PDF LP Makrosomia Compress
PDF LP Makrosomia Compress
B. Etiologi
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi besar /
Baby giant. Faktor-faktor tersebut diantaranya.
1. Ibu yang menderita Diabetes Mellitus (DM) sebelum dan selama kehamilan.
Kadar gula darah ibu hamil penderita Diabetes Melitus tergolong tinggi. Kondisi
inilah yang memberi peluang janin untuk tumbuh melebihi ukuran rata-rata. Jika
fungsi plasenta dan tali pusaT baik, maka si calon bayi dapat tumbuh makin
subur.
2. Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi besar.
3. Ibu yang pada kehamilan pertama melahirkan Baby giant berpeluang besar
melahirkan anak kedua dengan kondisi yang sama pada kehamilan berikutnya.
4. Faktor genetik
5. Obesitas dan overweight yang dialami ayah-ibu dapat menurun pada bayi.
1
6. Pengaruh kecukupan gizi
7. Porsi makanan yang dikonsumsi ibu hamil akan berpengaruh terhadapa bobot
janin. Asupan gizi yang berlebih bisa mengakibatkan bayi lahir dengan berat
diatas rata-rata. Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga
mempengaruhi kelahiran bayi besar.
8. Bukan kehamilan pertama
9. Ada kecenderungan berat badan lahir anak kedua dan seterusnya lebih besar
daripada anak pertama.
C. Fatofisiologi
Patofisiologi makrosomia berkaitan dengan kondisi ibu atau janin terkait yang
bertanggung jawab atas perkembangannya. Secara umum, tidak terkontrol diabetes,
obesitas ibu, dan berat badan yang berlebihan ibu semua yang berhubungan dengan
makrosomia dan memiliki periode intermiten hiperglikemia yang sama.
Hiperglikemia pada hasil janin dalam stimulasi insulin, faktor pertumbuhan insulin,
hormon pertumbuhan, dan faktor pertumbuhan lainnya, yang dapat merangsang
pertumbuhan janin dan timbunan lemak dan glikogen. Usia lanjut hasil kehamilan
dalam berat lahir yang lebih besar pada persalinan dengan memungkinkan proses
untuk melanjutkan pertumbuhan dalam rahim.Makrosomia mungkin terkait dengan
trauma kelahiran untuk neonatus dan laserasi jalan lahir, misalnya, perineum, vagina,
leher rahim dan kelahiran, atau bedah caesar untuk ibu. Namun, makrosomia pada
neonatus dari ibu diabetes dapat menunjukkan kontrol glukosa yang buruk. Bayi ini
berada pada peningkatan risiko kematian intrauterin sehingga membutuhkan
pemantauan ketat dan pengujian janin antepartum.
2
Pathway
Glukosa masuk ke
plasenta dan ↑
Ansietas
Defisit pengetahuan
3
D. Komplikasi
Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu.
Yang walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering
disarankan persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Sit uasi ini biasanya dinilai pada
sekitar kehamilan 38 minggu. Penilaian yang seksama terhadap pelvis ibu. Tingkat
penurunan kepala janin dan diatas serviks. Bersama dengan pertimbangan terhadap
riwayat kebidanan sebelumnya. Seringkali akan menunjukkan apakah induksi
persalinan kemungkinan dan menimbulkan persalinan pervaginam. (Bobak, dkk.
2005)
Bayi besar juga kerap menjadi penyulit pada saat persalinan normal, karena
dapat menyebabkan cedera baik pada ibu maupun bayinya.
Kesulitan yang dapat terjadi adalah :
1. Kesulitan pada ibu :
a. Robekan hebat jalan lahir
b. Perdarahan
c. Terjadi peningkatan persalinan dengan sectio caesaria.
d. Ibu sering mengalami gangguan berjalan pasca melahirkan akibat
peregangan maksimal struktur tulang panggul. Keluhan keluhan tersebut bisa
sembuh dengan perawatan yang baik.
2. Pada bayi :
a. Terjadinya distosia bahu yaitu kepala bayi telah lahir tetapi bahu tersangkut
di jalan lahir.
b. Asfiksia pada bayi sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan untuk
melahirkan bahu.
c. Brachial Palsy (kelumpuhan syaraf di leher) yang ditandai dengan adanya
gangguan motorik pada lengan.
d. Patah tulang selangka (clavicula) yang sengaja dilakukan untuk dapat
melahirkan bahu.
e. Kematian bila bayi tidak dapat dilahirkan.
3. Makrosomia dapat meningkatkan resiko pada bayi mengalami hipoglikemia,
hipokalsemia, hiperviskostas, dan hiperbilirubinemia.
a. Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada bayi dari ibu yang menderita penyakit
DM karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa
4
yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga meningkat pada
janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa
berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi(transient hiperinsulinisme)
sehingga terjadi hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak
dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat
bahkan sampai kematian.
b. Hipokalsemia
Bayi menderita hipokalsemia bika kadar kalsium dalam serum kurang
dari 7 mg/dl (dengan/tanpa gejala), atau kadar kalsium 10 n kurang dari 3
mg/dl. Kejadiannya adalah kira-kira 50% pada bayi dari ibu penderita DM.
Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan beratnya diabetes ibu dan
berkurangnya fungsi kelenar paranoid kadar kalsium terendah terjadi pada
umur 24-72 jam.
c. Polestemia dan Hiperviskositas
Penyebab polestemia kurang jelas akan tetapi mungkin disebabkan
oleh meningkatnya produksi sel darah merah yang sekunder disebabkan oleh
hipoksia intra uterin kronik pada ibu dengan penyakit vaskuler dan oleh
transfusi plasenta intra uterin akibat hipoksia akut pada persalinan atau
kelahiran. Dengan adanya polisetemia akan menyebabkan hiperviskositas
darah dan akan merusak sirkulasi darah. Selain itu peningkatan sel darah
yang akan dihemolisis ini meningkatkan beban hederobin potensial
heperbilirubinemia. Hiperviskositas mengakibatkan menurunnya aliran darah
dan terjadinya hipoksia jaringan serta manifestasi susunan saraf pusat berupa
sakit kepala, dizziness, vertigo, stroke, tinnitus dan gangguan penglihatan
berupa pandangan kabur, skotoma dan diplopia.
d. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin dalam darah >13
mg/dL. Bilirubin pada neonatus meningkat akibat terjadinya pemecahan
eritrosit. Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan
puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan menurun
mendekati nilai normal dalam beberapa minggu. Pada bayi baru lahir, ikterus
yang terjadi pada umumnya adalah fisiologis, kecuali3:
5
1) Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan
2) Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi
kurang bulan >10 mg/dL
3) Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam
4) Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL
5) Ikterus menetap pada usia >2 minggu
6) Terdapat faktor resiko
Peningkatan kadar bilirubin umum terjadi pada setiap bayi baru lahir,
karena: Hemolisis yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah lebih
banyak dan berumur lebih pendek. Fungsi hepar yang belum sempurna
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah
2. Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht)
6
I. Rencana Asuhan Keperawatan Anak dengan Hipertiroid
A. Pengkajian
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan
(Allen Carol V. 1993 : 28).
2. Data subyektif terdiri dari
Biodata atau identitas pasien :
Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan,
pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott Laura A, 1997 : 6).
3. Riwayat kesehatan
4. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada
kasus makrosomia yaitu:
5. Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, pola makan, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.
6. Riwayat persalinan sebelumnya dan juga riwayat dari keluarga.
7. Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur
dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
8. Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).
9. Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat
dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
10. Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
a. Afgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b. Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untuk aterm 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm). Adakah kelainan
congenital.
7
c. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan makrosomia merupakan pola makan dan
nutrisi/pemenuhan nutrisi dan cairan, muntah aspirasi, cairan, kalori dan juga
untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping
untuk pemberian obat intravena.
1) Kebutuhan parenteral
2) Bayi makrosomia menggunakan D10%
3) Kebutuhan nutrisi enteral
4) BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
5) BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
6) BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
7) Kebutuhan minum pada neonatus :
8) Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
9) Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
10) Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
11) Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
12) Dan untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg BB/hari
d. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
1) BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
2) BAK : frekwensi, jumlah
e. Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap makrosomia adalah
ketergantungan obat-obatan tertentu. Kebiasaan ibu mengkonsumsi makanan
yang tinggi kandungan kalori dan lemak.
f. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung
dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana
bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat
hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan makrosomia
karena
8
g. Keadaan umum
Pada neonatus dengan makrosomia, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan
menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus
yang baik.
h. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi bila suhu tubuh < 36°C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu
tubuh > 37 °C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi
normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali
permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur
(Potter Patricia A, 1996 : 87).
i. Pemeriksaan fisik
1) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada
bayi makrosomia terdapat lanugo dan verniks di lipatan-lipatan kulit.
2) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
3) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi
terhadap cahaya.
4) Hidung
Tidak terdapat pernafasan cuping hidung dan penumpukan lendir.
5) Mulut
Bibir berwarna merah, ada lendir atau tidak.
6) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
9
7) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
8) Thorax
Bentuk simetris, tidak terdapat tarikan intercostal, perhatikan
suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali
per menit.
9) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit
berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,
bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi.
10) Umbilikus
Tali pusat normal, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya
tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
11) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat
labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.
12) Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar
serta warna dari faeses.
13) Ekstremitas
Warna merah, gerakan lemah/kuat, akral dingin/hangat,
perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau
keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
10
A. Diagnosa dan Perencanaan Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa
a. Resiko cidera
b. Defisiensi pengetahuan “orang tua”
11
trombositopenia, sel
sabit, talasemia,
penurunan
hemoglobin)
Disfungsi biokimia
Usia perkembangan
(fisiologis, psikososial)
Disfungsi efektor
Disfungsi imun-
autoimun
Disfungsi integratif
Malnutrisi
Fisik (mis, integritas
kulit tidak utuh,
gangguan mobilitas)
Psikologis (orientasi
afektif)
Disfungsi sensorik
Hipoksia jaringan
12
informasi dijelaskan pasien tentang kondisi,
Tidak mengetahui perawat/tim dengan cara yang tepat
sumber-sumber kesehatan lainnya Hindari harapan yang
informasi. kosong
Sediakan bagi keluarga
informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang
tepat
Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13
DAFTAR PUSTAKA
http://www.drdidispog.com/2008/11/makrosomia-bayi-besar.html
Saifudin, Abdul Bari dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal . Jakarta : YBPSP-MNH PROGRAM
Wafi.2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya
Wiknjosastro. Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
14