Anda di halaman 1dari 40

KOMPRE SENIOR NON INFEKSI Kepada Yth :

Rahmad Ramadhani
1850915310001
8 September 2022

Identitas pasien Identitas orang tua


Nama : HAS Nama ayah : Tn. DM
Jenis kelamin : Perempuan Usia ayah : 27 tahun
Usia : 8 tahun 11 bulan Pendidikan : SD
Tanggal lahir : 16 Agustus 2013 Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Banjarmasin
Rekam Medis : 01-50-94-37 Nama ibu : Ny. A
Masuk RS : 9 Agustus 2022 pk.20.00 Usia : 27 tahun
WITA Pendidikan : SD
Lama rawat : 13 hari Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pasien diterima oleh peserta didik tanggal 10 Agustus 2022 (hari perawatan ke-2)
ANAMNESIS (alloanamnesis dengan ibu pasien)

Keluhan utama
Sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit (RS)

Riwayat penyakit sekarang


2 bulan yang lalu
Pasien menderita sesak napas sejak 2 bulan lalu. Sesak dirasakan sepanjang hari, memberat jika
beraktifitas, pasien hanya mampu berbaring dan duduk, jika berjalan 5-10 langkah sesak napas
memberat. Sesak dirasakan memberat saat berbaring terlentang, sesak berkurang dengan posisi
setengah duduk atau posisi sujud. Sesak disertai kebiruan pada jari tangan dan kaki serta mulut.
Sesak tidak disertai keluhan demam dan batuk. Tidak didapatkan nyeri dada dan suara napas
tambahan. Tidak didapatkan bengkak pada tangan, kaki, wajah dan badan. Pasien dibawa orang
tua ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Haji Abdul Aziz Marabahan, dicurigai menderita
jantung bocor dan kelainan paru. Pasien direncanakan rujuk ke RSUD Ansyari Saleh Banjarmasin
namun menunda karena menunggu keanggotaan Badan Penyelenggara Jaminanan Sosial (BPJS)
aktif. Pasien dirawat selama 10 hari di RSUD Haji Abdul Aziz Marabahan dan dipulangkan dengan
kondisi perbaikan. Saat pulang pasien diberikan 3 jenis obat, namun orang tua lupa nama obatnya.

3 minggu yang lalu


Pasien kembali menderita sesak 3 minggu lalu. Sesak dirasakan sepanjang hari, memberat jika
beraktifitas, pasien hanya mampu berbaring dan duduk, jika berjalan ±5 langkah sesak napas
memberat. Sesak dirasakan memberat saat berbaring terlentang, sesak berkurang dengan posisi
setengah duduk atau posisi sujud. Sesak disertai kebiruan pada jari tangan dan kaki serta mulut.
Sesak tidak disertai keluhan demam dan batuk. Tidak didapatkan nyeri dada dan suara napas
tambahan. Tidak didapatkan bengkak pada tangan, kaki, wajah dan badan. Pasien dibawa orang
tua ke RSUD Ansyari Saleh dan didiagnosis menderita Atrial Septal Defect (ASD), anemia dan
konstipasi. Pasien dirawat selama 14 hari dan dipulangkan dengan kondisi perbaikan dengan
1
rencana rujukan ke poliklinik kardiologi anak RSUD Ulin. Saat pulang pasien diberikan
pengobatan : per oral (po) furosemide 3x1/2 tablet, po digoxin ½-0-0 tablet, po laktulosa sirup
1x7,5 mL, po curcuma 1x5 mL, dan tablet tambah darah 1x1 tablet. Selama di rumah pasien tidak
sesak, sesak hanya timbul jika beraktifitas.

2 hari yang lalu


Pasien tampak sesak berat sejak 2 hari lalu. Sesak dirasakan sepanjang hari walaupun sedang
istirahat, memberat jika beraktifitas, pasien hanya mampu berbaring dan duduk, jika berjalan ±5
langkah sesak napas memberat. Sesak dirasakan memberat saat berbaring terlentang, sesak
berkurang dengan posisi setengah duduk atau posisi sujud. Sesak disertai kebiruan pada jari tangan
dan kaki serta mulut. Keluhan sesak didahului gejala batuk dan demam sejak 3 hari lalu. Batuk
berdahak dan sulit dikeluarkan, berlangsung sepanjang hari, tidak ada faktor pemicu maupun
pemberat. Tidak didapatkan suara napas tambahan. Keluhan demam dirasakan naik perlahan,
berlangsung sepanjang hari, suhu tertinggi tidak diukur, membaik dengan pemberian obat
parasetamol tapi kemudian naik lagi. Tidak didapatkan keluhan menggigil dan kejang. Tidak
didapatkan keluhan mual, muntah, nyeri menelan, keluar cairan dari telinga, bab cair, bab berdarah,
nyeri saat buang air kecil dan manifestasi perdarahan.

IGD RSUD Ulin Banjarmasin


Pasien dibawa orang tua ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Ulin Banjarmasin sejak 1 hari
lalu. Pasien datang dengan kondisi tampak sakit berat dengan keluhan demam, batuk, sesak serta
kebiruan pada jari tangan dan kaki. Saat di IGD RSUD Ulin pasien tampak sadar penuh, dengan
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 106 kali/menit, frekuensi napas 38 kali/menit dan suhu tubuh
36,20C. Saturasi oksigen 52% tanpa suplementasi oksigen, 60% dengan suplementasi oksigen 3
liter per menit (lpm) melalui nasal kanul, 75% dengan suplementasi oksigen 8 lpm melalui masker,
dan 90-92% dengan suplementasi oksigen 15 lpm melalui non rebreathing mask (NRM). Pasien
direncanakan untuk dirawat di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) namun ruangan tidak
tersedia. Pasien kemudian dirawat di ruang perawatan anak Tulip 2A dengan pengawasan ketat.

Riwayat penyakit dahulu


- Riwayat sesak sejak berulang sejak usia 2 bulan s/d 3 tahun. Pasien hanya berobat ke bidan dan
dikatakan dicurigai menderita asma. Keluhan sesak berulang setiap sekitar 1-3 bulan, membaik
dengan nebulisasi.
- Riwayat kebiruan berulang tidak ada
- Riwayat sesak berulang jika beraktifitas berat tidak ada, pasien dapat berlari, melompat,
memanjat dan beraktifitas biasa seperti anak lain.
- Riwayat duduk dengan posisi jongkok jika sesak tidak ada.
- Riwayat infeksi paru berulang tidak ada
Kesimpulan: riwayat dicurigai asma oleh bidan

Riwayat penyakit keluarga


- Riwayat asma pada ibu dan nenek dari garis keturunan ayah pasien
- Riwayat kelainan jantung dan hipertensi pada nenek pasien dari garis keturunan ibu
- Riwayat bocor jantung pada sepupu pasien, terdiagnosis sejak bayi. Riwayat operasi tidak ada.
Sepupu pasien telah meninggal saat berusia 3 tahun.
Kesan : riwayat kelainan jantung, hipertensi dan asma pada keluarga

2
Riwayat kehamilan dan persalinan
Pasien lahir cukup bulan, 38 minggu, persalinan normal dibantu oleh bidan di RSUD Ansyari Saleh
Banjarmasin. Berat badan (BB) lahir 2500 gram (gr), panjang badan lahir dan lingkar kepala lahir
ibu lupa. Pasien lahir segera menangis, tidak dilakukan resusitasi aktif, tidak ada riwayat
penggunaan oksigen jangka panjang, kebiruan, kejang atau kuning. Saat kehamilan, ibu tidak
pernah dilakukan USG kebidanan, pasien kontrol ke Puskesmas setiap bulannya dan dikatakan
kehamilan baik. Ibu rutin minum suplemen dan penambah darah dari bidan. Tidak ada riwayat
demam tinggi, ketuban pecah dini, hipertensi, diabetes, penyakit paru, penyakit jantung, keputihan
atau infeksi saluran kemih saat kehamilan. Tidak ada riwayat merokok, konsumsi obat-obatan atau
jamu selama kehamilan.
Kesan : tidak ada data yang bermakna

Riwayat nutrisi
Pasien mendapat air susu ibu (ASI) sejak lahir sampai usia 2 bulan, menyusu setiap 2-3 jam sekali,
lama menyusu sekitar 15-20 menit setiap kalinya. Sejak usia 2 bulan pasien diberikan susu formula
sampai dengan usia 2 tahun. Pasien mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) sejak usia
6 bulan dan mulai makanan dewasa sejak usia 12 bulan.
Saat ini pasien makan nasi 3-4 kali per hari, porsi orang dewasa dengan variasi lauk ayam, ikan,
sop, telur, ditambah sayur. Anak jarang minum susu setiap harinya. Sejak sakit 2 bulan lalu, pasien
hanya makan 1-2 kali sehari, sekitar ½ porsi orang dewasa. Berat badan pasien cenderung berlebih
sampai usia 5 tahun (foto terlampir), namun ibu lupa berat badan pastinya.
Total kalori saat sehat ±2000 kkal (113,6% RDA). Total kalori saat sakit ±500 kkal (28,4% RDA)
Kesan : Riwayat penurunan BB sejak usia 5 tahun (dengan nutrisi adekuat), riwayat asupan
nutrisi inadekuat sejak sakit

Riwayat imunisasi
Pasien mendapatkan imunisasi BCG 1 kali, Polio 2x, Hepatitis B sebanyak 1 kali, DPT sebanyak
1 kali, Campak 1 kali, DT 1 kali, Td 1 kali.
Kesan: Status imunisasi tidak lengkap berdasarkan jadwal Kementerian Kesehatan RI.

Riwayat tumbuh kembang


Pertumbuhan
Data pertumbuhan pasien tidak ada (buku pemantauan status nutrisi anak hilang). Pengukuran
status gizi pasien hanya dilakukan saat jadwal imunisasi pasien di puskesmas. Menurut ibu,
kenaikan berat badan dan panjang badan pasien normal berdasarkan keterangan oleh dokter dan
bidan dipuskesmas.
Perkembangan
Pasien dapat berbicara saat usia 12 tahun, berjalan tanpa bantuan saat berusia 11 bulan, ,
menggunakan sendok dan garpu usia 14 bulan, dan mencorat coret usia 14 bulan.
Kesan : Tidak terdapat gangguan perkembangan

Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan


Keluarga pasien berasal dari golongan ekonomi menengah kebawah. Ayah dan ibu pasien telah
berpisah sejak pasien masih di dalam kandungan. Sejak lahir pasien tinggal bersama ibu dan
neneknya di sebuah rumah semi permanen terbuat dari kayu berukuran ±42 m dengan 2 kamar
tidur, 1 kamar mandi, dan dapur. Total anggota keluarga yang tinggal di rumah adalah 4 orang

3
yakni nenek, tante, ibu, dan pasien. Rumah terletak di daerah Pulau Sewangi Banjarmasin,
kawasan pedesaan, pemukiman tidak padat penduduk. Lingkungan sekitar rapi, bersih, dan teratur,
tidak berdekatan dengan pabrik, limbah, tempat pembuangan sampah, maupun sumber listrik
bertegangan tinggi dengan ventilasi dan pencahayaan baik. Air minum dan keperluan memasak
menggunakan air sumur yang dimasak. Air mandi dan cuci menggunakan air sumur. Listrik dari
perusahaan listrik negara. Tidak ada anggota keluarga yang merokok di dalam rumah. Fasilitas
memasak di dapur menggunakan kompor gas. Di rumah menggunakan obat nyamuk bakar namun
tidak ada hewan peliharaan. Tidak ada riwayat kontak dengan pasien suspek atau terkonfirmasi
COVID 19 dalam 14 hari sebelum masuk RS pada semua anggota keluarga. Ibu tidak rutin
memakai masker saat keluar rumah dan tidak rutin mencuci tangan. Ibu adalah tulang punggung
keluarga dan setiap hari bekerja menjaga warung sembako milik nenek. Saat ini pengobatan
menggunakan kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk biaya perawatan.
Kesan : Kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah, lingkungan tempat tinggal dan sanitasi
baik, higienitas kurang.

Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar


- Asih : pasien merupakan anak satu-satunya dan diberikan kasih sayang ibu saja. Ayah dan ibu
telah berpisah sejak pasien di dalam kandungan. Ayah tidak pernah menengok pasien. Selama
perawatan di RS, pasien dijaga dan dirawat oleh ibu dengan baik. Selama di rumah anak diurus
oleh ibu dan nenek pasien.
- Asah : stimulasi emosi-sosial diberikan oleh ibu dan nenek pasien. Ibu jarang mengajak pasien
bermain dan bicara karena harus bekerja. Nenek sudah tua dan sakit-sakitan.
- Asuh : kebutuhan fisik berupa tempat tinggal, pakaian, nutrisi, serta medis dipenuhi oleh ibu
dan nenek pasien.
Kesan : kebutuhan dasar tidak tercukupi

Pedigree
Pasien adalah anak satu-satunya. Ayah dan ibu telah bercerai. Ibu mempunyai 1 orang saudara
laki-laki. Ayah mempunyai 2 orang saudara perempuan dan 1 orang saudara laki-laki. Kakek dan
nenek dari pihak ayah masih hidup sedangkan kakek dari pihak ibu sudah meninggal. Kakek dan
nenek dari pihak ayah saat ini berusia 64 tahun dan 61 tahun. Nenek dari pihak ibu berusia 60
tahun. Terdapat riwayat penyakit jantung pada sepupu pasien (anak dari saudara ibu).

pasien

4
PEMERIKSAAN FISIK
(Saat diterima di Ruang Anak Tulip 2A RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 10 Agustus
2022)
Keadaan umum : tampak sakit berat
Tanda vital
Kesadaran : compos mentis, Pediatric Glasgow Coma Scale (PGCS) E4V5M6
Tekanan Darah : 90/60 (P50-90)
Frekuensi nadi : 108 kali/menit, reguler, isi cukup
Frekuensi napas : 38 kali/menit, reguler
Suhu : 36,7oC (aksila)
Capilary refill time : 2 detik
Saturasi O2 : 58% tanpa suplementasi oksigen
67% dengan suplementasi oksigen 3 lpm melalui nasal kanul
71% dengan suplementasi oksigen 6 lpm melalui simple mask
90% dengan suplementasi oksigen 10 lpm melalui NRM

Status gizi dan antropometri


Berat badan (BB) : 18 kg
Tinggi badan (TB) : 121 cm
Lingkar lengan atas (LiLA) : 13,5 cm
Lingkar kepala : 49 cm
Berat badan ideal : 22 kg
Height Age : 7 tahun
Status Gizi berdasarkan kurva pertumbuhan CDC 2000
BB/U : <P5 (underweight)
TB/U : P5-10 (perawakan normal)
BB/TB : 81% (gizi kurang)
LK/U : -2 < Z < 2 SD
LILA/U : <P5
Kesan: Gizi buruk (berdasarkan LILA/U), Perawakan normal, Underweight

5
Pemeriksaan fisik tanggal 10 Agustus 2022
Sistem Deskripsi
Kulit Tidak pucat, tidak ikterik, sianosis ujung jari tangan dan kaki, tidak
terdapat perdarahan kulit, tidak ada ruam kulit
Kepala Normocephal, simetris
Rambut Hitam, tipis, tidak mudah dicabut
Wajah Tak tampak dismorfik, old man face tidak ada
Mata Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, sekret tidak ada, injeksi
silier tidak ada, palpebra tidak edema, pupil bulat isokor dengan diameter
2mm/2mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung baik kanan dan
kiri
Hidung Tidak terdapat deformitas, tidak ada sekret, tampak pernapasan cuping
hidung
Telinga Bentuk dan ukuran telinga normal, tidak ada low set ear, tidak terdapat
sekret pada telinga kiri dan kanan, membran timpani tidak hiperemis
Mulut Mukosa mulut tidak kering, tak tampak sianosis, abses tidak ada
Tenggorok Tonsil ukuran T1-T1, tidak tampak hiperemis, faring tidak hiperemis,
tidak ada eksudat, tidak ada detritus, tidak ada psudomembran
Leher Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, tidak tampak peningkatan
tekanan vena jugular, buffalo hump (-)
Dada Bentuk dan pergerakan simetris saat statis maupun dinamis, terdapat
retraksi dada subcostal dan intercostal, terdapat iga gambang
Paru Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan simetris
Palpasi : fremitus vokal simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa
Perkusi : perkusi sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : terdapat ronki basah kasar pada kedua lapang paru atas,
tengah dan bawah, terdapat wheezing pada pada kedua lapang paru
atas dan tengah, expirasi memanjang tidak ada
Jantung Iktus kordis tak tampak, terdapat splitting S2, punctum maksimum
pada ICS II linea parasternal kiri, grade III/6, terdapat gallop, thrill
tidak ada, penjalaran tidak ada, tidak terdapat murmur.
Abdomen Tidak tampak distensi, venektasi tidak ada, tidak tampak caput medusa,
tidak tampak spider nevi, bising usus normal, hepar teraba 3 cm bawah
arcus costa dan 2 cm bawah processus xyphoideus, permukaan datar,
tepi tumpul, nyeri tekan (-), tidak terdapat splenomegali, tidak terdapat
tanda shifting dullness dan undulasi, turgor kembali cepat.
Punggung Tidak tampak deformitas pada tulang belakang, tidak ada massa dan
deviasi vertebra
Bokong, anus Tidak terdapat baggy pants, anus normal, tidak terdapat ruam
kemerahan
Genitalia Genitalia perempuan, tidak ada edema vulva.
Ekstremitas Akral teraba hangat, waktu pengisian kapiler 2 detik, tidak terdapat edema
pada ekstrimitas, tidak ada parese, tidak ada ruam kulit, tidak ada
pembengkakan sendi, tidak ada hematom dan ptekie, tidak teraba
pembesaran KGB pada inguinal, aksila bilateral

6
Status Kaku kuduk tidak ada, Brudzinski I negatif, Brudzinski II negatif, Kernig
neurologis negatif, Laseque negatif
Klonus tidak ada, spastik tidak ada
Refleks patologis : Babinski (-/-) Chaddock (-/-) Oppenheim (-/-) Gordon
(-/-)
Refleks fisiologis : BPR (2+/2+) TPR (2+/2+) KPR (2+/2+) APR (2+/2+)
Motorik 5/5 kedua ekstremitas atas dan bawah, sensorik normal
Tidak terdapat parese nervus kranialis I-XII, tidak terdapat lateralisasi

Gambaran klinis

Gambar 1. Gambaran klinis pasien, tampak iga gambang dan hepatomegali, dan retraksi dada.

Gambar 2. Gambaran klinis pasien saat berusia <5 tahun

7
Gambar 3. Kurva pertumbuhan CDC 2000 pasien HAS

8
Gambar 4. Kurva pertumbuhan lingkar kepala Nellhaus pasien HAS

Gambar 5. Kurva pertumbuhan lingkar lengan atas Frisancho pasien HAS

9
RIWAYAT PEMERIKSAAN PENUNJANG SEBELUMNYA
Foto toraks RSUD H. Abdul Aziz Marabahan (30 Juni 2022)

Kesan :
- Trakea di tengah
- Mediastinum : tidak terdapat massa mediastinum
- Jantung : kardiomegali dengan CTR tidak dapat diperhitungkan karena batas toraks kiri
tidak tervisualisasi
- Paru : tampak peningkatan corakan bronkovaskular, terdapat cephalisasi, tidak didapatkan
infiltrat, konsolidasi maupun, opasitas
- Diafragma : tampak berbentuk kubah, tidak didapatkan pendataran, ujung tajam
- Tulang : tidak tampak fraktur
Kesimpulan : Kardiomegali dengan edema paru

10
Echokardiografi RSUD Ansyari Saleh (2 Agustus 2022)

Kesan :
- PA dilatasi
- Dimensi ruang jantung : RA dan RV dilatasi, LV D-shaped
- Tampak ASD sekundum besar dengan d 2,1-2,4 cm, bidirectional shunt (dominan L to R
shunt)
- Fungsi sitolik RV dan LV baik (LVEF 70%)
- TR severe (TRV max 4,1 m/s dan maxPG 70 mmHg)
Kesimpulan : - ASD sekundum besar, bidirectional shunt (dominan L to R shunt)
- Kemungkinan tinggi hipertensi pulmonal

11
PEMERIKSAAN PENUNJANG RSUD Ulin
Laboratorium darah
Pemeriksaan 9/8/22 Nilai normal
Hb (g/dl) 11,9 14.0 – 18.0 g/dL
Leukosit (/ul) 7.800 4.000 – 10.500 /uL
Trombosit (/µl) 425.000 150.000 – 450.000 /uL
Ht (%) 39,0 42,0 - 52,0 %
MCV (fl) 85,9 75,0 – 96,0 fl
MCH (pg) 26,2 28,0 - 32,0 pg
MCHC (g/dl) 30,5 33,0 - 37,0 %
Neutrofil (%) 61,8 50,0 – 81,0 %
Limfosit (%) 27,9 20,0 – 40,0 %
GDS 106 <200
SGOT 44 5 – 34
SGPT 16 0 – 55
Ureum 34 0 – 50
Creatinin 0.52 0.72 – 1.25
Natrium 137 136 – 145
Kalium 3.7 3.5 – 5.1
Chlorida 101 98 – 107
GAS DARAH
pH 7,401 7,35-7,45
PCO2 44,3 35,0-45,0
TCO2 29,0 22,0-29,0
PO2 31,0 80,0-100,0
HCO3 27,6 22,0-26,0
O2 saturasi 60% 75,0-99,0
Base excess (BE) 3,0 -2,0-3,0
%FiO2 41%

Kesan:
- AGD kesan vena
- Lain-lain dalam batas normal

12
Kesan :
- Trakea di tengah
- Tulang-tulang yang tervisualisasi tidak tampak kelainan
- Cor : tampak membesar ke lateral kiri dan kanan dengan apeks tertanam pada diafragma,
pinggang jantung tidak mendatar, CTR 79%
- Sinus dan diafragma dalam batas normal
- Pulmo : hilus dalam batas normal, corakan bronkovaskular sedikit bertambah, tampak
infiltrat pada lapang paru kanan bawah, tidak tampak kranialisasi, sebagian apeks paru
bilateral superposisi tulang -tulang costa dan clavicula
Kesimpulan : - Kardiomegali (LVH, right atrial enlargement, RVH)
- Pneumonia

13
Elektrokardiografi

Kesimpulan : sinus takikardia, Right axis deviation, Right ventricle hypertrophy, Right atrial
enlargement.

DAFTAR MASALAH
- Sesak napas sejak 2 bulan lalu, memberat jika beraktifitas dan berbaring terlentang. Sesak
disertai kebiruan pada jari tangan dan kaki serta mulut. Tidak didapatkan bengkak pada tangan,
kaki, wajah dan badan. Sesak tidak disertai keluhan demam dan batuk. Pasien diawat inap di
RSUD Haji Abdul Aziz Marabahan didiagnosis jantung bocor dan kelainan paru, dirawat
selama 10 hari.
- 3 minggu lalu pasien menderita keluhan serupa dirawat inap di RSUD Ansyari Saleh
Banjarmasin didiagnosis menderita Atrial Septal Defect (ASD), anemia dan konstipasi, dirawat
selama 14 hari.
- Tampak sesak berat sejak 2 hari lalu walaupun sedang istirahat. Keluhan sesak didahului gejala
batuk dan demam sejak 3 hari lalu. Batuk berdahak dan sulit dikeluarkan, berlangsung
sepanjang hari. Keluhan demam dirasakan naik perlahan, berlangsung sepanjang hari, suhu
tertinggi tidak diukur, membaik dengan pemberian obat parasetamol tapi kemudian naik lagi.
- Di IGD RSUD Ulin : tampak sakit berat dengan keluhan demam, batuk, sesak serta kebiruan
pada jari tangan dan kaki. Kesadaran composmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 106
kali/menit, frekuensi napas 38 kali/menit dan suhu tubuh 36,20C. Saturasi oksigen 52% tanpa
suplementasi oksigen, 60% dengan suplementasi oksigen 3 liter per menit (lpm) melalui nasal
kanul, 75% dengan suplementasi oksigen 8 lpm melalui masker, dan 90-92% dengan
suplementasi oksigen 15 lpm melalui non rebreathing mask (NRM). Pasien direncanakan untuk
dirawat di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU) namun ruangan tidak tersedia. Pasien
kemudian dirawat di ruang perawatan anak Tulip 2A dengan pengawasan ketat.

14
- Riwayat penyakit dahulu : riwayat sesak berulang dicurigai asma oleh bidan, membaik dengan
nebulisasi
- Riwayat penyakit keluarga : riwayat kelainan jantung, hipertensi dan asma pada keluarga
- Status imunisasi tidak lengkap berdasarkan jadwal Kementerian Kesehatan RI
- Riwayat nutrisi : riwayat penurunan BB sejak usia 5 tahun (dengan nutrisi adekuat), riwayat
asupan nutrisi inadekuat sejak sakit
- Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan : kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah,
lingkungan tempat tinggal dan sanitasi baik, higienitas kurang.
- Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar : kebutuhan dasar tidak tercukupi
- Keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran composmentis
- Tanda vital : frekuensi nadi 108 kali/menit, frekuensi napas 38 kali/menit, saturasi 90% dengan
suplementasi oksigen 10 lpm, tanda vital lain dalam batas normal.
- Pemeriksaan fisik : terdapat pernapasan cuping hidung; retraksi dada subcostal dan intercostal;
iga gambang; sianosis ujung jari tangan dan kaki; splitting S2; gallop; terdapat rhonki basah
kasar dan wheezing; hepatomegali dengan permukaan datar dan tepi tumpul
- Antropometri : Gizi buruk (berdasarkan LILA/U), Perawakan normal, Underweight
- Foto toraks 30 juni 2022 : Kesan kardiomegali dengan edema paru
- Echokardiografi 2 Agustus 2022 : ASD sekundum besar, bidirectional shunt (dominan L to R
shunt), Kemungkinan tinggi hipertensi pulmonal
- Laboratorium darah RSUD Ulin (9 Agustus 2022) : kesan AGD vena, lain lain dalam batas
normal.
- Foto toraks RSUD Ulin (9 Agustus 2022) : - Kardiomegali (LVH, right atrial enlargement,
RVH), pneumonia
- Elektrokardiografi RSUD Ulin (9 Agustus 2022) : sinus takikardia, right axis deviation, right
ventricle hypertrophy, right atrial enlargement.

DIAGNOSIS KERJA
- Gagal jantung NYHA IV
- Atrial septal defect sekundum besar
- Susp hipertensi pulmonal
- Susp eisenmenger syndrome
- Community acquired pneumonia
- Gizi buruk marasmik fase stabilisasi kondisi klinis 5
- Perawakan normal
- Underweight
- Imunisasi inkomplit

TATA LAKSANA
1. Gagal jantung NYHA IV
Diagnostik :
- Anamnesis : Keluhan sesak napas sepanjang hari walaupun sedang istirahat, memberat jika
beraktifitas. Keluhan penurunan berat badan walaupun dengan diet adekuat.
- Tanda vital : frekuensi nadi 108 kali/menit, frekuensi napas 38 kali/menit, saturasi 90%
dengan suplementasi oksigen 10 lpm

15
- Pemeriksaan fisik : pernapasan cuping hidung, retraksi dada subcostal dan intercostal,
hepar teraba 3 cm bawah arcus costa dan 2 cm bawah processus xyphoideus, permukaan
datar, tepi tumpul. Suara jantung gallop.
Terapi :
- Venflon
- Suplementasi oksigen dengan target saturasi 80%
- IV furosemide 3x15 mg (~2-3 mg/KgBB/hari)
- Drip dobutamin 5 mcg/KgBB/menit
- Tranfusi PRC target Hb 15, terpenuhi dengan 223 mL PRC, diberikan 110 mL per hari
- PO captopril 3x5 mg (~1 mg/KgBB/hari)
- PO spironolakton 2x12,5 mg
Edukasi:
- Mengenai kondisi pasien, diagnosis, rencana diagnosis, rencana terapi, efek samping
terapi, lama terapi, dan prognosis.

2. Atrial septal defect sekundum besar


Diagnostik :
- Anamnesis : Riwayat sesak berulang sejak usia 2 bulan.
- Tanda vital : murmur
- Pemeriksaan fisik : terdapat murmur diastolik, punctum maksimum pada ICS III-IV linea
parasternal kiri, grade III/6, terdapat thrill, penjalaran tidak ada, terdapat gallop.
- Echokardiografi : ASD sekundum besar, bidirectional shunt (dominan L to R shunt),
Kemungkinan tinggi hipertensi pulmonal
Tatalaksana :
- PO captopril 3x5 mg (~1 mg/KgBB/hari)
- Rencana echokardiografi ulang
Edukasi:
- Mengenai kondisi pasien, diagnosis, rencana diagnosis, dan prognosis.

3. Susp hipertensi pulmonal


Diagnostik :
- Anamnesis : Riwayat sesak memberat sejak 2 bulan lalu.
- Tanda vital : saturasi 90% dengan suplementasi oksigen 10 lpm
- Echokardiografi : ASD sekundum besar, bidirectional shunt (dominan L to R shunt),
Kemungkinan tinggi hipertensi pulmonal
Tatalaksana :
- PO sildenafil 3x5 mg (~1 mg/KgBB/hari)
- Rencana echokardiografi ulang
Edukasi:
- Mengenai kondisi pasien, diagnosis, rencana diagnosis, dan prognosis.

4. Susp eisenmenger syndrome


Diagnostik :
- Anamnesis : Riwayat sesak disertai kebiruan pada mulut, ujung jari tangan dan kaki

16
- Tanda vital : saturasi 90% dengan suplementasi oksigen 10 lpm
- Pemeriksaan fisik : tampak kebiruan pada ujung jari tangan dan kaki
- Echokardiografi : ASD sekundum besar, bidirectional shunt (dominan L to R shunt),
Kemungkinan tinggi hipertensi pulmonal
Tatalaksana :
- Suplementasi oksigen dengan target saturasi >80%
- Rencana echokardiografi ulang
Edukasi:
- Mengenai kondisi pasien, diagnosis, rencana diagnosis, dan prognosis.

5. Community acquired pneumonia


Diagnostik :
- Anamnesis : Tampak sesak berat didahului gejala batuk dan demam.
- Tanda vital : Frekuensi napas 38 kali/menit, saturasi oksigen 58% tanpa suplementasi
oksigen, 90% dengan suplementasi oksigen 10 lpm melalui NRM
- Pemeriksaan fisik : terdapat pernapasan cuping hidung; retraksi dada subcostal dan
intercostal; rhonki basah kasar dan wheezing.
- Foto toraks : Pneumonia, Kardiomegali (LVH, right atrial enlargement, RVH)
Terapi :
- Suplementasi oksigen
- IV ceftriaxone 2x750 mg (~80 mg/KgBB/hari)
- IV paracetamol 3x200 mg (~10-15 mg/KgBB/kali)
- PO ambroxol 3x7,5 mg (~0,3-0,5 mg/KgBB/kali)
- Nebulisasi salbutamol 2,5 mg/8 jam
Edukasi :
- Kondisi pasien, rencana terapi, target terapi, efek samping terapi, rencana tindak lanjut,
prognosis

6. Gizi buruk marasmik fase stabilisasi kondisi klinis 5, perawakan normal, dan
underweight
- Anamnesis : Riwayat penurunan berat badan sejak usia 5 tahun dengan riwayat diet
adekuat, riwayat diet inadekuat sejak sakit. Terdiagnosis ASD sejak di RSUD Ansyari
Saleh Banjarmasin 2 minggu lalu.
- Antropometri : BB/U : <P5, TB/U P5-10, BB/TB : 81%, LK/U -2 < Z < 2 SD, LILA/U
<P5
- Pemeriksaan fisik : terdapat iga gambang
Terapi :
Atasi dehidrasi, hipoglikemia, hipotermi dan gangguan keseimbangan elektrolit
PO vitamin A 200.000 IU
PO vitamin B 1x1
PO vitamin C 2x50 mg
PO vitamin D 1x400 IU
PO asam folat 5 mg, dilanjutkan 1 mg/hari
Asuhan Nutrisi Pediatri
I. Assessment : Gizi buruk, perawakan normal, underweight, gagal jantung NYHA IV, ASD
sekundum besar, suspek hipertensi pulmonal, eisenmenger syndrome, CAP

17
II. Kebutuhan RDA
Energi 80 kkal x 22 kg 1760 kkal
Protein 1 gram x 22 kg 22 gram
Cairan 70-85 mL x 18 x 80% 1000-1200 mL
III. Rute : enteral
IV. Jenis :
Sementara puasa
V. Monitoring :
Toleransi diet, diuresis, balans diuresis, berat badan, klinis refeeding syndrome
Edukasi :
- Kondisi pasien, rencana terapi, target terapi, rencana tindak lanjut, prognosis

7. Imunisasi inkomplit
Diagnostik :
- Anamnesis : Pasien mendapatkan imunisasi BCG 1 kali, Polio 2x, Hepatitis B sebanyak 1
kali, DPT sebanyak 1 kali, HiB sebanyak 1 kali, Campak 1 kali, DT 1 kali, Td 1 kali.
Terapi :
- Rencana kejar imunisasi saat rawat jalan setelah perbaikan kondisi
Edukasi :
- Kondisi pasien, rencana terapi, rencana tindak lanjut, efek samping terapi

PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : dubia ad malam
2. Quo ad functionam : dubia ad malam
3. Quo ad sanationam : dubia ad malam

18
PEMANTAUAN SELAMA PERAWATAN

11-13 Agustus 2022 (hari rawat ke 2-4)


S Sesak napas (+), kebiruan (-), batuk (-), Demam (-), nafas berbunyi (-), bengkak tangan
dan kaki (-), bengkak kelopak mata (-), nyeri dada (-), jantung berdebar (-), kejang (-),
pucat (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), perut membesar (-), BAB (-), BAK (+)
via kateter, jernih (+).
Food recall :
- Susu habis sesuai program via NGT
- Muntah (-), BAB cair (-), sesak napas memberat (-)

O Composmentis, GCS E4V5M6


Tanggal 11 Agt 2022 12 Agt 2022 13 Agt 2022

TD (mmHg) 90/60 110/80 100/60


Frekuensi nadi (kali/menit) 108 98 92
Frekuensi napas (kali/menit) 36 34 32
Suhu (oC) 36,6 36,7 36,8
CRT (detik) 2-3 2-3 2-3
O2 (lpm) 10 10 8
SpO2 (%) 82 95 85
Diuresis (mL/KgBB/jam) 3,03 3,1 2,54
Balans diuresis (mL) -469 -415 -364
Berat badan (Kg) 18,1 18,05 18,0

Status generalis
Sistem Deskripsi
Kulit Tidak pucat, tidak ikterik, sianosis (-)
Hidung Pernapasan cuping hidung ada
Leher Tidak tampak peningkatan tekanan vena jugular
Thoraks Bentuk dan pergerakan simetris saat statis maupun dinamis,
terdapat retraksi dinding dada, terdapat iga gambang
Paru Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan simetris
Palpasi : fremitus vokal simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba
massa
Perkusi : perkusi sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : terdapat ronki basah kasar pada kedua lapang paru
atas, tengah dan bawah, terdapat wheezing pada pada kedua
lapang paru atas dan tengah, expirasi memanjang tidak ada
Jantung Iktus kordis tak tampak, terdapat splitting S2, punctum
maksimum pada ICS II linea parasternal kiri, grade III/6,
terdapat gallop, thrill tidak ada, penjalaran tidak ada, tidak
terdapat murmur.
Abdomen Tidak tampak distensi, venektasi tidak ada, hepar teraba 3 cm
bawah arcus costa dan 2 cm bawah processus xyphoideus,
permukaan datar, tepi tumpul, nyeri tekan (-), tidak terdapat

19
splenomegali, tidak terdapat tanda shifting dullness dan undulasi,
turgor kembali cepat.
Genitalia Genitalia perempuan, tidak ada edema vulva.

Echokardiografi HP II (11 Agustus 2022)


Hipertensi pulmonal ec ASD besar
EF 58%

Visite DPJP Kardiologi HP II :


Tranfusi PRC ke-2 110 mL
Dobutamin naik dosis 10 mcg/KgBB/menit
Furosemide naik dosis 3x20 mg
Restriksi cairan 20% dari total kebutuhan
Diet per NGT
Weaning oksigen bertahap

Visite DPJP NPM HP II


Diet enteral
F75 9x100 mL
Total kalori 675 kkal (terpenuhi 38,4% RDA)

Visite DPJP Kardiologi HP III :


Weaning O2 bertahap dengan target saturasi oksigen 85%

Visite DPJP NPM HP III


F100 10x100 mL
Total kalori 1000 kkal (terpenuhi 42,6% RDA)

Visite DPJP Kardiologi HP IV :


Tranfusi PRC ke-2 110 mL
Dobutamin naik dosis 10 mcg/KgBB/menit
Furosemide naik dosis 3x20 mg
Restriksi cairan 20% dari total kebutuhan
Diet per NGT
Weaning oksigen bertahap

Visite DPJP NPM HP IV


Diet enteral
F100 10x100 mL
Total kalori 1000 kkal (terpenuhi 56,8% RDA)

Laboratorium HP IV (13 Agustus 2022 pukul 16.47 WITA)


Hemoglobin 15,2 g/dL
Leukosit 7.800/uL
Trombosit 213.000/uL

20
MCV 83,2 fl
MCH 27,4 pg
MCHC 33,0%
Neutrofil% 67,1%
Limfosit% 21,1%
Albumin 3,5
Kesan dalam batas normal

Advice DPJP kardiologi :


Terapi dilanjutkan

A - Gagal jantung NYHA IV


- Atrial septal defect sekundum besar
- Hipertensi pulmonal
- Eisenmenger syndrome
- Community acquired pneumonia
- Gizi buruk marasmik fase transisi
- Perawakan normal
- Underweight
- Imunisasi inkomplit

P Oksigenasi 8 lpm melalui simple mask (target saturasi >85%)


Cairan dan Nutrisi Akses IV
Diet F100 10x100 mL (per enteral)
Total kalori 1000 kkal (terpenuhi 56,8% RDA)
Antibiotik IV Ceftriaxone 2x750 mg HIV (~80 mg/KgBB/hari)
Antipiretik IV Paracetamol 200 mg k/p (10~15 mg/KgBB/kali)
Inotropik Dobutamin 10 mcg/KgBB/menit
Diuretik IV furosemide 3x20 mg (~3 mg/KgBB/hari)
PO spironolakton 2x12,5 mg
ACE inhibitor PO captopril 3x5 mg (~1 mg/KgBB/hari)
Hipertensi pulmonal PO sildenafil 3x5 mg (~1 mg/KgBB/hari)
Ekspektoran PO Ambroxol 3x7,5 mg (~0,3-0,5 mg/KgBB/kali)
Nebulisasi Nebulisasi salbutamol 1 respul/8 jam
Vitamin dan mineral PO vitamin A 200.000 IU
PO vitamin B 1x1
PO vitamin C 2x50 mg
PO vitamin D 1x400 IU
PO asam folat 5 mg, dilanjutkan 1 mg/hari
Imunisasi inkomplit Rencana kejar imunisasi saat rawat jalan
Monitoring Tanda vital, tanda gawat napas, tanda overload cairan, tanda
refeeding syndrome, diuresis, balans diuresis, berat badan
KIE keluarga

21
14-16 Agustus 2022 (hari rawat ke 5-7)
S Sesak napas (<), kebiruan (-), batuk (-), Demam (-), nafas berbunyi (-), bengkak tangan
dan kaki (-), bengkak kelopak mata (-), nyeri dada (-), jantung berdebar (-), kejang (-),
pucat (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), perut membesar (-), BAB (+), BAK (+)
via kateter, jernih (+).
Food recall :
- Susu habis sesuai program via NGT
- Muntah (-), BAB cair (-), sesak napas memberat (-)

O Composmentis, GCS E4V5M6


Tanggal 14 Agt 2022 15 Agt 2022 16 Agt 2022

TD (mmHg) 90/60 100/70 110/70


Frekuensi nadi (kali/menit) 98 96 90
Frekuensi napas (kali/menit) 26 24 25
Suhu (oC) 36,5 36,7 36,5
CRT (detik) 2-3 2-3 2-3
O2 (lpm) 6 5 4
SpO2 (%) 88 90 92
Diuresis (mL/KgBB/jam) 2,6 3,0 2,78
Balans diuresis (mL) -289 -314 -324
Berat badan (Kg) 17,95 17,75 17,65

Status generalis
Sistem Deskripsi
Kulit Tidak pucat, tidak ikterik, sianosis (-)
Hidung Pernapasan cuping hidung tidak ada
Leher Tidak tampak peningkatan tekanan vena jugular
Thoraks Bentuk dan pergerakan simetris saat statis maupun dinamis, tidak
terdapat retraksi dinding dada, terdapat iga gambang
Paru Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan simetris
Palpasi : fremitus vokal simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba
massa
Perkusi : perkusi sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : ronki basah kasar pada kedua lapang paru
perbaikan, wheezing pada pada kedua lapang paru perbaikan,
expirasi memanjang tidak ada
Jantung Iktus kordis tak tampak, terdapat splitting S2, punctum
maksimum pada ICS II linea parasternal kiri, grade III/6,
terdapat gallop, thrill tidak ada, penjalaran tidak ada, tidak
terdapat murmur.
Abdomen Tidak tampak distensi, venektasi tidak ada, hepar teraba 2-3 cm
bawah arcus costa dan 2 cm bawah processus xyphoideus,
permukaan datar, tepi tumpul, nyeri tekan (-), tidak terdapat
splenomegali, tidak terdapat tanda shifting dullness dan undulasi,
turgor kembali cepat.

22
Genitalia Genitalia perempuan, tidak ada edema vulva.

Visite DPJP Kardiologi HP VI :


Weaning oksigen bertahap
Foto thorax evaluasi

Visite DPJP NPM HP VI


F135 10x100 mL
Total kalori 1350 kkal (terpenuhi 76,7% RDA)

Foto toraks HP VII

- Corakan bronkovaskular meningkat


- Cor : ukuran membesar ke kanan dan ke kiri, apex terangkat (RAE, RVE), aorta
normal, CTR 75,3%
- Kedua sinus dan diafragma baik
- Tulang-tulang intak
Kesimpulan : Cardiomegaly dengan tanda-tanda L to R shunt
Visite DPJP Kardiologi HP VII :

23
Weaning suplementasi oksigen bertahap
Stop nebulisasi salbutamol
IV furosemide turun dosis 2x20 mg
Aff kateter urine, timbang popok per hari
Diet bubur saring

Visite DPJP NPM HP VII


F135 8x100 mL (1080 kkal)
Bubur saring ayam 3x100 mL (338 kkal)
Total kalori 1418 kkal (terpenuhi 80,6% RDA)

A - Gagal jantung NYHA IV


- Atrial septal defect sekundum besar
- Hipertensi pulmonal
- Eisenmenger syndrome
- Community acquired pneumonia (perbaikan)
- Gizi buruk marasmik fase transisi
- Perawakan normal
- Underweight
- Imunisasi inkomplit

P Oksigenasi 4 lpm melalui nasal kanul (target saturasi >85%)


Cairan dan Nutrisi Akses IV
Diet F135 8x100 mL (per enteral)
Bubur saring ayam 3x100 mL (per enteral)
Total kalori 1418 kkal (terpenuhi 80,6% RDA)
Antibiotik IV Ceftriaxone 2x750 mg HVII (~80 mg/KgBB/hari)
Antipiretik IV Paracetamol 200 mg k/p (10~15 mg/KgBB/kali)
Inotropik Dobutamin 10 mcg/KgBB/menit
Diuretik IV furosemide 2x20 mg (~2 mg/KgBB/hari)
PO spironolakton 2x12,5 mg
ACE inhibitor PO captopril 3x5 mg (~1 mg/KgBB/hari)
Hipertensi pulmonal PO sildenafil 3x5 mg (~1 mg/KgBB/hari)
Ekspektoran PO Ambroxol 3x7,5 mg (~0,3-0,5 mg/KgBB/kali)
Vitamin dan mineral PO vitamin A 200.000 IU
PO vitamin B 1x1
PO vitamin C 2x50 mg
PO vitamin D 1x400 IU
PO asam folat 5 mg, dilanjutkan 1 mg/hari
Imunisasi inkomplit Rencana kejar imunisasi saat rawat jalan
Monitoring Tanda vital, tanda gawat napas, tanda overload cairan, tanda
refeeding syndrome, diuresis, balans diuresis, berat badan
KIE keluarga

24
17-19 Agustus 2022 (hari rawat ke 8-10)
S Sesak napas (-), kebiruan (-), batuk (-), Demam (-), nafas berbunyi (-), bengkak tangan
dan kaki (-), bengkak kelopak mata (-), nyeri dada (-), jantung berdebar (-), kejang (-),
pucat (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), perut membesar (-), BAB (+), BAK (+)
Food recall :
- Susu dan bubur saring habis sesuai program via NGT
- Muntah (-), BAB cair (-), sesak napas memberat (-)

O Composmentis, GCS E4V5M6


Tanggal 17 Agt 2022 18 Agt 2022 19 Agt 2022

TD (mmHg) 100/70 120/80 110/80


Frekuensi nadi (kali/menit) 98 99 93
Frekuensi napas (kali/menit) 24 22 26
Suhu (oC) 36,7 36,6 36,5
CRT (detik) 2-3 2-3 2-3
O2 (lpm) 4 lpm 2 lpm -
SpO2 (%) 92 88 90
Diuresis (mL/KgBB/jam) 2,4 3,5 3,3
Balans diuresis (mL) -156 -112 -117
Berat badan (Kg) 17,7 17,95 kg 18,85

Status generalis
Sistem Deskripsi
Kulit Tidak pucat, tidak ikterik, sianosis (-)
Hidung Pernapasan cuping hidung tidak ada
Leher Tidak tampak peningkatan tekanan vena jugular
Thoraks Bentuk dan pergerakan simetris saat statis maupun dinamis, tidak
terdapat retraksi dinding dada, terdapat iga gambang
Paru Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan simetris
Palpasi : fremitus vokal simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba
massa
Perkusi : perkusi sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : ronki basah kasar pada kedua lapang paru tidak
ada, wheezing pada pada kedua lapang paru tidak ada, expirasi
memanjang tidak ada
Jantung Iktus kordis tak tampak, terdapat splitting S2, punctum
maksimum pada ICS II linea parasternal kiri, grade III/6,
terdapat gallop, thrill tidak ada, penjalaran tidak ada, tidak
terdapat murmur.
Abdomen Tidak tampak distensi, venektasi tidak ada, hepar teraba 2-3 cm
bawah arcus costa dan 2 cm bawah processus xyphoideus,
permukaan datar, tepi tumpul, nyeri tekan (-), tidak terdapat
splenomegali, tidak terdapat tanda shifting dullness dan undulasi,
turgor kembali cepat.

25
Genitalia Genitalia perempuan, tidak ada edema vulva.

Visite DPJP Kardiologi HP IX :


Weaning oksigen bertahap
Drip Dobutamin turun dosis 5 mcg/KgBB/menit
IV furosemide ganti PO furosemide 2x20 mg
Total cairan 1200-1500 mL
DR evaluasi

Visite DPJP NPM HP IX


F135 10x100 mL (1350 kkal)
Bubur saring ayam 3x100 ml (338 kkal)
Total kalori 1688 kkal (terpenuhi 95,9% RDA)

Visite DPJP Kardiologi HP X :


Stop dobutamin
Stop antibiotik
Aff suplementasi oksigen
Aff kateter urine
PO captopril naik dosis 3x6,25 mg

Visite DPJP NPM HP X


F135 10x100 mL (1350 kkal)
Bubur ayam 3x400 kkal (1200 kkal)
Total kalori 2550 kkal (terpenuhi 144,5% RDA)

A - Gagal jantung NYHA IV (perbaikan)


- Atrial septal defect sekundum besar
- Hipertensi pulmonal
- Eisenmenger syndrome
- Community acquired pneumonia (perbaikan)
- Gizi buruk marasmik fase rehabilitasi
- Perawakan normal
- Underweight
- Imunisasi inkomplit

26
P Oksigenasi Room air
Cairan dan Nutrisi Akses IV
Diet F135 10x100 mL (per oral)
Bubur ayam 3x400 kkal (per oral)
Total kalori 2550 kkal (terpenuhi 144,5% RDA)
Antibiotik IV Ceftriaxone 2x750 mg HX → STOP
Antipiretik IV Paracetamol 200 mg k/p (10~15 mg/KgBB/kali)
Inotropik Dobutamin 10 mcg/KgBB/menit HX → STOP
Diuretik PO furosemide 2x20 mg (~2 mg/KgBB/hari)
PO spironolakton 2x12,5 mg
ACE inhibitor PO captopril 3x6,25 mg (~1 mg/KgBB/hari)
Hipertensi pulmonal PO sildenafil 3x5 mg (~1 mg/KgBB/hari)
Ekspektoran PO Ambroxol 3x7,5 mg (~0,3-0,5 mg/KgBB/kali)
Vitamin dan mineral PO vitamin A 200.000 IU
PO vitamin B 1x1
PO vitamin C 2x50 mg
PO vitamin D 1x400 IU
PO asam folat 5 mg, dilanjutkan 1 mg/hari
Imunisasi inkomplit Rencana kejar imunisasi saat rawat jalan
Monitoring Tanda vital, tanda gawat napas, tanda overload cairan, tanda
refeeding syndrome, diuresis, balans diuresis, berat badan
KIE keluarga

20-22 Agustus 2022 (hari rawat ke 11-13)


S Sesak napas (-), kebiruan (-), batuk (-), Demam (-), nafas berbunyi (-), bengkak tangan
dan kaki (-), bengkak kelopak mata (-), nyeri dada (-), jantung berdebar (-), kejang (-),
pucat (-), mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), perut membesar (-), BAB (+), BAK (+)
Food recall :
- Susu habis sesuai program via NGT, dan bubur ayam habis ¾ porsi
- Muntah (-), BAB cair (-), sesak napas memberat (-)

O Composmentis, GCS E4V5M6


Tanggal 20 Agt 2022 21 Agt 2022 22 Agt 2022

TD (mmHg) 100/70 90/60 100/60


Frekuensi nadi (kali/menit) 98 96 92
Frekuensi napas (kali/menit) 28 24 26
Suhu (oC) 36,7 36,8 36,5
CRT (detik) 2-3 2-3 2-3
O2 (lpm) - - -
SpO2 (%) 80 85 84
Diuresis (mL/KgBB/jam) 2,7 2,2 2,3
Balans diuresis (mL) -192 -223 -129
Berat badan (Kg) 19,15 19,10 19,15

27
Status generalis
Sistem Deskripsi
Kulit Tidak pucat, tidak ikterik, sianosis (-)
Hidung Pernapasan cuping hidung tidak ada
Leher Tidak tampak peningkatan tekanan vena jugular
Thoraks Bentuk dan pergerakan simetris saat statis maupun dinamis, tidak
terdapat retraksi dinding dada, terdapat iga gambang
Paru Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan simetris
Palpasi : fremitus vokal simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba
massa
Perkusi : perkusi sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : ronki basah kasar pada kedua lapang paru tidak
ada, wheezing pada pada kedua lapang paru tidak ada, expirasi
memanjang tidak ada
Jantung Iktus kordis tak tampak, terdapat splitting S2, punctum
maksimum pada ICS II linea parasternal kiri, grade III/6,
terdapat gallop, thrill tidak ada, penjalaran tidak ada, tidak
terdapat murmur.
Abdomen Tidak tampak distensi, venektasi tidak ada, hepar teraba 2-3 cm
bawah arcus costa dan 2 cm bawah processus xyphoideus,
permukaan datar, tepi tumpul, nyeri tekan (-), tidak terdapat
splenomegali, tidak terdapat tanda shifting dullness dan undulasi,
turgor kembali cepat.
Genitalia Genitalia perempuan, tidak ada edema vulva.

Visite DPJP Kardiologi HP XI


PO spironolaktone STOP

Visite DPJP NPM HP XI


F135 10x100 mL (1350 kkal)
Nasi lembek 3x500 kkal (1500 kkal)
Total kalori 2850 kkal (161,9% RDA)

Visite DPJP Kardiologi HP XIII


PO furosemide turun dosis 1x20 mg
Rawat jalan

Visite DPJP NPM HP XIII


Susu habis, nasi habis ¾ porsi
Aff NGT
F135 6x100 mL (810 kkal)
Nasi lembek 3x500 kkal (1500 kkal)
Total kalori 2310 kkal (131,2% RDA)
Rawat jalan

28
A - Gagal jantung NYHA IV (perbaikan)
- Atrial septal defect sekundum besar
- Hipertensi pulmonal
- Eisenmenger syndrome
- Community acquired pneumonia (perbaikan)
- Gizi buruk marasmik fase rehabilitasi
- Perawakan normal
- Underweight
- Imunisasi inkomplit

P Oksigenasi Room air


Cairan dan Nutrisi Akses IV
F135 6x100 mL (per oral)
Nasi lembek 3x500 kkal (per oral)
Total kalori 2310 kkal (131,2% RDA)
Diuretik PO furosemide 1x20 mg (~1 mg/KgBB/hari)
ACE inhibitor PO captopril 3x6,25 mg (~1 mg/KgBB/hari)
Hipertensi pulmonal PO sildenafil 3x5 mg (~1 mg/KgBB/hari)
Ekspektoran PO Ambroxol 3x7,5 mg (~0,3-0,5 mg/KgBB/kali)
Vitamin dan mineral PO vitamin B 1x1
PO vitamin C 2x50 mg
PO vitamin D 1x400 IU
PO asam folat 5 mg, dilanjutkan 1 mg/hari
Rencana kejar imunisasi saat rawat jalan
Imunisasi inkomplit Tanda vital, tanda gawat napas, tanda overload cairan, tanda
Monitoring refeeding syndrome, diuresis, balans diuresis, berat badan

KIE keluarga

PEMBAHASAN
Pasien An. HAS berusia 8 tahun berjenis kelamin perempuan dirawat dengan keluhan sesak
napas disertai kebiruan. Pasien didiagnosis menderita gagal jantung NYHA IV, atrial septal defect
sekundum besar, hipertensi pulmonal, eisenmenger syndrome, Community acquired pneumonia,
gizi buruk marasmik fase stabilisasi kondisi klinis 5, perawakan normal, Underweight dan
imunisasi inkomplit berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pasien dipulangkan setelah perawatan 13 hari dengan kondisi perbaikan.
Gagal jantung didefinisikan oleh American Heart Association (AHA) dan American
College of Cardiology (ACC) sebagai suatu sindrom klinis dan patofisiologis yang diakibatkan
oleh kelainan disfungsi ventrikel, kelebihan cairan atau kelebihan tekanan, atau kombinasinya.1
Pada anak, menimbulkan tanda dan gejala yang khas, seperti: gangguan pertumbuhan, kesulitan
makan, gangguan pernapasan, intoleransi olahraga, dan kelelahan (tabel 1).2 Gagal jantung pada

29
anak dapat disebabkan kelainan kardiak dan nonkardiak, baik kongenital maupun didapat. Pada
populasi anak, penyakit jantung bawaan merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung.3

Tabel 1. Gejala dan tanda khas gagal jantung pada anak.3

Klasifikasi gagal jantung pada anak dapat menggunakan sistem klasifikasi modified ROSS
dan New York Heart Association (NYHA). Klasifikasi NYHA dianggap kurang memiliki kepekaan
yang diperlukan untuk menilai dan menangkap perkembangan keparahan gagal jantung pada anak-
anak usia dibawah 6 tahun. Untuk alasan ini, klasifikasi modified Ross untuk penilaian anak-anak
di bawah enam tahun dengan gagal jantung. Perbandingan kedua klasifikasi ditampilkan pada tabel
2.1
Tabel 2. Perbandingan klasifikasi gagal jantung menggunakan kriteria NYHA dan modified Ross.1

Pada kasus ini, pasien AN. HAS didiagnosis gagal jantung karena didapatkan gejala yang
sesuai dengan gejala dan tanda khas gagal jantung pada anak (tabel 1). Gagal jantung pada AN.
HAS didiagnosis menggunakan NYHA karena usia saat terdiagnosis >6 tahun dan diklasifikasikan
NYHA IV karena didapatkan gejala bahkan saat beristirahat.
Tujuan tatalaksana gagal jantung kronis pada anak adalah untuk mempertahankan
stabilitas, mencegah progresivitas penyakit, dan mempertahankan kondisi yang memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Tatalaksana gagal jantung kronis mencakup
kombinasi Angiotensin Converting Enzyme inhibitors ACEi, β-blocker, diuretik, antagonis
aldosteron, dan digoxin. Diuretik digunakan untuk mengobati retensi cairan terkait disfungsi
ventrikel, ACEi menurunkan afterload sebagai antagonis sistem renin-angiotensin-aldosteron, β-
blocker bekerja dengan melawan efek merusak dari aktivasi miokard simpatik kronis dan dapat
membalikkan remodeling ventrikel kiri.1 Diuretik dan ACEi adalah lini pertama dalam tatalaksana
gagal jantung, β-blocker dapat diberikan jika tatalaksana lini pertama tidak memberikan respon
30
signifikan dan dilanjutkan antagonis aldosteron.3 Inotropik dan vasopressor dapat digunakan pada
kasus gejala berat dengan NYHA IV. Pada kasus ini, pasien An.HAS ditatalaksana menggunakan
diuretik, ACEi, antagonis aldosteron dan inotropik karena didiagnosis gagal jantung NYHA IV.

Gambar 6. Tahapan tatalaksana gagal jantung pada anak.3

Atrial septal defect adalah penyakit jantung bawaaan berupa defect pada septum interatrial
sehingga terjadi aliran darah interatrial. Prevalensi keseluruhan ASD diperkirakan 3,89 per 1000
anak. Berdasarkan lokasinya, ASD diklasifikasikan menjadi ostium sekundum (∼75% kasus),
ostium primum (15-20%), dan sinus venosus (5-10%). Ostium sekundum terjadi defek pada fossa
ovalis, ostium primum terjadi defek pada bagian bawah septum interatrial tepat di atas katup
atrioventrikular dan sinus venosus terjadi defek di dekat pintu masuk vena kava superior atau
inferior.4 Berdasarkan ukurannya ASD diklasifikasikan menjadi ASD kecil jika berukuran 3-6 mm,
ASD sedang jika berukuran 6-12 mm dan ASD besar jika berukuran >12 mm. Satu-satunya faktor
risiko yang saat ini diakui secara statistik adalah kelahiran preterm, sedangkan faktor risiko lain
tidak bermakna.5 ASD kecil mungkin tidak memiliki konsekuensi klinis yang signifikan, ASD
sedang dapat menyebabkan gejala pada dekade keempat atau kelima kehidupan sedangkan ASD
besar biasanya muncul dengan gejala pada dekade ketiga kehidupan.6 Gejala yang timbul berupa
sesak napas, kelelahan, intoleransi olahraga, atau palpitasi. Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan
ASD mungkin didapatkan murmur sistolik di daerah katup paru karena peningkatan aliran paru,
suara jantung 2 fixed split, atau aliran diastolik bergemuruh pada katup trikuspid. Diagnosis ASD
dapat ditegakkan menggunakan echokardiografi. Dengan color flow Doppler dapat membantu
diagnosis ASD, menunjukkan arah aliran, dan membantu menetapkan ukuran ASD.6 Pada kasus
ini, An. HAS tidak mempunyai faktor risiko kelahiran prematur. Kecurigaan ASD berdasarkan
gejala klinis yang sesuai dan pemeriksaan fisik didapatkan splitting S2 dengan punctum
maksimum pada katup pulmonal. Diagnosis ASD ditegakkan setelah dilakukan echokardiografi
dimana didapatkan gambaran ASD sekundum besar dengan ukuran 2,1-2,4 cm. Pedoman terbaru
yang diterbitkan oleh American College of Cardiology (ACC) dan American Heart Association
(AHA) pada tahun 2018 mengindikasikan penutupan ASD jika terdapat gangguan kapasitas
31
fungsional jantung, pembesaran atrium kanan dan/atau ventrikel kanan, dan shunt L-R cukup besar
untuk menyebabkan gejala.7 Pada kasus ini, An.HAS sudah terindikasi penutupan ASD namun
karena terdapat sindrom Eisenmenger diperlukan pertimbangan khusus yang akan dibahas
selanjutnya.

Gambar 7. Pendekatan diagnosis hipertensi pulmonal pada anak.8

Hipertensi pulmonal adalah peningkatan tekanan pada tekanan arteri pulmonalis.


Hipertensi pulmonal pada pasien ASD sekundum berkisar 6-35% dari keselutuhan kasus.9
Hipertensi pulmonal pada pasien ASD dapat terjadi akibat kelebihan volume kronis dari sirkulasi
paru, disebabkan oleh pirau kiri-ke-kanan. Menurut hukum Poiseuille's, kelebihan volume akan
menyebabkan peningkatan curah jantung kanan, sehingga meningkatkan tekanan arteri paru.
Kelebihan volume kronis pada sirkulasi paru-paru juga dianggap menyebabkan perubahan
ireversibel arteri ukuran sedang dan kecil yang mengakibatkan remodeling pembuluh darah paru.6
Hal tersebut di atas lebih sering terjadi pada ASD besar dimana terjadi kelebihan volume signifikan
pada sirkulasi paru. Hipertensi pulmonal didiagnosis jika didapatkan tekanan pada arteri pulmonal
>20mmHg. Hipertensi pulmonal diklasifikasikan sebagai ringan jika tekanan berkisar 30-50
mmHg; sedang jika tekanan berkisar 51–65 mmHg dan berat jika tekanan berkisar > 65 mmHg.10
Echokardiografi adalah pemeriksaan non invasif yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis
hipertensi pulmonal. Echokardiografi mampu memperkirakan tekanan pada arteri pulmonal
dengan sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi dan lebih aman dilakukan pada pasien anak
dibandingkan pengukuran langsung menggunakan kateterisasi.11 Pada kasus ini diagnosis
hipertensi pulmonal ditegakkan berdasarkan pemeriksaan echokardiografi dimana didapatkan
tekanan pada arteri pulmonalis berkisar 70 mmHG (hipertensi pulmonal berat).
Tatalaksana medika mentosa hipertensi pulmonal dapat diberikan menggunakan 3 jenis

32
obat yaitu : prostanoid (epoprostenol, treprostinil, iloprost, beraprost), ERA (bosentan,
ambrisentan), dan PDE5 inhibitor (sildenafil, tadalafil). Vasokonstriksi merupakan komponen
penting dari hipertensi pulmonal, karenanya obat vasodilator sering digunakan untuk menurunkan
tekanan arteri pulmonal, untuk meningkatkan curah jantung, dan berpotensi mengembalikan
perubahan vaskular paru akibat hipertensi pulmonal. Strategi jangka panjang untuk pengobatan
hipertensi pulmonal pada anak-anak diadopsi rekomendasi berbasis bukti dari orang dewasa
(gambar 8).8 Kateterisasi jantung dianjurkan sebelum inisiasi terapi target hipertensi pulmonal.
Kateterisasi jantung harus mencakup Acute Vasoreactivity Test (AVT). Pemeriksaan AVT
dinyatakan positif jika didapatkan penurunan 20% dari tekanan arteri pulmonal dan rasio
Pulmonary Vascular Resistency (PVR)/ Sistemic Vascular Resistance (SVR) tanpa penurunan
curah jantung.11

Gambar 8. Strategi jangka panjang tatalaksana hipertensi pulmonal pada anak dan dewasa.8

Eisenmenger syndrome didefinisikan sebagai penyakit jantung bawaan yang awalnya


menyebabkan pirau kiri-ke-kanan, menyebabkan kelainan pembuluh darah paru berat dan
hipertensi pulmonal, dan berujung kepada pembalikan arah pirau menjadi kanan ke kiri dan
menyebabkan sianosis.12 Eisenmenger syndrome adalah bentuk terparah dari hipertensi pulmonal.
Prevalensi pasti Eisenmenger syndrome tidak diketahui, 10% pasien dengan ASD besar yang tidak
dikoreksi berisiko mengalami sindrom Eisenmenger. Gejala Eisenmenger syndrome, antara lain
sesak napas, sianosis, kelelahan, pusing, dan sinkop.13 Pasien yang menderita Eisenmenger
syndrome, mempunyai outcome yang lebih buruk, dimana didapatkan angka kematian meningkat
10-12 kali dibanding pasien PJB tanpa Eisenmenger syndrome.14 Pada kasus ini pasien didiagnosis
Eisenmenger syndrome berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dimana didapatkan ASD
besar disertai hipertensi pulmonal dengan bidirectional shunt dengan gejala yang sesuai serta
pemeriksaan fisik sianosis.

33
.
Gambar 9. Patofisiologi terjadinya Eisenmenger syndrome.14

Tatalaksana definitif pasien dengan sindrom Eisenmenger hanya terbatas pada tindakan
paliatif atau transplantasi jantung-paru. Terapi farmakologis yang dapat diberikan antara lain
penggunaan digitalis, diuretik, antiaritmia, dan/atau antikoagulan; namun, tidak satu pun dari
pendekatan ini secara signifikan mampu memperbaiki kelangsungan hidup. Pada pasien PJB yang
sudah terjadi sindrom Eisenmenger tidak direkomendasikan penutupan dari pirau, dikarenakan
peningkatan morbiditas maupun mortalitas pasca operasi.8 Pada kasus ini, tatalaksana yang
diberikan untuk sindrom Eisenmenger adalah paliatif.
Pneumonia merupakan infeksi akut pada parenkim paru, meliputi alveolus dan jaringan
interstisial, ditandai dengan batuk, sesak napas, demam, ronkhi basah, dan gambaran infiltrat pada
rontgen toraks. Pada umumnya, pneumonia dapat menyerang anak dengan berbagai golongan
umur tanpa terkecuali. Pneumonia dapat disebabkan oleh pelbagai mikroorganisme, yaitu bakteri,
virus dan jamur. Terdapat berbagai faktor resiko terjadinya pneumonia di negara berkembang,
diantaranya berat badan lahir rendah (BBLR), malnutrisi, tidak mendapat imunisasi, tidak
mendapatkan ASI yang adekuat, tingginya pajanan terhadap polusi udara, paparan rokok tinggi,
serta keadaan sosial ekonomi rendah. Selain kondisi tersebut, ASD juga dapat meningkatkan risiko
terjadinya pneumonia.15 Pada pasien ASD, karena pirau kiri ke kanan melalui defek septum, terjadi
overload volume dan edema paru. Edema paru menyebabkan gagal jantung kongestif dan menjadi
nidus infeksi bagi infeksi saluran pernafasan. Berdasarkan Djer dkk (2020), anak-anak dengan PJB
memiliki sekitar dua kali lipat risiko terkena infeksi saluran napas setiap bulan dengan 9 kali lipat
risiko infeksi saluran napas lebih tinggi dibandingkan dengan pasien tanpa PJB.16 Pneumonia
ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dapat
ditemukan keluhan yang dialami penderita, meliputi: demam, batuk, gelisah, rewel dan sesak
nafas. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan takipneu, dispneu, adanya retraksi (suprasternal,
interkosta, subkosta), grunting, napas cuping hidung, apneu dan desaturasi. Pemeriksaan foto
toraks dapat ditemukan gambaran infiltrat. Prinsip dasar tatalaksana pneumonia anak adalah
eliminasi mikroorganisme penyebab dengan antibiotik yang sesuai disertai dengan tatalaksana

34
supportif lainnya. Tata laksana supportif meliputi terapi oksigen, pemberian cairan intravena dan
koreksi gangguan elektrolit pada dehidrasi serta pemberian antipiretik untuk demam.15
Pada kasus ini, diagnosis pneumonia ditegakkan karena terdapat gejala distress napas,
pernapasan cuping hidung, retraksi dada, desaturasi, rhonki, dan didukung gambaran radiologis
yang mendukung pneumonia. Pasien kemudian ditatalaksana menggunakan antibiotik sefalosporin
generasi 3 dan tatalaksana suportif antipiretik dan ekspektoran.
Menurut American Society of Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN), malnutrisi
didefinisikan sebagai ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat gizi, yang
mengakibatkan defisit energi, protein, atau mikronutrien kumulatif yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan. Malnutrisi akut primer pada anak-anak adalah akibat dari
pasokan makanan yang tidak memadai yang disebabkan oleh fakto sosial, politik, dan lingkungan.
Malnutrisi akut sekunder biasanya karena kehilangan nutrisi yang tidak normal, peningkatan
pengeluaran energi, atau penurunan asupan makanan yang seringkali disebabkan penyakit kronis
seperti cystic fibrosis, gagal ginjal kronis, penyakit hati kronis, keganasan, penyakit jantung
bawaan, dan penyakit neuromuskular.17 Dalam mendiagnosis gizi buruk dapat menggunakan
antropometri berdasarkan kurva pertumbuhan BB/TB. Di Indoneisa, kurva pertumbuhan yang
digunakan untuk anak berusia >5 tahun adalah kurva CDC 2000. Selain menggunakan kurva
BB/TB, juga dapat digunakan pemeriksaaan LILA/U untuk diagnosis gizi buruk menggunakan
tabel Frisancho untuk LILA/U, terutama pada kasus edema atau organomegali. Untuk mendeteksi
perawakan normal dan underweight pada pasien berusia >5 tahun juga dapat digunakan kurva
CDC 2000 (tabel 3).18 Pada kasus ini, diagnosis gizi buruk ditegakkan berdasarkan antropometri
dimana didapatkan LILA/U <P5, dan didapatkan klinis gizi buruk berupa iga gambang.
Underweight ditegakkan karena didapatkan BB/U <P5.
Malnutrisi sangat sering terjadi pada pasien anak gagal jantung. Menurut Pediatric
Cardiomyopathy Registry, 23,7% anak-anak dengan kardiomiopati dilatasi mengalami kekurangan
gizi. Faktor risiko malnutrisi pada anak dengan PJB termasuk gagal jantung, sianosis, cacat jantung
multipel, operasi korektif tertunda, anemia dan hipertensi pulmonal. Selain itu, pada anak-anak
dengan PJB, gizi buruk juga dikaitkan dengan asupan gizi yang tidak memadai karena kesulitan
makan dan peningkatan pengeluaran energi. Di negara berkembang, operasi korektif untuk cacat
jantung bawaan tertunda dan ini meningkatkan kemungkinan anak-anak yang mengalami gizi
buruk. Pada kasus ini, An. HAS menderita gizi buruk diakibatkan PJB asianotik ec ASD besar,
gagal jantung, operasi korektif yang tertunda dan hipertensi pulmonal.19
Tabel 3. Interpretasi kurva CDC 2000.18

Tatalaksana gizi buruk pada pasien An.HAS menggunakan 10 tatalaksana gizi buruk fase
stabilisasi yaitu atasi hipoglikemia, atasi hipotermia dan atasi dehidrasi, memperbaiki gangguan

35
keseimbangan elektrolit, mengobati infeksi, memperbaiki kekurangan zat gizi mikro tanpa zat
besi, memberikan makanan untuk fase stabilisasi dan memberikan stimulasi untuk tumbuh
kembang.20

Gambar 10. 10 tatalaksana gizi buruk.20

Imunisasi inkomplit adalah kondisi dimana imunisasi terlambat diberikan tidak sesuai
dengan usia seharusnya. Pada tahun 2020 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerbitkan
jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2020 dengan mempertimbangkan WHO position paper
terbaru untuk berbagai vaksin, Permenkes No. 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi,
dan kebijakan Kemenkes terkait program imunisasi global. Berdasarkan jadwal imunisasi
rekomendasi IDAI tahun 2020 terdapat 15 imunisasi yang diatur (gambar 11).21 Pada kasus ini,
pasien An. HAS hanya mendapatkan imunisasi polio 2x, hepatitis B 1x dan DPT 1x sehingga dapat
diklasifikasikan sebagai imunisasi inkomplit. Pasien An. HAS direncanakan imunisasi kejar saat
rawat jalan berdasarkan rekomendasi IDAI tahun 2020 dilakukan pada kelompok usia yang
ditandai kotak kuning (gambar 11).
Selama pemantauan, oksigenasi diberikan dengan target saturasi >85% dengan weaning
bertahap sesuai kondisi klinis pasien sampai suplementasi oksigen tidak lagi dibutuhkan. Diet
diberikan bertahap sesuai 10 tatalaksana gizi buruk. Pada fase stabilisasi diberikan diet
menggunakan f75 dengan tercukupi kebutuhan RDA 38,4%. Diet ditingkatkan bertahap sesuai fase
penatalaksanaan gizi buruk dan kondisi klinis pasien. Pada fase rehabilitasi pasien diberikan diet
F135 dan nasi lembek dengan tercukupi kebutuhan RDA 131,2%. Nebulisasi dihentikan pada HP
VII setelah tidak lagi didapatkan wheezing pada pemeriksaan fisik. Furosemide diturunkan
dosisnya bertahap dan diganti pemberian oral pada HP IX. Dobutamine diturunkan dosis pada HP
IX menjadi 5 mcg/KgBB/menit dan akhirnya distop pada HP X. Antibiotik dihentikan pada HP X,
disertai penghentian suplementasi oksigen dan pelepasan kateter urine. Pasien akhirnya
diperbolehkan pulang setelah hari perawatan ke 13 dengan kondisi klinis perbaikan.

36
Gambar 11. Jadwal imunisasi IDAI tahun 2020.21

37
ASD sekundum besar Faktor risiko :
Riwayat kelainan jantung
di keluarga (+)
Left to right shunt

Terlambat terdiagnosis dan intervensi

Gizi buruk
Gagal jantung Underweight
Perawakan normal

Tidak terdeteksi

Manifestasi klinis :
• Gejala : Sesak napas, memberat jika beraktifitas dan berbaring,
kebiruan, demam, batuk berdahak
• Pemeriksaan fisik : Desaturasi, takikarida, takipneu, work of
breathing, murmur, rhonki basah kasar, wheezing, hepatomegali
• Foto thorax : kardiomegali (LVH, RAE, RVH), pneumonia
• Elektrokardiografi : sinus takikardia, RAD, RVH, RAE
• Echokardiografi : Hipertensi pulmonal ec ASD besar, EF 58%

Gagal jantung Hipertensi


CAP
NYHA IV pulmonal

Eisenmenger syndrome

Tatalaksana
- Oksigenasi - Sildenafil
- Restriksi cairan 20%, target balans negatif - Antibiotik
- Force diuretik - Nebulisasi
- Tranfusi target Hb15 - Asuhan nutrisi pediatri
- Inotropik - Vitamin dan mineral
- Ace inhibitor - Imunisasi kejar

Gambar 6. Analisis kasus

38
DAFTAR PUSTAKA

1. Das BB. Current state of pediatric heart failure. Children. 2018;5(7):88.


2. Hinton RB, Ware SM. Heart failure in pediatric patients with congenital heart disease.
Circulation research. 2017;120(6):978-94.
3. Kantor PF, Lougheed J, Dancea A, McGillion M, Barbosa N, Chan C, dkk. Presentation,
diagnosis, and medical management of heart failure in children: Canadian Cardiovascular
Society guidelines. Canadian journal of Cardiology. 2013;29(12):1535-52.
4. Martin SS, Shapiro EP, Mukherjee M. Atrial septal defects–clinical manifestations, echo
assessment, and intervention. Clinical Medicine Insights: Cardiology. 2014;8
5. Tanghöj G, Lindam A, Liuba P, Sjöberg G, Naumburg E. Atrial septal defect in children: the
incidence and risk factors for diagnosis. Congenital Heart Disease. 2020;15(5):287-99.
6. Le Gloan L, Legendre A, Iserin L, Ladouceur M. Pathophysiology and natural history of atrial
septal defect. Journal of thoracic disease. 2018;10:2854.
7. Alkashkari W, Albugami S, Hijazi ZM. Current practice in atrial septal defect occlusion in
children and adults. Expert Review of Cardiovascular Therapy. 2020;18(6):315-29.
8. Abman SH, Hansmann G, Archer SL, Ivy DD, Adatia I, Chung WK, dkk. Pediatric pulmonary
hypertension: guidelines from the American heart association and American thoracic Society.
Circulation. 2015;132(21):2037-99.
9. Jain S, Dalvi B. Atrial septal defect with pulmonary hypertension: when/how can we consider
closure?. Journal of thoracic disease. 2018;10:2890.
10. Chinawa J, Chinawa AT, Ossai E, Duru C. Predictors of pulmonary hypertension among
children with atrial septal defects (ASD). Libyan Journal of Medicine. 2022;17(1).
11. Kozlik-Feldmann R, Hansmann G, Bonnet D, Schranz D, Apitz C, Michel-Behnke I.
Pulmonary hypertension in children with congenital heart disease (PAH-CHD, PPHVD-CHD.
Heart. 2016;102:42-8.
12. Huang JB, Liang J, Zhou LY. Eisenmenger syndrome: not always inoperable. Respiratory
care. 2012;57(9):1488-95.
13. Nashat H, Kempny A, McCabe C, Price LC, Harries C, Alonso-Gonzalez R, dkk.
Eisenmenger syndrome: current perspectives. Research Reports in Clinical Cardiology.
2017;8:1-2.
14. Beghetti M, Galiè N. Eisenmenger syndrome: a clinical perspective in a new therapeutic era
of pulmonary arterial hypertension. Journal of the American College of Cardiology.
2009;53(9):733-40.
15. Suci LN. Pendekatan diagnosis dan tata laksana pneumonia pada anak. Jurnal Kedokteran
Nanggroe Medika. 2020;3(1):30-8.
16. Djer MM, Osmardin E, Hegar B, Setyanto DB. Increased risk of recurrent acute respiratory
infections in children with congenital heart disease: a prospective cohort study. The
Indonesian Biomedical Journal. 2020;12(4):355-60.

39
17. Dipasquale V, Cucinotta U, Romano C. Acute malnutrition in children: pathophysiology,
clinical effects and treatment. Nutrients. 2020;12(8):2413.
18. Pulungan AB. Auxology, kurva pertumbuhan, antropometri, dan pemantauan pertumbuhan.
Sari Pediatri. 2020;22(2):123-30.
19. Batte A, Lwabi P, Lubega S, Kiguli S, Otwombe K, Chimoyi L, dkk. Wasting, underweight
and stunting among children with congenital heart disease presenting at Mulago hospital,
Uganda. BMC pediatrics. 2017;17(1):1-7.
20. Kemenkes RI. Pedoman pencegahan dan tatalaksana gizi buruk pada balita. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2020
21. Soedjatmiko S, Sitaresmi MN, Hadinegoro SR, Kartasasmita CB, Moedjito I, Rusmil K, dkk.
Jadwal imunisasi anak umur 0–18 tahun rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Tahun
2020. Sari Pediatri. 2020;22(4):252-60.

40

Anda mungkin juga menyukai