Disusun Oleh
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari ...... 40
Gambar 3.2 Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari ...... 40
Gambar 3.3 Penyimpanan Vaksin UPTD Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari ... 43
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I PENDAHULUAN
1
1
2
BAB II TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN DAN PUSKESMAS
3
3. Dinas Daerah tipe C mewadahi pelaksanaan fungsi Dinas Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota dengan beban kerja yang kecil. Dalam hal jumlah unit
kerja pada Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tipe C, mempunyai unit kerja yang
terdiri atas:
a. 1 (satu) sekretariat dengan paling banyak 2 (dua) sub bagian.
b. 2 (dua) bidang dengan masing – masing bidang paling banyak 3 (tiga) seksi.
4
b. Rumpun Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan Minuman Dalam
penyelenggaraan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, makanan dan
minuman meliputi:
- penerbitan/pencabutan izin apotek, toko obat, toko alat kesehatan dan
optikal, dan tindaklanjut hasil pengawasan
- penerbitan/pencabutan izin usaha mikro obat tradisional dan tindaklanjut
hasil pengawasan;
- penerbitan/pencabutan sertifikat produksi alat kesehaan kelas 1 tertentu dan
PKRT kelas 1 tertentu perusahaan rumah tangga serta tindaklanjut hasil
pengawasan;
- penerbitan/pencabutan sertifikat produksi makanan dan minuman pada
industri rumah tangga, dan
- penerbitan sertifikat laik sehat terhadap pangan siap saji, uji sampel, izin
iklan dan tindaklanjut hasil pengawasan.
5
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber daya Kesehatan.
c. Pelaksanaan evalusasi dan pelaporan di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) serta sumber daya
Kesehatan.
d. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya; dan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang di berikan oleh Kepala Daerah terkait dengan
bidang kesehatan.
f. Dinas Kesehatan terdiri dari:
- Sekretariat
- Bidang Kesehatan Masyarakat
- Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
- Bidang Pelayanan Kesehatan
- Bidang Sumber Daya Kesehatan
6
f. Dinas Kesehatan Terdiri dari:
- Sekretariat
- Bidang Kesehatan Masyarakat
- Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
- Bidang Pelayanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan
7
preventif, untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
8
5. masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait.
6. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat.
7. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.
8. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.
9. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan Pelayana Kesehatan.
10. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk
dukungan terhadap sistem kewaspadaan diri dan respon penanggulangan
penyakit.
C. Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri atas:
1. Sistem penghawaan;
2. Sistem pencahayaan;
3. Sistem sanitasi;
4. Sistem kelistrikan;
5. Sistem gas medik;
6. Sistem komunikasi;
7. Sistem proteksi petir;
8. Sistem proteksi kebakaran;
9. Sistem pengendalian kebisingan;
10. Sistem transportasi vertical untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai;
11. Kendaraan Puseksmas keliling;
12. kendaraan ambulans.
10
3. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi yang
berwenang.
4. Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non
kesehatan. Jenis tenaga kesehatan paling sedikit terdiri atas:
Dokter atau dokter layanan primer; a
Dokter gigi; b Bidan; c Tenaga kesehatan
masyarakat; d Tenaga kesehatan
lingkungan; e Ahli teknologi
laboratorium medik; f Tenaga gizi; g
Tenaga kefarmasian;
Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan
keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja. Setiap Tenaga Kesehatan yang
bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin praktek sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sedangkan tenaga non kesehatan di Puskesmas harus dapat
mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan
kegiatan operasional lain di Puskesmas.
1. Perencanaan
Perencanaan Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah
Sediaan Farmasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan
perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang mendekati kebutuhan.
b. Meningkatkan penggunaan Obat secara rasional.
c. Meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
12
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus
mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium
Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang ada di
Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola
program yang berkaitan dengan pengobatan.
2. Permintaan
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
Puskesmas, sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.
Permintaan diajukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah
daerah setempat.
3. Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan dalam menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau hasil pengadaan Puskesmas
secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah diajukan. Tujuannya
adalah agar Sediaan Farmasi yang diterima sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu.
13
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup
jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan
Farmasi sesuai dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga
Kefarmasian, dan diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi
syarat, maka Tenaga Kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa
kedaluarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang diterima disesuaikan dengan
periode pengelolaan di Puskesmas ditambah satu bulan.
4. Penyimpanan
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan
mutunya tetap terjamin, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Tujuannya adalah agar mutu Sediaan Farmasi yang tersedia di puskesmas
dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut:
a. Bentuk dan jenis sediaan.
b. Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan Sediaan
Farmasi, seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban.
c. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar.
d. Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
e. Tempat penyimpanan Sediaan Farmasi tidak dipergunakan untuk
penyimpanan barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
5. Pendistribusian
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis
Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub
unit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah untuk
memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang
ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang
tepat. Sub – sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:
a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas
b. Puskesmas Pembantu
c. Puskesmas Keliling
d. Posyandu; dan Polindes.
14
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain – lain)
dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor
stock), pemberian Obat per sekali minum (Unit Dose Dispensing) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan
dengan cara penyerahan Obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock).
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri
dari:
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
akan dimusnahkan
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait
d. Menyiapkan tempat pemusnahan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan
serta peraturan yang berlaku.
7. Pengendalian
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai
15
dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan
dasar. Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di
unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:
a. Pengendalian persediaan
b. Pengendalian penggunaan
c. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa.
8. Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian
kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai,
baik Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah:
a. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai telah dilakukan
b. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
c. Sumber data untuk pembuatan laporan.
16
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
3. Konseling
Kegiatan konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien
rawat jalan dan rawat inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya
konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai Obat kepada
pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara
dan lama penggunaan Obat, efek samping, tanda – tanda toksisitas, cara
penyimpanan dan penggunaan Obat. Kegiatan konseling meliputi:
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter
kepada pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question),
misalnya apa yang dikatakan dokter mengenai obat, bagaimana cara
pemakaian, apa efek yang diharapkan dari obat tersebut, dan lain – lain.
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat.
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat
untuk mengoptimalkan tujuan terapi.
18
Faktor yang perlu diperhatikan kiteria pasien, yaitu:
a. Kriteria pasien:
- Pasien rujukan dokter.
- Pasien dengan penyakit kronis.
- Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan polifarmasi.
- Pasien geriatrik.
- Pasien pediatrik.
- Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
b. Sarana dan prasarana:
- Ruang khusus.
- Kartu pasien atau catatan konseling.
4. Ronde/Visite Pasien
Kegiatan ronde/visite pasien merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat
inap yang dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya
terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan lain – lain. Tujuan:
a. Memeriksa obat pasien.
b. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
c. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan
obat.
d. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam
terapi pasien.
Faktor yang perlu diperhatikan dari monitoring efek samping obat (MESO):
a. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
20
e. Mengambil data yang dibutuhkan.
f. Melakukan evaluasi.
g. Memberikan rekomendasi.
A. Personalia
Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas minimal harus
dilaksanakan oleh 1 (satu) orang tenaga Apoteker sebagai penanggung jawab,
yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah
kebutuhan Apoteker di Puskesmas dihitung berdasarkan rasio kunjungan pasien,
baik rawat inap maupun rawat jalan serta memperhatikan pengembangan
Puskesmas. Rasio untuk menentukan jumlah Apoteker di Puskesmas adalah 1
(satu) Apoteker untuk 50 (lima puluh) pasien perhari. Semua tenaga kefarmasian
harus memiliki surat tanda registrasi dan surat izin praktek untuk melaksanakan
pelayanan kefarmasian di fasilitas pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Setiap tahun dapat
dilakukan penilaian kinerja tenaga kefarmasian yang disampaikan kepada yang
bersangkutan dan didokumentasikan secara rahasia. Hasil penilaian kinerja ini
akan digunakan sebagai pertimbangan untuk memberikan penghargaan dan
sanksi (reward and punishment).
1. Kompetensi Apoteker
a. Sebagai Penanggung Jawab
21
1) Mempunyai kemampuan untuk memimpin.
2) Mempunyai kemampuan dankemauan untuk
3) mengelola dan mengembangkan pelayanan kefarmasian.
4) Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri.
5) Mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan pihak lain.
6) Mempunyai kemampuan untuk mengidentifikasi, mencegah,
menganalisis dan memecahkan masalah.
22
b. Terfasilitasinya program pendidikan dan pelatihan bagi calon tenaga
kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit lain.
c. Terfasilitasinya program penelitian dan pengembangan bagi calon
tenaga kefarmasian dan tenaga kefarmasian unit lain.
d. Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu melakukan pengelolaan
obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
e. Tersedianya tenaga kefarmasian mampu melakukan Pelayanan
Kefarmasian.
f. Terfasilitasinya studi banding, praktik dan magang bagi calon tenaga
kefarmasian internal maupun eksternal.
g. Tersedianya data Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling tentang
obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
h. Tersedianya data penggunaan antibiotika dan injeksi.
i. Terwujudnya Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang optimal.
j. Tersedianya Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas.
k. Terkembangnya kualitas dan jenis pelayanan ruang farmasi Puskesmas.
23
4. Sarana dan Prasarana
Sarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di
Puskesmas meliputi sarana yang memiliki fungsi:
a. Ruang penerimaan resep
Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, 1 (satu) set
meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan. Ruang
penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah
terlihat oleh pasien.
d. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari
buku, buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal konsumsi obat
(lampiran), formulir catatan pengobatan pasien (lampiran), dan lemari
arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set komputer jika memungkinkan.
f. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan
Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan
ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan
menyimpan dokumen dalam rangka untuk menjamin penyimpanan
sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.
25
26
BAB III TINJAUAN KHUSUS DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMEDANG DAN
UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP TANJUNGSARI
Pada tahun 1944 tentara Jepang mendirikan rumah sakit baru di Sayuran (tempat
rumah sakit sekarang yang berlokasi di Jalan Palasari Sumedang) untuk melayani
pasien yang dirawat juga sebagai Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang.
Pada tahun 1953 Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang memiliki kantor sendiri dan
kepala dinasnya yaitu dr. M. Djunaedi sedangkan kepala Rumah Sakit Umum
kabupaten Sumedang dipegang dr. Sanusi Ghalib. Tahun 1962 Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Sumedang dr. M. Djunaedi pensiun dan jabatan sementara
dipegang oleh dr. Adjidarmo. Tidak berapa lama yakni pada tahun itu juga pimpinan
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang diserah terimakan dan dirangkap oleh dr.
Sanusi Ghalib selaku Pimpinan Rumah Sakit Umum Kabupaten Sumedang. Pada
tahun 1963 pimpinan diserahterimakan ke dr. Soenali Sahartapradja, setahun
kemudian dr. Soenali Sahartapradja pindah tugas ke Departemen Kesehatan
Republik Indonesia di Jakarta dan pimpinan diserahkan ke dr. Arifin Karnadipradja.
Pada tahun 1973 pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang dan pimpinan
Rumah Sakit Umum diganti oleh dr. Noerony Hidayat. Rumah Sakit Umum
Kabupaten Sumedang yang semula Type D beralih status menjadi Type C, maka
struktur organisasi yang semula Rumah Sakit Umum sebagai UPTD (Unit Pelaksana
Teknis Dinas) sekarang menjadi terpisah dari Struktur Organisasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang tepatnya pada bulan Desember 1987. Konsekwensi dari
27
terpisahnya Struktur Organisasi maka Pimpinan Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumedang dan Pimpinan Rumah Sakit tidak dirangkap lagi. Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang dipimpin oleh dr. H. Wahyu Purwaganda MSc., dan Rumah
Sakit Umum Kabupaten Sumedang oleh dr. H. Noerony Hidayat. Pada Tahun 1992
kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang yang semula di Jalan Geusan Ulun
berpindah ke Jalan Kutamaya No 21 sampai sekarang. Dari tahun 1992 tersebut
mengalami beberapa kali pergantian Kepala Dinas kesehatan, dan terakhir tahun
2019 sampai dengan dekarang, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang
dipimpin oleh Dadang Sulaeman, S. Sos., M. Kes. (Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumedang, 2021)
28
III.1.3 Strategi dan Kebijakan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang
Strategi dan kebijakan Dinas Kesehatan adalah sebagai berikut:
A. Strategi
1. Pemenuhan jumlah, kompetensi dan sebaran sumber daya manusia kesehatan
serta tenaga penunjang sesuai dengan kebutuhan.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, berkualitas
3. Mewujudkan UKBM yang berkualitas
4. Penguatan kemitraan & kerjasama LS
5. Meningkatkan KIE (Komunikasi informasi Edukasi)
6. Advokasi
7. Pengoptimalan manajemen kesehatan
8. Optimalisasi pencegahan dan pengendalian Penyakit menular dan tidak menular
9. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan ibu, bayi dan anak Balita.
B. Kebijakan
Kebijakan pembangunan kesehatan mengacu pada sasaran yang tertuang dalam
rancangan RPJMD berdasarkan strategi terdiri dari:
1. Rekruitmen dan pendistribusian SDM kesehatan sesuai kebutuhan
2. Peningkatan kompetensi SDM kesehatan
3. Pemenuhan fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas dan jaringannya.
4. Pemenuhan sarana dan prasarana termasuk alat kesehatan di semua unit
pelayanan baik dipelayanan dasar maupun rujukan
5. Peningkatan upaya kesehatan masyarakat dan perorangan
6. Peningkatan perilaku hidup sehat mandiri di seluruh tatanan (Rumah tangga,
institusi kesehatan, pendidikan, tempat kerja, tempat umum)
7. Penguatan kelembagaan dan peran serta masyarakat serta fasilitasi implementasi
penguatan STBM menuju lingkungan sehat di seluruh tatanan
8. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan menuju terwujudnya
Kabupaten Sehat
9. Mendorong peningkatan partisipasi pihak swasta dan masyarakat
10. Penerapan sistem informasi kesehatan
11. Peningkatan program pencegahan dan pengendalian penyakit
12. Peningkatan program kesehatan ibu, bayi dan balita
13. Peningkatan status gizi masyarakat
14. Peningkatan kesehatan remaja dan lansia.
Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang diatur
dalam Peraturan Bupati Sumedang Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pembentukan
Perangkat Daerah Kabupaten Sumedang. Struktur organisasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Sumedang, adalah sebagai berikut:
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat, membawahi 3 Sub Bagian, yaitu:
a. Sub Bagian Program
b. Sub Bagian Umum, Aset, dan Kepegawaian
c. Sub Bagian Keuangan
3. Bidang Kesehatan Masyarakat membawahi 3 Seksi, yaitu:
a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
b. Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan
c. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan kerja, dan Olahraga
17. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan bidang tugasnya.
32
ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan dengan
jenis dan jumlah yang cukup, sehingga mudah diperoleh. UPTD Farmasi memiliki
tugas untuk melaksanakan pengelolaan, penerimaan, penyimpanan, dan
pendistribusian perbekalan farmasi dan alat kesehatan dalam rangka mencukupi
kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat di kabupaten atau kota. Selain memiliki
tugas yang jelas, UPTD Farmasi juga memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Melakukan penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pendistribusian obat,
alat kesehatan serta perbekalan farmasi
2. Melakukan penyiapan, penyusunan rencana, pencatatan dan pelaporan mengenai
mutasi (keluar masuknya) perbekalan farmasi
3. Melakukan pengamatan mutu dan khasiat obat secara umum
4. Melakukan urusan tata usaha dan berbagai urusan administrasi yang mencakup
pengelolaan sediaan farmasi.
UPTD Farmasi dan Perbekalan Kesehatan dipimpin oleh seorang Apoteker dengan
titelatur Kepala UPTD Farmasi dan Perbekalan Kesehatan yang mempunyai tugas
pokok membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan kegiatan teknis UPTD.
A. VISI:
“Mewujudkan Masyarakat Tanjungsari yang Sejahtera, Agamis, Maju,
Profesional dan Kreatif (SIMPATI) Tahun 2023”
B. MISI:
1. Pemenuhan Sumber Daya Manusia sesuai standar,
2. Pemenuhan sarana prasarana sesuai standar,
3. Peningkatan mutu pelayanan,
4. Peningkatan peranserta masyarakat di bidang kesehatan,
5. Pemanfaatan teknologi informasi yang optimal.
C. STRATEGI
Mengedepankan upaya kesehatan promotif dan preventif tanpa meninggalkan upaya
kuratif dan rehabilitatif dengan meningkatkanperanserta masyarakat dalam upaya
pembangunan kesehatan.
D. SASARAN
1. Meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan,
2. Meningkatnya pemenuhan sumber daya manusia,
3. Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM),
4. Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana,
5. Meningkatnya kepesertaan BPJS yang terdaftar di Puskesmas Tanjungsari.
Bersih:
Bersih diri dan lingkungan dalam memberikan pelayanan Profesional:
Bekerja sesuai profesi atau pekerjaan yang dilakukan dengan memiliki kemampuan
yang tinggi dan berpegang teguh kepada nilai moral yang mengarahkan serta
mendasari perbuatan Efisien: menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya
guna danbertepat guna Ramah:
Memberikan pelayanan dengan baik hati serta menarik budibahasanya
Inovatif:
Memberikan hal-hal yang baru guna keberhasilan dan peningkatanmutu pelayanan
34
III.2.2 Luas Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari
Puskesmas Tanjungsari terletak di Jalan Rumah Sakit Nomor 1, Desa Tanjungsari
Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Puskesmas ini termasuk puskesmas
dengan tempat perawatan. Melihat letak geografisnya Puskesmas Tanjungsari sangat
strategis karena merupakan daerah lintasan utama mobilitas penduduk pada jalur
regional Bandung - Sumedang yang sangat padat lalu lintas. Jarak antara Puskesmas
Tanjungsari dengan Ibukota Kabupaten Sumedang sejauh 26 Km.
Luas wilayah kerja Puskesmas Tanjungsari adalah 1.436,37 hektar yang terdiri dari
daratan 420 ha, Persawahan 240 ha, pegunungan 340 ha, dan hutan 344,64 ha. Batas
wilayah Puskesmas Tanjungsari terdiri dari:
A. Utara : Wilayah kerja Puskesmas Pamulihan
B. Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Margajaya
C. Timur : Wilayah kerja Puskesmas Haurngombong
D. Barat : Wilayah kerja puskesmas sukasari
35
Gambar
3.2 Struktur Organisasi UPTD Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari
1. Tata Usaha
Bagian Tata Usaha membawahi Bendahara (penerimaan, pengeluaran,
JKN), Kepegawaian, Sarana & Prasarana, dan Simpus
2. Unit Fungsional
Unit Fungsional terdiri dari Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Usaha
Kesehatan Perorangan (UKP). UKM terdiri dari:
a. Essensial (Promkes, Kesling, KIA, imunisasi, Gizi, dan P2P) dan
Pengembangan (Upaya kesehatan kerja, Kesehatan Olahraga,
UKGS/UKGMD.
b. Pengobatan Tradisional.
c. Kesehatan Indra.
d. Kesehatan Jiwa.
e. Pelayanan Kesehatan USILA, Usaha Kesehatan Sekolah).
Sedangkan UKP terdiri dari:
a. Pelayanan Kesehatan Umum.
b. Pelayanan KIA/KB/Imunisasi.
c. Pelayanan Gigi dan Mulut.
d. Pelayanan TB Paru & Kusta.
e. Pelayanan MTBS.
f. Pojok Laktasi.
g. Konseling.
h. Laboratorium dan Farmasi.
3. Jaringan Pelayanan
Bagian Jaringan Pelayanan membawahi Unit Puskesmas Pembantu (Pustu) dan
Puskesmas Desa (Puskesdes) ditiap masing-masing kelurahan serta desa.
36
III.3 Tugas dan Tanggung Jawab Apoteker
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2020 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatann RI Nomor 74 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas, dicantumkan bahwa tugas dan tanggung jawab apoteker di
puskesmas yaitu:
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
b. Pelayanan Farmasi Klinik
III.4 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP) UPTD Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari
A. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
untuk menentukan jenis dan jumlah Obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan
Puskesmas. Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di Puskesmas
setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas. Pada proses seleksi obat
dan bahan medis habis pakai di UPTD Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari dilakukan
dengan mempertimbangkan pola konsumsi obat periode sebelumnya, namun pada era
pandemi pendekatan metode perencanaan dilakukan berdasarkan pola epidemiologi
juga. Proses seleksi obat dan bahan medis habis pakai juga mengacu pada Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional.
Rencana Kebutuhan Obat (RKO) Puskesmas dilakukan oleh 35 Puskesmas yang ada di
kabupaten Sumedang, kemudian diajukan kepada Dinkes yang kemudian akan
diberikan surat rekomendasi untuk ditujukan kepada UPTD Farmasi untuk pengambilan
obat sesuai denga RKO. Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi dan bahan medis habis
pakai (BMHP) di puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh apoteker atau tenaga
teknis kefarmasian (TTK) pengelola ruang farmasi.
B. Pengadaan
Pengadaan obat di UPTD Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari dilakukan dengan
melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sumber penyediaan obat
di puskesmas berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang disediakan di
Puskesmas harus sesuai dengan Formularium Nasional (FORNAS), Formularium
Kabupaten/Kota dan Formularium Puskesmas. Permintaan obat puskesmas diajukan
oleh kepala puskesmas kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
menggunakan format LPLPO melalui e-farmasi. Permintaan obat dari sub unit ke
kepala puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO sub unit.
Macammacam LPLPO:
1) LPLPO Obat
37
2) LPLPO Reagen
3) LPLPO Alkes
4) LPLPO Vaksin
Pengadaan di UPTD Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari dibagi menjadi dua yaitu
pengadaan rutin dilakukan setiap dua bulan sekali dan pengadaan tambahan (misalkan
CITO atau permintaan khusus) yaitu ketika kebutuhan meningkat dan terjadi
kekosongan atau adanya KLB (kejadian luar biasa) dengan menggunakan format
LPLPO tambahan melalui e-farmasi.
C. Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi, menghindari
penggunaan yang tidak bertanggungjawab, menjaga ketersediaan, serta memudahkan
pencarian dan pengawasan. Penyimpanan sediaan farmasi, alkes, dan BMHP di UPTD
Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari sesuai dengan alfabetis dengan sistem First Expire
First Out (FEFO).
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak
ditempatkan berdekatan dan diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya
kesalahan. Sediaan Hight Alert pun sama diberi tanda Hight Alert berwarna merah.
Penyimpanan sediaan Psikotropik dan obat-obat tertentu (obat jiwa) disimpan di lemari
khusus dengan double pintu dan double kunci. Namun untuk sediaan vaksin di UPTD
Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari disimpan di ruang khusus vaksinasi dengan
dibawah pengawasan bagian farmasi.
D. Pendistribusian
38
Pendistribusian adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan sediaan farmasi dan
BMHP dari puskesmas induk untuk memenuhi kebutuhan pada jaringan pelayanan
puskesmas di distribusikan pada Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan
desa dilakukan secara berkala sesuai dengan pengajuan LPLPO masing-masing subunit.
Sedangkan di Dinas Kesehatan distribusi dilakukan dengan cara Puskesmas
melampirkan LPLPO kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang yang kemudian
Dinkes akan melampirkan surat pernyataan dari seksi farmasi atas permintaan tersebut
kemudian yang diserahkan kepada UPTD Farmasi Kabupaten Sumedang. Jika sudah di
setujui oleh apoteker penanggung jawab UPTD Farmasi Kabupaten Sumedang oleh
permintaan dari setiap puskesmas didistribusikan oleh UPTD Farmasi ke masingmasing
Puskesmas. Distribusi pada pasien UGD dan Rawat inap di puskesmas Tanjungsari
dilakukan secara floor stok sesuai dengan permintaan resep yang di berikan kepada
bagian farmasi.
39
atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan
Resep dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Sedangkan pemusnahan sediaan obat, alkes atau BMHP dilakukan oleh pihak
ketiga yang diperantarai dinkes Kabupaten Sumedang.
F. Administrasi
Kegiatan administrasi terdiri dari pencatatan dan pelaporan semua kegiatan pelayanan
kefarmasian di Puskesmas.
a. Pencatatan (dokumentasi)
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor keluar dan
masuknya obat di Puskesmas. Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan
bentuk digital maupun manual. Pencatatan di UPTD Puskesmas Rawat Inap
Tanjungsari terdiri dari:
1) Pada umumnya pemasukan dan pengeluaran obat loket dicatat dalam buku
catatan pemasukan dan pengeluaran
2) Buku penerimaan dan pengeluaran obat gudang
3) Kartu stok
4) Rekapan harian penggunaan obat dan buku catatan pemakaian psikotropik
obat-obatan tertentu (Obat jiwa) .
5) Buku Pemberian Informasi Obat (PIO).
b. Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi sediaan
farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang
berkepentingan. Pelaporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan meliputi:
1) Laporan obat terpadu dilakukan setiap bulan untuk semua obat yang
diuangkan.
2) Laporan POR (Penggunaaan Obat Rasioal) untuk penyakit seperti ISPA, diare,
dan myalgia.
3) Laporan PIO (Pelayanan Informasi Obat).
4) Laporan ketersediaan obat (IKK).
40
a. Skrining administrasi: kejelasan tulisan, identitas pasien dan identitas dokter.
b. Skrining farmasetik: nama obat, bentuk sediaan, dosis, kekuatan sediaan, cara dan
lama pemberian.
c. Skrining klinis: Benar indikasi, benar dosis obat, benar aturan dan cara
penggunaan, benar waktu dan frekuensi pemberian, benar penyimpanan, reaksi
obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain),
kontra indikasi, interaksi.
C. Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara mandiri
atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi, dan
lain-lain. Visite di Puskesmas Rawat Inap dilakukan hanya pada Pasien rawat inap yang
akan pulang ke rumah dimana apoteker menjelaskan indikasi dan cara penggunaan obat
yang akan diteruskan saat pengobatan rawat jalan di rumah agar tercapai keberhasilan
terapi obat.
D. Konseling
41
Kegiatan konseling merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain
tujuan pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek samping,
tanda – tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Konseling yang dilakukan di UPTD Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari sesuai dengan
PMK Nomor 73 Kegiatan konseling meliputi:
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter kepada
pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question), misalnya apa
yang dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang
diharapkan dari Obat tersebut, dan lain – lain.
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat.
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.
42
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Hasil selama PKPA yang telah dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumedang dan UPTD Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari Kabupaten
Sumedang, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kita dapat memahami peran dan tanggung jawab apoteker di Dinas
Kesehatan Kabupaten Sumedang dalam melakukan pekerjaan
kefarmasian, pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan mulai dari
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pencatatan, pelaporan, hingga supervisi dan evaluasi.
2. Kita dapat memahami standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas,
menenai pengelolaan obat dan BMHP serta pelayanan farmasi klinik di
UPTD Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari.
V.2 Saran
1. UPTD Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari
a. Perlunya penandaan obat LASA (Look Alike, Sound Alike) pada rak
obat dan double check obat agar meminimalisir medication error atau
kesalahan dalam pengambilan obat serta penyerahan obat.
b. Perlunya diberlakukan lagi Visite oleh dokter, apoteker dan tenaga
kesehatan lain ke ruangan rawat inap untuk mengontrol atau
memastikan obat yang telah diberikan kepada pasien.
c. Pengawasan terhadap pngendalian sediaan farmasi lebih ditingkatkan
lagi agar menghindari kekosongan obat.
43
DAFTAR PUSTAKA
44
45
LAMPIRAN
Lampiran 1 Etiket
a. Etiket Sediaan Oral dan Sediaan Topikal
46
Lampiran 4 Gudang Farmasi UPTD Puskesmas Rawat Inap Tanjungsari
a. Rak Stok Sediaan Farmasi b. Rak Stok Alat Kesehatan
47
Lampiran 6 Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
a. Lembar SBBK Obat & Alkes b. Lembar SBBK Vaksin
48
Lampiran 8 Berita Acara Stock Opname
49
Lampiran 9 Lembar Check List Pemberian Informasi Obat (PIO)
Lampiran 10 e -Puskesmas
Lampiran 10 e-Puskesmas
50