Anda di halaman 1dari 10

RANGKUMAN ANATOMI , FISIOLOGI & ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT PADA SISTEM PENCERNAAN (DIGESTIVE SYSTEM) DENGAN


TRAUMA ABDOMEN

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pembimbing

Bpk. Ns Yogi Erlangga Haq, M.Kep (YEH)

Disusun Oleh :

Neng Poppy Sugiharti 18.156.01.11.054

Kelas 3B Ilmu Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes Medistra Indonesia

Jl. Cut Meutia Raya No.88A sepanjang jaya rawa lumbu

Bekasi, Jawa Barat Indonesia


Rangkuman Anatomi , Fisiologi & Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Sistem
Pencernaan (Digestive System) Dengan Trauma Abdomen
A. Sistem Pencernaan
a. Definisi

Sistem pencernaan adalah jaringan oragan yang berperan sangat penting pada
tubuh manusia yang dimana mencerna makanan dan minuman menjadi sumber
energi di dalam tubuh manusia. Sistem pencernaan terbagi menjadi :
1. Mulut
2. Tenggorokan (faring)
3. Kerongkongan
4. Lambung
5. Usus halus
6. Usus besar
7. Rektum dan Anus

b. Proses pencernaan makanan


1. Mekanisme
Pencernaan makanan secara fisik, mengubah bentuk kasar menjadi halus
Mengunyah, menggiling, mengaduk, menekan maupun melumatkan.
2. Kimiawi / Enzimatis
Yang dapat mengubah zat makanan dengan bantuan enzim pencernaan.
3. Biologis
Memnafaatkan kerjasama yang menguntungkan dengan mikroba.
c. Fungsi Sistem Pencernaan
1. Mentransfer nutrien, air dan elektrolit yang berasal dari makanan ke dalam
lingkungan internal tubuh manusia.
2. Nutrien merupakan sumber energi dan bahan utama untuk membangun dan
mempertahankan tubuh.
d. Fisiologis Sistem Pencernaan
 Ingesti : yaitu yang memasukan makanan ke dalam tubuh dan
menyalurkan makanan sepanjang saluran pencernaan.
 Digesti : yang memotong-motong makanan menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil baik secara kemis maupun mekanis. Proses konversi (merubah)
bahan kimia secara biokimiawi menjadi struktur sederhana sapat
diabsorpsi.
Karbohidrat Disakarida Monosakarida, Protein Asam
amino
 Absorbsi : yaitu proses penyerapan nutrien di usus halus .
 Defekasi : yaitu pengeluaraan sisa makanan yang tidak tercerna keluar
tubuh.
 Bakteri E. Coli : membantu membusukan makanan menjadi fases,
menghasilkan vit. K yang dimana sangan penting dalam proses
pembekuan pada darah.
B. Trauma Abdomen
a. Definisi
Trauma abdomen merupakan cedera pada abdomen yang berupa trauma tumpul,
tembus serta trauma yang disengaja maupun tidak disengaja.
b. Klasifikasi
1. Trauma Tajam (Penetrasi)
Merupakan trauma yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh dengan
penetrasi ke dalam rongga peritoneum yang disebabkan oleh tusukan benda
tajam. Contoh luka trauma tajam : Luka iris/ sayat , luka tusuk atau luka
bacok.
2. Trauma Tumpul (Non- Penetrasi )
Trauma tidak dapat menimbulkan kelainan yang jelas pada permukaan tubuh,
akan tetapi dapat menimbulkan cedera patah tulang iga, kontusio atau laserasi
jaringan maupun organ lainnya.
Gambar
3. Trauma Ledakanan
Blast injury atau trauma ledakan merupaka trauma yang disebabkan oleh
gelombang overpressure atau gelombang kejut akibat ledakan bom.
c. Etiologi
1. Trauma Tumpul
 Jatuh
 Kekerasan fisik/ pukulan
 Kecelakaan
 Cedera olahraga
 Benturan
2. Trauma Tajam
 Tusukan benda tajam
 Tembakan
3. Trauma Ledakan
 Gas LPG
 BOM
 Tabung O2
 Petasan
d. Mekanisme Trauma Tumpul
Trauma tumpul yang mengakibatkan hantaman secara umum yang dibagi menjadi
3 mekanisme, yaitu:
1. Deselarasi : perlambat akan menyebabkan tarikan atau renggangan antara
struktur yang terfiksasi dan yang dapat bergerak.
2. Crusihing : isi intraabdominal hancur diantara dinding sbdomen anterior dan
kolumna vetebral atau dada posterior, hal ini menyebabkan efek penghancuran
pada organ yang padat (cth lima, hati, dan ginjal) trauma yang bersifat rentan.
3. Kompresi Eksternal : dapat menyebbkan peningkatan tekanan intraabdomen
yang tiba-tiba sehingga berujung pada pecahnya organ-organ.
e. Patofisiologi
Bila menimbulkan trauma penetrasi atau nompenetrasi kemungkinan dapat
menimbukan pendarahan intra abdomen yang serius, pasien akan memperhatikan
tanda-tanda iritasi yang disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya
gambaran klasik syok hemorogik. Bila suatu organ viseral mengalami perforasi,
maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda iritasi peritoneum cepat tampak. Tanda-
tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spotan, nyeri
lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila terjadi peritonis umum. Bila
syok telah lanjut pasien mengalami takikardi dan peningkatan sushu tubuh juga
terdapat leukositosis.
f. Manifestasi Klinis
1. Trauma Tajam
 Nyeri dan nyeri tekan lepas serta pendarahan
 Disertai peritonitis
 Distensi abdomen
 Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Trauma Tumpul
 Nyeri
 Perdarahan gastrointestinal
 Hipovolemia
 Iritasi peritoneal
 Memar sekitar panggul (Grey Tumer) Sign atau Umbilikus ( Cllen sign)
 Distensi abdomen
 Auskultasi bising usus : menunukan adanya cedera diafragma.
g. Tanda Klinis Trauma Abdomen
1. Tanda Balance
a. Deskripsi : Dullnes menetap pada perkusi pinggul kiri dan dullness pada
perkusi pinggul kanan yang hilang dengan perubahan posisi
b. Indikasi : adanya darah pada sisi kanan akan tetapi koagulasi pada sisi kiri.
2. Tanda Cullen
a. Deskripsi : memar ungu kebiruan atau ekimosis sekitar umbilikus
b. Indikasi : perdarahan peritonial
3. Tanda Grey-Tuener
a. Deskripsi : memar ungu kebiruan atau ekimosis di atas area pinggul atau
punggung.
b. Perdarahan retroperitoneal
4. Tanda Kehr
a. Deskripsi : nyeri yang menyebar ke bahu kiri
b. Indikasi : darah, cairan atau udara intra abdominal mengiritasi nervus
frenikus pada diafragma.
5. Nyeri lepas
a. Deskripsi : nyeri pada saat pemeriksaan palpasi dalam dilepas.
b. Indikasi : iritasi peritoneal
h. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto thoraks
2. Pemeriksaan darah rutin
3. Plain abdomen foto tegak
4. Pemeeriksaan urine rutin
5. VP (Intravenous Pyelogram)
6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
7. USG dan CT-Scan Abdomen
8. USG FAST
 Penatalaksanaan Medis
1. Abdomen Paracentesis
2. Pemeriksaan Laparskopi
3. Pemasangan NGT
4. Pemasangan Catheter urin
5. Pemberian Antibiotic
6. Operasi Laparatomi
7. Rekto- Sigmoidoskopi

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARUATAN TRAUMA


ABDOMEN

A. Pengkajian
a. Primary Survey
 Airway : bersihkan jalan nafas , adanya atau tidaknya sumbatan jalan nafas,
distress pernafasan, tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema
laring
 Breathing : frekuensi nafas, suara nafas dan pergerakan dinding dada, suara
pernafasan melalui hidung atau mulut, udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
 Circulation : denyut nadi karotis, tekanan darah, warna kulit, kelembaban kulit,
tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal.
 Disability : tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas. GCS pada anak tentukan
alert (A), respon verbal (V), respon nyeri atau pain (P), tidak beresponds atau
unresponsive (U), ukuran pupil dan repons pupil terhadap cahaya
 Exposure Control : tanda-tanda trauma yang ada

b. Sekunder Survey
1. Inspeksi (dilihat) : Abdomen bagian depan dan belakang, dada bagian bawah dan
perineum diteliti apakah mengalami ekskoriasi atau memar
 Ekhimosis umbilical : pendarahan peritoneal
 Ekhimosis flank : perdarahan organ retroperitoneal
 Ekhimosis perineum, scrotum atau labia : fraktur pelvis
 Luka tembus disertai keluarnya isi abdomen (usus)
 Simetris atau tidak pelvis adakah jejas atau tidak dipelvis
2. Auskultasi : Mendengar bising usus, darah bebas di retroperineum ataupun
gastrointestinal dapat mengakibatkan ileus yang menghilangkan bising usus.
 Dengarkan bising usus di semua kuadran selama 2 menit
 Apabila bising usus menurun atau hilang lalu kemungkinan perdarahan dan
perfosi pada organ abdomen
 Suara usus normal atau hilang pada cedera perut sering terjadi ileus paralitik
 Adanya suara usus di dada bisa menunjukkan adanya cedera diafragma
3. Perkusi : Untuk mengetahui adanya nada timpani karena dilatasi lambung akut di
kuadran kiri atas ataupun adanya perkusi redup bila ada hemiperitonium.
 Dulnes dikuadran kiri atas dan hematoma pada limpa
 Adanya perdarahan internal : shifting dullness dan undulasi
 Adanya udara bebas berupa perkusi timpani
 Pekak hepar menghilang
4. Palpasi : Untuk mendapatkan adanya nyeri lepas yang menekan kita lepaskan
dengan cepat menunjukkan peritonitis
 Krepitasi atau ketidakstabilan dari tulang rusuk bagian bawah nyeri pada
kuadran kiri atas menyebar kea rah shuoldier lalu trauma limpa atau diafragma
 Distensi abdomen
 Nyeri lokal abdomen
 Nyeri abdomen berat, tegang dan spasme otot (defans muskuler) lalu indikasi
proses inflamasi (peritonitis)
 Tekan dengan hati-hati ada tidak krepitasi pada pelvis
 Nyeri seluruh perut
 Pada perdarahan internal adanya cairan bebas bisa diketahui adanya undulasi

B. Penanganan Awal Trauma Abdomen


a. Trauma Tumpul
 Stop makan dan minum
 Imobilisasi
 Kirim ke rumah sakit
 Diagnostic Peritoneal Lavage
b. Trauma Tajam
 Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan tidak boleh dicabut kecuali oleh tim
medis. Litikan pisau untuk mefiksasi agar tidak memerparah luka.
 Bila usus atau organ lain keluar maka organ tersebut tidak boleh dimasukkan,
maka organ tersebut dibalut dengan kain bersih atau kasa steril.
 Tidak makan dan minum
 Bila luka terbuka, makan balut dengan menekan
 Kirim pasien ke rumah sakit
C. Penatalksanaan
a. Pre- Hospital
1. Berfokus pada evaluasi cepat terhadap masalah yang mengancam jiwa, mulai
tindakan resutasi, dan memulai transportasi cepat ke perawatan deginitif.
2. Pasien cedera dengan risiko perdarahan yang terus menerus membutuhkan
transportasi yang cepat ke rumah sakit terdekat.
3. Mengamankan jalan napas, menepatkan IV line besar cairan IV harus
berlangsung dalam perjalanan.
b. Emergensi
1. Mulai prosedur resutasi ABC
2. Pertahankan pasien pada brankard, gerakan dapat menyebabkan fragmentasi
berkuan pada pembuluh darah besar dan menimbulkan hemoragi massif
3. Pastikan kepatenan dan kesetabilan pernapasan.
4. Gunting pakaian penderita dari luka
5. Hitung jumlah luka dan tentukan lokasi luka masuk hingga keluar.
6. Kontrol pendarahan dan pertahankan volume darah sampai pembedahaan
dilakukan.
7. Berikan kompresi pada luka dengan perdarahan eksternal dan lakukan
bendungan pada luka dada.
8. Pasang kateter IV berdiameter besar untk penggantian cairan secara cepat dan
memperbaiki dinamika sirkulasi.
9. Perhatikan kejadian syok setelah respon awal terhadap terapi transfusi
dikarenakan sering sebagai tandaadanya oerdarahan internal.
10. Aspirasi lambung dengan memasang NGT
11. Pasang kateter urin untuk mendapatkan kepastian aadanya hematurai dan
pantau jumlah urine perjam.
12. Tanda pemebrian cairan oral untuk mencegah meningkatkan peristaltik dan
muntah
13. Siapkan pasien untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika terdapat
ketidak pastian mengenai perdarahan intraperitonium
14. Siapkan pasien untuk sinografi untuk menentukan penetrasi peritonium pada
luka luka tusuk
15. Siapkan pasien untuk parasentesis atau lavase peritonium ketika ketidak
pastian mengenai perdarahan intraperitonium
16. Berikan profilaksasi tetanus
17. Berikan antibiotik spektum luas untuk mencegah infeksi
18. Siapkan pasien untu pembedahaan
D. Masalah Keperawatan
1. Hipovolemia
2. Nyeri Akut
3. Defisit Nutrisi
4. Ansietas
5. Konstipasi
6. Disfungsi Motilitas Gastrointestinal
7. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
8. Risiko Infeksi

Anda mungkin juga menyukai