ANAK'
UNG
,RANGKUTI, M.KKK
ina Tk I
o1019901 11003
Lampiran No : 050/6i ISK/RSKLA|LIJ I 2AL7
Tanggal : 29 Maret2017
II{DIINTOB PEIJELASAI{
ilrlt,t6n IIETERAflGAfl
SASARAil IJI{OR.TA SATIIAil lirlurJt SIIMBER
UTAilA AJ,ASAil roruuHsl
DATA
I Meningkahya Indeks Nilai 80 Kepmenpan Nomot:25 Total dad nilai persepsi per RS Xhusus Hasil$rwy
Kepuaun Tahnn 2ffi4tentang unsur dibagi dengan nilai Ibu dan Anak Kepuasan
kualitas
Masyualiat Indeks Kepuasan total unsur yang teiisi dikali Keta Bandunf Pelanggan
pelayanan
dan anakyang
beihasil gunadan
g9 I(eputuunMenteri Standa kepdian kematian RS Khusus Pencatatan dan
2 Keuatian Persentase
hrdayaguua
pasien > 48 Ksmhatar Rll'lomot: pasien > 48jam 2.511000 Ibu dan Anak Prlaporan
menujurunah
KotaBandung Medicalrecord
sakit ian di rawat l2glMenkeslSI{/1li [Kecuali bayt dengan kelainan
inapdikali 100%
)encatatan dan
3 Permntase Persentase m Keputumn Mtnttri Juulah resep obat rsuai RS l{husus
peresepan Kesehatan RI Nomor: formularium dibagi dengan Ibu dan Anak lelaporan
obat sesuai l29lMenkeslSKllil jumlah total resep obat dikali Kota Eandung larmasi
Rumdr Sakit
GKUTI, M.KKK
19901 1 1003